Anda di halaman 1dari 43

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.W DENGAN HIPOGLIKEMIA DIRUANG


MELATI 2 RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

LAPORAN KLINIK

Disusun Oleh :
PUTRI RETNO SAWITRI
NIM.P905028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah
dibawah normal (<70mg/dl) (ADA, 2016). Hipoglikemia adalah efek samping yang
paling sering terjadi akibat terapi penurunan glukosa darah pada pasien DM dan
pengontrolan glukosa darah secara intensif selalu meningkatkan risiko terjadinya
hipoglikemia berat (Gruden et al., 2012). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada DM
tipe 1 dengan angka kejadian 10% - 30% pasien per tahun dengan angka kematian nya
3% - 4% ( Goldman & Shcafer, 2012), sedangkan pada DM tipe 2 angka kejadiannya
1,2 % pasien per tahun (Berber et al., 2013). Menurut penelitian lain didapatkan data
kejadian hipoglikemia terjadi sebanyak 30% per tahun pada pasien yang
mengonsumsi obat hipoglikemik oral seperti sulfonilurea (Self et al., 2013). Sebagai
penyulit aku pada DM tipe 2, hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan
Insulin dan Sulfonilurea (PERKENI, 2011).
Pada pasien DM, hipoglikemia merupakan faktor penghambat utama dalam
mencapai sasaran kendali glukosa darah normal. Hipoglikemia yang terjadi pada DM
merupakan suatu keadaan yang terjadi ketika insulin dan glukosa darah dalam
keadaan tidak seimbang. Hal ini dapat terjadi setelah menggunakan insulin atau obat
anti diabetik lainnya, tidak cukup makan atau waktu jeda antar makan yang lama
(biasanya pada tengah malam), latihan fisik tanpa asupan makanan yang cukup
sebelumnya, atau tidak cukup konsumsi karbohidrat (ADA,2012) dimana gejala yang
di timbulkannya dapat berupa gejala otonom seperti berkeringat, gemetar, palpitasi,
dll, dan/atau gejala dari disfungsi neurologi seperti kejang, lethargi, hingga koma
(Self et al., 2013). Selain faktor-faktor risiko diatas, usia juga menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi kejadian hipoglikemia, disebabkan oleh kerusakan respon
hormon kontra regulasi akibat usia (Kenny, 2013).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk mengetahui karakteristik gambaran
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa hipoglikemia.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan hipoglikemia
b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pasien dengan hipoglikemia
c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada pasien hipoglikemia.
d. Mampu melaksanakan implementasi atau tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan pada pasien dengan diagnosa medis hipoglikemia.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada
pasien dengan diagnosa medis hipoglikemia.

C. MANFAAT
1. Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan Hipoglikemia.
2. Laporan ini dapat memberikan manfaat sebagai acuan bagi pihak institusi
kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktik
asuhan keperawatan.
3. Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang Hipoglikemia.
4. Laporan ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan bagi
tenaga kesehatan khususnya perawat mengenai gambaran asuhan keperawatan
pada pasien dengan Hipoglikemia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal
kadar glukosa darah (Kedia,2011).
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar glukosa darah <60
mg/dl. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, hipoglikemia merupakan kadar glukosa
darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl (McNaughton,2011).
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana
kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan
yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap,
berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran
(syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).

B. Etiologi
Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat
karena menunda atau melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan
pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas,
gelisah, sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku,
lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus
bahaya.
D. Pathway
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada
orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang
tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

F. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang
berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia
juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah
bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan
gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan sistem
saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal
(Jevon, 2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama
bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat
menyebabkan koma sampai kematian.

G. Penatalaksanaan Medis & Keperawatan


Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada
keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan
karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau
mengkonsumsi makanan rigan. Dalam Setyohadi (2011), pada minuman yang
mengandung glukosa, dapat diberikan larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2
sendok makan). Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara
lain (Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan,
kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat pemberian
dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan
kepada orang dewasa, sedangkankonsentrasi 25% biasanya diberikankepada
anak-anak.
2. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon adalah
pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak
seperti dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena dengan perawatan
kesehatan yang berkualitas profesional, glucagon dapat diberikan oleh subkutan
(SC) atau intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih.
Hal ini dapat mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat
dilakukan secara darurat.

