Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada DM tipe 1 dengan angka kejadian 10%-30%
pasien per tahun dengan angka kematiannya 3%-4%, sedangkan pada DM tipe 2 angka
kejadiannya 1,2% pasien per tahun (Berber et al., 2013). Rata-rata kejadian hipoglikemia
meningkat dari 3.2 per 100 orang per tahun menjadi 7.7 per 100 orang per tahun pada
penggunaan insulin (Cull et al., 2001). Menurut penelitian lain didapatkan data kejadian
hipoglikemia terjadi sebanyak 30% per tahun pada pasien yang mengonsumsi obat
hipoglikemik oral seperti sulfonilurea. Sebagai penyulit akut pada DM tipe2,
hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan Insulin dan Sulfonilurea
(PERKENI, 2011).
Hipoglikemi biasanya terjadi pada wanita antara usia 25-35 tahun, meskipun beberapa
penyebab hipoglikemi yang lain tidak berhubungan dengan jenis kelamin. Rata-rata usia
pasien yang didiagnosa dengan insulinoma pada usia 40 tahun awal, tetapi beberapa kasus
baru dilaporkan pada usia tahunan (Hamdy, 2014).
Pada pasien DM, hipoglikemia merupakan faktor penghambat utama dalam mencapai
sasaran kendali glukosa darah normal. Hipoglikemia yang terjadi pada DM merupakan
suatu keadaan yang terjadi ketika insulin dan glukosa darah dalam keadaan tidak
seimbang. Hal ini dapat terjadi setelah menggunakan insulin atau obat anti diabetik
lainnya, tidak cukup makan atau waktu jeda antar makan yang lama (biasanya pada
tengah malam), latihan fisik tanpa asupan makanan yang cukup sebelumnya, atau tidak
cukup konsumsi karbohidrat (ADA, 2012) dimana gejala yang di timbulkannya dapat
berupa gejala otonom seperti berkeringat, gemetar, palpitasi, dan/atau gejala dari
disfungsi neurologi seperti kejang, lethargi, hingga koma (Self et al., 2013).
Setelah mengetahui masalah kedaruratan sistem endokrin Hipoglikemia dapat
dilakukan tindakan pencegahan dan penangan yang tepat. Tugas kita sebagai perawat

adalah memberikan asuhan keperawatan klien dengan kedaruratan sistem endokrin sesuai
dengan tanda dan gejala pada masing-masing penyakit dengan benar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipoglikemi?
2. Apa saja etiologi hipoglikemi?
3. Apa saja klasifikasi dari hipoglikemi?
4. Apa saja manifestasi klinis dari hipoglikemi?
5. Bagaimana patofisiologi dari hipoglikemi?
6. Bagaimana WOC dari hipoglikemi?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari hipoglikemi?
8. Apa saja komplikasi dari hipoglikemi?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari hipoglikemi?
10. Bagaimana prognosis dari hipoglikemi?
11. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan hipoglikemi?
1.3 Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Mahasiswa dapat memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
hipoglikemi
1.3.2

TujuanKhusus
1. Menjelaskan definisi dari hipoglikemi
2. Menjelaskan klasifikasi dari hipoglikemi
3. Menjelaskan etiologi dari hipoglikemi
4. Menjelaskan manifestasi klinis dari hipoglikemi
5. Menyusun patofisiologi dari hipoglikemi
6. Menyusun WOC dari hipoglikemi
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari hipoglikemi
8. Mengetahui penatalaksanaan dari hipoglikemi
9. Mengetahui komplikasi dari hipoglikemi
10. Mengetahui prognosis dari hipoglikemi
11. Menyusun asuhan keperawatan dari hipoglikemi

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang hipoglikemi. Mahasiswa
mampu melakukan tatalaksana yang tepat dan membuat asuhan keperawatan pada
kasus hipoglikemi.
2. Dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana mahasiswa mampu mengerjakan

