Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kuasa dan rahmat-Nya,
sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Praktik Keperawatan Komunitas Mahasiswa Profesi Ners Sekolah Tinggi
Penyusunan dan penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak baik moril maupun materil, maka dengan rendah hati pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Ibu
Istianna NH, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom selaku perseptor I, yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dorongan dan motivasi sejak awal penulisan hingga terselesaikannya
laporan ini dengan penuh pengertian dan kesabaran. Terimakasih dan penghargaan yang
sama penulis sampaikan kepada: Ibu Wartini selaku perseptor II yang telah
ini.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, tenaga, sumbangan pemikiran, dukungan moril,
1. Ibu Sri Sat Titi Hamranani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
2. Ibu Istianna NH, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom.Jiwa selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan.
3. Kepala Puskesmas Gantiwarno yang telah memberikan ijin untuk melakukan praktik
8. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikan
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan semua
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) merupakan salah satu kegiatan
pokok Puskesmas yang sudah ada sejak konsep Puskesmas diperkenalkan. Perkesmas
pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan
antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada
seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi. Bila di wilayah
kerja Puskesmas terdapat masalah kesehatan yang spesifik dan memerlukan asuhan
keperawatan secara terprogram maka Perkesmas dapat dilaksanakan sebagai upaya
secara terprogram, maka Perkesmas dapat dilaksanakan sebagai upaya kesehatan
pengembangan.
2
Data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO, 2017),
prevalensi hipertensi di dunia mencapai 29,2 % pada laki-laki. Jumlah ini diperkirakan
meningkat menjadi 1,15 miliar kasus ditahun 2025. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018 menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada umur >
18 tahun sebesar 34,11%. Kasus tertinggi di Kalimantan Selatan (44,13%), diikuti Jawa
Barat (39,60%), Kalimantan Timur (39,30%) dan Jawa Tengah (37,57%) dengan angka
kejadian terbanyak pada perempuan (36,85%). Penderita hipertensi yang minum obat
rutin 54,40 %, minum obat tidak rutin 32,27 %, dan tidak minum obat 13,33 %. Hasil
Profil Kesehatan Kabupaten Klaten 2018 menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di
Kabupaten Klaten meningkat dari tahun 2015 sebanyak 29.166 jiwa menjadi 66.081
jiwa. Hasil data dari PIS-PK tentang hipertensi di dukuh cetok, desa baturan didapatkan
data yaitu Rt.01 sebanyak 26%, Rt.02 sebanyak 23,28%, Rt.03 sebanyak 19,1 % dan
Rt.04 sebanyak 31,53%.
3
Selain masalah hipertensi salah satu masalah kesehatan yaitu merokok. Merokok
merupakan masalah yang belum dapat terselesaikan hingga saat ini. Diberlakukannya
kebijakan dan peraturan yang tegas terhadap rokok ini seharusnya membuat perilaku
merokok di kalangan remaja semakin berkurang, namun kenyataannya tidak demikian
dan cenderung sebaliknya. Merokok sudah melanda berbagai kalangan masyarakat di
Indonesia, dari anak-anak sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan. Salah satu
sasaran program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat adalah menurunnya
prevalensi perokok serta meningkatnya lingkungan sehat bebas rokok di sekolah, tempat
kerja, dan tempat umum (Pusat Promkes, 2013).
Data dari badan kesehatan dunia WHO, menyebutkan 1 dari 10 kematian pada
orang dewasa disebabkan karena perilaku merokok, dimana rokok ini membunuh
hampir lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka dapat dipastikan
bahwa 10 juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020,
dengan 70% kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Bahkan pada tahun
2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta (Rochayati, 2015).WHO
(2015) menyatakan presentase penduduk dunia yang mengkonsumsi tembakau
didapatkan sebanyak 57% pada penduduk Asia dan Australia, 14% pada penduduk
Eropa Barat dan 8% pada penduduk Timur Tengah serta Afrika. Sementara itu ASEAN
merupakan sebuah kawasan dengan 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab
kematian global akibat tembakau (Alamsyah, 2017).