1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti
asfiksia, kejang, sepsis.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami, pengobatan saat ini, dan masa lalu, riwayat
alergi, kondisi tempat tinggal.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keturunan dari keluarga atau generasi sebelumnya.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi : Ekspansi dada tidak simetris, tidak ada luka, frekuensi
nafas tidak teratur.
b) Palpasi : Tidak ada udema pulmo
c) Perkusi : Ada nyeri tekan dada kiri
d) Auskultasi : Bunyi jantung S1,S2 tunggal, bunyi paru ronchi
5) Pemeriksaan penunjang
a. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2
jam.
c. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar
gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil
tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin
terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka
akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
d. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu
e. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas,
peningkatan secret.
2. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi sistem saraf
pusat akibat hipoglikemia.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah.
I. Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah Airway 1. Adanya bunyi ronchi
bersihan jalan dilakukan Management menandakan terdapat
nafas tindakan 1. Auskultasi bunyi penumpukan sekret atau
berhubungan keperawatan nafas tambahan; sekret berlebih di jalan
dengan obstruksi selama 1x24 ronchi, wheezing. nafas.
jalan nafas, jam diharapkan2. Berikan posisi
2. posisi memaksimalkan
peningkatan jalan napas yang nyaman untuk ekspansi paru dan
secret normal dengan mengurangi menurunkan upaya
kriteria: dispnea. pernapasan. Ventilasi
Respiratory maksimal membuka area
3. Bersihkan sekret
status: airway atelektasis dan
dari mulut dan
patency meningkatkan gerakan
trakea; lakukan
1. Frekuensi sekret ke jalan nafas besar
penghisapan sesuai
pernapasan untuk dikeluarkan.
keperluan.
dalam batas 3. Mencegah obstruksi atau
normal (16-4. Anjurkan asupan aspirasi. Penghisapan
20x/mnt) cairan adekuat. dapat diperlukan bia klien
2. Irama tak mampu mengeluarkan
5. Ajarkan batuk
pernapasn sekret sendiri.
efektif
normal 4. Mengoptimalkan
6. Kolaborasi keseimbangan cairan dan
3. Kedalaman
pemberian oksigen membantu mengencerkan
pernapasan
sekret sehingga mudah
normal 7. Kolaborasi
dikeluarkan
pemberian
4. Klien mampu 5. Fisioterapi dada/ back
broncodilator
mengeluarkan massage dapat membantu
sesuai indikasi.
sputum secara menjatuhkan secret yang
efektif ada dijalan nafas.
5. Tidak ada
akumulasi 6. Meringankan kerja paru
sputum untuk memenuhi
kebutuhan oksigen serta
memenuhi kebutuhan
oksigen dalam tubuh.
7. Broncodilator
meningkatkan ukuran
lumen percabangan
trakeobronkial sehingga
menurunkan tahanan
terhadap aliran udara.
2. Gangguan Setelah Intracranial 1. Agar pasien lebih
perfusi jaringan dilakukan Pressure (ICP) kooperatif
cerebral tindakan Monitoring 2. Perubahan tekanan CSS
berhubungan keperawatan (Monitor tekanan merupakan potensi resiko
dengan disfungsi selama 1x24 intrakranial ) herniasi batang otak
system saraf jam diharapkan1. Jelaskan kepada3. aktivitas seperti ini akan
pusat akibat gangguan pasien tentang meningkatkan intra thorak
hipoglikemia perfusi tindakan yang akan dan abdomen yang dapat
jaringan dilakukan meningkatkan TIK
cerebral 2. Pertahankan posisi4. Pengkajian
normal dengan tirah baring dengan kecenderungan adanya
kriteria: posisi kepala head perubahan tingkat
Tissue up kesadaran dan potensial
Prefusion :3. Bantu pasien peningkatan TIK sangat
cerebral untuk berkemih, berguna dalam
1. Tingkat membatasi batuk, menentukan lokalisasi
kesadaran muntah, mengejan,5. Perubahan pada
komposmentis anjurkan pasien frekuensi jantung
2. Disorientasi napas dalam mencerminkan
tempat, waktu, selama pergerakan trauma/tekanan batang
orang secara4. Pantau status otak
tepat neurologis dengan
3. TTV dalam teratur
batas normal5. Pantau TTV
(suhu 35,5ºC –
37,5ºC, nadi
60-100
x/menit,
tekanan darah
120/80 mmHg)

3. Defisit volume Setelah Fluid 1. Menghindari kelebihan


cairan dilakukan Management ambang ginjal dan
berhubungan tindakan 1. Batasi intake menurunkan tekanan
dengan diuresis keperawatan cairan yang osmosis.
osmotik selama 1x24 mengandung gula
2. Mempertahankan
jam diharapkan dan lemak komposisi cairan tubuh,
defisit volume misalnya cairan volume sirkulasi dan
cairan teratasi dari buah yang menghindari overload jan
dengan manis. tung.
kriteria: 2. Kolaborasi dalam
3. Dehidrasi yang disertai
Fluid Balance pemberian terapi demam akan teraba panas,
1. TTV stabil cairan 1500-2500 kemerahan dan kering di
(N:60-100 ml dalam batas kulit sebagai indikasi
x/menit, TD: yang dapat penurunan volume pada
100-140/80-90 ditoleransi jantung. sel.
mmHg, S:3. Observasi suhu,
4. Memberikan perkiraan
36,5-370C, RR: warna, turgor kulit kebutuhan cairan tubuh
12-20 x/menit), dan kelembaban, (60-70% BB adalah air).
2. nadi perifer pengisian kapiler
5. Penurunan volume cairan
teraba kuat dan membran darah akibat diuresis
3. turgor kulit mukosa. osmotik dapat
baik 4. Pantau masukan dimanifestasikan oleh
4. CRT < 2 detik dan pengeluaran, hipotensi, takikardi, nadi
5. haluaran urine catat balance cairan teraba lemah, CRT yang
>1500-1700 5. Observasi TTV, lambat, turgor kulit yang
cc/hari catat adanya tidak elastis.
6. kadar perubahan TD,
elektrolit urin Turgor kulit, CRT.
dalam batas
normal.
4. Penurunan curah Setelah Vital 1.
Sign Agar pasien lebih
jantung dilakukan Monitor kooperatif
berhubungan tindakan 1. Jelaskan kepada
2. Menurunkan stress dan
dengan keperawatan pasien tentang ketegangan yang
vasokonstriksi selama 1x24 tindakan yang akan mempengaruhi tekanan
pembuluh darah jam diharapkan dilakukan darah dan perjalanan
penurunan 2. Berikan waktu penyakit hipertensi
curah jantung istirahat yang
3. Pembatasan ini dapat
normal dengan cukup/adekuat. menangani retensi cairan
kriteria: 3. Berikan dengan respon
· Circulation pembatasan cairan hypertensive, dengan
Status dan diit natrium demikian menurunkan
· Vital Sign sesuai indikasi beban kerja jantung
Status 4. Kolaborasi 4. Diuretik meningkatkan
1. TTV ( TD dengan dokter aliran urine dan
120/80 mmHg, dalam pemberian menghalangi reabsorsi
Nadi 60-100 terapi diuretik. dari sodium/klorida
x/menit )5. Observasi: Nadi didalam tubulus ginjal
dalam batas ( irama, frekuensi5.), Tachycardia merupakan
normal. Tekanan Darah. tanda kompensasi jantung
2. Kesadaran terhadap penurunan
Composmentis kontraktilitas jantung.
3. CRT < 2 Mengetahui fungsi pompa
detik. jantung yang sangat
4. Sp O2 95-100 dipengaruhi oleh CO dan
% pengisisan jantung.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. W DENGAN HIPOGLIKEMIA DI RUANG MELATI 2
RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN.