tugas yang diberikan oleh dosen dan sebagai bahan pertimbangan dosen dalam
menilai mahasiswa.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipoglikemi adalah suatu keadaan abnormal dimana kadar glukosa dalam
darah <50/60 mg/dl. Hipoglikemi merupakan komplikasi akut yang dapat muncul pada
penderita diabetes mellitus, dimana keadaan tubuh dengan kadar glukosa darah sewaktu
dibawah 60 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan tubuh (Smeltzer 2002).
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl,
yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral
(Beradero et al, 2009).
2.2 Klasifikasi
Menurut Graber, dkk (2006) hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Hipoglikemia pascaprandial
Hipoglikemia pascaprandial terjadi 2-4 jam pascaprandial, terjadi secara mendadak
dan umumnya hilang dalam 15-20 menit.pada umumnya terdapat gejala
perangsangan adrenergik, antara lain diaforesis, ansietas, iritabilitas, palpitasi,
tremor, dan rasa lapar.
2. Hipoglikemia puasa
Hipoglikemia puasa terjadi pada puasa yang lebih dari 4 jam. Pada umumnya
terdapat gejala neurologlikopenia antara lain sakit kepala, mental tumpul, dan
kelelahan. Jika hipoglikemia lebih berat, dapat memburuk menjadi kejang,
penglihatan kabur, hilang kesadaran, serta kejang.
3. Iatrogenik atau eksogen
Hipoglikemia kategori ini dapat terjadi pada pasien diabetes dengan perubahan
dosis pengobatan atau perubahan kadar aktivitas fisik.
Menurut Soemadji (2006) dan Rush & Louies (2004) klasifikasi dan
manifestasi klinis dari hipoglikemi sebagai berikut:
Jenis hipoglikemi
Ringan

Tanda dan Gejala


- Dapat diatasi sendiri dan tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari
- Berkeringat, tremor, takikardia, palpitasi,
gelisah, lapar, pucat, dan tekanan nadi

Sedang

meluas
- Dapat diatasi sendiri, mengganggu aktivitas
sehari-hari
- Timbul
gangguan

pada

SSP:
4

ketidakmampuan

untuk

berkonsentrasi,

sakit kepala, kepala terasa ringan, kusut


piker, lupa sesaat, bicara tidak jelas, tak
terkoordinasi,

perubahan

emosional,

perilaku mudah marah, penglihatan ganda,


Berat

dan mengantuk
- Membutuhkan orang lain dan terapi glukosa
- Fungsi ssp mengalami gangguan berat:
kesulitan bangun dari tidur, disorientasi,
kejang, penurunan kesadaran

2.3 Etiologi
Hipoglikemi paling banyak terjadi dalam pengobatan pasien yang menderita
diabetes melitus. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan pada pasien yang mengalami
hipoglikemia tercantum berikut ini.
1. Obat-obatan : insulin, obat perangsang sekresi insulin (terutama klorpropamid,
repaglinid, nateglinid), alkohol, salisilat dosis tinggi, sulfonamida, pentamidin, kina,
2.

kuinolon.
Gerak badan (Olahraga) : hipoglikemi dapat terjadi setelah 1-2 jam atau sampai 17
jam setelah melakukan olahraga Selama latihan intensitas sedang pada individu
nondiabetes, sekresi insulin endogen dapat berkurang sebanyak 40-60%. Dengan
demikian, penurunan seperti itu dianjurkan untuk mengganti dosis insulin selama
latihan (basal dan/ atau insulin preprandial). Sensitivitas insulin meningkat ~ 2 jam
setelah latihan intensitas moderat. Dengan demikian, pertimbangan harus diberikan
untuk mengurangi basal dan/ atau dosis insulin prandial selama 24 jam setelah

3.

latihan.
Reaksi hipoglikemia adalah glukosa darah turun mendadak, meskipun glukosa
darah masih > 100mg/dl. Hipoglikemia pada pasien DM biasanya disebabkan oleh
pemakaian Obat Anti Diabetes (OAD) oral terutama golongan sulfonylurea dan
insulin. Kelebihan pemakaian dosis obat, ketidak teraturan penderita dalam hal
mengkonsumsi makanan sehabis memakai obat, faktor usia lanjut dan adanya
penyakit gagal ginjal kronik bisa merupakan faktor risiko terjadinya hipoglikemia

4.

(Suyono, 2002)
Penyakit berat : gagal hati, gagal ginjal, atau gagal jantung : sepsis; kelaparan dalam

5.

waktu lama.
Defisiensi hormon : insufisiensi adrenal, hipopituitarisme.

6.

Insulinoma : tumor sel pankreas, hiperplasia sel (atau nesidioblastosis,

7.

kongenital atau setelah pembedahan lambung atau bariatrik).


