Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar


glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L). Keadaan ini dapat
terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa
darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma
(koma hipoglikemik).

Pada sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang ditemukan di tempat pelayanan
kesehatan umum (klinik/RS) penyebab utamanya adalah karena terapi pemberian insulin pada
pasien penderita diabetes mellitus. Pada penelitian survey yang dilakukan oleh Department of
Neurology and Neurological Sciences, and Program in Neurosciences, Stanford University
School of Medicine,terdapat setidaknya 93,2% penyebab masuknya seseorang dengan gejala
koma hipoglikemik adalah mereka yang menderita diabetes mellitus dan telah menjalani
terapi pemberian insulin pada rentang waktu sekitar 1,5 tahunan.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan hipoglikemia?


 Apa saja etiologic hipoglikemia?
 Apa patofisiologi dari hipoglikemia?
 Apa saja manifestasi klinis hipoglikemia?
 Apa saja pemeriksaan diagnosik hipoglikemia?
 Apa penatalaksanaan dari hipoglikemia?
 Bagaimana asuhana keperawatan gawat darurat hipoglikemia?

1
1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hipoglikemia


 Untuk mengetahui etiologic hipoglikemia
 Untuk mengetahui patofisiologi hipoglikemia
 Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis hipoglikemia
 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic hipoglikemia
 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hipoglikemia
 Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat hipoglikemia

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR

2.1 Pengertian
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam,
sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan
hipoglikemia adalah:

1. Hipoglikemia murni : ada gejala hipoglikemi , glukosa darah < 60 mg/dl


2. Reaksi hipoglikemia : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya
dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
3. Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
4. Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3-5 jam sesudah makan

2.2 Etiologi
Etiologi dari hipoglikemia antara lain
1. Aktivitas fisik yang berat
2. Keterlambatan makanan
3. Penurunan respon hormonal (adrenergik)
4. Regimen insulin yang tidak fisiologis.
5. Overdosis insulin atau sulfonylurea
6. Penyakit ginjal stadium akhir
7. Penyakit hati stadium akhir
8. Konsumsi alcohol
9. Kebutuhan insulin
10. Penyembuhan dari keadaan stress

3
2.3 Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung
pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak
dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai
dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat
tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan
interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl
(3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu :

a. Fase I : gejala-gejala akibat aktivasi pusat otonom di hipotalamus sehingga hormon


epinefrin masih dilepaskan. Gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu
pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi
hipoglikemia lanjut.
b. Fase II : gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak, karena itu
dinamakan gejala neurologis. Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap
rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar
adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan
tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan
(berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang
rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke
otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang
tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa
terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada
orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor

4
pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman,
terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan
pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-
lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
 Pada hipoglikemi ;
a. Neuroglikopeni : □ pusing, □ bingung, □ bicara tidak jelas,
□ perubahan perilaku, dan □ koma

b. Neurogenic : Adrenergic (□ tremor halus, □ jantung berdebar, □ cemas, □


bingung ), Kolinergik (□ berkeringat, □ lapar terus, □ tingling )
c. Penurunan Berat Badan

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postpradial oral
5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.
2. Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
3. Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali
negatif terhadap glukosa.
4. EKG: Takikardia.

2.6 Penatalaksanaan
Untuk terapi hipoglikemik adalah sebagai berikut :
1. Hipoglikemi : Beri pisang/ roti/ karbohidrat lain, bila gagal, Beri teh gula, bila gagal
tetesi gula kental atau madu dibawah lidah.
2. Koma hipoglikemik : Injeksi glukosa 40% IV 25ml, infus glukosa 10%, bila belum
sadar dapat diulang setiap ½ jam sampai sadar (maksimum 6x), bila gagal beri injeksi
efedrin bila tidak ada kontraindikasi jantung dll 25-50 mg atau injeksi glukagon
1mg/IM, setelah gula darah stabil, infus glukosa 10% dilepas bertahap dengan
glukosa 5% stop.

5
B. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

1. PENGKAJIAN
Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Kaji adanya sumbatan jalan napas. Terjadi karena adanya penurunan
kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak.

b. Breathing (pernapasan)
Merasa kekurangan oksigen dan napas tersengal – sengal , sianosis.

c. Circulation (sirkulasi)
Kebas , kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,
tekanan darah menurun.

d. Disability (kesadaran)
Terjadi penurunan kesadaran, karena kekurangan suplai nutrisi ke otak.

e. Exposure.
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh. Karena hipoglikemi
adalah komplikasi dari penyakit DM kemungkinan kita menemukan adanya
luka/infeksi pada bagian tubuh klien / pasien.

