Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN HIPOGLIKEMIA

Abstrack
Hipoglikemia adalah keadaan defisiensi konsentrasi glukosa dalam darah yang dapat
menyebabkan hipotermia, nyeri kepala, dan gejala-gejala neurologik yang lebih serius.
Hipoglikemia adalah keadaan gula darah secara abnormal karena gula dalam darah turun
dibawah 50-60mg/dL. Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah kurang dari 60
mg/dL. Hipoglikemia adalah komplikasi akut yang paling banyak terjadi pada penderita diabetes
yang bergantung pada insulin. Hipoglikemia sebenarnya adalah kondisi emergensi dimana gejala
dan keluhan tidak spesifik. Tanda dan gejala dari hipoglikemia sendiri dibagi menjadi dua yaitu
gejala adrenergic dan neuroglikopenia. Dimana penyebab umum dari hipoglikemia antara lain;
Syok insulin, insulinoma, kesalahan metabolisme bawaan, stress, penurunan BB,
pascagastrektomi, berhubungan dengan penggunaan alkohol, defisiensi glukokortikoid,
hipoglikemia akibat puasa, malnutrisi berat, olahraga lama, penyakit hati berat, sepsis berat dan
efek obat. Penatalaksanaan yang dilakukan tergantung pada tingkat keparahan dari hipoglikemia.

A. Konsep Dasar Tindakan Keperawatan


1. Pengertian
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan dengan kadar glukosa darah sewaktu dibawah 60
mg/dL, kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh. Dimana
faktor yang dapat memudahkan hipoglikemia ini bisa terjadi yaitu kelebihan dosisi insulin pada
pengidap diabetes dependen insulin perolah maupun per-IV, penggunaan sulfonylurea,
kurangnya konsumsi makanan yang cukup, latihan fisik yang berlebih dan situasi stress
(Smeltzer, 2017).

2. Etiologi
Penyebab umum dari hipoglikemia menurut (Morton et al., 2011, p. 1321), antara lain:
Syok insulin, Insulinoma, Kesalahan metabolism, Stress, Penurunan BB, Pascagastrektomi,
Berhubungan dengan penggunaan, Defisiensi, Hipoglikemia akibat puasa, Malnutrisi berat,
Oalahraga lama, Penyakit hati berat, Sepsis berat, dan Efek obat.
3. Klasifikasi
Hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) dan Thompson (2011) diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hipoglikemia ringan
2. Hipoglikemia sedang
3. Hipoglikemia berat

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipokalemia menurut Morton et al., (2011, p. 1320), yaitu :
1. Hipoglikemia ringan, menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan dan ketidaknyamanan
2. Hipoglikemia berat, dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti kejang,
koma, bahkan kematian jika tidak diobati
3. Pada kondisi yang ekstrem, hipoglikemia yang memanjang atau berulang berpotensi
menyebabkan kerusakan otak permanen dan dapat berakibat mematikan

5. Patofisiologi
Ketergantungan obat menit demi menit pada suplai glukosa melalui sirkulasi diakibatkan
oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak bebas rantai panjang, kekurangan
cadangan glukosa sebagai glikogen didalam otak orang dewasa dan adanya jg ketersediaan
keton. Otak megenali defisiensi energy tersebut ketik kada glukosa serum turun secara tiba-tiba
sampai kadar sekitar 45mg/dL. Istilah neuroglikopenia ini menunjukkan derajat hipoglikemia
yang cukup dapat menyebbakan disfungsi otak yang mengakibatkan perubahan kepribadaian dan
kemunduran intelektual. Tetapi juga kadar yang tepat yang dapat menyebabkan gejala sangat
bervariasi antara satu orang dan orang lain dan kadar serendah 30-35 mg/dL biasa terjadi tanpa
gejala apapun yang terjadi pada pasien diabetes jangka panjang (Morton et al., 2011, p. 1320).
Gejala yang ditimbulkan dari respons sistem saraf simpatik terhadao hipoglikemia atau
dari respons neuroglikopenik. Dimana hipotalamus bereaksi terhadap kadar glukosa yang rendah
untuk meningkatkan respons adrenergic yang mencakup takikardia, palpitasi, tremor dan
kecemasan. Dan tujuannya ialah untuk mengaktifkan hormon pengaturan keseimbangan
(glucagon, katekolamin, kortison, hormone pertumbuhan) untuk meningkatkan kadar glukosa
dan melindungi organ-prgan vital dari hipoglikemia. Hal ini dicapai dengan glikogenolisis dan
glukoneogenesis (Morton et al., 2011, p. 1320).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa (Mansjoer A 1999: 604). Di
kutip dari www.medicare.com ada berbagai pemeriksaan penunjang meliputi :
1. perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia, perpanjanganya (48-72 jam)
setelah pengawasan puasa.
2. Tes bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa (2 jam PP)
3. Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.
4. Tes ini juga mencari tes pancreas atau penyakit endokrin.

