D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… i
DAFTAR Isi……………………………………………………………………………………... ii
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………………….1
LATAR BELAKANG……………………………………………………………………….……1
TUJUAN……………………………………………………………………………………….….1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….2
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ………………………………………………...……2
2.2 Ruang Lingkup K3…………………………………………………………….………………3
2.3 Resiko Dan Hazard K3 Dalam Setiap Pemberian Asuhan Keperawatan……………..………3
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) merupakan salah satu isu penting di dunia kerja saat ini termasuk di lingkungan
rumah sakit.Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang
peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. WHO (2013) mencatat, dari 39,47 juta
petugas kesehatan di seluruh dunia, 66,7%-nya adalah perawat. Ada sekitar dua puluh tindakan
keperawatan, delegasi, dan mandat yang dilakukan dan yang mempunyai potensi bahaya
biologis, mekanik, ergonomik, dan fisik terutama pada pekerjaan mengangkat pasien, melakukan
injeksi, menjahit luka, pemasangan infus, mengambil sampel darah, dan memasang kateter. Hasil
penelitian di beberapa negara membuktikan bahwa rumah sakit adalah salah satu tempat kerja
yang berbahaya dan perawat adalah salah satu petugas kesehatan yang berisiko untuk mengalami
gangguan kesehatan dan keselamatan kerja akibat dari pekerjaannya.Setiap tindakan yang
dilakukan oleh perawat mempunyai potensi bahaya berupa bahaya fisik, biologi, dan ergonomi.
Upaya pengendalian risiko K3 pada perawat dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah
hierarchy of control K3 yang disesuaikan dengan jenis tindakan keperawatan yang dilakukan.
1.2 TUJUAN
TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari materi ini adalah untuk mengetahui ruang lingkup K3 dalam keperawatan,
dan berbagai resiko dan hazard K3 dalam setiap pemberian asuhan keperawatan.
TUJUAN KHUSUS
Setelah membaca materi ini di harapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan mengerti pengertian K3
2. Memahami dan mengerti pengertian resiko dan hazard
3. Memahami dan mengerti resiko dan hazard K3 dalam setiap pemberian asuhan
keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
b. Konsep K3
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang
harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan
terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk dan lingkungan
dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga
kerja/pekerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja.
Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering
digunakan/dimasuki oleh tenaga kerja/pekerja yang di dalamnya terdapat 3 unsur, yaitu: adanya
suatu usaha; adanya sumber bahaya; adanya tenaga kerja/pekerja yang bekerja di dalamnya, baik
secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu (Triwibowo & Pusphandani, 2013).
d. Tujuan K3
Tujuan K3 pada intinya adalah untuk melindungi pekerja dari kecelakaan akibat kerja.
Sutrisno dan Ruswandi (2007) mengemukakan bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah untuk tercapainya kesehatan dan keselamatan seseorang saat bekerja dan setelah bekerja
(Gayatri, 2014).
Budaya K3 yang baik akan terbentuk setelah usaha-usaha penerapan program K3 dan
pencegahan kecelakaan secara konsisten dan bersifat jangka panjang. K3 merupakan kendaraan
untuk melakukan sesuatu secara benar pada waktu yang tepat. Dapat disimpulkan bahwa
pencegahan kecelakaan merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan. Tiga alasan yang
menyebabkan aspek K3 harus diperhatikan yaitu: faktor kemanusiaan; faktor pemenuhan
peraturan dan perundang-undangan; dan faktor biaya. (Somad, 2013).
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat risiko
kecelakaan kerja/ penyakit akibat kerja. Penilaian risiko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang
diakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang
dimiliki, dan menentukan apakah risikonya dapat diterima atau tidak (Puspitasari, 2010).
