Anda di halaman 1dari 13

RUANG LINGKUP K3 DALAM KEPERAWATAN, DAN

BERBAGAI RESIKO DAN HAZARD K3 DALAM SETIAP


PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

SALVIA ELVARETTA HAREFA (032019027)


Program Studi S1 Keperawatan (Ners II A)

Dosen Pembimbing : Ibu Lindawati Simorangkir

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN


T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “RUANG LINGKUP K3 DALAM
KEPERAWATAN, DAN BERBAGAI RESIKO DAN HAZARD K3 DALAM
SETIAPPEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN” tepat pada waktunya. Dalam
penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapat ini dari berbagai pihak, antara lain dosen
pembimbing, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang telah
banyak memberikan sumbangan, masukan, dukungan, dalam menyelesaian tugas makalah ini.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini belum lah sempurna.Untuk itu segala saran dan
kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi
kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya. Semoga dengan adanya tugas kelompok ini akan
dapat memberikan manfaat besar bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca semua pada
umumnya.

Medan, 10 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… i
DAFTAR Isi……………………………………………………………………………………... ii
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………………….1
LATAR BELAKANG……………………………………………………………………….……1
TUJUAN……………………………………………………………………………………….….1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….2
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ………………………………………………...……2
2.2 Ruang Lingkup K3…………………………………………………………….………………3
2.3 Resiko Dan Hazard K3 Dalam Setiap Pemberian Asuhan Keperawatan……………..………3
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) merupakan salah satu isu penting di dunia kerja saat ini termasuk di lingkungan
rumah sakit.Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang
peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. WHO (2013) mencatat, dari 39,47 juta
petugas kesehatan di seluruh dunia, 66,7%-nya adalah perawat. Ada sekitar dua puluh tindakan
keperawatan, delegasi, dan mandat yang dilakukan dan yang mempunyai potensi bahaya
biologis, mekanik, ergonomik, dan fisik terutama pada pekerjaan mengangkat pasien, melakukan
injeksi, menjahit luka, pemasangan infus, mengambil sampel darah, dan memasang kateter. Hasil
penelitian di beberapa negara membuktikan bahwa rumah sakit adalah salah satu tempat kerja
yang berbahaya dan perawat adalah salah satu petugas kesehatan yang berisiko untuk mengalami
gangguan kesehatan dan keselamatan kerja akibat dari pekerjaannya.Setiap tindakan yang
dilakukan oleh perawat mempunyai potensi bahaya berupa bahaya fisik, biologi, dan ergonomi.
Upaya  pengendalian risiko K3 pada perawat dilakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah
hierarchy of control K3 yang disesuaikan dengan jenis tindakan keperawatan yang dilakukan.

1.2 TUJUAN
TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari materi ini adalah untuk mengetahui ruang lingkup K3 dalam keperawatan,
dan berbagai resiko dan hazard K3 dalam setiap pemberian asuhan keperawatan.

TUJUAN KHUSUS
Setelah membaca materi ini di harapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan mengerti pengertian K3
2. Memahami dan mengerti pengertian resiko dan hazard
3. Memahami dan mengerti resiko dan hazard K3 dalam setiap pemberian asuhan
keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


a. Pengertian K3
        Kesehatan kerja (Health) adalah suatu keadaan seorang pekerja yang terbebas dari
gangguan fisik dan mental sebagai akibat pengaruh interaksi pekerjaan dan lingkungannya
(Kuswana, 2014). Kesehatan kerja adalah spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik fisik, atau mental maupun sosial dengan usahausaha preventif dan kuratif
terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum (Santoso, 2012).
        Keselamatan kerja (Safety) suatu keadaan yang aman dan selamat dari penderitaan dan
kerusakan serta kerugian di tempat kerja, baik pada saat memakai alat, bahan, mesin-mesin
dalam proses pengolahan, teknik pengepakan, penyimpanan, maupun menjaga dan
mengamankan tempat serta lingkungan kerja (Kuswana, 2014).
        Kesehatan dan keselamatan  kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan  dan bahaya baik fisik, mental maupun emosi
terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan, serta menyangkut berbagai unsur dan
pihak (Sucipto, 2014). Menurut Ridley dan John (1983), mengartikan K3 adalah suatu kondisi
dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar tempat kerja tersebut (Triwibowo & Pusphandani, 2013).