Hari/Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2019


Jam : 09.00 WIB
Pengkaji : Putri Retno Sawitri
Ruang : MELATI 2

1. IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : Ny. W
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 69 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Menikah
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Pendidikan Terakhir : SD
h. Alamat : Wedi
i. No. CM : 706×××
j. Diagnostik Medis : Hipoglikemia

PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny. F
b. Umur : 43 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Alamat : Wedi
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas memberat dengan aktivitas.
2) Kronologi Penyakit Saat Ini
Pasien datang ke IGD RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan keluhan sesak
nafas saat beraktivitas ± 2 hari, muntah saat batuk, nafsu makan menurun dan
demam.
TD : 112/55 MmHg
N : 70×/Menit
S : 38 ˚C
RR : 30x/Menit
O² : 97%
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
Pasien mengatakan dengan kondisi seperti sekarang sangat mengganggu
aktivitasnya. Karena sesak nafas yang dirasakan membuat tidak bisa melakukan
aktivitas yang lainnya.
4) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan
Pasien mengharapkan mendapatkan pelayanan yang maksimal agar sesak nafasnya
bisa sembuh, sehingga pasien bisa beraktivitas seperti biasa lagi.

Riwayat Penyakit Masa Lalu


1) Penyakit masa anak-anak
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit pada masa anak-anak.
2) Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan maupun obat.
3) Pengalaman sakit / dirawat sebelumnya
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah dirawat sebelumnya di RSUP dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan diagnosa Hipoglikemia. Keluarga pasien
mengatakan pasien rutin control jantung di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
setiap bulan.
b. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
GENOGRAM

X X X X

Keterangan :
X : Meninggal : Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Laki-Laki
: Pasien
: Perempuan

----- : Tinggal Serumah


1) Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumlah keluarga ?
Pasien mengatakan tinggal dengan suaminya dan anaknya yang keempat.
2) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa ?
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
serupa.
3) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun ?
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
menular dan menurun.
4) Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota keluarga
keluarga sakit ?
Pasien mengatakan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka akan
langsung dibawa ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit.