2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan Utam
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
b. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

- Riwayat kesehatan dahulu


Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

6
- Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.

- SAMPLE
S : tanda dan gejala yang dirasakan klien
A: alergi yang dipunyai klien
M : tanyakan obat yang dikonsumsi untuk mengatasi masalah
P : riwayat penyakit yang diderita klien
L : makan minum terakhir, jenis yang dikonsumsi, penurunan dan
peningkatan napsu makan
E : pencetus atau kejadian penyebab keluhan
- Pengkajian nyeri
P : pencetus nyeri
Q: kualitas nyeri
R: arah perjalanan nyeri
S: skala nyeri
T: lamanya nyeri sudah dialami klien

c. Tanda tanda vital


Tekanan darah, irama dan kekuatan nadi, irama kedalaman pernapasan, dan
penggunaan otot bantu pernapasan, suhu tubuh

d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.

2) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan

7
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.

4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

5) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.

7) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

8) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi

e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.

8
 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas,
peningkatan secret

2. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi sistem saraf


pusat akibat hipoglikemia

3. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic

4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah

 INTERVENSI
No Diganosa NIC NIC RASIONAL
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Airway 1. Adanya bunyi
bersihan jalan tindakan Management ronchi
nafas keperawatan 1. Auskultasi menandakan
berhubungan selama 1x24 jam bunyi nafas terdapat
dengan obstruksi diharapkan jalan tambahan; penumpukan
jalan nafas, napas normal ronchi, sekret atau sekret
peningkatan dengan kriteria: wheezing. berlebih di jalan
secret 2. Berikan nafas.
posisi yang 2. Posisi
nyaman untuk memaksimalkan
mengurangi ekspansi paru dan
Respiratory dispnea. menurunkan
status: airway3. 3. Bersihkan upaya
patency sekret dari pernapasan.
 Frekuensi mulut dan Ventilasi
pernapasan trakea; lakukan maksimal
dalam penghisapan membuka area
batas sesuai atelektasis dan
normal keperluan. meningkatkan
(16- gerakan sekret ke

9
20x/mnt 4. 4. Anjurkan jalan nafas besar
 Irama asupan cairan untuk
pernapasn adekuat. dikeluarkan.
normal 5. 5. Ajarkan 3. Mencegah
 Kedalaman batuk efektif obstruksi atau
pernapasan6. 6. Kolaborasi aspirasi.
normal pemberian Penghisapan
 Klien oksigen dapat diperlukan
mampu 7. 7. Kolaborasi bia klien tak
mengeluar pemberian mampu
kan broncodilator mengeluarkan
sputum sesuai indikasi. sekret sendiri.
secara 4. Mengoptimalkan
efektif keseimbangan

 Tidak ada cairan dan

akumulasi membantu

sputum mengencerkan
sekret sehingga
mudah
dikeluarkan
5. Fisioterapi dada/
back massage
dapat membantu
menjatuhkan
secret yang ada
dijalan nafas.
6. Meringankan
kerja paru untuk
memenuhi
kebutuhan
oksigen serta
memenuhi
kebutuhan

10
oksigen dalam
tubuh.
7. Broncodilator
meningkatkan
ukuran lumen
percabangan
trakeobronkial
sehingga
menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara.

2. Gangguan Setelah dilakukan Intracranial 1. Agar pasien lebih


perfusi jaringan tindakan Pressure (ICP) kooperatif
cerebral keperawatan Monitoring 2. 2. Perubahan tekanan
berhubungan selama 1x24 jam (Monitor CSS merupakan potensi
dengan disfungsi diharapkan tekanan resiko herniasi batang
system saraf gangguan perfusi intrakranial ) otak
pusat akibat jaringan cerebral1. 1. Jelaskan3. 3. Aktivitas seperti ini
hipoglikemia normal dengan kepada pasien akan meningkatkan intra
kriteria: tentang thorak dan abdomen
Tissue Prefusion tindakan yang yang dapat
: cerebral akan dilakukan meningkatkan TIK
1. - Tingkat 2.Pertahankan 4. 4. Pengkajian
kesadaran posisi tirah kecenderungan adanya
komposmentis baring dengan perubahan tingkat
2. - Disorientasi posisi kepala kesadaran dan potensial
tempat, waktu, head up peningkatan TIK sangat
orang secara tepat 3. 3. Bantu pasien berguna dalam
- TTV dalam batas untuk menentukan lokalisasi
normal (suhu berkemih, 5. 5. Perubahan pada
35,5ºC – 37,5ºC, membatasi frekuensi jantung
nadi 60-100 batuk, muntah, mencerminkan