b. Konsep K3
         Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang
harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan
terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk dan lingkungan
dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
          Kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja adalah upaya perlindungan bagi tenaga
kerja/pekerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja.
Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering
digunakan/dimasuki oleh tenaga kerja/pekerja yang di dalamnya terdapat 3 unsur, yaitu: adanya
suatu usaha; adanya sumber bahaya; adanya tenaga kerja/pekerja yang bekerja di dalamnya, baik
secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu (Triwibowo & Pusphandani, 2013). 

d. Tujuan K3
          Tujuan K3 pada intinya adalah untuk melindungi pekerja dari kecelakaan akibat kerja.
Sutrisno dan Ruswandi (2007) mengemukakan bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah untuk tercapainya kesehatan dan keselamatan seseorang saat bekerja dan setelah bekerja
(Gayatri, 2014).
            Budaya K3 yang baik akan terbentuk setelah usaha-usaha penerapan program K3 dan
pencegahan kecelakaan secara konsisten dan bersifat jangka panjang. K3 merupakan kendaraan
untuk melakukan sesuatu secara benar pada waktu yang tepat. Dapat disimpulkan bahwa
pencegahan kecelakaan merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan. Tiga alasan yang
menyebabkan aspek K3 harus diperhatikan yaitu: faktor kemanusiaan; faktor pemenuhan
peraturan dan perundang-undangan; dan faktor biaya.  (Somad, 2013).

2.2 Ruang Lingkup K3


          Ruang lingkup K3 sangat luas, di dalamnya termasuk perlindungan teknis yaitu
perlindungan terhadap tenaga kerja/pekerja agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbulkan
oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan, dan sebagai usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. K3 harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat
kerja (Triwibowo & Pusphandani, 2013). 

2.3 Resiko Dan Hazard K3 Dalam Setiap Pemberian Asuhan Keperawatan


A. Resiko dan Hazard
1. Pengertian Resiko
Resiko adalah gabungan dari kemungkinan (frekuensi) dan akibat atau konsekuensi dari
terjadinya bahaya tersebut. Penilaian resiko adalah penilaian menyeluruh untuk mengidentifikasi
bahaya dan menentukan apakah resiko dapat diterima. Manajemen resiko adalah pengelolaan
resiko yang mencakup identifikasi, penilaian, dan pengendalian resiko. (Ramli, 2010).
Defenisi resiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Risiko (Risk)
adalah menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan/kerugian pada periode waktu tertentu
atau siklus operasi tertentu (Tarwaka, 2008).

Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan pengendalian terhadap tingkat risiko
kecelakaan kerja/ penyakit akibat kerja. Penilaian risiko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang
diakibatkan adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang
dimiliki, dan menentukan apakah risikonya dapat diterima atau tidak (Puspitasari, 2010).
Penilaian risiko merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan suatu risiko

