Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalaukadar
glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L). Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian insulin atau perparat oral ang berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat
terjadi setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini bisa dijumpai sebelum makan,
khususnya jika waktu makan tertunda atau bila pasien lupa makan camilan. Sebagai
contoh hipoglikemia siang hari terjadi bila insulinreguler yang disuntikan pada pagi hari
mencapai puncaknya, sementara hipoglikemia pada sore hari timbul bersamaan dengan
puncak kerja NPH atau insulin lente yang diberikan pada pagi hari. Hipoglikemia pada
tengah malam dapat terjadi akibat pencapaian puncak kerja NPH atau insulin lente yang
disuntikan pada malam hari khususnya bila pasien tidak makan camilan sebelum tidur.
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar teori hipoglikemia ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan hipoglikemia ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar teori hipoglikemia
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan hipoglikemia

1
BAB II
PEMBAHASAAN
I. KONSEP DASAR TEORI
A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalaukadar glukosa
darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi
akibat pemberian insulin atau perparat oral ang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu
sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada
siang atau malam hari. Kejadian ini bisa dijumpai sebelum makan , khususnya jika waktu
makan tertunda atau bila pasien lupa makan camilan. Sebagai contoh hipoglikemia siang hari
terjadi bila insulinreguler yang disuntikan pada pagi hari mencapai puncaknya, sementara
hipoglikemia pada sore hari timbul bersamaan dengan puncak kerja NPH atau insulin lente
yang diberikan pada pagi hari. Hipoglikemia pada tengah malam dapat terjadi akibat
pencapaian puncak kerja NPH atau insulin lente yang disuntikan pada malam hari khususnya
bila pasien tidak makan camilan sebelum tidur.
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara
makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat
dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009)

B. TANDA DAN GEJALA


Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan
rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala
hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan
melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang
menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung
berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan
berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,
perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan
koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang
permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi
secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang
memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil
insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan
gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya

2
terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi
dan lebih berat.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa
palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa
turun 50 mg%.
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan
fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental
menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran,
kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).(3)

Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:

 Perubahan tingkah laku


 Serangan sinkop yang mendadak
 Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi
 Keringat berlebihan waktu tidur malam
 Bangun malam untuk makan
 Hemiplegi/ afasia sepintas
 Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria

3
Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi otak
yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di samping
gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh pada fase
gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan kronik.
Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat
mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama menderita DM,
dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan kewaspadaan yang kronik
biasanya irreversible dan di anggap merupakan komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan
gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan menghilang
dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan adalah
kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama menderita DM) adanya
antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta bloker non selektif), dan pemberian
obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat lama). (Mansjoer A, 1997).
Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum ketimbang
ketoasidosis,meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada kelompok ketergantungan
insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia adalah lebih cepat dan manifestasinya adalah lebih
bervariasi, sering terjadi dengan cara yang tidak jelas sehingga dapat mengelakan perhatian
seseorang sampai orang tersebut tidak menyadari apa yang sesungguhnya yang sedang terjadi
dan tidak mampu untuk mencarari pengobatan yang tidak sesuai, sehingga reaksi
hipoglikemia akibat insulin dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari pasien.Yang
setidaknya dapat memalukan dan yang lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga meskipun
pemulihan yang berarti dan hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam beberapa menit
setelah pengobatan yang sesuai, banyak pasien secara emosional (kemungkinan secara
psikologis) tetap terguncang selama beberapa jam atau bahkan selama beberapa hari setelah
reaksi insulin. Akhirnya dalam kondisi hipoglikemia ekstrim, masih mempunyai
kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan otak permanen dan bahkan fatal.(Ester, 2000:).
Di kutip dari Karen Bruke 2005 ada beberapa tanda gejala ataupun manifestasi klinis
yang meliputi:
a. Lapar
b. Mual-muntah

4
c. Pucat,kulit dingin
d. Sakit kepala
e. Nadi cepat
f. Hipotensi
g. Irritabilitas
Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral
a. Sakit kepala
b. Koma
c. Kesulitan dalam berfikir
d. Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi
e. Perubahan dalam sikap emosi

