Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN DENGAN HIPOGLOKEMIA BESERTA


ASUHAN KEPERAWATANNYA

TUGAS : KEPERAWATAN GAWATDARURAT 1

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA
KUPANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hipoglikemi adalah salah satu kegawatan yang mengancam bila tidak segera
teratasi, dimana terjadi akibat menurunnya kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl.
Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa, khususnya puasa yang disertai olahraga,
karena olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot. Hipoglikemia
lebih sering disebabkan kelebihan dosis insulin pada pengidap diabetes dependent
insulin (IDDM).
Studi yang berlangsung dari tahun 1998-2002, melibatkan 1.465 partisipan
dengan DM tipe 2 dan berusia rata-rata 65 tahun yang pernah mengalami sekali atau
lebih episode hipoglikemia, menunjukkan sebanyak 17% menderita demensia,
dibandingkan dengan 10,3% dari mereka yang tidak ada riwayat hipoglikemia. Risiko
terjadinya demensia ada 26% pada kelompok pasien yang memiliki riwayat
hipoglikemia berat sebanyak 1 kali, meningkat 15% pada pasien yang memiliki
riwayat hipoglikemia berat sebanyak 2 kali, dan menjadi 16% pada pasien yang
memiliki riwayat hipoglikemia 3 kali atau lebih. (Soemadji 2007, 1870)
Penyebab adanya Hipoglikemia adalah Dosis suntikan insulin terlalu
banyak.Lupa makan atau makan terlalu sedikit,Aktifitas terlalu berat, Minum alkohol
tanpa disertai makan, Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari,
Penebalan di lokasi suntikan, Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan,
Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa, Gangguan hormonal,
Pemakaian aspirin dosis tinggi, Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan
pertolongan segera, karena hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai
dengan kematian (Kedia, 2011). Hipoglikemi adalah salah satu kegawatan yang
mengancam bila tidak segera teratasi, dimana terjadi akibat menurunnya kadar
glukosa darah kurang dari 50 mg/dl.

Hipoglikemi dapat disebabkan oleh puasa, khususnya puasa yang disertai


olahraga, karena olahraga meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot.
Hipoglikemia lebih sering disebabkan kelebihan dosis insulin pada pengidap diabetes
dependent insulin (IDDM). Otak memerlukan glukosa darah sebagai sumber energi
utama. Oleh sebab itu jika gula darah terlalu rendah maka organ pertama yang terkena
dampaknya adalah sistem saraf pusat, seperti sakit kepala akibat perubahan aliran
darah otak, konfusi, iritabilitas, kejang, dan koma. Selain itu, hipoglikemia juga
menyebabkan pengaktifan sistem saraf simpatis yang menstimulasi rasa lapar, gelisah,
berkeringat dan takikardia. Sehingga pentingnya penanganan asuhan keperawatan
gawat darurat yang tepat. Dari latar belakang diatas penulis ingin membahas tentang
asuhan keperawatan gawat darurat dengan hipoglikemi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud hipoglikemia?
b. Apa penyebab hipoglikemia?
c. Apa saja tanda dan gejala hipoglikemia?
d. Bagaimana patofisiologi hipoglokemia ?
e. Bagaimana penatalaksanaan hipoglikemia?
f. Bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien hipoglikemia ?

1.3 TUJUAN
a. Untuk Mengetahui Pengertian Hipoglikemia
b. Untuk Mengetahui Penyebab Hipoglikemia
c. Untuk Mengetahui Tanda dan gejala Hipoglikemia
d. Untuk Mengetahui Patofisiologi Hipoglikemia
e. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Hipoglikemia
f. Untuk Mengetahui Asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien Hipoglikemia 
2.1 Definisi
Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma  puasa kurang
dari 50 mg/%. (Marino : 1991)
Hipoglikemi bisa didefinisikan sebagai kadar gula yang rendah, biasanya kurang
dari 3 mmol/L pada pembuluh vena dengan gejala dan tanda utama dimana harus
secepatnya dikenali. (Wong and Whaley : 1996).
Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia
apabila gula darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998.
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l,
walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia
A,1997)
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose)
adalah 60 mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60
mg%. (Wiyono ,1999).
Hipoglikemia adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau tergantung pada
kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh.

2.2 Etiologi
Etiologi hipoglikemia pada diabetes mellitus (DM)
a. hipoglikemia pada stadium dini
b. hipoglikemia dalam rangka pengobatan DM
1. penggunaan insulin
2. penggunaan sulfonylurea
3. bayi yang lahir dari ibu pasien DM
c. Hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan DM
1. hiperinsulinesme alimenter pasca gastrektomi
2. insulinoma
3. penyakit hati berat
4. tumor ekstra pankreatik,fibrosarkoma,karsinoma ginjal
5. hipopituitarism,  (Mansjoer A, 1999: 602).