Etiologi lain yang jarang : tumor sel non- (tumor epitelial atau mesenkimal besar
yang menghasilkan IGF-II, tumor non-pankreas lainnya), insulin atau antibodi
reseptor insulin, defek enzim yang diwarisi.
Menurut Sabatine (2004), hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes dan

Non Diabetes dengan etiologi sebagai berikut :


1. Pada Diabetes :
a. Overdoses insulin
b. Asupan makanan kurang (tertunda atau lupa, terlalu sedikit, output yang

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

berlebihan (muntah, diare), diet berlebihan)


c. Aktivitas berlebihan
d. Gagal ginjal
e. Hipotiroid
Pada Non Diabetes
Peningkatan produksi insulin
Pasca aktivitas
Konsumsi makanan yang sedikit kalori
Konsumsi alkohol
Pasca melahirkan
Post gastrectomy
Penggunaan obat-obatan dalam jumlah besar (salisilat, sulfonamide)

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala dan tanda dari hipoglikemia merupakan akibat dari aktivasi sistem saraf
otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia lajut dan pasien yang mengalami
hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom dapat berkurang sehingga pasien
yang mengalami hipoglikemia tidak menyadari kalau kadar gula darahnya rendah
(hypoglycemia unawareness). Kejadian ini dapat memperberat akibat dari hipoglikemia
karena penderita terlambat untuk mengkonsumsi glukosa untuk meningkatkan kadar
gula darahnya.
Menurut Soemadji (2006) dan Cryer (2005), karakteristik diagnostik
hipoglikemia ditentukan berdasarkan pada TRIAS WIPPLE sebagai berikut :
1. Terdapat tanda-tanda hipoglikemi (lapar, gemetar, keringat dingin, berdebar,
2.
3.

pusing, gelisah, koma)


Kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl
Gejala akan hilang seiring dengan peningkatan kadar glukosa darah (paska koreksi)

2.5 Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa
terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun
6

itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak
sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam
jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf
tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl
(3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersamasama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai
oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter
air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24
jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan selsel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi,
sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak
rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di
samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
7

hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami


disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran (Smeltzer. 2002).
2.6 WOC
Terlampir
2.7

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut David, et.,al (2007) yaitu:
a. Darah:
-

Hemoglobin

glikosilasi

(HbA1c),

yang

memberikan

indeks

rata-rata

pengendalian glukosa darah selama 2-3 bulan sebelumnya; target 7% atau


kurang.
-

Glukosa sesudah makan terakhir

Kreatinin (dan/atau ureum)

Skrining lipid, target kadar kolesterol total <5.2 mmol/L dan trigliserida puasa
<2.0 mmol/L.

b. Urin untuk mencari albumin dan mikroalbumin


2.8

Komplikasi
Hipoglikemia dapat menyebabkan kesakitan yang parah dan bahkan kematian
tergantung dari tingkat keparahan atau durasi.Resiko jangka pendek dari hipoglikemik
meliputi situasi berbahaya yang dapat meningkat ketika seseorang dalam kondisi
hipoglikemi apakah saat dirumah, bekerja. Sedangkan koma yang memanjang kadangkadang dikaitkan dengan gejala sementara neurologis seperti paresis, kejang, dan
encephalopathy.
Komplikasi potensial jangka panjang dan hipoglikemi yang parah adalah
kerusakan ringan kecerdasan dan gangguan neurologis permanen seperti ashemiparesis
dan kelainan lanjutan fungsi tubuh. Berdasarkan penelitian restrofektive diduga ada
kaitan antara keseringan hipoglikemi parah (> 5 episodik sejak didiagnosa) dan
penurunan penampilan kecerdasan. Perubahan yang terjadi kecil, tetapi tergantung pada
pekerjaan seseorang. Secara klinis dapat berarti. Sebaliknya penelitian prospektive tidak
ditemukan

hubungan

antara

terapi

intensive

insulin

dengan

fungsi

kognitif.Hipoglikemia yang tidak segera ditangani bisa menyebabkan kerusakan otak


yang irreversible. (Rubenstein, 2007).
2.9

Penatalaksanaan
8

Menurut PERKENI (2006) dalam Widyawati (2012), pemberian glukosa diarahkan


pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV)
satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex) dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30
mg/dl.
Tatalaksana untuk pasien hipoglikemi, antara lain:
Manajemen Hipoglikemia menurut Soemadji (2006), Rush & Louise (2004),
Smeltzer & Bare (2003) dalam Widyawati (2012) menyatakan tatalaksananya bergantung pada
derajat hipoglikemi, yakni:
a. Hipoglikemi ringan:
1. Memberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6-10 butir permen atau 2-3
2.
3.