Gejala hipoglikemia dapat dikelompokan dapat dikelompokan menjadi dua kategori:


gejla adrenerik dan gejala system ssraf pusat.
a. Pada hipoglikemia ringan , ketika kadar glukosa darah menurun ,system saraf
simpatik akan terangsang.pelimpahan adrenalin ke dalam drah menyebabkan
gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi ,palpitasi, kegelisahaan dan rasa lapar.
b. Pada hipoglikemia sedang , peurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-
tanda gangguan fungsi pada system saraf pusat mencakup ketidakmampuan
berkonsentrasi , sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, penurunan
daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo , gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional , prilaku yang tidak rasional , penglihatan
ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi semua gejala ini (disamping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
c. Pada hipoglikemia berat, fungsi system saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup prilaku yang
mengalami dsorientasi, serangan kejang , sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan
kehilangan kesadaraan.
Gejala hipoglikemia dapat terjadi mendadak dan tanpa terduga sebelumnya.
Kombinasi semua gejala tersebut dapat bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya.
Sampai derajat tertentu, gejala ini dapat berhubungan dengan tingkat penurunan kadar
glukosa darah yang sebenarnya atau dengan kecepatan penurunan kadar tersebut. Sebagai
contoh, pasien yang biasana memiliki glukosa darah dalam kisaran hiperglikemia dapat
merasakan gejala hipoglikemia (adrenergik) kalau kadar glukos drahnya secara tiba- tiba
turun hingga 120 mg/dl (6,6 mmol/L) atau kurang. Sebaliknya pasien yang biasanya
memiliki kadar glukosa darah yang rendah namun masih berada dalam rentang normal dapat

5
tetap asimtomatik meskipun kadar glukosa tersebut turun secara perlahan- lahan sampai
dibawah 50 mg/dl (2,7 mmol/L).
Faktor lain yang berperan dalam menimbulkan perubahan gejala hipoglikemia
adalah penurunan respon hormonal (adrenergic) terhadap hipoglikemia. Keadaan ini terjadi
pada sebagian pasien yang telah menderita diabetes selama bertahun-tahun. Penurunan
respons adrenergic tersebut dapat berhubungan dengan salah satu komplikasi kronis diabetes-
-yaitu, neuropati otonom ( lihat bagian mengenai ketidaksadaran hipoglikemik). Dengan
penurunan kadar glukosa darah, limpahan adrenalin yang normal tidak terjadi. Pasien tidak
merasakan gejala adrenergic yang lazim seperti perspirasi dan perasaan lemah. Keadaan
hipoglikemia ini mungkin baru terdeteksi setelah timbul gangguan system saraf pusat yang
sedang atau berat.
Yang mengesankan adalah bahwa pasien-pasien ini melakukan pemantauan diri
glukosa darahnya secara teratur dan sering. Khususnya sebelum mengemudikan kendaraan
atau melakukan pekerjaan berbahaya lainnya.

C. PENATALAKSANAAN
Penanganan. Penangan harus segera diberikan bila terjadi hipoglikemia. Rekomendasi
biasanya berupa pemberian 10 hingga 15 gram gula yang bekerja cepat per oral:

2-4 tablet glukosa yang dapat dibeli di rumah/apotik

4-6 ons sari buah atau tes yang manis

6-10 permen khusus atau permen manis lainnya

2-3 sendok the sirup atau madu

(Ke dalam sari buah tidak perlu ditambahkan gula meskipun pada table tertulis bahwa sari
buah tersebut “tidak mengandung gula’ Gula buah yang ada dalam sari buah cukup
mengandung karbohidrat sederhana yang dapat menaikan kadar glikosa darah. Penambahan
gulap pasir kedalam sari buah dapat menyebabkan kenaikan tajam kadar glukosa darah, dan
pasien bias mengalami hiperglikemia selama beberapa jam setelah penanganan dilakukan.)

Apabila gejala bertahan selama lebih dari 10 hingga 15 menit sesudah terapi
pendahuluan, ulangi terapi tersebut. Setelah gejalanya berkurang, berikan makanan camilan
yang mengandung protein dan pati ( seperti cracker dengan keju atau susu) kecuali jika
pasien berencana untuk makan atau makan camilan dalam waktu 30 hingga 60 menit
menurut jadwal makannya.

Pasien-pasien diabetes (khususnya yang mendapatkan insulin) harus selalu membawa


gula sederhan dalam bentuk tertentu. Ada beberapa jenis tablet glukosa dan jeli yang tersedia
di pasaran sehingga memudahkan pasien untuk membawanya. Jika seorang pasien
mengalami reaksi hipoglikemia sementara ia sama sekali tidak membawa makanan darurat

6
seperti dianjurkan di atas, maka setiap makanan yang tersedia (khususnya yang mengandung
karbohidrat sederhana) harus dikonsumsi.