Penilaian risiko merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan suatu risiko
2. Pengertian Hazard
Hazard adalah elemen-elemen lingkungan fisik, berbahaya bagi manusia dan disebabkan oleh
kekuatan luar baginya. Hazard suatu objek yang terdapat energi, zat atau kondisi kerja yang
potensial serta dapat mengancam keselamatan. Hazard dapat berupa bahan-bahan kimia, bagian-
bagian mesin, bentuk energi, metode kerja atau situasi kerja. Kerusakan atau bentuk kerugian
berupa kematian, cedera, sakit fisik atau mental, kerusakan properti, kerugian produksi,
kerusakan lingkungan atau kombinasi dari kerugian-kerugian tadi.
Pengertian (definisi) bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja – definisi
berdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat
kerja, antara lain : Faktor Bahaya Biologi (Seperti : Jamur, Virus, Bakteri, dll.), Faktor Bahaya
Kimia (Seperti: Gas, Debu, Bahan Beracun, dll.), Faktor Bahaya Fisik/Mekanik (Seperti : Mesin,
Tekanan, dll.), Faktor Bahaya Biomekanik (Seperti : Posisi Kerja, Gerakan, dll.), Faktor Bahaya
Sosial Psikologis (Seperti : Stress, Kekerasan, dll.)
Adapun jenis potensi bahaya (Hazard) adalah sebagai berikut:
a. Bahaya fisik
Bahaya fisik adalah yang paling umum dan akan hadir di sebagian besar tempat kerja
pada satu waktu tertentu. Hal itu termasuk kondisi tidak aman yang dapat menyebabkan cedera,
penyakit dan kematian. Bahaya ini biasanya paling mudah diidentifikasi tempatnya, tetapi sering
terabaikan karena sudah dipandang akrab dengan situasi demikian. Bahaya fisik sering dikaitkan
dengan sumber energi yang tidak terkendali seperti kinetik, listrik, pneumatik dan hidrolik.
Contoh bahaya fisik antara lain: kondisi permukaan lantai basah dan licin; penyimpanan benda di
lantai sembarangan; tata letak kerja area yang tidak tepat; permukaan lantai yang tidak rata;
postur tubuh canggung; desain stasiun kerja yang kurang cocok; kondisi pencahayaan; suhu
ekstrem; bekerja pada ruang terbatas
b. Bahaya Bahan Kimia
Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karateristik dan efek, dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan manusia. Bahaya kimia mencakup paparan dapat berupa, antara lain:
penyimpanan bahan kimia; bahan yang mudah terbakar.
c. Bahaya Biologis
Bahaya biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme yang mungkin
menimbulkan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan manusia. Bahaya biologis mencakup
paparan, antara lain: darah atau cairan tubuh lain atau jaringan; jamur, bakteri dan virus.
d. Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi kerja meletakkan
beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit untuk diidentifikasi secara langsung karena kita
tidak selalu segera melihat ketegangan pada tubuh atau bahaya-bahaya ini saat melakukan.
Bahaya ergonomi meliputi, antara lain: redup; tempat kerja tidak tepat dan tidak disesuaikan
dengan tubuh pekerja; postur tubuh yang kurang memadai; mengulangi gerakan yang sama
berulang-ulang.
e. Bahaya Psikologis
Bahaya psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau gangguan.
Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang agak baru, namun sangat penting bahwa bahaya
psikologis secara menyeluruh diidentifikasi dan dikendalikan. Contoh bahaya psikologis
meliputi, antara lain: kecepatan kerja; kurangnya motivasi; tidak ada prosedur yang jelas;
kelelahan (Kuswana, 2014).
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengertian
Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan
perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Standar asuhan yang tercantum
dalam Standar Praktik Klinis Keperawatan terdiri dari lima fase asuhan keperawatan:
Pengkajian; Diagnosa; Perencanaan; Implementasi; dan Evaluasi. Salah satu manfaat dari
penerapan asuhan keperawatan yang baik adalah meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan
dalam bidang keperawatan (Kozier, 2010).
Menurut Sumijatun dalam Wirdah (2016) permasalahan pelayanan keperawatan di negara
Indonesia adalah banyaknya perawat yang belum melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan
standar. Di sebagian besar tatanan pelayanan keperawatan, masih terbatas melakukan kegiatan-
kegiatan yang belum memenuhi kaedah asuhan keperawatan secara profesional yang
bertanggung gugat.