2. Pengertian Hazard
Hazard adalah elemen-elemen lingkungan fisik, berbahaya bagi manusia dan disebabkan oleh
kekuatan luar baginya. Hazard  suatu objek yang terdapat energi, zat atau kondisi kerja yang
potensial serta dapat mengancam keselamatan. Hazard dapat berupa bahan-bahan kimia, bagian-
bagian mesin, bentuk energi, metode kerja atau situasi kerja. Kerusakan atau bentuk kerugian
berupa kematian, cedera, sakit fisik atau mental, kerusakan properti, kerugian produksi,
kerusakan lingkungan atau kombinasi dari kerugian-kerugian tadi.
Pengertian (definisi) bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja – definisi
berdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat
kerja, antara lain : Faktor Bahaya Biologi (Seperti : Jamur, Virus, Bakteri, dll.), Faktor Bahaya
Kimia (Seperti: Gas, Debu, Bahan Beracun, dll.), Faktor Bahaya Fisik/Mekanik (Seperti : Mesin,
Tekanan, dll.), Faktor Bahaya Biomekanik (Seperti : Posisi Kerja, Gerakan, dll.), Faktor Bahaya
Sosial Psikologis (Seperti : Stress, Kekerasan, dll.)
Adapun jenis potensi bahaya (Hazard) adalah sebagai berikut: 
a. Bahaya fisik
           Bahaya fisik adalah yang paling umum dan akan hadir di sebagian besar tempat kerja
pada satu waktu tertentu. Hal itu termasuk kondisi tidak aman yang dapat menyebabkan cedera,
penyakit dan kematian. Bahaya ini biasanya paling mudah diidentifikasi tempatnya, tetapi sering
terabaikan karena sudah dipandang akrab dengan situasi demikian. Bahaya fisik sering dikaitkan
dengan sumber energi yang tidak terkendali seperti kinetik, listrik, pneumatik dan hidrolik.
Contoh bahaya fisik antara lain: kondisi permukaan lantai basah dan licin; penyimpanan benda di
lantai sembarangan; tata letak kerja area yang tidak tepat; permukaan lantai yang tidak rata;
postur tubuh canggung; desain stasiun kerja yang kurang cocok; kondisi pencahayaan; suhu
ekstrem; bekerja pada ruang terbatas
b. Bahaya Bahan Kimia
           Bahaya kimia adalah zat yang memiliki karateristik dan efek, dapat membahayakan
kesehatan dan keselamatan manusia. Bahaya kimia mencakup paparan dapat berupa, antara lain:
penyimpanan bahan kimia; bahan yang mudah terbakar.
c. Bahaya Biologis
          Bahaya biologis adalah organisme atau zat yang dihasilkan oleh organisme yang mungkin
menimbulkan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan manusia. Bahaya biologis mencakup
paparan, antara lain: darah atau cairan tubuh lain atau jaringan; jamur, bakteri dan virus.
d. Bahaya Ergonomi
          Bahaya ergonomi terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi kerja meletakkan
beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit untuk diidentifikasi secara langsung karena kita
tidak selalu segera melihat ketegangan pada tubuh atau bahaya-bahaya ini saat melakukan.
Bahaya ergonomi meliputi, antara lain: redup; tempat kerja tidak tepat dan tidak disesuaikan
dengan tubuh pekerja; postur tubuh yang kurang memadai; mengulangi gerakan yang sama
berulang-ulang.
e. Bahaya Psikologis
            Bahaya psikologis menyebabkan pekerja mengalami tekanan mental atau gangguan.
Meskipun termasuk klasifikasi bahaya yang agak baru, namun sangat penting bahwa bahaya
psikologis secara menyeluruh diidentifikasi dan dikendalikan. Contoh bahaya psikologis
meliputi, antara lain: kecepatan kerja; kurangnya motivasi; tidak ada prosedur yang jelas;
kelelahan (Kuswana, 2014).

B. Perawat dan Asuhan Keperawatan


1. Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar
negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Seorang perawat dituntut untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat (PERMENKES RI No.17, 2013).
Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia perawat adalah tenaga perawatan yang berasal
dari jenjang pendidikan tinggi keperawatan (Ahli Madya, Ners, Ners Spesial, dan Ners
Konsultan). Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat dituntut untuk lebih profesional
agar kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin meningkat