c. PENGKAJIAN BIOLOGIS
1. RASA AMAN DAN NYAMAN
a) Apakah ada rasa nyeri ?
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri
Dirumah Sakit
Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri tekan
2. AKTIFITAS ISTIRAHAT-TIDUR
a) AKTIFITAS
Sebelum Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien saat dirumah tidak melakukan olahraga.
Aktifitas yang dilakukan pasien dirumah aktifitas yang ringan.
Dirumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan aktifitas pasien dilakukan ditempat tidur seperti
makan, minum, berpakaian dibantu oleh keluarga.
b) ISTIRAHAT
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan istirahat tidur siang hari pada pukul 13.00 WIB dan tidur
malam mulai pukul 20.00-05.00 WIB.
Dirumah Sakit
Pasien mengatakan sulit untuk istirahat tidur.
c) CAIRAN
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan minum ± 7-8 gelas / hari.
Dirumah sakit
Pasien mengatakan minum air mineral ukuran 1500 ml, hanya setengahnya saja
dalam satu hari.
d) NUTRISI
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan makan teratur setiap hari ( 1 hari 2x). Tidak ada pantangan
makan dan tidak ada alergi makanan, tidak ada nyeri telan. Makanan lengkap
sayur, lauk pauk, klien juga mengkonsumsi buah.
Dirumah sakit
Pasien mengatakan makan rutin, pasien makan habis seperempat sampai
dengan setengah porsi dari yang disediakan oleh rumah sakit.
e) ELIMINASI
Urine & Feses
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan BAK kurang lebih 6-7 kali/hari, warna urine jernih.
Sedangkan Feses berwarna kuning, konsistensi padat, bau khas dan tidak ada
darah.
Dirumah sakit
Pasien mengatakan BAK ± 5-6 kali/hari dan klien mengatakan belum BAB saat
dirumah sakit.
f) KEBUTUHAN OKSIGENASI
Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pernapasan.
Dirumah Sakit
Pasien mengatakan sesak napas, dan pasien terpasang nasal kanul 3 lpm.
g) PERSONAL HYGIENE
Sebelum Sakit
Pasien mengatakan mandi 2x sehari dan pasien mencuci rambut setiap 2 hari
sekali.
Dirumah Sakit
Pasien mengatakan mandi 1x sehari, pasien mandi ditempat tidur dengan
bantuan keluarga.
h) SEX
Pasien mengatakan memiliki suami dan 5 orang anak. Pasien sudah
menopause.
i) PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL & SPIRITUAL
a) Psikologi
 Status Emosi
Pasien mengatakan tidak dapat mengungkapkan tentang perasaannya
ketika ditanya tentang apa yang dirasakan hanya diam, saat ditanya
masih sesak nafas atau hanya menganggukkan kepala.
 Konsep Diri
Pasien tampak merasa dirinya sulit untuk melakukan kegiatan mandiri
sehingga perlu bantuan keluarga. Pasien lebih banyak menghabiskan
waktu ditempat tidur.
b) Hubungan Sosial
Keluarga pasien mengatakan pasien sehari-harinya hanya dirumah, tetapi
memiliki hubungan baik dengan tetangganya. Orang yang paling dipercaya
pasien adalah suami dan anak-anaknya.
c) Spiritual
Keluarga pasien mengatakan pasien menganut agama islam. Pasien selalu
mengerjakansholat lima waktu.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : CM GCS: E4 V5 M6
2) Kondisi pasien secara umum : Lemah
Tanda-tanda vital
TD : 112/55 MmHg
N : 70x/ Menit
S : 38˚C
RR : 30x/Menit.
Saturasi O² : 97%
b. Pemeriksaan Cepalo Kaudal
1) Kepala
Bentuk kepala normal (Mesocepal), kulit kepala berminyak, rambut
beruban.
2) Mata
Konjugtiva merah muda, sklera tidak ikterik, penglihatan kabur.
3) Telinga
Telinga bersih tidak ada gangguan dengar, bentuk normal, tidak terdapat
nyeri telinga.
4) Hidung
Hidung normal, tidak terdapat gangguan penciuman, tidak terdapat polip,
tidak terdapat sekret.
5) Mulut
Mulut bersih, bibir lembab.
6) Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri telan.
7) Dada
Paru-Paru
 Inspeksi : Dada simetris, tidak ada kelainan bentuk
 Palpasi : Perkembangan dada simetris, ada otot bantu
pernafasan.
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Suara Vasikuler.
Jantung
 Inspeksi : Simetris tidak ada jejas
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Redup
 Auskultasi : Reguler (Lup, Dup)
8) Abdomen
 Inspeksi : Perut datar, bersih, tidak ada perubahan warna.
 Auskultasi : Peristaltik 10x/menit.
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar &
limpha
 Perkusi : Timpani
9) Genetalia, Anus dan Rektum
Tida ada kelainan genetalia
10) Ekstremitas
 Atas
Ekstremitas atas lengkap dan tangan kiri terpasang infus.
 Bawah
Ekstremitas bawah normal dan lengkap. Tidak terdapat cacat/luka.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
Nama : Ny. UW Ruang : Melati 2
Tgl Lahir/ Umur : 01 Mei 1950/ 69 Tahun. Tgl. Hasil : 20/10/2019
Jenis Kelamin : Perempuan

THORAX DEWASA
Hasil :
- Tampak corakan vaskuler meningkat dan mengabur, chepalisasi +, hilar
haze +
- Tampak penebalan pleural space dextra
- Tampak kedua diafragma licin
- Cor : CTR kurang dari 0,89
- Terpasang device pacemaker pada dinding thorax dextra, dengan lead
berada di paravertebrata sinistra setinggi V th II
Kesan :
Oedema Pulmonum, Efusi Pleura dextra, Cardiomegali
b. Hasil Laboratorium
Nama : Ny.W
Tanggal lahir : 01-05-2019
Tanggal Pemeriksaan : 29/10/2019
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 12.90 12.0 - 16.0 g/dL
Eritrosit 3.91 4.20 – 5.50 10ˆ6/uL
Lekosit 11.80 4.8 – 10.8 10ˆ3/uL
Trombosit 79 150 – 450 10ˆ3/uL
*AT Manual
Hematokrit 37.6 37.0 – 52.0 %
MCV 96.2 80.0 – 99.0 fL
MCH 33.0 27 – 31 fL
MCHC 34.3 33.0 – 37.0 g/dL
Diff Count
Neutrofil 70.10 50 – 70 %
Limfosit 9.90 20 – 40 %
MXD 20.00 1.0 – 12.0 %
RDW 20.00 10.0 – 15.0 %
MPV 8.1 fL
KIMIA KLINIK
Ureum 65.5 15.0 – 40.0 mg/dL
Creatinin 1.79 0.60 – 0.9 mg/dL
Bun 30.6 30.6 mg/dL
Paket Elektrolit
Natrium 135.5 136.0 – 145.0 mmol/L
Kalium 4.78 3.50 – 5.10 mmol/L
Chlorida 103.7 98.0 – 107.0 mmol/L