sendok teh sirup atau madu


Jika gejala tidak berkurang dalam 15 menit maka ulangi pemberiannya
Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori seperti coklat,
kue, donat, ice cream, cake, biji-bijan dan kacang-kacangan, keripik/krupuk, daging

b.

kambing, sapi, kulit ayam, minyak ikan, telur.


Hipoglikemi berat:
1. Tergantung pada tingkat kesadaran pasien. Bila klien dalam keadaan tidar sadar
2.

jangan memberikan makanan atau minuman aspirasi


Glucagon 1 mg subkutan atau intramuscular untuk pasien yang tidak mampu menelan
atau menolak pengobatan. Mungkin membutuhkan waktu 20 menit untuk
memulihkan kesadaran. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian
glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan
pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian
40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk
mempertahankan pemulihan, mengingat kerja

1 mg glucagon yang singkat

(awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27


menit). Intinya berikan gula sederhana disertai makan kecil jika pasien sudah tidak
mengalami penurunan kesadaran. Glucagon dapat menyebabkan glikogenesis dalam
hati dengan adanya simpanan glikogen yang adekuat. Pada klien yang keadaannya
kritis akibat koma selama beberapa waktu, simpanan glikogen mungkin telah
digunakan dan pemberian glukosa IV adalah satu-satunya tindakan yang efektif
3.

(Carpenito, 2009).
Diberikan dekstrosa 50% dalam air 25-50 ml melalui intravena untuk pasien yang
tidak sadar atau tidak mampu untuk menelan dalam lingkungan rumah sakit
(Baughman & Hackley, 2000). Glukosa intravena harus dberikan dengan berhatihati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 1020 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
Menurut PERKENI (2006) pedoman tatalaksana hipoglikemia sebagai berikut

Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl. Bila diperlukan pemberian

glukosa cepat (IV) satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex) dapat menaikkan kadar glukosa
kurang lebih 25-30 mg/dl.
Manajemen Hipoglikemi menurut Soemadji (2006); Rush & Louise (2004); Smeltzer
& Bare (2003) sebagai berikut:
a. Tergantung derajat hipoglikemi:
1. Hipoglikemi ringan:
Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6-10 butir permen atau 2-3

sendok teh sirup atau madu


Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menit ulangi pemberiannya
Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue, donat,

ice cream, cake


2. Hipoglikemi berat:
Tergantung pada tingkat kesadaran pasien
Bila klien dalam keadaan tidak sadar jangan memberikan makanan atau minuman
3. Terapi hipoglikemi:
Glukosa oral
Glukosa intravena
Glukagon 1 mg (sc/im)
Thiamine 100 mg (IV/IM) pada pasien alkoholic wernicke encephalophaty
Monitoring

Kadar

Glukosa Terapi hipoglikemi

(mg/dl)
< 30 mg/dl

(dengan rumus 3-2-1)


Injeksi iv dex.40% (25 cc) bolus 3 flakon

30-60 mg/dl

injeksi iv dex.40% (25 cc) bolus 2 flakon

60-100 mg/dl
Evaluasi:

injeksi iv dex.40% (25 cc) bolus 1 flakon

2.10
Pencegahan
Untuk
mencegah

1. Periksa kadar gula darah lagi, setelah 30 m3nit sesudah injeksi


2. Sesudah bolus 3 flakon atau 2 flakon atau 1 flakon setelah 30

menit dapat diberikan 1 flakon lagi sampai 2-3 kli untuk


mencapai kadar > 120mg/dL
hipoglikemi harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Berhenti merokok
Merokok merusak kemampuan tubuh dalam mengontrol kadar gula darah.
Kandungan nikotin rokok bisa meningkatkan produksi insulin dan menurunkan
produksi hormon-hormon lain yang dikenal dengan glucagon. Glucagon
disekresikan dalam hati sebagai respon terhadap kadar gula darah rendah. Glucagon
berperan menstimulasi hati untuk melepaskan glukosa yang telah disimpan dalam
hati sebagai glikogen. Jika merokok, tubuh akan kesulitan mengatur kadarnya,
karena bereaksi dengan nikotin.
10

2. Diet seimbang
Diet dengan mengonsumsi makanan seperti sayur dan buah segar, sereal whole
grain, daging rendah lemak, lemak dalam jumlah kecil dan perbanyak minum air.
3. Makan lebih sering dengan porsi kecil
Makan atau mengonsumsi kudapan sehat dalam porsi kecil setiap 3 atau 4 jam
sekali. Dengan begitu, kadar gula darah tidak akan turun terlalu

rendah.