2. Asuhan Keperawatan
a. Pengertian
Asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan
perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Standar asuhan yang tercantum
dalam Standar Praktik Klinis Keperawatan terdiri dari lima fase asuhan keperawatan:
Pengkajian; Diagnosa; Perencanaan; Implementasi; dan Evaluasi. Salah satu manfaat dari
penerapan asuhan keperawatan yang baik adalah meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan
dalam bidang keperawatan (Kozier, 2010).
Menurut Sumijatun dalam Wirdah (2016) permasalahan pelayanan keperawatan di negara
Indonesia adalah banyaknya perawat yang belum melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan
standar. Di sebagian besar tatanan pelayanan keperawatan, masih terbatas melakukan kegiatan-
kegiatan yang belum memenuhi kaedah asuhan keperawatan secara profesional yang
bertanggung gugat.

b. Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Dokumentasi adalah segala yang tertulis atau tercetak oleh individu yang berwewenang. Catatan
harus menjelaskan keperawatan yang diberikan kepada klien, status dan kebutuhan klien yang
komprehensif (Potter & Parry, 2010).
Dokumentasi merupakan suatu dokumen yang berisi data lengkap, nyata, dan tercatat bukan
hanya tentang tingkat kesakitan pasien tetapi juga jenis dan kualitas pelayanan kesehatan yang di
berikan (Harahap, 2013).

c. Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Perry & potter (2010) juga menjelaskan tujuan pendokumentasian yaitu sebagai alat komunikasi
tim kesehanan untuk menjelaskan perawatan klien termasuk perawatan individual, edukasi klien
dan penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan. Dokumentasi sebagai tagihan finansial
dengan menjelaskan sejauh mana lembaga perawatan mendapatkan ganti rugi atas pelayanan
yang diberikan bagi klien.
Tujuan dokumentasi lainnya adalah edukasi, dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola
yang harus di temui dalam berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk
mengantisipasi tipe perawatan yang di butuhkan oleh klien. Tujuan pengkajian, catatan
memberikan data yang di gunakan perawat untuk mengidentifikasi dan mendukung diagnosa
keperawatan dan merencanakan intervensi yang sesuai (Sumilat, 2017).Dokumentasi sebagai
data untuk penelitian, perawat dapat menggunakan catatan klien selama study riset untuk
mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu. Audit dan pemantauan, tinjauan
teratur tentang informasi pada catatan klien memberi dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan
ketepatan perawat yang diberikan dalam suatu institusi (Sumilat, 2017).
Dokumentasi legal merupakan pendokumentasian yang akurat sebagai satu pertahanan diri
terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan. Dokumentasi penting
untuk meningkatkan efisiensi perawatan klien secara individual (Harahap, 2013).

d. Standar Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Dalam melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan harus mengikuti tujuh standar
dokumentasi asuhan keperawatan yaitu harus sabar, harus berisi pekerjaan yang sebenarnya dari
perawat pendidikan dan dukungan psikososial, ditulis harus mencerminkan klinis perawat, harus
logis dan berurutan, harus ditulis coteemporameously (segera setelah peristiwa
terjadi), catatan harus lengkap tentang keperawatan dan tentang hal diluar keperawatan, harus
memenuhi persyaratan hukum (Johnson, Jefferis & Landon, 2010).
C. Risiko dan Hazard Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
1. Risiko dan Hazard Dalam Pengkajian Asuhan Keperawatan
Seluruh kegiatan yang dilakukan baik yang dilakukan baik perseorangan ataupun organisasi atau
bahkan perusahaan juga mengandung risiko. Semakin besar risiko yang dihadapi pada umumnya
dapat diperhitungkan bahwa pengembalian yang diterima juga akan lebih besar(Qoriawaty,
2016). Pola pengambilan risiko menunjukkan sikap yangberbeda terhadap pengambilan risiko.
Menurut Prayitno, dkk (2017) risiko melekat dari tindakan pelayanan kesehatan dalam hal ini
pada saat melakukan pengkajian asuhan keperawatan adalah bahwa dalam kegiatan ini yang
diukur adalah upaya yang dilakukan. Pada proses pengkajian data, hal-hal yang dapat terjadi
seperti: Kurangnya informasi atau data yang diberikan keluarga pasien/ pasien tersebut
(menyembunyikan sesuatu hal) sehingga dalam proses pengkajian kurang lengkap. Akibatnya
perawat/dokter akan salah dalam memberikan perawatan sehingga berbahaya terhadap pasien.
Tertularnya penyakit saat melakukan pengkajian dalam hal ini seperti kontak fisik maupun
udara. Pada saat perawat melakukan perawatan/pengkajian pasien maka perawat mempunyai
resiko tertular penyakit dari pasien. Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan
pengkajian ataupun pada proses wawancara. Dalam hal ini seperti halnya ketika perawat
menanyakan data/informasi pasien namun, keluarga/pasien menyembunyikannya namun demi
keselamatan pasien, perawat tetap menanyakannya sehingga pasien/keluarga pasien kurang
menyukainya sehingga perawat mendapatkan cacian/perlakuan tidak baik. Mendapatkan
kekerasan fisik dari pasien ataupun dari keluarga pasien pada saat melakukan pengkajian/
pemeriksaan. Misalnya, Pasien/keluarga yang tidak menyukai proses perawatan/pengkajian dapat
melakukan kekerasan fisik terhadap perawat nya. seperti misalnya tertularnya penyakit dari
pasien karena kurangnya perlindungan diri terhadap perawatnya.