Pasien harus diberitahukan agar tidak mengkonsumsi makanan penutup mulut yang tinggi
kalori dan tinggi lemak (seperti kue kue kering,tacis, cakes, donat, es krim) untuk mengatasi
hipoglikemia yang di alaminya. Kandungan lemak yang tinggi dalam makanan ini dapat
memperlambat penyerapan glukosa sehingga reaksi hipoglikemia yang terjadi tidak dapat
diatasi dengan segera sebagaiman pada pemberian karbihidrat sederhana. Selanjutnya pasien
dapat makan lebih banyak bila gejalanya tidak segera berkurang. Cara ini akan menyebabkan
glukosa darah meningkat dengan cepat untuk beberapa jam dan berperan dalam
meningkatkan berat badan.

Pasien yang merasa terikat dengan jadwal makan, akan memandang hipoglikemia sebagai
saat yang tepat untuk ‘menyenangkan’ diri dengan makan camilan. Oleh karena itu
menyertakan camilan dalam rencana makan merupakan tindakan yangsangat bijaksana. Hal
ini akan memudahkan pasien untuk membatasi penanganan hipoglikemia dengan bentuk
karbohidrat sederhana (rendah kalori) seperti jus atau tablet glukosa.

Penanganan Hipoglikemia Berat. Bagi pasien yang tidak sadarkan diri, tidak mampu
melakukan atau menolok terapi, preparat glukagon 1 mg dapat disuntikan secara subkutan
atau intramuskuler. Glukagen dengan hormon yang di produksi oleh sel-sel alfa pankreas
yang menstimulasi hati untuk melepaskan glukosa (melalui pemecahan glikogen, yaitu
simpanan glukosa). Preparat glukagon dikemas sebagai serbuk dalam botol suntik (vial)
berukuran 1 mg dan harus dicampur dahulu dengan pelarutnya sebelum disuntikan. Setelah
penyuntikan glucagon pasien kembali sadar dalam waktu 20 menit. Gula sederha yang di
ikuti oleh makanan camilan harus diberikan kepada pasien yang sadar untuk mencegah
timbulnya kembali hipoglikemia,mengingat kerja 1 mg glukagon yang singkat (awitannya 8
hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung Selama 12 hingga 27 menit); tindakan ini
juga akan menggantikan simpanan glukosa dalam hati.sebagian pasien akan mengalami mual
setelah penyuntikan glukagon. Pasien harus di ingatkan untuk memberitahukan dokter
setelah mengalami hipoglikemia berat.

Glukagon hanya dijual melalui resep dokter dan harus menjadi bagian dari perlengkapan
darurat yang mudah didapat oleh pasien diabetes yang memerlukan insulin. Anggota
keluarga, tetangga atau teman kerja juga harus mendapat informasi tentang pengguanan
glukagon ini. Hal ini terutama berlaku bagi pasien yang tidak atau mendapatkan peringatan
tentang episode hipoglikemia.

Dirumah sakit atau ruang gawat darurat, pasien yang tidak sadarkan diri atau tidak dapat
menelan ditangani dengan penyuntikan intraven 25 hingga 50 ml dekstrosa 50 % dalam air
(larutan “D-50”). Efek penyuntikan ini biasanya terlihat dalam waktu beberapa menit. Pasien
dapat mengeluh sakit kepala dan meras nyeri pada tempat penyuntikan IV. Kepastian

7
terhadap patensiselang infus yang digunakan untuk menyuntikan dekstrosa 50 % sangat
penting ; larutan hipertonis seperti dekstrosa 50 % sangat iriatif bagi pembuluh vena.

Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah.

Hipoglikemia dicegah dengan mengikuti pola makan, penyuntikan insulin dan latihan
yang teratur. Makan camilan antara jam-jam makan dan pada saat akan tidur malam mungkin
diperlukan untuk melawan efek insulin yang maksimal. Secara umum, pasien harus
menghadapi saat puncak kerja insulin dengan mengkonsumsi camilan dan makanan
tambahan pada saat melakukan aktifitas fisik dengan intensitas yang lebih besar.
Pemeriksaan rutin kadar glukosa darah harus dilakukan sehingga perubahan kebutuhan
insulin dapat siantisipasi dan disesuaikan.

Karena hipoglikemia dapat terjadi tanpa terduga, semua pasien yang menggunakan
suntikan insulin harus mengenakan tanda pengenal yang dapat berupa gelang atau label untuk
menjelaska bahwa mereka menderita diabetes.