Mengonsumsi 5 atau 6 kudapan kecil, dibandingkan 3 makan besar tidak akan


menyebabkan kenaikan berat badan sepanjang jumlah kalori yang dikonsumsi tidak
berubah.
4. Sediakan kudapan
Mempunyai persediaan kudapan untuk dikonsumsi setiap beberapa jam sekali.
Pilihlah makanan yang tidak kaya lemak dan gula. Pilih buah segar atau kering, kue
atau biskuit yang terbuat dari tepungwhole wheat atau oat merupakan kudapan
sehat.
5. Hindari makanan bergula saat perut kosong
Kadar gula darah akan meningkat cepat jika mengonsumsi makanan bergula saat
perut dalam keadaan kosong. Peningkatan cepat ini menyebabkan tubuh
mengeluarkan insulin dalam jumlah berlebih, yang akhirnya akan menyebabkan
kadar gula turun dengan cepat. Karena itu, pastikan mengonsumsi makanan bergula
setelah mengonsumsi makanan yang kaya serat (makanan yang kaya sayur, whole
grain atau kacang-kacangan). Serat mempunyai efek melindungi dan membantu
memperlambat peningkatan kadar gula darah.
6. Hindari alkohol saat perut kosong
Alkohol mempunyai efek yang sama dengan makanan bergula. Jika hendak minum
alkohol, pastikan setelah makan makanan yang mengandung serat.
7. Hindari minuman yang mengandung kafein
Kafein yang terdapat di dalam kopi, teh, dan minuman berbahan dasar cola, serta
cokelat panas akan menstimulasi pankreas untuk mensekresikan lebih banyak
insulin. Hal ini akan memperparah sensitivitas gula dan gejala-gejala rendah gula.
8. Pertahankan berat badan ideal
Sangat penting untuk menjaga agar berat badan normal, tidak naik atau turun
drastis. Diet ketat yang sangat membatasi jumlah kalori justru bisa memicu
hipoglikemia berulang.
9. Jagalah kesehatan tubuh dan pikiran.
11

Tubuh dan pikiran yang sehat berisiko lebih rendah mengalami hipoglikemia.
Cobalah menerapkan teknik relaksasi dan berolahragalah paling tidak 3 kali
seminggu.
10. Patuh terapi
Jika berolah raga atau berpergian jauh sangat dianjurkan untuk selalu menyimpan
permen atau gula batu di dalam saku atau tas tangan.
Hipoglikemi ringan:
a. Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6-10 butir permen atau 2-3
sendok teh sirup atau madu
b. Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menit ulangi pemberiannya
c. Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue, donat,
es krim, dan cake
Hipoglikemi berat
a. Tergantung pada tingkat kesadaran pasien
b. Bila pasien dalam keadaan tidak sadar jangan memberikan makanan atau
minuman
2.11 Prognosis
Keadaan hipoglikemia lebih berbahaya jika dibandingkan dengan keadaan
hiperglikemia, kematian dapat terjadi karena keterlambatan dalam pengobatan (Arif
Mansjoer 2001).