4
Saat ini, Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif
terbanyak di dunia (61,4 juta perokok), setelah China dan India. Tingginya jumlah
perokok aktif tersebut berbanding lurus dengan jumlah non-smoker yang terpapar asap
rokok orang lain (second-hand smoke) yang semakin bertambah (97 juta penduduk
Indonesia). Sebanyak 43 juta anak-anak Indonesia terpapar asap rokok (Pusat Promkes
Kemkes RI, 2013). Prevalensi merokok di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun, perilaku merokok cenderung tinggi pada laki-laki, mulai dari anak-anak, remaja,
dan dewasa (Kemenkes RI, 2015).
Jawa tengah merupakan salah satu provinsi di indonesia yang termasuk dalam
kategori provinsi dengan prevalensi merokok setiap hari diatas rata-rata prevalensi
merokok tingkat nasional yaitu sebesar 34,8%. Kota semarang meskipun bukan
termasuk dalam 10 kota terbesar yang memiliki prevalensi merokok setiap hari di atas
rata-rata, namun kota semarang merupakan ibu kota dari provinsi jawa tengah yang
memiliki mobilitas penduduk tinggi sehingga paparan rokok akan lebih sering
dibandingkan dengan wilayah lain. Kota semarang tercatat 17,8% adalah perokok
dengan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap yaitu 10,7 per hari (Khoirunnisa
dkk, 2019). Wilayah Kabupaten Klaten terdapat 31,5% perokok per penduduk (Dinkes
Klaten, 2013). Wilayah dukuh cetok desa baturan terdapat warga yang merokok yaitu
Rt.01 sebanyak 20,89%, Rt.02 sebanyak 19,42,% Rt.03 sebanyak 28,35% dan Rt.04
sebanyak 31,34%.
Masalah kesehatan yang ada dan muncul di dukuh Cetok desa Baturan
Kecamatan Gantiwarno mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Stikes
Muhammdiyah Klaten dalam kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas bekerja sama
dengan Puskesmas Gantiwarno dan berupaya untuk menggali data-data yang
mendukung permasalahan yang muncul sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dalam
bentuk diagnosa keperawatan komunitas.
Diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dapat ditentukan pula tindak lanjut
pemecahan masalah kesehatan bersama-sama dengan masyarakat, dan dilakukan
pembinaan kepada masyarakat sehingga masyarakat mampu untuk menciptakan
lingkungan yang sehat dan mampu menerapkan pola hidup sehat.
5
Keperawatan komunitas memprioritaskan juga pada upaya untuk meningkatkan
kesehatan (promotif dan preventif) dengan tidak mengabaikan usaha-usaha kuratif dan
rehabilitative. Hal ini sesuai dengan misi dan visi departemen kesehatan yaitu
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Keperawatan komunitas juga berguna
untuk meningkatkan dan membawa masyarakat untuk mengantisipasi masalah
kesehatanya sendiri, menggali potensi dan menggunakan sumber daya manusia yang
ada di masyarakat. Dengan adanya praktek keperawatan komunitas ini diharapkan
mahasiswa bersama dengan masyarakat mampu merubah perilaku masyarakat dalam
pencegahan Hipertensi dan merokok. Dari hasil pengkajian mahasiswa, prioritas
masalah yang ditentukan adalah :
6
b. Merencanakan tindakan Keperawatan sesuai dengan masalah yang ditemukan .
c. Melaksanakanan rencana tindakan yang meliputi monitoring, health education,
tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
d. Melakukan evaluasi tindakan Keperawatan komunitas sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
e. Melakukan dokumentasi proses Keperawatan secara lengkap dan relevan,
sehingga data-data dapat digunakan oleh Puskesmas maupun komunitas.
f. Mampu melakukan tinjauan terhadap program yang ada di Puskesmas untuk
meningkatkan layanan Puskesmas pada masyarakat.
B. Manfaat
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dengan memberikan asuhan keperawatan komunitas ini dapat
meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan untuk menjadi perawat perkesmas
yang lebih profesional.
2. Bagi warga di Dukuh Cetok
Diharapkan dengan diberikannya asuhan keperawatan kepada warga dukuh
cetok yang dapat meningkatkan derajat kesehatan
7
Mahasiswa melakukan survay batas-batas wilayah di dukuh Cetok Desa
Baturan Kecamatan Gantiwarno yang dibantu oleh ketua RW dan Ketua RT
serta para Kader.
