PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada DM tipe 1 dengan angka kejadian 10%-30%
pasien per tahun dengan angka kematiannya 3%-4%, sedangkan pada DM tipe 2 angka
kejadiannya 1,2% pasien per tahun (Berber et al., 2013). Rata-rata kejadian hipoglikemia
meningkat dari 3.2 per 100 orang per tahun menjadi 7.7 per 100 orang per tahun pada
penggunaan insulin (Cull et al., 2001). Menurut penelitian lain didapatkan data kejadian
hipoglikemia terjadi sebanyak 30% per tahun pada pasien yang mengonsumsi obat
hipoglikemik oral seperti sulfonilurea. Sebagai penyulit akut pada DM tipe2,
hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan Insulin dan Sulfonilurea
(PERKENI, 2011).
Hipoglikemi biasanya terjadi pada wanita antara usia 25-35 tahun, meskipun beberapa
penyebab hipoglikemi yang lain tidak berhubungan dengan jenis kelamin. Rata-rata usia
pasien yang didiagnosa dengan insulinoma pada usia 40 tahun awal, tetapi beberapa kasus
baru dilaporkan pada usia tahunan (Hamdy, 2014).
Pada pasien DM, hipoglikemia merupakan faktor penghambat utama dalam mencapai
sasaran kendali glukosa darah normal. Hipoglikemia yang terjadi pada DM merupakan
suatu keadaan yang terjadi ketika insulin dan glukosa darah dalam keadaan tidak
seimbang. Hal ini dapat terjadi setelah menggunakan insulin atau obat anti diabetik
lainnya, tidak cukup makan atau waktu jeda antar makan yang lama (biasanya pada
tengah malam), latihan fisik tanpa asupan makanan yang cukup sebelumnya, atau tidak
cukup konsumsi karbohidrat (ADA, 2012) dimana gejala yang di timbulkannya dapat
berupa gejala otonom seperti berkeringat, gemetar, palpitasi, dan/atau gejala dari
disfungsi neurologi seperti kejang, lethargi, hingga koma (Self et al., 2013).
Setelah mengetahui masalah kedaruratan sistem endokrin Hipoglikemia dapat
dilakukan tindakan pencegahan dan penangan yang tepat. Tugas kita sebagai perawat
adalah memberikan asuhan keperawatan klien dengan kedaruratan sistem endokrin sesuai
dengan tanda dan gejala pada masing-masing penyakit dengan benar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipoglikemi?
2. Apa saja etiologi hipoglikemi?
3. Apa saja klasifikasi dari hipoglikemi?
4. Apa saja manifestasi klinis dari hipoglikemi?
5. Bagaimana patofisiologi dari hipoglikemi?
6. Bagaimana WOC dari hipoglikemi?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari hipoglikemi?
8. Apa saja komplikasi dari hipoglikemi?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari hipoglikemi?
10. Bagaimana prognosis dari hipoglikemi?
11. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan hipoglikemi?
1.3 Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Mahasiswa dapat memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
hipoglikemi
1.3.2
TujuanKhusus
1. Menjelaskan definisi dari hipoglikemi
2. Menjelaskan klasifikasi dari hipoglikemi
3. Menjelaskan etiologi dari hipoglikemi
4. Menjelaskan manifestasi klinis dari hipoglikemi
5. Menyusun patofisiologi dari hipoglikemi
6. Menyusun WOC dari hipoglikemi
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari hipoglikemi
8. Mengetahui penatalaksanaan dari hipoglikemi
9. Mengetahui komplikasi dari hipoglikemi
10. Mengetahui prognosis dari hipoglikemi
11. Menyusun asuhan keperawatan dari hipoglikemi
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang hipoglikemi. Mahasiswa
mampu melakukan tatalaksana yang tepat dan membuat asuhan keperawatan pada
kasus hipoglikemi.
2. Dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana mahasiswa mampu mengerjakan
tugas yang diberikan oleh dosen dan sebagai bahan pertimbangan dosen dalam
menilai mahasiswa.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipoglikemi adalah suatu keadaan abnormal dimana kadar glukosa dalam
darah <50/60 mg/dl. Hipoglikemi merupakan komplikasi akut yang dapat muncul pada
penderita diabetes mellitus, dimana keadaan tubuh dengan kadar glukosa darah sewaktu
dibawah 60 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan tubuh (Smeltzer 2002).
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl,
yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral
(Beradero et al, 2009).