12

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Klien bernama Ny. S (perempuan) umur 59 tahun datang ke rumah sakit Dr. Soetomo
pada tanggal 17 September 2016 jam 10.00. Suami klien Tn. B (62 tahun) mengatakan sehari
sebelum dibawa ke rumah sakit klien diajak bertamasya dengan keluarga sehingga klien
merasa kecapekan dan sejak pulang dari bertamasya klien tampak pucat.Tn. B juga
mengatakan sekitar 15 menit sebelum dibawa ke rumah sakit klien sempat pingsan sehingga
Tn. B dan keluarga mendatangi rumah sakit Dr. Soetomo. Ketika sampai di rumah sakit
perawat langsung melakukan pemeriksaan kepada Ny. S. Klien terlihat terbaring lemas, klien
tampak pucat, akral dingin, klien tampak berkeringat, ketika bernapas terlihat retraksi dinding
dada dan pola napas klien reguler dengan Respiratory Rate (RR) 28x/menit. Keluarga
mengatakan klien terakhir makan adalah tadi malam dan hari ini klien belum sarapan.Klien
mengatakan kepala terasa pusing, pusing terasa senut- senut dengan skala 6, klien
mengatakan pusing sering muncul, pusing terasa berat ketika klien beraktivitas.dan ekspresi
wajah klien tampak tegang dan klien tampak memegangi kepala.
Hasil pemeriksaan fisik pada Ny. S keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
GCS:E3V5M5, TD: 120/80 mmHg, RR:28x/menit, N:96x/ menit, S: 35,8 oC. Pada
pemeriksaan Head to toe yang mengalami masalah antara lain pada membrane mukosa
bibir kering, pemeriksaan dada inspeksi: RR: 28x/menit dan terlihat pergerakan otot
aksesoris, capilery refill 3 detik dan akral teraba dingin, basah, dan pucat. Pada
pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) yang dilakukan pada klien tanggal 17
September 2016GDS : 37 mg/dl.
3.2 Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identifikasi Klien
a) Nama: Ny. S
b) Umur: 59 tahun
c) Jenis Kelamin: Perempuan
d) Alamat: Jl. Magersari No. 70 Surabaya
e) Agama: islam
f) Pekerjaan: Ibu rumah tangga
g) Pendidikan: SMA
h) Tanggal MRS: 17 September 2016
i) Tanggal pengkajian: 17 September 2016
j) Diagnosa medis: Diabetes mellitus Tiper II (Hipoglikemia)
2) Keluhan Utama
13

Klien mengatakan kepala terasa pusing, pusing terasa senut- senut dengan skala 6,
klien mengatakan pusing sering muncul, pusing terasa berat ketika klien
beraktivitas.dan ekspresi wajah klien tampak tegang dan klien tampak memegangi
kepala
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien bernama Ny. S (perempuan) umur 59 tahun datang ke rumah sakit Dr.
Soetomo pada tanggal 17 September 2016 jam 10.00.Ketika sampai di rumah
sakit perawat langsung melakukan pemeriksaan kepada Ny. S. Klien terlihat
terbaring lemas, klien tampak pucat, akral dingin, klien tampak berkeringat, ketika
bernapas terlihat retraksi dinding dada dan pola napas klien tampak reguler
dengan Respiratory Rate (RR) 28x/menit.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus sejak 6 tahun yang lalu,
keluarga juga mengatakan kalau klien sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit,
kali ini merupakan ketiga kalinya klien dirawat di Rumah Sakit.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga ada yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus yaitu
dari ayah klien.
6) Riwayat Penggunaan Obat
Klien menggunakan obat glibenklamid dengan frekuensi 1 kali sehari
7) Riwayat Nutrisi
Klien makan 3x sehari, terkadang minum the hangat di pagi hari, klien tidak
mempunyai jam makan yang teratur.
8) Riwayat Aktivitas Fisik
Klien adalah ibu rumah tangga yang sehari-harinya mengurus rumah terkadang
juga menjaga cucunya karena anak dan menantunya bekerja diluar rumah.
9) Riwayat Merokok dan Alkohol
Klien tidak pernah merokok maupun minum alkohol.
b. Pengkajian Primer(Primary Survey)
1) Airways
Jalan napas paten dengan tidak ada sputum atau benda asing yang menghalangi
jalan napas.
2) Breathing
Didapatkan data Respiratory Rate (RR) 28x/menit.dan terlihat pergerakan otot
aksesoris.
3) Circulation
Didapatkan TD: 120/80 mmHg, Nadi: 96x/menit. akral teraba dingin,capilery
refill 3 detik, tampak pucat dan mukosa bibir kering.
4) Disabiliting
Kesadaran menurun dengan GCS:E3V5M5, tingkat kesadaran apatis
c. Pemeriksaan Fisik(Review of System)
1) B1 (Breathing)
14