2. Pengkajian dan pengumpulan data, melalui :
a. Wawancara, observasi, kuisioner atau angket, dan data sekunder sebagai alat
untuk pengumpulan data, untuk mengetahui kesehatan warga di dukuh Cetok
Desa Baturan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten.
b. Wawancara dengan para tokoh masyarakat dan pencarian data sekunder di
Puskesmas dan pelayanan puskesmas pembantu ( PKD) yang ada di desa
Baturan
c. Melakukan MMD I dengan metode FGD (Focus Group Discussion)
3. Melaksanakan Kegiatan MMD II
Pertemuan dengan masyarakat dengan tujuan menganalisa hasil pendataan
untuk menemukan permasalahan kesehatan yang ada serta mencari pemecahan
atau jalan keluar atas masalah-masalah yang ditemukan selama pendataan.
Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat dan pihak Puskesmas
untuk menyamakan persepsi terhadap permasalahan yang ada. Menetapkan
prioritas pemecahan masalah yang ditemukan. Pada MMD II ini diharapakan ada
kesepakatan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan.
4. Mengimplementasikan Perencanaan
Mahasiswa bersama dengan masyarakat melaksanakan rencana kegiatan
yang telah disepakati saat kegiatan MMD II.
5. Evaluasi (MMD III)
Pertemuan dengan masyarakat untuk mengevaluasi pencapaian tindakan
dan pemecahan masalah kesehatan sesuai tujuan dan waktu yang telah ditentukan.
Pada tahap ini penting untuk diperhatikan follow up terhadap masalah atau
perencanaan yang belum terlaksanakan atau terselesaikan untuk selanjutnya
dikoordinasikan dengan instansi kesehatan terkait.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Paradigma Sehat
1. Definisi Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah perubahan orientasi pembangunan kesehatan dari
penakanan pada pendekatan kuratif menuju pendekatan promotif dan preventif
sebagai upaya prioritas, untuk mewujudkan program tersebut saat ini telah
diperkenalkan program gerakan masyarakat sehat, gerakan ini menjadi bagian
rencana strategis pemerintah yang dilaksankaan dalam kerangka konsep five level
prevention atau dikenal dengan lima tahap pencegahan. Kelima tahap tersebut
dilaksnakan secara berjenjang dan skala prioritas yang diawali dengan ; Health
promotion, Spesific protection, Rarly diagnosis dan Promt treatment, Dissability
limitation dan Rehabilitation. Gerakan masyarakat sehat sebagai bagian dari
perubahan orientasi paradigma sehat.
2. Sasaran Program Hidup Sehat
Sasaran program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
9
yang didukung dengan perlindungan vinansial dan pemerataan pelayanan
kesehatan sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019 yaitu
a. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak
b. Meningkatnya pengendalian penyakit
c. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehan dasar dan rujukan terutama
di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui kertu
indonesia sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan
e. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
f. Meningkatnya responsifitas sistem kesehatan
3. Stategi Pembangunan Kesehatan
Adapun strategi pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 meliputi 12 pokok
strategi berikut.
a. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan, kesehatan ibu, anak, remaja, dan
lanjut usia yang berkualitas.
b. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat.
c. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
d. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas.
e. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas.
f. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi
dan alat kesehatan.
g. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan.
h. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya manusia
kesehatan.
4. Tiga Pilar Indonesia Sehat
Tiga pilar utama Indonesia sehat tahun 2015- 2019, yaitu:
a. Penerapan paradigma sehat
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarus utamaan
kesehatan dalam pebangunan, penguatan promotif dan preventif serta
pemeberdayaan masyarakat.
b. Penguatan pelayanan kesehatan
Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu
10
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis resiko
kesehatan.
c. Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Pelaksanaan JKN dilakukan dengan stategi perluasan sasaran dan manfaat
(benefit), serta kendlai mutu dan biaya.
11
melakukan advokasi pada tingkat sistem untuk mengubah kesehatan serta harus
memahami dan menerapkan konsep pengorganisasian dan pengembangan komunitas,
koordinasi perawatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, dan ilmu
kesehatan masyarakat.
1. Unit pelayanan kesehatan yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap
(rumah sakit, puskesmas, dan lainnya)
2. Rumah
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada
keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care
dapat rneningkatkan fungsi keluarga dalarn merawat anggota keluarga yang
mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai
institusi pendidiikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan
karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program screening kesehatan,
mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan.
4. Tempat kerja atau industry
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai
institusi pendidiikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan
karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program screening kesehatan,
mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan.
5. Barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung tehadap kasus akut,
penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Kegiatan puskesmas keliling
12
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliliing diberikan kepada
individu, kelompok masyarakat di pedesaan, kelompok terlantar. Pelayanan
keperawatan yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan,
perawatan kasus penyakit akut dan ,kronis, pengelolaan dan rujukan kasus
penyakif.
7. Panti atau kelompok khusus lain seperti panti asuhan anak, panti wreda, panti
sosial lain, rumah tahanan, serta lembaga permasyarakatan.
8. Pelayanan pada kelompok risiko tinggi :
a. Kelompok wanita, anak-anak, dan lansia yang mendapat perlakuan
kekerasan,
b. Pusat pelayanan kesehatan jiwa dan penyalahgunaan obat
c. Tempat penampungan kelompok lansia, gelandangan dan pemulung,
kelompok orang dengan HIV/AIDS, dan wanita tunasusila.
13
C. Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan komunitas atau comunity health nursing merupakan praktik untuk
memelihara dan meningkatkan masyarakat kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan
masyarakat.
Pengertian lain dari komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada kelompok
risiko tinggi untuk meningkaatkan status kesehatan komunitas dengan menekankan
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif
dan rehabilitatif.
14
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam
kelompoknya sendiri
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang
diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh
anggota keluarga tersebut.
3. Masyarakat sebagai klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat
istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang
kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan
komunitas didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi
dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada
kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat
faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan
fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim dan perumahan. Contoh di suatu
daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang
dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling
berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan
derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu,
keluarga dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan
proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial
dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga
dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
15
Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan
masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status manusia.
Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan
lingkungan spiritual.
16
E. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas \
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu,
keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian langsung
terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta
masyarakat.
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan keperawatan kesehatan masyarakat adalah
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki.
2. Tujuan Khusus
a. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan pada tujuan keperawatan komunitas ini berarti
adalah suatu upaya untuk membantu masyarakat menjadikan gaya hidup
mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual.
Promosi kesehatan tidak sekedar mengubah gaya hidup, tetapi
mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat dan tujuan yang akan
dicapai pula.
b. Proteksi kesehatan
Proteksi kesehatan merupakan upaya perlindungan kelompok
masyarakat terhadap terpaparnya suatu penyakit.
c. Pencegahan penyakit dan penyembuhan
Pencegahan penyakit merupakan upaya dalam mencegah terjadinya
penyakit pada kelompok yang berisiko, sedangkan penyembuhan adalah
upaya yang dilakukan pada kelompok masyarakat yang telah terkena
penyakit
17
F. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah kelompok khusus baik
yang sehat maupun yang sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan dan
keperawatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan (ketidakmampuan dalam
merawat dirinya sendiri) karena sesuatu hal dan sebab, maka akan
mempengaruhi anggota keluarga yang lainnya baik fisik, mental dan sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas keluarga,
anggota keluarga lainnya yang terkumpul dan tinggal dalam suatu tempat
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi yang satu dengan
yang lain saling bergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan akan
berpengaruh terhadap anggota - anggota keluarga lainnya dan keluarga -
keluarga yang ada disekitarnya.
3. Masyarakat
Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan
dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling
berinteraksi dan berintelelasi, saling bergantung dan bekerja sama mencapai
tujuan.
Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak
permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan
khususnya, seperti kebiasaan – kebiasaan masyarakat menggunakan air sungai
dan keperluan rumah tangga seperti mencuci makanan, pakaian dan di pihak
lain masyarakat menggunakan air sungai untuk mandi dan membuang hajat.
Tentunya keadaan ini akan berbahaya bagi masyarakat yang menggunakan air
sungai.
4. Kelompok khusus
18
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat
rawan terhadap masalah kesehatan, diantaranya :
19
dengan evaluasi keperawatan. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan, perawat
dapat berfungsi untuk:
a. Melakukan pengkajian secara komprehensif
b. Menetapkan masalah keperawatan komunitas
c. Menyusun rencana keperawatan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
potensi komunitas
d. Melakukan tindakan keperawatan langsung mencakup tindakan mandiri
(seperti melakukan perawatan luka, melatih napas dalam dan batuk efektif,
melatih latihan rentang gerak/rom, dan sebagainya), serta tindakan
kolaboratif (seperti pemberian obat tbc dan sebagainya)
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan
f. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan.
2. Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang
memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya.
Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien. Perawat menjadi
penyedia informasi kesehatan dan mengajarkan komunitas atau keluarga
tentang upaya kesehatan yang dapat dilakukan komunitas. Peran tersebut dapat
Anda lihat saat perawat melakukan pendidikan kesehatan. Berikut fungsi yang
dapat dijalankan oleh perawat komunitas dalam menjalankan perannya sebagai
pendidik.
a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu apa yang ingin diketahui oleh
komunitas, ini bisa diketahui saat perawat melakukan pengkajian
komunitas.
b. Memilih metode pembelajaran (ceramah, diskusi, atau demonstrasi), dan
materi yang sesuai dengan kebutuhan.
c. Menyusun rencana pendidikan kesehatan.
d. Melaksanakan pendidikan kesehatan.
e. Melatih komunitas/kelompok/keluarga tentang keterampilan yang harus
dimiliki sesuai kebutuhannya.
f. Mendorong keluarga untuk melatih keterampilan yang sudah diajarkan
perawat.
g. Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan.
20
3. Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk
dirinya. Perawat sebagai mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas
dan kompeten. Sikap perawat yang selalu berupaya meningkatkan
kompetensinya agar asuhan keperawatan komunitas yang diberikan terjaga
kualitasnya, merupakan contoh pelaksanaan peran sebagai pembela (advocate),
tindakan lain yang dapat dilakukan perawat sebagai pembela (advocate) adalah:
a. menyediakan informasi yang dibutuhkan komunitas atau keluarga untuk
membuat keputusan;
b. memfasilitasi komunitas atau keluarga dalam mengambil keputusan;
c. membuka akses ke provider agar komunitas atau keluarga mendapatkan
pelayanan yang terbaik (membangun jejaring kerja);
d. menghormati hak klien;
e. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
f. melaksanakan fungsi pendampingan komunitas atau keluarga;
g. memberikan informasi terkait sumber-sumber pelayanan yang dapat
digunakan;
h. memfasilitasi masyarakat dalam memanfaatkan sumber-sumber tersebut.
4. Manajemen kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan
pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi fregmentasi, serta
meningkatkan kualitas hidup klien. Serta melibatkan diri dalam penelusuran
kasus di komunitas atau keluarga, untuk selanjutnya dilakukan kajian apa saja
yang dibutuhkan komunitas dan melakukan intervensi.
5. Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
6. Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya menjadi panutan bagi setiap
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang
diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam
kehidupan sehari – hari.
21
7. Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi
serta mengembangkan teor-teori keperawatan yang merupakaan dasar dari
praktik keperawatan.
8. Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu
terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam
merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan. Hal yang dilakukan perawat sebagai pembaharu adalah
sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi kekuatan dan penghambat perubahan. Hal ini penting
dilakukan karena suatu perubahan merupakan suatu hal yang baru yang
membutuhkan dukungan.
b. Membantu pencairan dan memotivasi untuk berubah.
c. Membantu komunitas menginternalisasi perubahan.
22
keperawatan komunitas antara lain: windshield survey, informant interview,
observasi partisipasi, dan focus group discussion (FGD).
a. Windshield survey
Windshield survey dilakukan dengan berjalan-jalan dilingkungan
komunitas untuk menemukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang
terjdi di komunitas, lingkungan sekitar komunitas, kehidupan komunitas,
dan karakteristik penduduk yang ditemui di jalan saat survey dilakukan.
b. Informant Interview
Sebelum terjun ke masyarakat, instrumen pengkajian sebaiknya
dikembangkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Instrumen yang perlu
dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap masyarakat antara
lain kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Untuk
mendapat hasil yang akurat dan agar masyarakat membina rasa percaya
dengan perawat diperlukan kontak yang lama di komunitas. Perawat juga
harus menyertakan lembar persetujuan komunitas yang dibubuhi tanda
tangan atau cap jempol setiap akan melakukan tindakan yang
membutuhkan persetujuan komunitas. Informed concent juga
mencantumkan jaminan kerahasiaan terhadap isi persetujuan dan pendapat
yang telah disampaikan. Wawancara dilakukan kepada key informent atau
tokoh yang menguasai program.
c. Observasi partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi.