2.2 Klasifikasi
Menurut Graber, dkk (2006) hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Hipoglikemia pascaprandial
Hipoglikemia pascaprandial terjadi 2-4 jam pascaprandial, terjadi secara mendadak
dan umumnya hilang dalam 15-20 menit.pada umumnya terdapat gejala
perangsangan adrenergik, antara lain diaforesis, ansietas, iritabilitas, palpitasi,
tremor, dan rasa lapar.
2. Hipoglikemia puasa
Hipoglikemia puasa terjadi pada puasa yang lebih dari 4 jam. Pada umumnya
terdapat gejala neurologlikopenia antara lain sakit kepala, mental tumpul, dan
kelelahan. Jika hipoglikemia lebih berat, dapat memburuk menjadi kejang,
penglihatan kabur, hilang kesadaran, serta kejang.
3. Iatrogenik atau eksogen
Hipoglikemia kategori ini dapat terjadi pada pasien diabetes dengan perubahan
dosis pengobatan atau perubahan kadar aktivitas fisik.
Menurut Soemadji (2006) dan Rush & Louies (2004) klasifikasi dan
manifestasi klinis dari hipoglikemi sebagai berikut:
Jenis hipoglikemi
Ringan
Sedang
meluas
- Dapat diatasi sendiri, mengganggu aktivitas
sehari-hari
- Timbul
gangguan
pada
SSP:
4
ketidakmampuan
untuk
berkonsentrasi,
perubahan
emosional,
dan mengantuk
- Membutuhkan orang lain dan terapi glukosa
- Fungsi ssp mengalami gangguan berat:
kesulitan bangun dari tidur, disorientasi,
kejang, penurunan kesadaran
2.3 Etiologi
Hipoglikemi paling banyak terjadi dalam pengobatan pasien yang menderita
diabetes melitus. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan pada pasien yang mengalami
hipoglikemia tercantum berikut ini.
1. Obat-obatan : insulin, obat perangsang sekresi insulin (terutama klorpropamid,
repaglinid, nateglinid), alkohol, salisilat dosis tinggi, sulfonamida, pentamidin, kina,
2.
kuinolon.
Gerak badan (Olahraga) : hipoglikemi dapat terjadi setelah 1-2 jam atau sampai 17
jam setelah melakukan olahraga Selama latihan intensitas sedang pada individu
nondiabetes, sekresi insulin endogen dapat berkurang sebanyak 40-60%. Dengan
demikian, penurunan seperti itu dianjurkan untuk mengganti dosis insulin selama
latihan (basal dan/ atau insulin preprandial). Sensitivitas insulin meningkat ~ 2 jam
setelah latihan intensitas moderat. Dengan demikian, pertimbangan harus diberikan
untuk mengurangi basal dan/ atau dosis insulin prandial selama 24 jam setelah
3.
latihan.
Reaksi hipoglikemia adalah glukosa darah turun mendadak, meskipun glukosa
darah masih > 100mg/dl. Hipoglikemia pada pasien DM biasanya disebabkan oleh
pemakaian Obat Anti Diabetes (OAD) oral terutama golongan sulfonylurea dan
insulin. Kelebihan pemakaian dosis obat, ketidak teraturan penderita dalam hal
mengkonsumsi makanan sehabis memakai obat, faktor usia lanjut dan adanya
penyakit gagal ginjal kronik bisa merupakan faktor risiko terjadinya hipoglikemia
4.
(Suyono, 2002)
Penyakit berat : gagal hati, gagal ginjal, atau gagal jantung : sepsis; kelaparan dalam
5.
waktu lama.
Defisiensi hormon : insufisiensi adrenal, hipopituitarisme.
6.
7.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.5 Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa
terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun
6
itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak
sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam
jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf
tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl
(3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersamasama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai
oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter
air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24
jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan selsel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi,
sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak
rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di
samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
7
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut David, et.,al (2007) yaitu:
a. Darah:
-
Hemoglobin
glikosilasi
(HbA1c),
yang
memberikan
indeks
rata-rata
Skrining lipid, target kadar kolesterol total <5.2 mmol/L dan trigliserida puasa
<2.0 mmol/L.
Komplikasi
Hipoglikemia dapat menyebabkan kesakitan yang parah dan bahkan kematian
tergantung dari tingkat keparahan atau durasi.Resiko jangka pendek dari hipoglikemik
meliputi situasi berbahaya yang dapat meningkat ketika seseorang dalam kondisi
hipoglikemi apakah saat dirumah, bekerja. Sedangkan koma yang memanjang kadangkadang dikaitkan dengan gejala sementara neurologis seperti paresis, kejang, dan
encephalopathy.