2. Risiko dan Hazard dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan


Menurut Prayitno, dkk (2017) kesalahan saat merencanakan pengkajian. Misalnya jika perawat
salah dalam mengkaji, maka perawat akan salah dalam memberikan proses perawatan
/pengobatan yang pada akhirnya akan mengakibatnya kesehatan pasien malah semakin
terganggu. Hal lainnya yang dapat terjadi yaitu jika perawat salah dalam merencanakan
tindakan keperawatan maka perawatnya juga akan mendapatkan bahaya.
3. Risiko dan Hazard dalam Evaluasi Asuhan Keperawatan
Menurut Putri, T. E. R, (2017) kesalahan pada saat melakukan evaluasi dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan akan mengakibatkan pendokumentasian dalam asuhan keperawatan kurang
data yang sudah di lakukan oleh perawat. Terkadang perawat lupa mengonfirmasikan ke dalam
catatan atau dokumentasi dalam asuhan keperawatan sehingga dokumen yang tertulis atau yang
tadi di laksanakan oleh perawat kepada klien tidak ada di dokumentasi asuhan keperawatan.

4. Risiko dan Hazard dalam Implementasi Keperawatan


Menurut Putri, T. E. R, (2017) kesalahan saat melakukan implementasi ataupun pelaksanaan
tindakan keperawatan adalah salah satu yang sangatlah fatal. Dan mengakibatkan kecelakaan
pada pasien ataupun perawat, contohnya misal kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien
oleh perawat di karenakan perawat lupa membaca instruktur atau catatan atau dokumen rekam
medik pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

- WF Hidayah. 2019. Analisis Faktor Risiko Dan Hazard Dalam Implementasi


Keperawatan. Repository UMP
- Suryati Ismail, dkk. 2019. Hubungan Penerapan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Dengan Kepuasan Kerja Mahasiswa Di Laboratorium Pelayanan Asuhan Jurusan
Keperawatan Gigi Manado. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
- Iwan M. Ramdan, Abd. Rahman. 2017. Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) pada Perawat. JKP-Volume 5 Nomor 3 Desember 2017
- Nazirah, Riska;Yuswardi.2017. Perilaku Perawat Dalam Penerapan Manajemen
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Aceh. Idea Nursing Journal VOL. VIII No. 3,
2017 ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580-2445
- Handayani, Luh Titi. 2017. Analisis Jalur Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan
Kepuasan Terhadap Kinerja Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Di RS
Di Jember. The Indonesia Journal of Health Science Vol. 9 No. 1 Desember 2017. ISSN
(Print) : 2087-5053 ISSN (Online) : 2476-9614

Anda mungkin juga menyukai