7. Penatalaksanaan
Pengobatan reaksi insulin yaitu dengan memberikan glukosa. Jika pasien dapat menelan,
memberikan glukosa dengan memberikan minuman yang mengandung glukosa atau sukrosa
karena glukosa dapat melewati lambung dan diabsorbsi di dalam usus dalam waktu pendek. Jika
pasien gemetar, dalam keadaan stupor, atau tidak kooperatif untuk minum, berikan dekstrosa
bolus 25 g dari 50% selama beberapa menit. Jika dosis ini tidak tersedia, berikan 1 mg glukagon
secara subkutan atau intramuskular untuk meredakan gejala dengan memicu pemecahan dan
pelepasan cepat glukosa ke dalam aliran darah dari simpangan glikogen hati. Gula darah dapat
meningkat dari 20 mg/dl menjadi 25 ng/dl dengan pemberian glukosa < 25 g (3 sendok teh).
Pengobatan yang biasa diberikan untuk hipoglikemia adalah 3 tablet glukosa, 6 ons kolaregular,
6 ons jus jeruk, 4 ons dari 2% atau susu skim, atau 6-8 permen Lifesaver (Morton et al., 2011).

8. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu
dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan
kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan
neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek
hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola
bicara yang abnormal (Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung
lama bias menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan
koma sampai kematian.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Pengkajian Primer (Primary Survey)
a. Pemeriksaan fisik berdasarkan prinsip ABCD
a) A (Airway) Kaji adanya sumbatan jalan nafas dan tanda-tanda bila terjadi hambatan
jalan nafas
b) (Breathing) Kaji pernafasan klien dengan cara Look, Listen and Feel
Look : lihat ada pergerakan dada atau tidak
Listen : dengar jika ada suara nafas tambahan (snoring, gargling, crowing)
Feel : rasakan hembusan nafas klien
c) C (Circulation)
Pada pemeriksaan fisik circulation data yang diperoleh adalah detak jantung
meningkat serta akral dingin dan pucat
d) D (Disability)
Kesadaran menurun sampai koma karena otak kekurangan suplai glukosa. Untuk
menilai kesadaran kita juga dapat menggunakan metode AVPU (Alert, Verbal, Pain,
Unresponsive) dengan cara :
A : Korban sadar, jika tidak segera lanjutkan dengan Verbal
V : Coba memanggil klien dengan keras di dekat telinga klien, jika tidak ada respon
lanjut ke Pain
P : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan
bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan
menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra
orbital).
U : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien
berada dalam keadaan unresponsive
e) E (Exposure)
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara menyeluruh, hipoglikemia lebih
sering terjadi pada klien dengan riwayat diabetes mellitus kita harus mengkaji apakah
ada luka/infeksi pada tubuh klien

b. Pemeriksaan fisik Review of System (ROS)


a) Pernafasan (B1)
b) Kardiovaskuler (B2) Palpitasi, Akral dingin dan pucat, berkeringat meski suhu
normal
c) Persyarafan (B3) Agresif, emosi labil, pusing, penglihatan kabur/ganda, parestesia
bibir dan jari, kejang, penurunan kesadaran-koma
d) Perkemihan (B4) Poliuria pada kasus hipoglikemi akibat diabetes mellitus
e) Pencernaan (B5) Rasa lapar timbul akibat efek pelepasan epinefrin(adrenalin)
f) Muskuloskeletal dan integument (B6) Kelemahan dan mudah capek saat melakukan
aktivitas
B. Secondary Survey
Primary survey dan resusitasi harus terselesaikan sebelum dilakukan secondary survey.
Jika, selesai dilakukan primary survey kondisi pasien tidak stabil maka harus dilakukan
tahap pengulangan sampai kondisi pasien stabil.
Riwayat AMPLE membantu rencana perawatan pasien :
- Allergies
- Medication
- Past illness/pregnancy
- Late Ate or drank
- Events/ Environment related to the injury