ALT (GPT) 16.8 7.0 – 31.0 u/L


AST (GOT) 46.9 7.10 – 31.0 u/L
GDS 64 70 - 130 mg/dL

5. TERAPI YANG DIBERIKAN


No Nama Obat Dosis Rute Kegunaan
1. Omeprazole 40 mg IV Untuk mengatasi /
mengurangi kadar
asam lambung
2. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam IV Antibiotik : Untuk
mengatasi berbagai
infeksi bakteri
3. Furosemide 20 mg / 8 jam IV Untuk mengobati
penumpukan cairan
karena gagal
jantung, jaringan
perut, hati / ginjal
4. Bizoprolol 2,5 mg / 24 jam ORAL Obat penghambat
beta (beta blocker)
untuk mengobati
penyakit HT, angina
pektoris, aritmia, dan
gagal jantung
5. Candesartan 4 mg / 24 jam ORAL Untuk menurunkan
darah tinggi
6. Spironolacton 25 mg / 24 jam ORAL Untuk menurunkan
darah tinggi
7. Nistatin 1 cc / 8 jam Anti jamur, untuk
menghentikan
pertumbuhan jamur
8. Sucralfat ORAL Untuk mengobati
dan mencegah tukak
lambung
9. Combivent 3x1 INHALASI Untuk mengatasi
penyakit saluran
pernafasan
10. D5% IV Menyediakan cairan
yang membawa gula
ke dalam tubuh
PROSES KEPERAWATAN

1. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS : Ketidakefektifan Perfusi Hipoglikemia
- Keluarga pasien Jaringan Perifer
mengatakan pasien tidak
nafsu makan
- Keluarga pasien
mengatakan pasien muntah
saat batuk
DO :
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak lemas
- GDS : 64 mg/dL

2. DS : Pasien mengatakan sesak Ketidakefektifan Pola Keletihan otot


nafas Nafas pernafasan
DO :
Tanda-Tanda Vital :
TD : 112/55 MmHg
N : 70x / menit
S : 38˚C
RR : 30x/menit
SPO² : 97%
- Pasien tampak memakai
oksigen nasal kanul 3 Lpm
- Pasien bernafas
menggunakan otot bantu
nafas
- Pasien tampak gelisah
3. DS : Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan badan antara suplai dan
terasa lemas kebutuhan oksigen
- Pasien mengatakan aktivitas
dibantu oleh keluarga.
DO :
Tanda-Tanda vital :
TD : 112/55 MmHg
N : 70x/menit
S : 38˚C
RR : 30x/menit
- Warna kulit pucat
- Aktivitas dibantu keluarga.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan perifer berhubungan dengan Hipoglikemia
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan oksigen
3. INTERVENSI
No DIAGNOSA NOC NIC
1 Ketidakseimbangan Perfusi Setelah dilakukan tindakan - Observasi
Jaringan Perifer b.d keperawatan 3x8 jam diharapkan tanda-tanda
Hipoglikemia ketidakefektifan perfusi jaringan vital
perifer dapat diatasi dengan - Observasi
Kriteria Hasil : Kadar Gula
a. Tanda-tanda vital dalam batas Darah
normal - Observasi
b. GDS dalam batas normal tingakt kesadran
c. Tingkat kesadaran - Kolaborasi
composmentis pemberian infus
D5% dan bolus
IV D40%
- Anjurkan
keluarga untuk
memberikan
nutrisi jika
kesadaran sudah
membaik

2 Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan nafas


b.d keletihan otot keperawatan selama 3x8 jam (3140)
pernafasan diharapkan pasien dapat bernafas a. Monitor tanda-tanda
normal dengan kriteria hasil : vital
1. Frekuensi pernafasan normal b. Posisikan semi
16-24x/menit (041502) fowler untuk
2. Irama Pernafasan (041502) meringankan sesak
3. Kepatenan jalan nafas nafas
(04532) c. Motivasi pasien
untuk bernafas pelan
dalam
d. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian O²

3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi


b.d ketidakseimbangan keperawatan 3x8 jam diharapkan (0180)
antara suplai oksigen dan pasien dapat beraktivitas kembali a. Monitor sumber
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil : kegiatan
1. Tanda-tanda vital dalam b. Anjurkan pasien
batas normal mengungkapkan
2. Mampu melakukan perasaan secara
aktivitas sehari-hari verbal mengenai
(ADL) secara mandiri keterbatasan
3. Keseimbangan aktivitas yang dialami.
dan istirahat c. Monitor waktu
istirahat / tidur
pasien
d. Anjurkan tidur
siang
e. Bantu pasien
dalam aktivitas
sehari-hari yang
teratur sesuai
kebutuhan.
4. IMPLEMENTASI
Hari / Jam No IMPLEMENTASI RESPON TTD
Tanggal DX
Rabu, 09.30 1 - Memonitor TTV S : Pasien mengatakan PUTRI
30/10/2019 - Mengobservasi lemas, tidak nafsu
kadar glukosa darah makan
- Bolus IV D40% O :
- Pasien tempak
lemah
- Pasien tampak
lemas
Tanda-Tanda Vital
TD : 112/55 MmHg
N : 70x/menit
S : 38˚C
RR : 30x / menit

