PENDAHULUAN
Pada sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang ditemukan di tempat pelayanan
kesehatan umum (klinik/RS) penyebab utamanya adalah karena terapi pemberian insulin pada
pasien penderita diabetes mellitus. Pada penelitian survey yang dilakukan oleh Department of
Neurology and Neurological Sciences, and Program in Neurosciences, Stanford University
School of Medicine,terdapat setidaknya 93,2% penyebab masuknya seseorang dengan gejala
koma hipoglikemik adalah mereka yang menderita diabetes mellitus dan telah menjalani
terapi pemberian insulin pada rentang waktu sekitar 1,5 tahunan.
1
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
2.1 Pengertian
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam,
sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan
hipoglikemia adalah:
2.2 Etiologi
Etiologi dari hipoglikemia antara lain
1. Aktivitas fisik yang berat
2. Keterlambatan makanan
3. Penurunan respon hormonal (adrenergik)
4. Regimen insulin yang tidak fisiologis.
5. Overdosis insulin atau sulfonylurea
6. Penyakit ginjal stadium akhir
7. Penyakit hati stadium akhir
8. Konsumsi alcohol
9. Kebutuhan insulin
10. Penyembuhan dari keadaan stress
3
2.3 Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung
pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak
dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai
dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat
tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan
interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl
(3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
4
pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman,
terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan
pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-
lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Pada hipoglikemi ;
a. Neuroglikopeni : □ pusing, □ bingung, □ bicara tidak jelas,
□ perubahan perilaku, dan □ koma
2.6 Penatalaksanaan
Untuk terapi hipoglikemik adalah sebagai berikut :
1. Hipoglikemi : Beri pisang/ roti/ karbohidrat lain, bila gagal, Beri teh gula, bila gagal
tetesi gula kental atau madu dibawah lidah.
2. Koma hipoglikemik : Injeksi glukosa 40% IV 25ml, infus glukosa 10%, bila belum
sadar dapat diulang setiap ½ jam sampai sadar (maksimum 6x), bila gagal beri injeksi
efedrin bila tidak ada kontraindikasi jantung dll 25-50 mg atau injeksi glukagon
1mg/IM, setelah gula darah stabil, infus glukosa 10% dilepas bertahap dengan
glukosa 5% stop.
5
B. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. PENGKAJIAN
Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan
kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.
b. Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.
c. Circulation (sirkulasi)
Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,
tekanan darah menurun.
d. Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.
e. Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena hipoglikemi
adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan adanya
luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utam
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
b. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
6
- Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
- SAMPLE
S : tanda dan gejala yang dirasakan klien
A: alergi yang dipunyai klien
M : tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah
P : riwayat penyakit yang diderita klien
L : makan minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan
peningkatan napsu makan
E : pencetus atau kejadian penyebab keluhan
- Pengkajian nyeri
P : pencetus nyeri
Q: kualitas nyeri
R: arah perjalanan nyeri
S: skala nyeri
T: lamanya nyeri sudah dialami klien
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
2) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
7
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
7) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
8) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
8
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas,
peningkatan secret
INTERVENSI
No Diganosa NIC NIC RASIONAL
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Airway 1. Adanya bunyi
bersihan jalan tindakan Management ronchi
nafas keperawatan 1. Auskultasi menandakan
berhubungan selama 1x24 jam bunyi nafas terdapat
dengan obstruksi diharapkan jalan tambahan; penumpukan
jalan nafas, napas normal ronchi, sekret atau sekret
peningkatan dengan kriteria: wheezing. berlebih di jalan
secret 2. Berikan nafas.
posisi yang 2. Posisi
nyaman untuk memaksimalkan
mengurangi ekspansi paru dan
Respiratory dispnea. menurunkan
status: airway3. 3. Bersihkan upaya
patency sekret dari pernapasan.