Komplikasi potensial jangka panjang dan hipoglikemi yang parah adalah
kerusakan ringan kecerdasan dan gangguan neurologis permanen seperti ashemiparesis
dan kelainan lanjutan fungsi tubuh. Berdasarkan penelitian restrofektive diduga ada
kaitan antara keseringan hipoglikemi parah (> 5 episodik sejak didiagnosa) dan
penurunan penampilan kecerdasan. Perubahan yang terjadi kecil, tetapi tergantung pada
pekerjaan seseorang. Secara klinis dapat berarti. Sebaliknya penelitian prospektive tidak
ditemukan
hubungan
antara
terapi
intensive
insulin
dengan
fungsi
Penatalaksanaan
8
b.
(Carpenito, 2009).
Diberikan dekstrosa 50% dalam air 25-50 ml melalui intravena untuk pasien yang
tidak sadar atau tidak mampu untuk menelan dalam lingkungan rumah sakit
(Baughman & Hackley, 2000). Glukosa intravena harus dberikan dengan berhatihati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 1020 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
Menurut PERKENI (2006) pedoman tatalaksana hipoglikemia sebagai berikut
Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl. Bila diperlukan pemberian
glukosa cepat (IV) satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex) dapat menaikkan kadar glukosa
kurang lebih 25-30 mg/dl.
Manajemen Hipoglikemi menurut Soemadji (2006); Rush & Louise (2004); Smeltzer
& Bare (2003) sebagai berikut:
a. Tergantung derajat hipoglikemi:
1. Hipoglikemi ringan:
Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6-10 butir permen atau 2-3
Kadar
(mg/dl)
< 30 mg/dl
30-60 mg/dl
60-100 mg/dl
Evaluasi:
2.10
Pencegahan
Untuk
mencegah
2. Diet seimbang
Diet dengan mengonsumsi makanan seperti sayur dan buah segar, sereal whole
grain, daging rendah lemak, lemak dalam jumlah kecil dan perbanyak minum air.
3. Makan lebih sering dengan porsi kecil
Makan atau mengonsumsi kudapan sehat dalam porsi kecil setiap 3 atau 4 jam
sekali. Dengan begitu, kadar gula darah tidak akan turun terlalu
rendah.
Tubuh dan pikiran yang sehat berisiko lebih rendah mengalami hipoglikemia.
Cobalah menerapkan teknik relaksasi dan berolahragalah paling tidak 3 kali
seminggu.
10. Patuh terapi
Jika berolah raga atau berpergian jauh sangat dianjurkan untuk selalu menyimpan
permen atau gula batu di dalam saku atau tas tangan.
Hipoglikemi ringan:
a. Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6-10 butir permen atau 2-3
sendok teh sirup atau madu
b. Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menit ulangi pemberiannya
c. Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue, donat,
es krim, dan cake
Hipoglikemi berat
a. Tergantung pada tingkat kesadaran pasien
b. Bila pasien dalam keadaan tidak sadar jangan memberikan makanan atau
minuman
2.11 Prognosis
Keadaan hipoglikemia lebih berbahaya jika dibandingkan dengan keadaan
hiperglikemia, kematian dapat terjadi karena keterlambatan dalam pengobatan (Arif
Mansjoer 2001).
12
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Klien bernama Ny. S (perempuan) umur 59 tahun datang ke rumah sakit Dr. Soetomo
pada tanggal 17 September 2016 jam 10.00. Suami klien Tn. B (62 tahun) mengatakan sehari
sebelum dibawa ke rumah sakit klien diajak bertamasya dengan keluarga sehingga klien
merasa kecapekan dan sejak pulang dari bertamasya klien tampak pucat.Tn. B juga
mengatakan sekitar 15 menit sebelum dibawa ke rumah sakit klien sempat pingsan sehingga
Tn. B dan keluarga mendatangi rumah sakit Dr. Soetomo. Ketika sampai di rumah sakit
perawat langsung melakukan pemeriksaan kepada Ny. S. Klien terlihat terbaring lemas, klien
tampak pucat, akral dingin, klien tampak berkeringat, ketika bernapas terlihat retraksi dinding
dada dan pola napas klien reguler dengan Respiratory Rate (RR) 28x/menit. Keluarga
mengatakan klien terakhir makan adalah tadi malam dan hari ini klien belum sarapan.Klien
mengatakan kepala terasa pusing, pusing terasa senut- senut dengan skala 6, klien
mengatakan pusing sering muncul, pusing terasa berat ketika klien beraktivitas.dan ekspresi
wajah klien tampak tegang dan klien tampak memegangi kepala.