Pasien dan anggota keluarganya harus diberitahu tentang berbagai gejala yang pontensial
terdapat pada hipogliemia. Khususnya anggota keluarga harus mempunyai kesadaran bahwa
setiap perubahan yang samar ( tetapi jarang dijumpai) pada perilaku pasiendapat meberikan
pentunjuk terjadinya hipoglikemia. Mereka harus diajarkan untuk memotivasi dan bahkan
memastikan agar penderita diabetes memeriksakan kadar glukosa darahnya jika terdapat
kecurigaan akan adanya hipoglikemia. Sebagian pasien(yang dalam keadaan hipoglikemia)
mungkin meolak anjuran berobat atau makan, dan marah jika ada anggota keluarga yang
coba mengobati hipoglikemia yang dideritanya. Oleh karena itu, anggota keluarga harus
diberitahu untuk mempertahankan sikap mereka dan memahami bahwa keadaan
hipoglikemia dapat mebuat seseorang berprilaku irasional dan di luar kendali.

Sebagai pasien yang menderita neuropati otonom atau yang menggunakan propranolol
untuk mengobati hipertensi atau aritmia jantung mungkin tidak merasakan gejala
hipoglikemia yang khas. Pemeriksaan kadar glukosa darah yang sering dan teratur sangat
penting bagi pasien-pasien ini.

Penderita diabetes tipe II yang menggunakan cara hipoglikemia oral juga dapat
mengalami hipoglikemia (khususnya pasien yang menggunakan klorpropamid yang
merupakan obat hipoglikemia oral dengan kerja yang lama).

Pertimbangan Gerontologi. Pada lansia hipoglikemia mendapat perhatian khusus karena


banyak hal:

a. Lansia biasanya hidup sendiri dan mungkin tidak mengenali gejala hipoglikemia
b. Dengan penurunan fungsi ginjal diperlukan waktu yang lebih lama sebelum obat
hipoglikemia oral diekskresikan oleh ginjal

8
c. Melewatkam waktu makan dapat terjadi karena penurunan selra makan atau
keterbatasan finansial dalam pencernaan menu
d. Penurunan ketajaman penglihatan dapat menimbulkan kesalahan pada pemberian
insulin.

D. KOMPLIKASI
a. Menguraikan dengan kata- kata gejala hipoglikemia dan bahaya bahaya hipoglikemia
yang tidak diobati
b. Mengidentifikasi terapi hipoglikemia tepat yang mencakup pemberian 10 hingga 15
gram karbohidrat sederhana
c. Mengidentifikasi factor-faktor potensial penyebab hipoglikemia pemberian insulin
yang terlalu banyak, penundaan atau pengurangan konsusmsi makanan , peningkatan
aktivitas fisik.
d. Mengurangikan dengan kata- kata prilaku preventif seperti pemantauan kadar glukosa
darah yang sering ketika jadwal harian diubah dan mengonsumsi cemilan sebelum
melakukan latihan
e. Menguraikan dengan kata-kata gejala hiperglikemia yang berlangsung lama
f. Menguraikan dengan kata-kata penatalaksanaan waktu sakit.

E. Epidemiologi
Menurut survey yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah
penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Dengan
prevalensi 8,6 % dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta
pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita.
Sedangkan menurut Menkes, secara global WHO memperkirakan penyakit tidak menular
(PTM) telah menyebabkan sekitar 60 % kematian dan 43 % kesakitan diseluruh dunia
(Supari, 2005).
Di Indonesia masih belum ada data, secara umum insidens hipoglikemia.
Dalam sebuah penelitian, 80% pasien dengan hipoglikemia nokturnal tidak memiliki gejala.
Insiden hipoglikemia pada bayi baru lahir ialah mencapai 1,3 - 3,0 / 1000 kelahiran hidup.
Hipoglikemia juga bisa terjadi sampai 14% bayi-baru-lahir yang sehat dan dilahirkan dengan
masa kehamilan normal. Dan 16% pada bayi-baru-lahir BMK (besar untuk masa kehamilan)
yang dilahirkan dari ibu yang menderita diabetes.

F. ETIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

9
1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
2. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda
suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien
tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis
yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang
sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau
alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat
dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin
dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan
yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah
hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin.
Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak
sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga
merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah
akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi
obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda
salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di
malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah
lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada
10
lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan
menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan.
Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya
disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa
oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah
dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan
menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru
menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon.
Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini
maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80
mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa
dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi
belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
G. FAKTOR RESIKO HIPOGLIKEMIA
a. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
b. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
c. Bayi prematur dan lebih bulan
d. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan
lemak tubuh
e. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan
kalori
f. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
g. Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,
intoleransi glukosa)
h. Neonatus puasa
i. Neonatus dengan polisitemia
11
j. Neonatus dengan eritroblastosis
k. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan
insulin atau sulfonylurea: (Mansjoer A, 1999)
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
a. pengurangan/keterlambatan makan
b. kesalalahan dosis obat
c. latihan jasmani yang berlebihan
d. penurunan kebutuhan insulin
 penyembuhan dari penyakit
 nefropati diabetic
 hipotiroidisme
 penyakit Addison
 hipopituitarisme
e. hari-hari pertama persalinan
f. penyakit hati berat
g. gastro paresis diabetic
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
a. pengendalian glukosa darah yang ketat
b. pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
c. penggantian jenis insulin

12
Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

H. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar

13
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron
menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.
 Dehidrasi
 kehilangan elektrolit
 asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini
akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria
berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita
ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400
hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-
asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh
hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat
dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut,
badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit
kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara
pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala
adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia
yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,

14
serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer.
2001).