11
x/menit, tekanan mengejan, trauma/tekanan batang
darah 120/80 anjurkan pasien otak
mmHg) napas dalam
selama
pergerakan
4. 4. Pantau status
neurologis
dengan teratur
5. Pantau
TTV
3. Defisit volume Setelah dilakukan Fluid . 1. Menghindari kelebihan
cairan tindakan Management ambang ginjal dan
berhubungan keperawatan 1. 1. Batasi intake menurunkan tekanan
dengan diuresis selama 1x24 jam cairan yang osmosis.
osmotik diharapkan defisit mengandung 2. 2. Mempertahankan
volume cairan gula dan lemak komposisi cairan tubuh,
teratasi dengan misalnya cairan volume sirkulasi dan
kriteria: dari buah yang menghindari overload ja
Fluid Balance manis. ntung.
1. - TTV stabil2. 2. Kolaborasi
3. 3. Dehidrasi yang
(N:60-100 dalam disertai demam akan
x/menit, TD: 100- pemberian teraba panas, kemerahan
140/80-90 mmHg, terapi cairan dan kering di kulit
S: 36,5-370C, RR: 1500-2500 ml sebagai indikasi
12-20 x/menit), dalam batas penurunan volume pada
2. - Nadi perifer yang dapat sel.
teraba kuat ditoleransi 4. 4. Memberikan perkiraan
3. - Turgor kulit baik jantung. kebutuhan cairan tubuh
4. - CRT < 2 detik 3. 3. Observasi (60-70% BB adalah air).
5. - Haluaran urine suhu, warna, 5. Penurunan volume
>1500-1700 turgor kulit dan cairan darah akibat
cc/hari kelembaban, diuresis osmotik dapat
- Kadar elektrolit pengisian dimanifestasikan oleh

12
urin dalam batas kapiler dan hipotensi, takikardi, nadi
normal. membran teraba lemah, CRT yang
mukosa. lambat, turgor kulit yang
tidak elastis.
4. 4. Pantau
masukan dan
pengeluaran,
catat balance
cairan
5. Observasi
TTV, catat
adanya
perubahan TD,
Turgor kulit,
CRT.

4. Penurunan curah Setelah dilakukan Vital . 1.


Sign Agar pasien lebih
jantung tindakan Monitor kooperatif
berhubungan keperawatan 1. 1. Jelaskan
2. 2. Menurunkan stress
dengan selama 1x24 jam kepada pasien dan ketegangan yang
vasokonstriksi diharapkan tentang mempengaruhi tekanan
pembuluh darah penurunan curah tindakan yang darah dan perjalanan
jantung normal akan dilakukan penyakit hipertensi
dengan kriteria: 2. 2. Berikan
3. 3. Pembatasan ini dapat
· Circulation waktu istirahat menangani retensi cairan
Status yang dengan respon
· Vital Sign Status cukup/adekuat. hypertensive, dengan
1. - TTV ( TD3. 3. Berikan demikian menurunkan
120/80 mmHg, pembatasan beban kerja jantung
Nadi 60-100 cairan dan diit
4. 4. Diuretik
x/menit ) dalam natrium sesuai meningkatkan aliran
batas normal. indikasi urine dan menghalangi
2. - Kesadaran4. 4. Kolaborasi reabsorsi dari

13
Composmentis dengan dokter sodium/klorida didalam
3. CRT < 2 detik. dalam tubulus ginjal
4. Sp O2 95-100 % pemberian 5. Tachycardia merupakan
terapi diuretik. tanda kompensasi jantung
5. 5. Observasi: terhadap penurunan

Nadi ( irama, kontraktilitas jantung.


Mengetahui fungsi pompa
frekuensi ),
jantung yang sangat
Tekanan Darah.
dipengaruhi oleh CO dan
pengisisan jantung.