Hasil pemeriksaan fisik pada Ny. S keadaan umum lemah, kesadaran apatis,
GCS:E3V5M5, TD: 120/80 mmHg, RR:28x/menit, N:96x/ menit, S: 35,8 oC. Pada
pemeriksaan Head to toe yang mengalami masalah antara lain pada membrane mukosa
bibir kering, pemeriksaan dada inspeksi: RR: 28x/menit dan terlihat pergerakan otot
aksesoris, capilery refill 3 detik dan akral teraba dingin, basah, dan pucat. Pada
pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) yang dilakukan pada klien tanggal 17
September 2016GDS : 37 mg/dl.
3.2 Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identifikasi Klien
a) Nama: Ny. S
b) Umur: 59 tahun
c) Jenis Kelamin: Perempuan
d) Alamat: Jl. Magersari No. 70 Surabaya
e) Agama: islam
f) Pekerjaan: Ibu rumah tangga
g) Pendidikan: SMA
h) Tanggal MRS: 17 September 2016
i) Tanggal pengkajian: 17 September 2016
j) Diagnosa medis: Diabetes mellitus Tiper II (Hipoglikemia)
2) Keluhan Utama
13
Klien mengatakan kepala terasa pusing, pusing terasa senut- senut dengan skala 6,
klien mengatakan pusing sering muncul, pusing terasa berat ketika klien
beraktivitas.dan ekspresi wajah klien tampak tegang dan klien tampak memegangi
kepala
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien bernama Ny. S (perempuan) umur 59 tahun datang ke rumah sakit Dr.
Soetomo pada tanggal 17 September 2016 jam 10.00.Ketika sampai di rumah
sakit perawat langsung melakukan pemeriksaan kepada Ny. S. Klien terlihat
terbaring lemas, klien tampak pucat, akral dingin, klien tampak berkeringat, ketika
bernapas terlihat retraksi dinding dada dan pola napas klien tampak reguler
dengan Respiratory Rate (RR) 28x/menit.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus sejak 6 tahun yang lalu,
keluarga juga mengatakan kalau klien sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit,
kali ini merupakan ketiga kalinya klien dirawat di Rumah Sakit.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga ada yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus yaitu
dari ayah klien.
6) Riwayat Penggunaan Obat
Klien menggunakan obat glibenklamid dengan frekuensi 1 kali sehari
7) Riwayat Nutrisi
Klien makan 3x sehari, terkadang minum the hangat di pagi hari, klien tidak
mempunyai jam makan yang teratur.
8) Riwayat Aktivitas Fisik
Klien adalah ibu rumah tangga yang sehari-harinya mengurus rumah terkadang
juga menjaga cucunya karena anak dan menantunya bekerja diluar rumah.
9) Riwayat Merokok dan Alkohol
Klien tidak pernah merokok maupun minum alkohol.
b. Pengkajian Primer(Primary Survey)
1) Airways
Jalan napas paten dengan tidak ada sputum atau benda asing yang menghalangi
jalan napas.
2) Breathing
Didapatkan data Respiratory Rate (RR) 28x/menit.dan terlihat pergerakan otot
aksesoris.
3) Circulation
Didapatkan TD: 120/80 mmHg, Nadi: 96x/menit. akral teraba dingin,capilery
refill 3 detik, tampak pucat dan mukosa bibir kering.
4) Disabiliting
Kesadaran menurun dengan GCS:E3V5M5, tingkat kesadaran apatis
c. Pemeriksaan Fisik(Review of System)
1) B1 (Breathing)
14
Data
DS:
Etiologi
Hipoglikemia
Pola
MK
napas
tidak
efektif
DO:
1. Respiratory Rate (RR)
28x/menit
2. Terlihat pergerakan otot
aksesoris
15
2.
DS:
Gangguan
perfusi
jaringan perifer
Hipoglikemi
pusing
DO:
1.
2.
3.
4.