10.00 2 - Memonitor TTv S : Pasien mengatakan PUTRI


- Menganjurkan masih sesak nafas
pasien untuk O : Pasien terpasang
bernafas dalam oksigen 3 lpm
- Memposisikan Tanda-Tanda Vital
pasien semi fowler TD : 112/55 MmHg
- Memberikan O² N : 70x/menit
S : 38˚C
RR : 30x/menit
SPO² : 97 %

13.00 3 - Memonitor Sumber S : Pasien mengatakan PUTRI


kegiatan badan lemes & tidak
- Menganjurkan bisa melakukan
pasien untuk tidur aktivitas sendiri
siang seperti makan,
minum.
O : KU : Cukup
- Pasien tampak lemas
- ADL : Dibantu
Keluarga

Kamis, 10.00 1 - Monitor TTV S : Pasien mengatakan PUTRI


31/10/2019 - Mengobservasi masih lemas, nafsu
Kadar Glukosa makan sedikit
Darah meningkat, makan
- Bolus IV D40% habis ¼ porsi dari
- Menganjurkan yang diberikan
untuk keluarga rumah sakit
untuk memberikan O : Pasien tampak lemas
nutrisi TD : 88/54 MmHg
N : 70x/menit
S : 36,6˚C
RR : 24x/menit
GDS : 70 mg/dL

11.00 2 - Monitor TTV S : Pasien mengatakan PUTRI


- Memberikan terapi sesak nafas sudah
obat sesuai yang agak berkurang
dianjurkan dokter O : - Pasien terpasang
(Omeprazole 40 oksigen nasal
mg/24 jam, kanul 3 Lpm.
Ceftriaxone 1 gr/12 - Pasien dengan
jam, Furosemide 20 posisi semi
mg/ 8 jam) fowler
- Inhalasi dengan Tanda-Tanda Vital:
Combivent 3x1 TD : 88/54 MmHg
- Menganjurkan N : 70x/menit
pasien untuk S : 36,6˚C
bernafas dalam RR : 24x/menit
- Pasien mau
diberikan obat
injeksi dan di
Inhalasi

13.20 3 S : Pasien mengatakan PUTRI


- Menganjurkan
badan masih lemes,
pasien
aktivitas dibantu
mengungkapkan
keluarga.
perasaan secara
O : Keluarga pasien
verbal
kooperatif dan
- Mengedukasi
bersedia membantu
keluarga untuk
pasien dalam
dapat membantu
kegiatan sehari-hari
aktivitas pasien
- Menganjurkan
untuk tidur siang

Jum’at, 09.00 1 - Monitor TTV S : Pasien mengatakan PUTRI


01/11/2019 - Mengobservasi sudah tidak begitu lemas,
Kadar Glukosa nafsu makan meningkat,
Darah makan habis ½ porsi dari
- Menganjurkan yang diberiakn rumah
keluarga untuk sakit
memberikan nutrisi O : TD : 87/55 MmHg
N : 70x/menit
S : 36,8˚C
RR : 24x/menit
GDS : 74x/menit

10.00 2 - Monitor TTV S : Pasien mengatakan


- Memberikan terapi sesak nafas sudah
obat (Omeprazole agak berkurang
40 mg/24 jam, O :
Ceftriaxone 1 gr/ 12 - Pasien amsih terpasang
jam, Furosemide 20 oksigen 3 Lpm
mg/ 8 jam) - Pasien dengan posisi
- Inhalasi dengan semi fowler
Combivent 3x1 Tanda-Tanda Vital :
TD : 87/55 MmHg
N : 70x/menit
S : 36,8˚C
RR : 24x/menit
- Pasien mau di Inhalasi

11.00 3 - Monitor waktu istirahat S : Pasien mengatakan


- Menganjurkan pasien badan masih sedikit
untuk tidur lemas, sudah bisa
tidur siang dan malam
O : ADL dibatu keluarga
5. EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tgl No.DX Evaluasi TTD


Rabu, 30 1 S: PUTRI
Oktober 2019 - Pasien mengatakan lemas, tidak nafsu
makan.
O:
- Pasien tampak lemah.
- Pasien tampak lemas.
- TTV : TD : 112/55 mmHg, N : 70 x/m,
RR : 30 x/m, S : 380C, SPO2 : 97%
GDS : 64 mg/dL.
A:
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
- Monitor Tanda-tanda vital
- Monitor kadar glukosa darah
- Kolaborasi pemberian infus D5% dan
bolus IV D40%

2 S: PUTRI
- Pasien mengatakan sesak nafas, nafas
terasa berat saat beraktivitas.
O:
- Pasien terpasang oksigen 3 lpm.
- TTV : TD : 112/55 mmHg, N : 70 x/m,
RR : 30 x/m, S : 380C, SPO2: 97%
GDS : 64 mg/dL
A:
- Ketidakefektifan pola nafas belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
- Monitor tanda-tanda vital
- Memposisikan pasien semi fowler
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian O2
3 S: PUTRI
- Pasien mengatakan badan lemas dan tidak
bisa melakukan aktivitas sendiri seperti
makan, minum.
O:
- KU : Cukup
- Pasien tampak lemas
- ADL : dibantu keluarga
A:
- Intoleransi aktivitas belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi dan evaluasi
- Menganjurkan pasien mengungkapkan
perasaan secara verbal
- Monitor waktu istirahat
- Menganjurkan tidur siang