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan
insulin atau sulfonylurea:
a. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
1. pengurangan/keterlambatan makan
2. kesalalahan dosis obat
3. latihan jasmani yang berlebihan
4. penurunan kebutuhan insulin
 penyembuhan dari penyakit
 nefropati diabetic
 hipotiroidisme
 penyakit Addison
 hipopituitarisme
5. hari-hari pertama persalinan
6. penyakit hati berat
7. gastro paresis diabetic

b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter


1) pengendalian glukosa darah yang ketat
2) pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
3) penggantian jenis insulin, (Mansjoer A, 1999: 602)

2.3 patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam
system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut. Oleh karena itu, jika
jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja
otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula
darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah
menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak
berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

2.4 Menifestasi klinis


Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase yaitu
a. Fase  I : gejala-gejala aktivas pusat autonom dan hipotalamus sehingga         
hormon epinefrin di lepaskan, gejala awal ini merupakan peringatan karena saat
itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk
mengatasi hipoglikemia lanjut.
b. Fase II: gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,karena
itu di namakan gejala neurologist.
Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi
otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di
samping gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh pada
fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan
kronik.
Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol
sangat ketat mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah
lama menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan
kewaspadaan yang kronik biasanya irreversible dan di anggap merupakan
komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia
dengan gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan
menghilang dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan
berkepanjangan adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien
telah lama menderita DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade farmakologik
(beta bloker non selektif), dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang
berkasiat lama). (Mansjoer A, 1997 :  603).
Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum ketimbang
ketoasidosis, meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada kelompok
ketergantungan insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia adalah lebih cepat dan
manifestasinya adalah lebih bervariasi, sering terjadi dengan cara yang tidak jelas
sehingga dapat mengelakan perhatian seseorang sampai orang tersebut tidak
menyadari apa yang sesungguhnya yang sedang terjadi dan tidak mampu untuk
mencarari pengobatan yang tidak sesuai, sehingga reaksi hipoglikemia akibat insulin
dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari pasien.Yang setidaknya dapat
memalukan dan yang lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga meskipun
pemulihan yang berarti dan hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam beberapa
menit setelah pengobatan yang sesuai, banyak pasien secara emosional
(kemungkinan secara psikologis) tetap terguncang selama beberapa jam atau bahkan
selama beberapa hari setelah reaksi insulin. Akhirnya dalam kondisi hipoglikemia
ekstrim, masih mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan otak
permanen dan bahkan fatal.(Ester,2000:464).

Di kutip dari Karen Bruke 2005 :1478 ada beberapa tanda gejala ataupun
manifestasi klinis yang  meliputi:
- Lapar
- Mual-muntah
- Pucat,kulit dingin
- Sakit kepala
- Nadi cepat
- Hipotensi
- Irritabilitas

Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral


- Sakit kepala
- Koma
- Kesulitan dalam berfikir
- Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi

2.5 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa. (Mansjoer A
1999: 604)
Di kutip dari www.medicare.com ada berbagai pemeriksaan penunjang meliputi :
a. perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia,
perpanjanganya (48-72 jam) setelah pengawasan puasa.
b. Tes bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa (2
jam PP)
c. Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.
d. Tes ini juga mencari tes pancreas atau penyakit endokrin.

2.6 Penatalaksaan
a. Pengobatan Hipoglikemia
1. Glukosa Oral 
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10 - 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk
tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar dan non diet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam
coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam
perlu diberikan tambahan 10-20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami
kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian
madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10
menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di
dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan
gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus
diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan
biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja    1 mg glucagon yang
singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12
hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada
keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian
glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi
glikogenolisis yang terjadi.
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus diberikan dengan berhati-hati. Pemberian glukosa dengan
konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10-20 menit sampai pasien sadar
disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam

b. Penanganan kegawatdaruratan hipoglikemia


Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah,
air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama
penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat
timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun
bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung
karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat
dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut
penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang
serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya
selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau
pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan
karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus
diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat
pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering
mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan
dalam porsi kecil.

2.7 Asuhan keperawatan


Data dasar yang perlu dikaji adalah :
 Pengkajian
1. Biodata pasien : Terdiri dari nama pasien, umur, alamat, pekerjaan, status
perkawinan, dan agama
2. Keluhan utama :Pasien merasakan nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk di kepala
denagn skala 5 pada saat beraktivitas,kejang, kegelisahan, berkeringat, serta pasien
merasakan lapar terus menerus.
3. Riwayat penyakit saat ini :Berisi tentang kapan terjadinya hipoglikomia, apa yang
dirasakan klien dan apasaja yang sudah dilakukan untuk mengstasi sakitnya
4. Riwayat penyakit dahulu : Kaji adanya penyakit yang diderita seprti adanya diabetes
militus, hepatitis, gagal ginjal dan penyakit lainnya yang berhubugan degan
hipoglikomia, kaji riwayat penggunaan obat, konsumsi alkhol, aktivitas fisik yang
dilakukan dan asupan makanan
5. Riwayat penyakit keluarga : Kaji adanya penyakit keluarga yang bisa menimbulkan
hipoglikomia seperti diabetes militus, hepatitis dll
6. Keadaan umum :Pasien biasanya tampak pucat,lemas, gelisah, dan kesadaran
menurun. Ini disebabkan karena glukosa dalam darah kurang dari kebutuhan
sehingga membuat pasien mengalami kekurangan energi.
7. Pemeriksaan fisik :
 B1    : Breathing (Respiratory System) ada Sesak nafas, takipnea.
 B2    : Blood (Cardiovascular system) misalnya takikardi, penurunan TD, aritmia
jantung.
 B3    : Brain (Nervous system) gangguan sistem syaraf pusat, terjadi peningkatan
sistem syaraf simpatis.
 B4    : Bladder (Genitourinary system) ada  penurunan frekuensi / jumlah urine.
 B5    : Bowel (Gastrointestinal System) ada Anorexia, muntah, mual, kekurangan
nutrisi.
 B6    : Bone (Bone-Muscle-Integument) ada kelemahan dan nyeri pada daerah
ekstremitas.
8. Pemeriksaan penunjang
 Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postprandial
oral 5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.
  Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali
negatif terhadap glukosa.
 EKG: Takikardia.
 Diagnosa keperawatan
- Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan aliran darah
ke otak menurun dan nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk di kepala dengan pada
saat beraktivitas.
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
- Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Menyeluruh

 Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan /kriteria hasil Intervensi
Nyeri berhubugan Tujuan : - Lakukan pengkajian nyeri secara
degan agen cedera Setelah dilakukan tidakan komprehensif
biologis ditandai keperawatan diharapkan nyeri - Observasi reaksi non verbal dari
degan aliran darah dapat terkontrol ketidaknyamanan
keotak menurun dan KH : - Kaji kultur yang mempengaruhi
nyeri yang dirasakan - Mengenali faktor penyebab respon nyeri
seperti ditusuk-tusuk - Mengenali lamanya sakit - Evaluasi pengalaman nyeri masa
dikepela saat - Menggunakan metode lampau
beraktivitas pencegahan - Tingkatkan istirahat
- Penggunaan analgetik sesuai - Tingkatkan keefektifan kontrol
kebutuhan nyeri
Kekurangan volume Tujuan : - monitor tanda-tanda vital
cairan berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Monitor status hidrasi
dengan kehilangan keperawatan diharapkan volume - Kolaborasi pemberian cairan infus
cairan aktif cairan yang kehilagan volume intravena
cairan dapat diatasi - Motivasi pasien minum air putih
KH : banyak
- Mampu mempertahankan urin
output sesuai dengan usia dan
berat badan
- Hematokrit dibatas normal
- Tekanan darah, nadi, suhu
dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
- Elastisitas turgor kulit
baikMembran
- mukosa lembab
- Tak ada rasa haus yang
berlebihan

Intoleransi Aktivitas Tujuan : - Membantu pasien untuk


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan mengeksplorasi makna pribadi
Kelemahan keperawatan diharapkan diharapkan aktivitas (misalnya, bekerja) dan
pasien dapat beraktivitas seperti aktivitas faforit klien
semula - Membantu untuk memilih
KH : aktivitas sesuia degan fisik,
- Frekuensi nadi saat beraktivitas capabiliti, psikologi dan sosial
dalam rentang normal (60-100 - Identifikasi faktor-faktor yang
x/menit) dapat menurunkan intoleransi
- RR saat beraktivitas dalam aktivitas
rentang normal (12-20 x/menit) - Ajarkan metode penghemat energi
- Mudah bernapas saat untuk aktivitas
beraktivitas
- Tekanan systolik saat
beraktivitas dalam rentang
normal (120-140 mmHg
- Tekanan diastolic saat
beraktivitas dalam rentang
normal (80-90 mmHg)
- Mampu melakukan aktivitas
hidup sehari-hari

BAB V
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Hipoglikemia merupakan salah satu
kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa
darah < 60 mg/dl. Tanda dan gejala hipoglikemia terdiri dari Fase I,gejala –gejala akibat
aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin di lepaskan.Gejala
awal ini merupakan peringatan karna saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil
tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.Fase II,gejala-gejala yang
terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak , karna itu dinamakan gejala neurologis.
Pengkajian khusus paha hipoglikemia adalah Airway: Tidak ada gangguan; Breathing:
Merasa kekurangan oksige dan napas tersengal-sengal dan Circulation: Kebas,kesemutan
di bagian ekstremitas,keringat dingin,hipotermi, dan penurunan kesadaran

2.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca sekalian dapat menjadikan makalah “asuhan keperawatan
hipoglikemia” sebagai salah satu acuan yang bermanfaat, walaupun masih penuh dengan
keterbatasaN dan kekurangan yang sangat perlu kritik dan saran dari pembaca.

Daftar pustaka

Herdman,T.Heather(2012).Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC


Corwin,Elizabeth j (2000).Buku Saku Patofisisologi Jakarta : EGC
Sriyanti.2013.AskepHipoglikemi.Retrievedfromhttp://chelyriyanti.blogspot.com/2013/08/as
kep-hipoglikemia_21.html
Somantri.2014.Asuhan keperawatan pada klien dengan hipoglikemia.Retrieved from
http://rianisomantri.blogspot.com/2014/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan_12.html

Anda mungkin juga menyukai