I. Pathway Hipoglikemia

Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

15
J. Klasifikasi
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan
bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat
mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan
ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /Dl
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan
kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA


1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita
DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

16
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN PRIMER HIPOGLIKEMIA


a. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada
secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
 Chin lift/ Jaw thrust
 Suction
 Guedel Airway
 Instubasi Trakea
b. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
 Beri oksigen
 Posisikan semi Flower
c. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah
 Cek capillary refill
 Auskultasi adanya suara nafas tambahan
 Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
 Cek Frekuensi Pernafasan
 Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
 Cek tekanan darah

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil

d. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan
pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.
Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

2. PENGKAJIAN SEKUNDER HIPOGLIKEMIA


Data dasar yang perlu dikaji adalah :
1) Keluhan utama :
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti
asfiksia, kejang, sepsis.
2) Riwayat :
 ANC

17
 Perinatal
 Post natal
 Imunisasi
 Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
 Pemakaian parenteral nutrition
 Sepsis
 Enteral feeding
 Pemakaian Corticosteroid therapi
 Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
 Kanker
3) Data fokus
Data Subyektif:
 Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
 Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
 Rasa lapar (bayi sering nangis)
 Nyeri kepala
 Sering menguap
 Irritabel
Data obyektif:
 Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
 Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat
irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
 Plasma glukosa < 50 gr/
Pengkajian head to toe
Data subyektif :
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit sekarang
 Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi
atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-
faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang
mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat
antihiperglikemik oral.
Data Obyektif
a. Aktivitas / Istirahat

18
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun,
gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat
atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda :
Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada,
disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan,
bola mata cekung
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen,
diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun,
hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit
kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran
tiroid (peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi,
stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental,
refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari
DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
19
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa
sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
i. Keamana
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit
rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan
yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak
memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadapglukosa darah.
3. DATA-DATA LABORATORIUM HIPOGLIKEMIA
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan gula darah, urea darah,
serum creatinin (BUN), mikoro albumunurea, dan glikohemoglobin (Hb) Ph dan bagian
tekanan dari karbon dioksida (PCO2). tabel 51-1 menjelaskan bahwa rasional
peningkatan dari studi ini. Periksa bagian urinary menunjukkan adanya pemeriksaan.tabel
51-2 menunjukkan gula darah normal, penjelasan mengenai interprestasi yang tidak
normal pada keadaan koma, perawat memberi perawatan sampai pemeriksaan gula darah
selanjutnya. (Donna 1991).

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Curah jantung , penurunan factor yang berhubungan : kontraklitas jantung yang buruk
b. Proses keluarga, perubahan factor yang berhubungan : penyakit bayi , terpisah dari
anggota keluarga, koping tidak efektif , deficit pengetahuan.
c. Cedera, resiko factor : aktivitas kejang
d. Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, perubahan factor yang berhubungan : reflex
mengisap pada bayi yang tidak adekuat, tingginya kecepatan mtabolik/ stress
fisiologi, muntah, kehilangan menelan.