5.
suplaiglukosa ke jaringan
GCS:E3V5M5
TD: 120/80 mmHg,
RR:28x/menit,
N:96x/ menit
Akral dingin, capilery
Diagnosa
NOC
NIC
Keperawatan
Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Airway Management (3140)
efektif berhubungan perawatan selama 1x24 jam
1. Posisikan
dengan
hiperventilasi,
Kriteria Hasil:
memaksimalkan ventilasi
2. Identifikasi klien perlunya
kelemahan
pernapasan
jalan
napas
perlu
4. Auskultasi suara napas ,
catat adanya suara
tambahan
5. Kolaborasi
napas
pemberian
Ventilation (0403)
1. Respirasi
pemasangan
untuk
buatan
3. Lakukan fisioterapi dada bila
Patency (0410)
Respiratory
klien
dalam
1. Monitor
rata-rata,
ritme,
16
rentang normal
2. Ritme dalam
batas
normal
3. Ekspansi dada simetris
4. Tidak ada penggunaan
otot-otot tambahan
5. Tidak ada retraksi dada
6. Tidak
ditemukan
dispneu
7. Tidak ditemukan taktil
fremitus
8. Tidak ada suara napas
tambahan
ada
penggunaan
takipneu,
kusmaul, apnoe
4. Dengarkan suara napas :
catat area yang ventilasinya
menurun/tidak ada dan catat
adanya suara tambahan
5. Resusitasi bila perlu
6. Berikan terapi pengobatan
sesuai advis (oral, injeksi,
atau terapi inhalasi)
Cough Enhancement (3250)
1. Monitor fungsi paru-paru,
kapasitas vital, dan inspirasi
maksimal
Oxygen Teraphy (3320)
1. Pertahankan
napas
2. Jelaskan
patensi
pada
jalan
klien
sesuai
kebutuhan
4. Pilih peralatan yang sesuai
kebutuhan: kanul nasal 1-3
l/mnt, head box 5-10 l/mnt,
dll
5. Monitor aliran O2
6. Monitor selang O2
7. Cek secara periodik selang
O2, air humidifier, aliran O2
8. Observasitanda kekurangan
O2: gelisah, sianosis dll
9. Pertahankan O2 selama
17
dalam transportasi
2.
Gangguan
perfusi Setelah
dilakukan HypovolemiaManagement(4180
1. Monitor
status
Kriteria Hasil:
Tissue
Perfusion
Peripheral (0407)
1. Kulit hangat dan kering
2. Denyut nadi perifer
kuat (skala 4-5)
Circulation Status (0401)
1. Tekanan
darah
atau
0,5-1
ml/kg/jam
4. Hb= 13-18 g/dl
Vital Sign (0802)
1. RR = 12-20x/menit
CVP
untuk
mengevaluasi
pengobatan
antitrombosit
atau
anti
EKG
dan
3.6 Evaluasi
1. Pola napas klien menjadi efektif
2. Gangguan perfusi jaringan pada klien teratasi
3. Intake nutrisi klien adekuat
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
18
Hipoglikemi adalah suatu keadaan abnormal dimana kadar glukosa dalam darah
<50/60 mg/dl. Hipoglikemi merupakan komplikasi akut yang dapat muncul pada
penderita diabetes mellitus, dimana keadaan tubuh dengan kadar glukosa darah sewaktu
dibawah 60 mg/dl lebih rendah dari kebutuhan tubuh (Smeltzer 2002). Hipoglikemi
paling banyak terjadi dalam pengobatan pasien yang menderita diabetes melitus.
Gejala dan tanda dari hipoglikemia merupakan akibat dari aktivasi sistem saraf
otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia lajut dan pasien yang mengalami
hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom dapat berkurang sehingga pasien yang
mengalami hipoglikemia tidak menyadari kalau kadar gula darahnya rendah
(hypoglycemia unawareness).
Menurut PERKENI (2006) pedoman tatalaksana hipoglikemia sebagai berikut
Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl. Bila diperlukan pemberian
glukosa cepat (IV) satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr Dex) dapat menaikkan kadar
glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita sebaiknya mengetahui dan dapat mengaplikasikan
asuhan keperawatan pada klien dengan Hipoglikemi, sehingga perawatan yang diberikan
sesuai dan dapat dari kecacatan serta dapat memperbaiki kondisi dari klien.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. Dayrit, M. W, Siswadi, Yakobus. 2009. Seri Asuhan Keperawatan: Klien
dengan Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.
David, et.,al. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Edisi Keenam. Alih bahasa: dr. Annisa
Rahmalia. Editor: Amalia Safitri. Penerbit Erlangga
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
19
Vol.3, No.2.
20