Kamis, 31
S:
Oktober 2019 1 PUTRI
- Pasien mengatakan badan masih lemas,
15.45 wib
nafsu makan sedikit meningkat, makan
habis ¼ porsi dari yang diberikan rumah
sakit.
O:
- Pasien tampak lemas.
- TTV : TD : 88/54 mmHg, N : 70 x/m,
RR : 24x/m, S : 36.60C, GDS : 70 mg/dL
A:
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi dan evaluasi :
- Monitor Tanda-tanda vital
- Monitor kadar glukosa darah
- Kolaborasi pemberian infus D5% dan
bolus IV D40%
- Menganjurkan keluarga untuk
memberikan nutrisi.
2 S: PUTRI
- Pasien mengatakan sesak nafas sudah
agak berkurang.
O:
- Pasien masih terpasang oksigen 3 lpm.
- Pasien dengan posisi semi fowler.
- TTV : TD : 88/54 mmHg, N : 70 x/m,
RR : 24 x/m, S : 36.60C.
A:
- Ketidakefektifan pola nafas belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
- Monitor tanda-tanda vital
- Memposisikan pasien semi fowler
- Menganjurkan pasien nafas dalam
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian O2 dan obat serta pemberian
inhalasi

S:
3 PUTRI
- Pasien mengatakan badan lemas dan
aktivitas dibantu oleh keluarga.
O:
- Pasien tampak lemas
- ADL : dibantu keluarga
A:
- Intoleransi aktivitas belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi dan evaluasi
- Menganjurkan pasien mengungkapkan
perasaan secara verbal
- Monitor waktu istirahat
- Menganjurkan tidur siang

Jumat, 01 S: PUTRI
November 1 - Pasien mengatakan sudah tidak begitu
2019
lemas, nafsu makan meningkat, makan
habis ½ porsi dari yang diberikan rumah
sakit.
O:
- TTV : TD : 87/55 mmHg, N : 70 x/m,
RR : 24x/m, S : 36.80C, GDS : 74 mg/dL
A:
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
teratasi ditandai dengan kadar glukosa
darah meningkat.
P : lanjutkan intervensi dan evaluasi :
- Monitor Tanda-tanda vital
- Monitor kadar glukosa darah
- Menganjurkan keluarga untuk
memberikan nutrisi.

S:
2 PUTRI
- Pasien mengatakan sesak nafas sudah
agak berkurang.
O:
- Pasien masih terpasang oksigen 3 lpm.
- Pasien dengan posisi semi fowler.
- TTV : TD : 87/55 mmHg, N : 70 x/m,
RR : 24 x/m, S : 36.80C.
A:
- Ketidakefektifan pola nafas belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi :
- Monitor tanda-tanda vital
- Memotivasi pasien untuk bernafas dalam
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian O2 dan obat serta pemberian
inhalasi

3
S:
PUTRI
- Pasien mengatakan badan masih sedikit
lemas, sudah bisa tidur siang dan malam.
O:
- ADL masih dibantu keluarga
A:
- Intoleransi aktivitas belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi dan evaluasi
- Monitor waktu istirahat
- Menganjurkan pasien untuk tidur
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal
kadar glukosa darah (Kedia,2011).
Hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar glukosa darah <60
mg/dl. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, hipoglikemia merupakan kadar glukosa
darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl (McNaughton,2011).
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana
kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan
yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain
penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap,
berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran
(syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).

B. Asuhan Keperawatan
1. IDENTITAS
a. Nama : Ny. W
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 69 Tahun
d. No. CM : 706xxx
e. Diagnosa : Hipoglikemia

2. PENGKAJIAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas memberat dengan aktivitas.
b. Kronologi penyakit saat ini
Pasien datang ke IGD RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan keluhan
sesak nafas saat beraktivitas ± 2 hari, muntah saat batuk, nafsu makan
menurun dan demam.
TD : 112/55 MmHg S : 38 ˚C O² : 97%
N : 70×/Menit RR : 30x/Menit
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : CM GCS: E4 V5 M6
Kondisi pasien secara umum : Lemah
Tanda-tanda vital
TD : 112/55 MmHg
N : 70x/ Menit
S : 38˚C
RR : 30x/Menit.
Saturasi O² : 97%
2) Pemeriksaan Dada
Paru-Paru
 Inspeksi : Dada simetris, tidak ada kelainan bentuk
 Palpasi : Perkembangan dada simetris, ada otot bantu
pernafasan.
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Suara Vasikuler.
Jantung
 Inspeksi : Simetris tidak ada jejas
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Redup
 Auskultasi : Reguler (Lup, Dup)
3) Pemeriksaan Abdomen
• Inspeksi : Perut datar, bersih, tidak ada perubahan warna.
• Auskultasi : Peristaltik 10x/menit.
• Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar &
limpha
• Perkusi : Timpani
d. Terapi yang diberikan
1. Omeprazole 40 mg IV
2. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam IV
3. Furosemide 20 mg / 8 jam IV
4. Bizoprolol 2,5 mg / 24 jam ORAL
5. Candesartan 4 mg / 24 jam ORAL
6. Spironolacton 25 mg / 24 jam ORAL
7. Nistatin 1 cc / 8 jam
8. Sucralfat ORAL
9. Combivent 3x1 INHALASI
10. D5% IV