Frekuensi mulut dan Ventilasi
pernapasan trakea; lakukan maksimal
dalam penghisapan membuka area
batas sesuai atelektasis dan
normal keperluan. meningkatkan
(16- gerakan sekret ke
9
20x/mnt 4. 4. Anjurkan jalan nafas besar
Irama asupan cairan untuk
pernapasn adekuat. dikeluarkan.
normal 5. 5. Ajarkan 3. Mencegah
Kedalaman batuk efektif obstruksi atau
pernapasan6. 6. Kolaborasi aspirasi.
normal pemberian Penghisapan
Klien oksigen dapat diperlukan
mampu 7. 7. Kolaborasi bia klien tak
mengeluar pemberian mampu
kan broncodilator mengeluarkan
sputum sesuai indikasi. sekret sendiri.
secara 4. Mengoptimalkan
efektif keseimbangan
akumulasi membantu
sputum mengencerkan
sekret sehingga
mudah
dikeluarkan
5. Fisioterapi dada/
back massage
dapat membantu
menjatuhkan
secret yang ada
dijalan nafas.
6. Meringankan
kerja paru untuk
memenuhi
kebutuhan
oksigen serta
memenuhi
kebutuhan
10
oksigen dalam
tubuh.
7. Broncodilator
meningkatkan
ukuran lumen
percabangan
trakeobronkial
sehingga
menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara.
11
x/menit, tekanan mengejan, trauma/tekanan batang
darah 120/80 anjurkan pasien otak
mmHg) napas dalam
selama
pergerakan
4. 4. Pantau status
neurologis
dengan teratur
5. Pantau
TTV
3. Defisit volume Setelah dilakukan Fluid . 1. Menghindari kelebihan
cairan tindakan Management ambang ginjal dan
berhubungan keperawatan 1. 1. Batasi intake menurunkan tekanan
dengan diuresis selama 1x24 jam cairan yang osmosis.
osmotik diharapkan defisit mengandung 2. 2. Mempertahankan
volume cairan gula dan lemak komposisi cairan tubuh,
teratasi dengan misalnya cairan volume sirkulasi dan
kriteria: dari buah yang menghindari overload ja
Fluid Balance manis. ntung.
1. - TTV stabil2. 2. Kolaborasi
3. 3. Dehidrasi yang
(N:60-100 dalam disertai demam akan
x/menit, TD: 100- pemberian teraba panas, kemerahan
140/80-90 mmHg, terapi cairan dan kering di kulit
S: 36,5-370C, RR: 1500-2500 ml sebagai indikasi
12-20 x/menit), dalam batas penurunan volume pada
2. - Nadi perifer yang dapat sel.
teraba kuat ditoleransi 4. 4. Memberikan perkiraan
3. - Turgor kulit baik jantung. kebutuhan cairan tubuh
4. - CRT < 2 detik 3. 3. Observasi (60-70% BB adalah air).
5. - Haluaran urine suhu, warna, 5. Penurunan volume
>1500-1700 turgor kulit dan cairan darah akibat
cc/hari kelembaban, diuresis osmotik dapat
- Kadar elektrolit pengisian dimanifestasikan oleh
12
urin dalam batas kapiler dan hipotensi, takikardi, nadi
normal. membran teraba lemah, CRT yang
mukosa. lambat, turgor kulit yang
tidak elastis.
4. 4. Pantau
masukan dan
pengeluaran,
catat balance
cairan
5. Observasi
TTV, catat
adanya
perubahan TD,
Turgor kulit,
CRT.
13
Composmentis dengan dokter sodium/klorida didalam
3. CRT < 2 detik. dalam tubulus ginjal
4. Sp O2 95-100 % pemberian 5. Tachycardia merupakan
terapi diuretik. tanda kompensasi jantung
5. 5. Observasi: terhadap penurunan
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 71 tahun
Dx Medis : Hipoglikemia pada Diabetus Mellitus
Tanggal / jam : Rabu, 6 November 2013/ 15.00 WIB
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Pekerjaan : PNS
Hubungan : Anak
2. Pengkajian Primer
GCS. E: 2 V: 1 M: 5
Airway : Tidak ada sumbatan jalan nafas,
Breathing : Nafas Spontan dengan suport O2 4 lpm, RR = 28 x/menit
Circulation : TD = 160/100 mmHg , N = 92 x/menit , CRT = 3 detik, keluar
keringat dingin dan penurunan kesadaran
Disability : KU : Lemah, Kesadaran Somnolen, GCS E2V1M5
Exposure : Tidak ada Trauma/Cidera pada tubuh pasien
3. Pengkajian Sekunder
S :
Sign: pasien lemas hanya tiduran, keluar keringat dingin, dan tidak nafsu makan
Simptom: Pasien terlihat sesak nafas, terdapat penurunan kesadaran
A : Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki alergi obat/makanan
M : Tahun lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit karena Diabetus Mellitus.
P : Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetus Mellitus sejak 7 tahun terakhir
L : Keluarga mengatakan pasien terahir makan tadi pagi itupun hanya sedikit
karena tidak mau.
15
E : Keluarga mengatakan sejak tadi pagi pasien lemas hanya tidur, keluar
keringat dingin, dan tidak nafsu makan.
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesosepal, Tidak ada lesi
Rambut : Beruban, tidak ada kerontokan
Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis, sklera putih
Hidung : bersih, Pernafasan cuping hidung (-)
Paru : I . simetris, Tidak ada lesi, terdapat penggunaan otot intercosta
P. Pengembangan dada kanan= kiri
P. Bunyi Sonor
A. Suara vesikuler
Jantung : I. Iktus kordis tidak tampak
P. Tidak ada pembesaran jantung
P. Bunyi pekak
A. Terdengar bunyi jantung S1 dan S2
Abdomen : I. Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada distensi
A.Bising usus 9 x/menit
P. Bunyi Timpani
P. Tidak teraba massa
Kulit : Lembab, akral dingin, crt = 3 detik
Ekstremitas : Tidak ada oedem
5. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga mengatakan sejak tadi pagi pasien lemas hanya tidur, keluar keringat dingin,
dan tidak nafsu makan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetus Mellitus sejak 7 tahun terakhir
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan, Ibu pasien pernah menderita Diabetus Mellitus
16
B. ANALISA DATA
No
Data Fokus Problem Etiologi
Dx
1 DS.- Ketidakefektifan Depresi pusat
DO. - RR: 28 x/menit pola nafas pernafasan
- Pasien tampak kesulitan bernafas
- Kesadaran somnolen
- GCS E2V2M5
- Terdapat penggunaan otot
intercosta
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d depresi pusat pernafasan
2. Gangguan fungsi cerebri b.d Hipoglikemia
17
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
18
composmentis nutrisi jika hingga mencapai
kesadaran sudah kadar yang normal
membaik - 5. Untuk pemulihan
keadaan pasien
E. IMPLEMENTASI
19
S. Keluarga pasien bersedia
O.-
S:
O : KU : lemah, kesadaran :
apatis, pasien sudah bisa
membuka mata secara spontan,
GCS : E4 V1 M5, pernafasan
mulai teratur, RR : 22
kali/menit, tidak menggunakan
oto bantu pernafasan
intercostalis,
F. EVALUASI
No Dx Tgl/ Jam Evaluasi TTD
1 S. -
O. RR : 22 kali/ menit, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, pernapasan teratur
A. Masalah belum teratasi
P. Intervensi dilanjutkan
- Berikan terapi oksigen 2 lpm
- Posisikan pasien semi fowler dengan bantal
2 S. -
O. KU : lemah, kesadaran : apatis, pasien sudah bisa
membuka mata secara spontan, GCS : E4 V1 M5
TTV : TD. 160/100 mmHg
N. 92 x/menit
RR. 22 x/menit
A. Masalah belum teratasi
P. Intervensi dilanjutkan
- anjurkan keluarga untuk memberikan nutrisi
- Motivasi keluarga agar pasien rawat inap sebagai upaya
pemulihan
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Hipoglikemia merupakan salah satu
kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah <
60 mg/dl. Tanda dan gejala hipoglikemia terdiri dari Fase I,gejala –gejala akibat aktivasi
pusat autonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin di lepaskan.Gejala awal ini
merupakan peringatan karna saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan
yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.Fase II,gejala-gejala yang terjadi akibat
mulai terganggunya fungsi otak , karna itu dinamakan gejala neurologis.
Pengkajian khusus paha hipoglikemia adalah Airway: Tidak ada gangguan; Breathing:
Merasa kekurangan oksige dan napas tersengal-sengal dan Circulation: Kebas,kesemutan di
bagian ekstremitas,keringat dingin,hipotermi, dan penurunan kesadaran.
4.2 Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan darurat secara
cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang dapat digunakan
setiap hari. Bila memungkinkan , sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di
lengkapi dengan buku-buku yang di perlukan baik untuk perawat maupun untuk klien.
21
DAFTAR PUSTAKA
22