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 71 tahun
Dx Medis : Hipoglikemia pada Diabetus Mellitus
Tanggal / jam : Rabu, 6 November 2013/ 15.00 WIB
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Pekerjaan : PNS
Hubungan : Anak

2. Pengkajian Primer
GCS. E: 2 V: 1 M: 5
Airway : Tidak ada sumbatan jalan nafas,
Breathing : Nafas Spontan dengan suport O2 4 lpm, RR = 28 x/menit
Circulation : TD = 160/100 mmHg , N = 92 x/menit , CRT = 3 detik, keluar
keringat dingin dan penurunan kesadaran
Disability : KU : Lemah, Kesadaran Somnolen, GCS E2V1M5
Exposure : Tidak ada Trauma/Cidera pada tubuh pasien

3. Pengkajian Sekunder
S :
Sign: pasien lemas hanya tiduran, keluar keringat dingin, dan tidak nafsu makan
Simptom: Pasien terlihat sesak nafas, terdapat penurunan kesadaran
A : Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki alergi obat/makanan
M : Tahun lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit karena Diabetus Mellitus.
P : Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetus Mellitus sejak 7 tahun terakhir
L : Keluarga mengatakan pasien terahir makan tadi pagi itupun hanya sedikit
karena tidak mau.

15
E : Keluarga mengatakan sejak tadi pagi pasien lemas hanya tidur, keluar
keringat dingin, dan tidak nafsu makan.

4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesosepal, Tidak ada lesi
Rambut : Beruban, tidak ada kerontokan
Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis, sklera putih
Hidung : bersih, Pernafasan cuping hidung (-)
Paru : I . simetris, Tidak ada lesi, terdapat penggunaan otot intercosta
P. Pengembangan dada kanan= kiri
P. Bunyi Sonor
A. Suara vesikuler
Jantung : I. Iktus kordis tidak tampak
P. Tidak ada pembesaran jantung
P. Bunyi pekak
A. Terdengar bunyi jantung S1 dan S2
Abdomen : I. Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada distensi
A.Bising usus 9 x/menit
P. Bunyi Timpani
P. Tidak teraba massa
Kulit : Lembab, akral dingin, crt = 3 detik
Ekstremitas : Tidak ada oedem

5. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga mengatakan sejak tadi pagi pasien lemas hanya tidur, keluar keringat dingin,
dan tidak nafsu makan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetus Mellitus sejak 7 tahun terakhir
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan, Ibu pasien pernah menderita Diabetus Mellitus

16
B. ANALISA DATA

No
Data Fokus Problem Etiologi
Dx
1 DS.- Ketidakefektifan Depresi pusat
DO. - RR: 28 x/menit pola nafas pernafasan
- Pasien tampak kesulitan bernafas
- Kesadaran somnolen
- GCS E2V2M5
- Terdapat penggunaan otot
intercosta

2 S. DS: Keluarga mengatakan pasien Gangguan fungsi Hipoglikemi


lemas sejak tadi pagi karena akhir – cerebri
akhir ini tidak mau makan
DO:
- Kesadaran Somnolen
- GCS E2V2M5
- Pasien tampak lemas
- TTV : TD. 160/100 mmHg
N. 92 x/menit
RR. 28 x/menit
- GDS : 53 mg/dl

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d depresi pusat pernafasan
2. Gangguan fungsi cerebri b.d Hipoglikemia

17
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional


1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan - 1. Observasi - 1. Mengetahui
pola nafas b.d tindakan tingkat kesadaran adanya hipoksia
depresi pusat keperawatan selama pasien - 2. Menunjukkan
pernafasan 1x 60 menit pola - 2. Observasi usaha untuk
nafas kembali efektif frekuensi nafas, mendapatkan
Kriteria hasil ekspansi paru dan oksigen
- RR. 16 – 20 penggunaan otot
x/menit bantu pernafasan- 3. Membantu
- Tidak ada - 3. Kolaborasi memenuhi
penggunaan otot pemberian terapi kebutuhan oksigen
bantu pernafasan oksigen - 4. Membuka jalan
- Pernafasan teratur - 4. Posisikan nafas
ekstensi

No Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional


2.
Gangguan Setelah dilakukan - 1. Observasi TTV - 1. Mengetahui
fungsi cerebri tindakan 2. 2. Observasi secara dini
b.d Hipoglikemi keperawatan 1 x 60 Kadar Glukosa terjadinya infeksi
menit diharapkan Darah dan komlpikasi
gangguan funsi - 3. Observasi organ lain
cerebri dapat diatasi tingkat kesadaran
Kriteria Hasil : - 4. Kolaborasi - 2. Mengetahui
- TTV dalam batas pemberian Infus kadar glukosa
normal D 10% dan bolus - 3. Mengetahui
- GDS IV D 40% adanya gangguan
: mg/dL - 5. Anjurkan fungsi cerebri
keluarga untuk - 4. Meningkatkan
- Tingkat kesadaran memberikan kadar glukosa

18
composmentis nutrisi jika hingga mencapai
kesadaran sudah kadar yang normal
membaik - 5. Untuk pemulihan
keadaan pasien

E. IMPLEMENTASI

No Tgl/Jam Implementasi Respon TTD


Dx
1 6/11/13  Mengekstensikan S.-
15.00 kepala pasien O. Posisi kepala ekstensi
1,2 15.00  Memberikan terapi S.-
O2 4 lpm O. Terpasang canul oksigen
 Mengobservasi TTV, dengan terapi O2 4 lpm
1,2 15.05 pola nafas dan tingkat S.Pasien mengangguk saat
kesadaran ditanya sesak atau tidak
2 15.10  Melakukan O.

pemeriksaan GDS - TTV. TD : 160/100 mmHg

 Melakukan N. 92 x/Menit, RR. 28 x/menit


1,2 15.15 pemeriksaan EKG - Kesadaran somnolen

 Memasang infus - Pola nafas lebih teratur setelah


2 15.15 dengan D 10% dan diberikan O2

bolus D 40% - Penggunaan otot bantu


nafas intercosta
 Menganjurkan
S:-
keluarga untuk
2 15.30 O : GDS = 53 mg / dl
menyiapkan teh
manis untuk siberika
S. –
pada pasien jika
O. Keadaan jantung baik
kesdaran sudah mulai
S. –
membaik
1,2 16.00 O. Terpasang infus D10 % dan
 Mengevalusi keadaan
bolus D 40 % sebanyak 75 cc
pasien

19
S. Keluarga pasien bersedia
O.-
S:
O : KU : lemah, kesadaran :
apatis, pasien sudah bisa
membuka mata secara spontan,
GCS : E4 V1 M5, pernafasan
mulai teratur, RR : 22
kali/menit, tidak menggunakan
oto bantu pernafasan
intercostalis,

F. EVALUASI
No Dx Tgl/ Jam Evaluasi TTD
1 S. -
O. RR : 22 kali/ menit, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, pernapasan teratur
A. Masalah belum teratasi
P. Intervensi dilanjutkan
- Berikan terapi oksigen 2 lpm
- Posisikan pasien semi fowler dengan bantal
2 S. -
O. KU : lemah, kesadaran : apatis, pasien sudah bisa
membuka mata secara spontan, GCS : E4 V1 M5
TTV : TD. 160/100 mmHg
N. 92 x/menit
RR. 22 x/menit
A. Masalah belum teratasi
P. Intervensi dilanjutkan
- anjurkan keluarga untuk memberikan nutrisi
- Motivasi keluarga agar pasien rawat inap sebagai upaya
pemulihan

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Hipoglikemia merupakan salah satu
kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah <
60 mg/dl. Tanda dan gejala hipoglikemia terdiri dari Fase I,gejala –gejala akibat aktivasi
pusat autonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin di lepaskan.Gejala awal ini
merupakan peringatan karna saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan
yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.Fase II,gejala-gejala yang terjadi akibat
mulai terganggunya fungsi otak , karna itu dinamakan gejala neurologis.
Pengkajian khusus paha hipoglikemia adalah Airway: Tidak ada gangguan; Breathing:
Merasa kekurangan oksige dan napas tersengal-sengal dan Circulation: Kebas,kesemutan di
bagian ekstremitas,keringat dingin,hipotermi, dan penurunan kesadaran.

4.2 Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan darurat secara
cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang dapat digunakan
setiap hari. Bila memungkinkan , sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di
lengkapi dengan buku-buku yang di perlukan baik untuk perawat maupun untuk klien.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta : EGC


2. Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC
3. Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The
Dental Practice. Inggris: Wiley Blackwell
4. Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With
Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal
5. McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency
Department: Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
6. RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing
7. Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

22

Anda mungkin juga menyukai