Tentukan berapa lama observasi yang akan dilakukan, apa, dimana, waktu,
dan tempat komunitas yang akan diobservasi. Kegiatan observasi dapat
dilakukan menggunakan format observasi yang sudah disiapkan terlebih
dahulu, kemudian catat semua yang terjadi, dengan tambahan penggunaan
kamera atau video. Informasi yang penting diperoleh menyangkut aktivitas
dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan dikomunitas. Observasi
dilakukan terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai, kekuatan dan
proses pemecahan masalah di komunitas.
d. Focus group discussion (FGD)
FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk
mendapatkan infoemasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran
23
mengenai satu topik melalui proses diskusi kelompok, berdasarkan
pengalaman subyektif kelompok sasaran terhadap satu situasi/produk
tertentu. FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi terhadap
sesuatu, misalnya, pelayanan dan tidak mencari konsensus serta tdak
mengambil keputusan mengenai tindakan yang harus dilakukan. Peserta
FGD terdiri atas 6-12 orang dan harus homogen, dikelompokkan
berdasarkan kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang, sosial ekonomi
(pendidikan, suku, status perkawinan,dsb). Lama diskusi max 2 jam.
Lokasi FGD harus memberikan suasana yang aman dan nyaman sehingga
menjamin narasumber berbicara terbuka dan wajar.
FGD menggunakan diskusi terfokus sehingga membutuhkan
pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, fasilitator, moderator,
notulen, dan observer. Vasilitator dapat menggunakan petunjuk diskusi
agar diskusi terfokus. Peran fasilitator menjelaskan diskusi, mengarahkan
kelompok, mendorong peserta untuk berpartisipasi dalam diskusi,
menciptakan hubungan baik, fleksibel, dan terbuka terhadap saran,
perubahan, gangguan, dan kurangnya partisipasi.
Perekam jalannya diskusi yang utama adalah pengamat merangkap
pencatat (observer dan recorder). Hal yang perlu dicatat adalah tanggal
diskusi, waktu diskusi diadakan, tempat diskusi, jumlah peserta, tingkat
partisipasi peserta, gangguan selama proses diskusi, pendapat peserta, apa
yang membuat peserta menolak menjawab atau apa yang membuat peserta
tertawa, kesimpulan diskusi, dsb. Penggunaan alat perekam saat FGD
berlangsung harus mendapat izin responden terlebih dahulu.
Sebelum membuat instrumen pengkajian keperawatan komunitas,
seperti kuesioner, pedoman wawancara, pedoman observasi, windshield
survey, kisi-kisi instrumen pengkajian sebaiknya dibuat terlebih dahulu,
agar data yang akan ditanyakan dan dikaji kepada komunitas tidak tumpang
tindih sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien.
Selain data primer, data sekunder yang diperoleh melalui laporan,
dokumen yang sudah dibuat di desa atau kelurahan, puskesmas, kecamatan,
atau dinas kesehatan, misalnya laporan tahuanan puskesmas, monografi
desa, profil kesehatan dsb, Juga perlu di kumpulkam dari komunitas.
24
Setelah dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya dianalisis,
sehingga perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan.
2. Analisa dan diagnosa keperawatan komunitas
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa seberapa
besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang
timbul dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan
diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa keperawatan terdiri dari
masalah kesehatan, karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat
aktual, ancaman dan potensial.
Prioritas Masalah
Dalam mengidentifikasikan masalah, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti kemampuan sumber daya manusia, biaya, tenaga,
teknologi dan lain-lain. Untuk itu, dilakukan penilaian prioritas masalah dari
yang paling mendesak hingga tidak terlalu mendesak. Dalam menentukan
prioritas masalah kami lakukan dengan menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth). Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan
urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring 1-5 dan dengan
mempertimbangkan tiga komponen dalam metode USG.
1. Urgency
dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut
2. Seriousness
25
masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
3. Growth
NO USG
PRIORITAS MASALAH TOTAL RANKING
. U S G
Keterangan :
5 = Sangat Besar
4 = Besar
3 = Sedang
2 = Kecil
1 = Sangat Kecil
masalah mengenai penderita hipertensi yang tidak patuh dalam pengobatan dan
warga yang masih menjadi perokok aktif. Dari ke 2 masalah diatas kami
26
mengambil satu prioritas masalah kesehatan yaitu mengenai penderita
hipertensi yang tidak patuh dalam pengobatan hipertensi yang berada di Dukuh
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder, tersier
yang cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang sesuai dengan
diagnosa yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap perencanaan ini meliputi
penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan diagnosa komunitas sesuai
dengan prioritas (penapisan masalah), penetapan tujuan dan sasaran,
menetapkan strategi intervensi dan rencana evaluasi.