Didapatkan data Respiratory Rate (RR) 28x/menit.dan terlihat pergerakan otot


aksesorisklien juga mengalami masalah pada circulation yaitu akral teraba dingin
dengan suhu 35,8oC.
2) B2 (Blood)
TD: 120/80 mmHg,N:96x/ menit, nadi teraba lemah, akral dingin, klien tampak
pucat dan tampak berkeringat.
3) B3 (brain)
Klien merasa pusing dan kepala terasa berat dengan ekspresi wajah yang meringis
serta memegangi kepalanya terus.
4) B4 (Bladder)
Tidak ada masalah
5) B5 (Bowel)
Klien belum makan, tampak lesu dan lapar
6) B6 (Bone)
Klien tampak lemah, tidak mampu beraktivitas
d. Pengkajian Sekunder (Secondary Survey)
Pada pengkajian sekunder klien mengalami masalah pada Last meal, yaitu
Keluarga mengatakan klien terakhir makan adalah tadi malam dan hari ini klien
belum sarapan.
e. Pemeriksaan Penunjang
GDS : 37 mg/dl.
3.3 Analisa Data
No.
1.

Data
DS:

Etiologi
Hipoglikemia

Pola

MK
napas

tidak

efektif

DO:
1. Respiratory Rate (RR)
28x/menit
2. Terlihat pergerakan otot
aksesoris

Transportasi glukosa ke otak

Gangguan metabolism sel


otak
Penurunan kesadaran
Terjadi depresi pusat
pernapasan
Pola napas tidak efektif

15

2.

DS:

Kadar gula darah

1. Klien merasa lemas


2. Klien merasa kepalanya

Gangguan

perfusi

jaringan perifer
Hipoglikemi

pusing
DO:
1.
2.
3.
4.
5.

suplaiglukosa ke jaringan

GCS:E3V5M5
TD: 120/80 mmHg,
RR:28x/menit,
N:96x/ menit
Akral dingin, capilery

Gangguan perfusi jaringan


perifer

refill 3 detik, tampak


pucat dan mukosa bibir
kering
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, kelemahan otot
pernapasan
2. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan kadar glukosa darah
3.5 Intervensi Keperawatan
No.
1.

Diagnosa

NOC

NIC

Keperawatan
Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Airway Management (3140)
efektif berhubungan perawatan selama 1x24 jam

1. Posisikan

dengan

pola napas efektif.

hiperventilasi,

Kriteria Hasil:

memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi klien perlunya

kelemahan
pernapasan

otot Respiratory Status: Airway


Suara napas bersih
1. Tidak ada sianosis
2. Sesak napas
3. Irama
napas
dan
frekuensi napas da-lam
rentang normal
4. Tidak ada sianosis
5. Gelisah
Status

jalan

napas

perlu
4. Auskultasi suara napas ,
catat adanya suara
tambahan
5. Kolaborasi

napas

pemberian

bronkodilator bila perlu


6. Monitor respirasi dan status
oksigen
Respiration Monitoring (3350)

Ventilation (0403)
1. Respirasi

pemasangan

untuk

buatan
3. Lakukan fisioterapi dada bila

Patency (0410)

Respiratory

klien

dalam

1. Monitor

rata-rata,

ritme,
16

rentang normal
2. Ritme dalam

batas

normal
3. Ekspansi dada simetris
4. Tidak ada penggunaan
otot-otot tambahan
5. Tidak ada retraksi dada
6. Tidak
ditemukan
dispneu
7. Tidak ditemukan taktil
fremitus
8. Tidak ada suara napas
tambahan

kedalaman, dan usaha napas


2. Catat gerakan dada apakah
simetris,

ada

penggunaan

otot tambahan, dan retraksi


3. Monitor pola napas :
bradipneu,

takipneu,

kusmaul, apnoe
4. Dengarkan suara napas :
catat area yang ventilasinya
menurun/tidak ada dan catat
adanya suara tambahan
5. Resusitasi bila perlu
6. Berikan terapi pengobatan
sesuai advis (oral, injeksi,
atau terapi inhalasi)
Cough Enhancement (3250)
1. Monitor fungsi paru-paru,
kapasitas vital, dan inspirasi
maksimal
Oxygen Teraphy (3320)
1. Pertahankan
napas
2. Jelaskan

patensi

pada

jalan

klien

keluarga tentang pentingnya


pemberian O2
3. Berikan
oksigen

sesuai

kebutuhan
4. Pilih peralatan yang sesuai
kebutuhan: kanul nasal 1-3
l/mnt, head box 5-10 l/mnt,
dll
5. Monitor aliran O2
6. Monitor selang O2
7. Cek secara periodik selang
O2, air humidifier, aliran O2
8. Observasitanda kekurangan
O2: gelisah, sianosis dll
9. Pertahankan O2 selama
17

dalam transportasi
2.