3. ANALISA DATA
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d Hipoglikemia
DS :
- Keluarga pasien mengatakan pasien tidak nafsu makan
- Keluarga pasien mengatakan pasien muntah saat batuk
DO :
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak lemas
- GDS : 64 mg/dL
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d Keletihan otot pernafasan
DS : Pasien mengatakan sesak nafas
DO :
Tanda-Tanda Vital :
TD : 112/55 MmHg
N : 70x / menit
S : 38˚C
RR : 30x/menit
SPO² : 97%
- Pasien tampak memakai oksigen nasal kanul 3 Lpm
- Pasien bernafas menggunakan otot bantu nafas
- Pasien tampak gelisah
c. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
DS :
- Pasien mengatakan badan terasa lemas
- Pasien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga.
DO :
Tanda-Tanda vital :
TD : 112/55 MmHg
N : 70x/menit
S : 38˚C
RR : 30x/menit
- Warna kulit pucat
- Aktivitas dibantu keluarga.
4. INTERVENSI
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d Hipoglikemia
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Observasi kadar glukosa darah
3) Observasi tingkat kesadaran
4) Kolaborasi pemberian infus D5% dan bolus IV D40%
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan nutrisi jika kesadaran sudah
membaik
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d Keletihan otot pernafasan
Manajemen Jalan Nafas (3140)
1) Monitor Tanda-Tanda vital
2) Posisikan Semi Fowler untuk meringankan sesak nafas
3) Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O²
c. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
Manajemen Energi (0180)
1) Monitor sumber kegiatan
2) Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
3) Monitor waktu istirahat atau tidur pasien
4) Anjurkan tidur siang
5) Bantu pasien dalam beraktivitas sehari-hari yang teratur sesuai kebutuhan,
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada BAB ini penulis mengambil suatu kesimpulan dari “Asuhan
Keperawatan Pada NY.W Dengan Hipoglikemia Diruang Melati 2 RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten”
1. Pengkajian Pada tanggal 30 Oktober 2019 dari kasus yang perlu dikaji pada pasien
yang mengalami Hipoglikemia.
2. Setelah dilakukan pengkajian dan pengumpulan data senjang di dapatkan data
untuk menunjang penentuan masalah keperawatan di temukan diagnosa
Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d Hipoglikemia, Ketidakefektifan pola nafas
b.d keletihan otot pernafasan dan Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
3. Intervensi keperawatan untuk diagnosa Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b.d Hipoglikemia dilakukan obesrvasi tanda-tanda vital, observasi kadar glukosa
darah, observasi tingkat kesadaran, kolaborasi pemberian infus D5% , Anjurkan
keluarga untuk memberikan nutrisi jika kesadran pasien membaik.
Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan dilakukan monitor tanda-
tanda vital, Posisikan semi fowler untuk meringankan sesak nafas, Motivasi pasien
untuk bernafas pelan dalam, Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O².
Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
oksigen dilakukan Monitor sumber kegiatan, Anjurkan pasien mengungkapkan
perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami, Monitor waktu
istirahat / tidur pasien, Anjurkan tidur siang, Bantu pasien dalam aktivitas sehari-
hari yang teratur sesuai kebutuhan.

B. Saran
Dengan melihat kesimpulan yang dapat, maka penulis memberi saran sebagai
berikut:
1. Rumah Sakit RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
a. Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan melengkapi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk pemberian asuhan keperawatan pada
pasien Gagal Jantung Kongestif dengan masalah Intoleransi Aktivitas.
b. Meningkatkan kemampuan perawat dalam melaksanakan tindakan
keperawatan dan pembuatan dokumentasi keperawatan.
2. Perawat
a. Menjaga diit pasien.
b. Mengkonsumsi minum obat.
c. Mengunjungi fasilitas kesehatan.
d. Rutin memantau masukan cairan dan makanan.
3. Bagi Institusi pendidikan
Mengembangkan kemampuan dan skil dengan cara memagang di RS dalam
keperawatan, bagi peserta didik untuk dapat memberikan asuhan keperawatan
medikal bedah dan meningkatkan pengetahuan.
4. Teman Sejawat Perawat
a. Penulisan berharap mahasiswa dapat meningkatkan lagi tentang keperawatan
medikal bedah.
b. Diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan secara
professional sesuai dengan sumber standar asuhan keperawatan.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta : EGC


2. Eko, Wahyu. 2012. Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia. diakses
tanggal 12 Oktober 2012. Jam 19.30. http://www.kpindo.com/artikel
3. Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC
4. Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The
Dental Practice. Inggris: Wiley Blackwell
5. Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With
Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal
6. McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency
Department: Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
7. RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.
Yogyakarta : Aulia Publishing
8. Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Anda mungkin juga menyukai