20
5. INTERVENSI
Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
Penurunan koping NIC NOC
keluarga  Caregiver - dukungan pemberi
Definisi : Orang terdekat stressors asuhan :menyediakan
anggota keluarga atau  Family coping , informasi penting
sahabat yang memberikan disable advokasi dan dukungan
dukungan , rasa nyaman ,  Parenting , yang dibutuhkan untuk
bantuan atau motivasi tidak impaired memfasilitasi perawatan
adekuat , tidak efektif atau  Parental role, primer pasien selain dari
mengalami penurunan yang conflict professional kesehatan
mungkin diperlukan oleh  Therapeutic - peningkatan koping :
klien untuk mengelola atau regimen membantu pasien
menguasai tugas- tugas management beradptasi dengan
adaktif terkait mesalah  Ineffective persepsi stressor ,
kesehatan. Kriteria Hasil : perubahan, atau ancaman
Batasan karakteristik  keluarga tidak yang menganggu
Obyektif mengalami pemenuhan tuntutan dan
 Orang terdekat penurunan koping peran hidup
mengupayakan prilaku keluarga - dukunagn emosi :
asistif/ membantu  hubungan pasien memberikan penenangan
dengan hasil yang pemberian , penerimaan dan
tidak memuaskan kesehatan adekuat dorongan selama periode
 Orang terdekat  kesejahteraan stress
mengupayakan prilaku emosi pemberi - promosi keterlibatan
suportif / mendukung asuhan kesehatan keluarga : memfasilitasi
dengan hasil yang keluarga partisipasi keluarga
tidak memuaskan  koping keluarga dalam perawatan emosi
 Orang terdekat meningkat dan fisik pasien
menunjukan perilaku  normalisasi - mobilitas keluarga :
protektif yang tidak keluarga yang penggunaan kekuatan
sesuai dengan memuaskan keluarga untuk
kempuan klien  performa yang mempengaruhi kesehatan
 Orang terdekat baik pemberian pasien kearah yang
menunjukan prilaku asuhan angsung positif
proktif yang tidak dan tidak - pemeliharaan proses
sesuai dengan langsung keluarga : meminimalkan
kebutuhan otonomi dampak gangguan proses
klien keluarga
 Orang terdekat - dukungan keluarga :
memasuki komunikasi meningkatkan nilai,
personal yang terbatas minat dan tujuan kelurga
dengan klien - panduan system
 Orang terdekat kesehatan: memfasilitasi
menarik diri dari lien local pasien dan

21
Subyektif penggunaan pelayanan
 Klien mengungkapkan kesehatan yang sesuai
keluhan mengenai - fasilitas pembelajaran :
respons orang terdekat meningkatkan
terhadap masalah kemampuan untuk
kesehatan memproses dan
 Orang terdekat memahami informasi
mengungkapkan - membantu orang tua dan
pemahaman yang tidak keluarga lain anak sakit
adekuat yang kronis atau yang
menggangu mengalami ketunandayan
 Orang terdekat kronis dalam
menggambarkan memberikan pengalaman
preokupasi dengan hidup normal untuk anak
reaksi personal dan keluarga mereka
Factor yang berhubungan: - rawat rehat : memberikan
 Prilaku peserta yang perawatan jangka-
mempengaruhi orang pendek
yang penting bagi
klien
 Krisis perkembangan
yang dapat dihadapi
orang yang penting
bagi klien
 Kelelahan dalam
kemampuan suportif
 Informasi yang didapat
oleh orang yang
penting bagi klien
tidak adekuat
 Kurang dukungan
timbal balik
 Sedikit dukungan yang
diberikan pada klien
dan selanjutnya untuk
orang yang penting
bagi klien
 Krisis sitasional yang
dapat dihadapi orang
yang penting bagi
klien
 Disorganisasi keluarga
yang sementara
 Kegelisahan sementara
dari orang yang
penting bagi klien.

22
Penurunan curah jantung NOC NIC
Definisi :Ketidakadekuatan  Cardiac pump Cardiac Care
darah yang dipompa oleh effectiveness - Evaluasi adanya nyeri
jantung untuk memenuhi  Circulation status dada
kebutuhan metabolic tubuh.  Vital sign status (intensitas,lokasi,duras
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : i)
 Perubahan frekuensi  Tanda vital dalam - Catat adanya disritnia
/irama jantung rentang normal jantung
-Aritmia (tekanan - Catat tanda dan gejala
-Bradikardi,takikardi darah,nadi,respira penurunan cardic
-Perubahan EKG si) output
-Palpitasi  Dapat - Monitoring status
 Perubahan preload mentoleransi cardio vaskuler
-Penurunan tekanan aktivitas,tidak ada - Monitoring status
vena central (central kelelahan pernafasan yang
venous  Tidak ada edema menandakan gagal
pressure,CVP) paru,perifer,dan jantung
-Penurunan tekanan tidak ada asites - Monitor abdomen
arteri Tidak ada penurunan sebagai indicator
paru(pulmonary kesadaran penurunan perfusi
artery wedge - Monitoring balance
pressure,PAWP) cairan
-Edema,keletihan - Monitoring adanya
-Peningkatan CVP perubahan tekanan
-Peningkatan PAWP darah
-Distensi vena - Monitoring respon
jugular pasien terhadap efek
-Murmur pengotan anti aritmia
-Peningkatan berat - Atur periode latihan
badan dan istirahat untuk
 Perubahan afterload menghindari kelelahan
-kulit lembab - Monitoring toleransi
-penurunan nadi aktifitas pasien
perifer - Adanya dyspnea
-Penurunan fatigue,taqipnue dan
resistansi vaskular artopneu
paru(Pulmonary - Anjurkan untuk
vascular menurunkan stress
resistensi,PVR) Vital sign Monitor
-penurunan - Monitor teknan
resistansivaskular darah,suhu,dan
sistemik (systemic respirasi