Gangguan

perfusi Setelah

dilakukan HypovolemiaManagement(4180

jaringan perifer b.d intervensi selama 2x24 jam )


penurunan
glukosa darah

kadar tidak terjadi gangguan pada

1. Monitor

status

perfusi jaringan perifer

hemodinamik, termasuk HR,

Kriteria Hasil:

Tekanan darah, MAP, dan

Tissue

Perfusion

Peripheral (0407)
1. Kulit hangat dan kering
2. Denyut nadi perifer
kuat (skala 4-5)
Circulation Status (0401)
1. Tekanan

darah

sistolik= 90-140 mHg


2. MAP= 70-105 mmHg
3. Haluaran urin= 30
ml/jam

atau

0,5-1

ml/kg/jam
4. Hb= 13-18 g/dl
Vital Sign (0802)
1. RR = 12-20x/menit

CVP

untuk

mengevaluasi

keefektifan resusitasi cairan.


2. Monitor integritas kulit.
3. Perawatan
sirkulasi
:
Memberikan

pengobatan

antitrombosit

atau

anti

koagulan, jika diperlukan.


Shock management(4250)
1. Monitor TTV
2. Pemasangan

EKG

dan

pantau adanya disritmia


3. Pantau adanya gejala gagal
napas
4. Kaji hasil dari pemeriksaan
BGA

3.6 Evaluasi
1. Pola napas klien menjadi efektif
2. Gangguan perfusi jaringan pada klien teratasi
3. Intake nutrisi klien adekuat

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
18

Hipoglikemi adalah suatu keadaan abnormal dimana kadar glukosa dalam darah
<50/60 mg/dl. Hipoglikemi merupakan komplikasi akut yang dapat muncul pada
penderita diabetes mellitus, dimana keadaan tubuh dengan kadar glukosa darah sewaktu
dibawah 60 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan tubuh (Smeltzer 2002). Hipoglikemi
paling banyak terjadi dalam pengobatan pasien yang menderita diabetes melitus.
Gejala dan tanda dari hipoglikemia merupakan akibat dari aktivasi sistem saraf
otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia lajut dan pasien yang mengalami
hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom dapat berkurang sehingga pasien yang
mengalami hipoglikemia tidak menyadari kalau kadar gula darahnya rendah
(hypoglycemia unawareness).
Menurut PERKENI (2006) pedoman tatalaksana hipoglikemia sebagai berikut
Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl. Bila diperlukan pemberian
glukosa cepat (IV) satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex) dapat menaikkan kadar
glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita sebaiknya mengetahui dan dapat mengaplikasikan
asuhan keperawatan pada klien dengan Hipoglikemi, sehingga perawatan yang diberikan
sesuai dan dapat dari kecacatan serta dapat memperbaiki kondisi dari klien.

DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. Dayrit, M. W, Siswadi, Yakobus. 2009. Seri Asuhan Keperawatan: Klien
dengan Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.
David, et.,al. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Edisi Keenam. Alih bahasa: dr. Annisa
Rahmalia. Editor: Amalia Safitri. Penerbit Erlangga
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

19

Purnamasari, Endha, Poerwantoro, Bambang. 2011. Diabetes Mellitus dengan Penyulit


Kronis. Majalah Kesehatan Pharma Medika, 2011

Vol.3, No.2.

Powers A. 2001. Diabetes Mellitus. Di dalam: Braunwald E, Fauci A, Kasper D, Hauser S,


Longo D, Jameson J, editor. Harrison's Principles Of Internal Medicine. Edisi ke-15.
New York: McGraw-Hill.
Rubenstein, David. Wayne, David. Bradley, John. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis
Edisi 6. Jakarta: Erlangga
Sabatine, Marcs S. 2004. Buku Saku Klinis.Perpustakaan Nasional Hipokrates. EGC: Jakarta.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC
Widyawati, Ika Yuni. 2012. Manual Prosedur Tatalaksana Hipoglikemia dan Hiperglikemia.
pdf. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2016 pukul 20.30 WIB

20

Anda mungkin juga menyukai