2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
2) Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan
3) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan berlebih
4) Nyeri akut b.d vasodilatasi pembuluh  darah intracranial
5) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
1) Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran
Tujuan : Tidak terjadi aspirasi k
Kriteria Hasil : Kesadaran meningkat, toleransi pemberian makanan per oral tanpa
aspirasi
No. Intervensi Rasional
1 Monitor tingkat kesadaran, reflek Menentukan tindakan
batuk dan kemampuan menelan keperawatan selanjutnya
2 Tempatkan pasien pada posisi Untuk mencegah aspirasi
semi fowler atau posisi kepala
lebih tinggi
3 Hindari pemberian cairan atau Untuk mencegah aspirasi
makanan per oral jika kesadaran
klien rendah
4 Monitor status paru Evaluasi ada aspirasi atau tidak

2) Resiko cidera b.d penurunan kesadaran dan gangguan penglihatan


Tujuan : Tidak terjadi cidera
Kriteria Hasil : Resiko cidera berkurang/hilang
No Intervensi Rasional
1 Ciptakan lingkungan yang aman Menguangi resiko cidera
bagi klien, pidahkan perabotan
yang dapat membahayakan klien
2 Pasang pengaman pada sisi Mengamankan klien saat berada
tempat tidur klien dan turunkan di tempat tidur
tinggi tempat tidur klien
3 Berikan penerangan yang adekuat Mengurangi resiko cidera
4 Bantu klien dalam ambulasi Mengurangi resiko cidera

3) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan berlebih


Tujuan : Kebutuhan cairan seimbang
Kriteria Hasil : intake-output cairan seimbang, membrane mukosa lembab, turgor kulit
baik, tanda vital stabil
No Intervensi Rasional
1 Anjurkan pasien mengkonsumsi Untuk pemenuhan kebutuhan
ciran sedikitnya 2500ml/hari atau dasar cairan dan menurunkan
disesuaikan dengan kebutuhan resiko dehidrasi
cairan klien
2 Pantau masukan dan haluaran, Memberikan informasi
pantau keseimbangan cairan keadekuatan volume cairan dan
kebutuhan cairan
3 Evaluasi perubahan membran Indikator langsung status cairan
mukosa dan turgor kulit
4 Monitoring perubahan tanda- Peningkatn suhu meningkatkan
tanda vital laju metabolik dan kehilangan
cairan melalui evaporasi.
Dehidrasi juga ditandai dengan
perubahan suhu dan tekanan
darah
5 Kolaborasi untuk pemberian Intake cairan parenteral dapat
cairan tambahan melalui IV memperbaiki kekurangan cairan
sesuai keperluan

4) Nyeri akut b.d vasodilatasi pembuluh  darah intracranial


Tujuan :  Nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :  Skala nyeri berkurang, nyeri dapat dikontrol
No. Intervensi Rasional
Istirahatkan klien di lingkungan Menurunkan stimulasi yang
yang tenang berlebih dapat mengurangisakit
kepala
Observasi tanda-tanda nyeri non- Menilai derajat nyeri yang tidak
verbal seperti ekspresi wajah, langsung
posisi tubuh dan gelisah
Berikan kompres hangat pada Meningkatkan sirkulasi dan
kepala memberikan efek relaksasi
Kolaborasi pemberian analgesik Analgesik mengurangi nyeri

5) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


Tujuan : Toleransi aktivitas yang biasa dilakukan
Kriteria Hasil : Peningkatan toleransi aktivitas
No Intervensi Rasional
Identifikasi dan minimalkan Membantu meningkatkan
factor-faktor yang dapat aktivitas
menurunkan toleransi aktivitas
Ajarkan klien metode Memberikan bantuan sesuai
penghematan energy untuk kebutuhan akan mendorong
aktivitas kemandirian dalam melakukan
aktivitas
Berikan bantuan sesuai kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S. C. (2017) Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 12. Jakarta:
EGC.
Morton, P. G. et al. (2011) Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta: EGC.
Sole, M. Lou, Deborah G. Klein and Marthe J. Moseley (2011) Introduction to Critical Care
Nursing. America: Elsevier Saunders.

Anda mungkin juga menyukai