23
vascular - Catat adanya fluktuasi
resistensi,SVR) tekanan darah
-Dipsnea - Monitor VS saat
-peningkatan PVR pasien
-Peningkatan SVR berbaring,duduk,berdir
-Oliguria i
-pengisn kapiler - Auskultasi tekanan
memanjang darah pada kedua
-perubahan warna tangan dan bandingkan
kulit - Monitor tekanan
-variasi pada darah,nadi,dan
pembacaan tekanan respirasi,sebelum
darah selama dan sesudah
 Perubahan dan setelah beraktifitas
kontraktilitas - Monitor kualitas dari
-Batuk,crackle nadi
-penurunan indeks - Monitor adanya pulsus
jantung paradoksus
-penurunan fraksi - Monitor adanya pulsus
ejeksi alterans
-ortopnea - Monitor jumlah dan
-dispnea paroksimal irama jantung
nocturnal - Monitor bunyi jantung
-penurunan - Monitor frekuensi dan
LVSWI(left irama pernafasan
ventricular stroke - Monitor suara paru
work index) - Monitor pola
-penurunan stroke pernafasan abnormal
volume index(SVI) - Monitor suhu,warna
-Bunyi s3,bunyi s4 dan kelembapan kulit
 Perilaku/wmosi - Monitor sianosis
-Ansietas,Gelisah perifer
Fakttor Yang - Monitor adanya
Berhubungan : cushing triad (tekanan
 Perubahan afterload nadi yang
 Perubahan melebar,bradikardi,pen
kontraktilitas ingkatan sistolik)
 Perubahan frekuensi Identifikasi penyebab dari
jantung perubahan vital sign
 Perubahan Preload
 Perubahan irama
Perbahan volume
secukupnya
Risiko cidera NOC NIC
Definisi: beresiko  Riks Kontrol Environment Managemen (
mengalami cedera sebagai Kriteria Hasil: Manajemen Lingkungan)

24
akibat kondisi lingkungan  Klien terbebas - Sediakan
yang berinteraksi dengan dari cedera lingkungan yang
sumber adaptif dan sumber  Klien mampu aman untuk pasien
defensif individu menjelaskan cara/ - Identifikasi
Factor resiko: metode untuk kebutuhan
 Eksternal mencegah keamanan pasien,
- Biologis (mis,. injury/cedera sesuai dengan
Tingkat  Klien mampu kondisi fisik dan
imunisasi menjelaskan fungsi kognitif
komunikasi, factor resiko dari pasien dan riwayat
mikroorganisme) lingkungan/ penyakit terdahulu
- Zat kimia ( mis., perilaku personal pasien
racun, polutan,  Mampu - Menghindarkan
obat, agenens, memodifikasi lingkungan yang
alcohol, gaya hidup untuk berbahaya (
nikotin,pengawet mencegah injury misalnya
, kosmetik,  Menggunakan memindahkan
pewarna) fasilistas perabotan)
- Manusia (mis., kesehatan yang - Memasang side
agens ada rail tempat tidur
nosocomial, pola Mampu mengenali - Menyediakan
ketegangan, atau perubahan status tempat tidur yang
factor koknitif, kesehatan nyaman dan bersih
afektif, dan - Menempatkan
psikomotor) saklar lampu
- Cara ditempat yang
pemndahan/trasp mudah dijangkau
or pasien
- Nutrisi ( mis, - Membatasi
desain, struktur, pengunjung
dan pengaturan - Menganjurkan
komunikasi, keluarga untuk
bangunan, dan/ menemani pasien
atau peralatan - Mengontrol
 Internal lingkingan dari
- Profil darah yang kebisingan
abnormal (mis, - Memindahkan
leukositosis/ barang-barang
leukopenia, yang dapat
gangguan factor membahayakan
koagulasi, Berikan penjelasan pada
trombositopenia, pasien dan keluarga atau
sel sabit, pengunjung adanya perubahan
talasemia, status kesehatan dan
penurunan penyenbab penyakit
hemoglobin)

25
- Disfungsi
biokimia
- Usia
perkembangan (
fisiologis,
psikososial)
- Disfungsi efektor
- Disfungsi imun-
autoimun
- Disfungsi
integrative
- Malnutrisi
- Fisik (mis.,
integritas kulit
tidak utuh,
gangguan
mobilitas)
- Pisikologis (
orientasi afektif)
- Disfungsi
sensorik
Hipoksia jaringan
Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari  Nutritional status: Nutrition Management
kebutuhan tubuh food and fluid - Kaji adanya alergi
Definisi : Asupan nutrisi  Intake makanan
tidak cukup untuk  Nutrional status : - Kolaborasi dengan ahli
memenuhi metabolic nutrient intake gizi untuk menentukan
Batasan karakteristik :  Weight control jumlah kalori dan
 Kram abdomen Kriteria hasil : nutisi yang dibutuhkan
 Nyeri abdomen  Adanya pasien
 Menghindari peningkatan berat - Anjurkan pasien untuk
makanan badan sesuai meningkatkan intake
 Berat badan 20% dengan tujuan fe
atau lebih dibawah  Berat badan ideal - Anjurkan pasien untuk
berat badan ideal sesuai dengan meningkatan protein
 Kerapuhan kapiler tinggi badan dan vitamin c
 Diare  Mampu - Berikan substansi gula
mengidentifikasi - Yakinkan diet yang
 Kehilangan rambut
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
berlebihan
 Tidak ada tanda tinggi serat untuk
 Bising usus
tanda malnutrisi mencegah konstipasi
hiperaktif
 Menunjakkan - Berikan makanan yang
 Kurang makanan peningkatan terpilih (sudah
 Kurang informasi fungsi dikonsultasikan
 Kurang minat pada pengecapan dari dengan ahli gizi)
makanan

26
 Penurunan berat menelan - Ajarkan pasien
badan dengan Tidak terjadi penurunan bagaimana membuat
asupan makanan berat badan yang berarti catatan makanan
adekuat harian
 Kesalahan konsepsi - Monitor jumlah nutrisi
 Kesalahan informasi dan kandungan kalori
 Mambran mukosa - Berikan informasi
pucat tentang kebutuhan
 Ketidakmampuan nutrisi
memakan makanan - Kaji kemampuan
 Tonus otot menurun pasien untuk
mendapatkan nutrisi
 Mengeluh gangguan
yang dibutuhkan
sensasi rasa
Nutrition monitoring
 Mengeluh asupan
- BB pasien dalam batas
makanan kurang dari
normal
RDA(recommended
- Monitor adanya
daily allowance)
penurunan berat badan
 Cepat kenyang - Monitor tipe dan
setelah makan jumlah aktivitas yang
 Sariawan rongga biasa dilakukan
mulut - Monitor interaksi anak
 Steatorea atau orangtua selama
 Kelemahan otot makan
penguyah - Monitor lingkungan
 Kelemahan otot selama makan
untuk menelan - Jadwalkan pengobatan
Faktor-faktor yang dan tindakan tidak
berhubungan : selama jam makan
 Faktor biologis - Monitor kulit kering
 Faktor ekonomis dan perubahan
 Ketidak mampuan pigmentasi
untuk mengabsorbsi - Monitor turgor kulit
nutrient - Monitor
 Ketidak mampuan kekeringan,rambut
untuk mencerna kusam,dan mudah
makanan patah
 Ketidak mampuan - Monitor mual dan
menelan makanan muntah
Faktor psikologis - Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
- Monitor
pucat,kemerahan,dan

27
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan
intake nutrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik,hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral,
Catat jika lidah berwarna
magenta,scarlet

6. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi

28
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalaukadar
glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L). Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian insulin atau perparat oral ang berlebihan, konsumsi
makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat
terjadi setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini bisa dijumpai sebelum makan,
khususnya jika waktu makan tertunda atau bila pasien lupa makan camilan. Sebagai
contoh hipoglikemia siang hari terjadi bila insulinreguler yang disuntikan pada pagi hari
mencapai puncaknya, sementara hipoglikemia pada sore hari timbul bersamaan dengan
puncak kerja NPH atau insulin lente yang diberikan pada pagi hari. Hipoglikemia pada
tengah malam dapat terjadi akibat pencapaian puncak kerja NPH atau insulin lente yang
disuntikan pada malam hari khususnya bila pasien tidak makan camilan sebelum tidur.

29
DAFTAR PUSTAKA

RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta : Aulia
Publishing
Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention
and NOC Outcomes. Upper Saddle River: New Jersey
Smeltzer, suzanna C, 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah. Brunner & suddart edisi 8
volume 2. EGC, Jakarta
Nurarif .K, dkk (2015). Aplikasi keperawatan berdasarkan diagnose medis dan Nanda Nic-Noc,
edisi jilid 1. Yogjakarta

30

Anda mungkin juga menyukai