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi
dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada
kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap
suatu penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, imunisasi,
stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan inervensi yang tepat untuk menghambat proses
penyakit atau kelainan sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat
keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap
tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada
pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya
27
kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk
mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses penyakit.
5. Evaluasi
Evaluasi perbandingan antara status kesehatan klien dengan hasil yang
diharapkan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses
dan evaluasi hasil. Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi,
menginterpretasi data sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan
dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
28
a. Meningkatkan akses keluarga berserta anggotanya terhadap pelayanan
kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif
serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar;
b. Mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota;
melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan;
c. Mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan
Kesehatan Nasional; dan
d. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam rencana
strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga terdiri atas 4 (empat)
area prioritas yang meliputi :
a. Penurunan angka kematian ibu dan bayi;
b. Penurunan prevalensi balita pendek (stunting);
c. Penanggulangan penyakit menular; dan
d. Penanggulangan penyakit tidak menular.
2. Indikator PIS-PK
Sebagaimana program dilaksanakan dengan pendekatan upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif oleh tenaga
kesehatan sesuai kompetensi dan kewenangannya. Dalam rangka
penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan
sebuah keluarga sebagai berikut :
a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
29
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
3. Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut :
(Kemenkes RI, 2016)
a. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family
folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data
keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi
komponen rumah sehat (akses/ketersediaan air bersih dan
akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga
mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan, seperti mengidap
penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) dan perilakunya
(merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembanganbalita,
pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).
b. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer,
leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya, misalnya: Flyer tentang
Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil,
Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang mempunyai balita,
Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan
lain-lain.
Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat
berupa forum-forum berikut :
a. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
b. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasawisma dari PKK.
c. Kesempatan konseling di UKBM-UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos
UKK, dan lain-lain).
d. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim,
rembug desa, selapanan, dan lain-lain.
Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan
menggunakan tenaga-tenaga berikut:
30
a. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, Posbindu, Poskestren,
PKK, dan lain-lain.
b. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK,
pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.
4. Pelaksanaan PIS-PK
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga ditingkat
Puskesmas dilakukan melalui kegiatan :
a. Melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga;
b. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas;
c. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun
rencana Puskesmas
d. Melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif;
e. Melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung) melalui
pendekatan siklus hidup; dan
f. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas.
31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
32
anorganik dikumpulkan di bank sampah yang terdapat di RW 01 dan uang hasil
penjualan dimasukkan kedalam buku kas tiap kepala keluarga. Kotoran ternak
yang berada di Dukuh Cetok belum dikelola dengan baik. Fasilitas kesehatan
yang sering digunakan di Dukuh Cetok yaitu PKD, Puskesmas Gantiwarno dan
unit gawat darurat terdekat RS BagasWaras, RSST Klaten. Warga di Dukuh
Cetok sudah banyak mempunyai KIS dan juga BPJS mandiri.
Sumber-sumber yang ada dimasyarakat di Dukuh Cetok mempunyai
tempat belanja yaitu warung yang berjarak ±1 Km. Mayoritas masyarakat
menggunakan alat transportasi sepeda motor. Biasanya warga di Dukuh Cetok
untuk mengisi waktu senggang atau berekreasi dengan keluarga biasanya warga
memanfaatkan berkumpul dengan masyarakat. Sarana pendidikan yang berada
di Dukuh Cetok yaitu, satu Paud. Di Dukuh Cetok terdapat tempat ibadah
berupa masjid yang berjumlah 1 masjid. Pelayanan keamanan di Dukuh Cetok
warga sudah melakukan ronda siskamling untuk memantau keamanan kampung
tetapi belum maksimal.
b. Demografi
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia di Dukuh Cetok
33
1. Bayi dan Balita 42 5,6
2. Anak-anak 102 13,6
3. Remaja 110 14,6
4. Dewasa Awal 114 15,2
5. Dewasa Akhir 116 15,4
6. Lansia Awal 113 15
7. Lansia Akhir 98 13
8. Manula 57 7,6
Jumlah
752 100
c. Jenis Kelamin
Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin
Dukuh Cetok
d. Pekerjaan
Distribusi Frekuensi Pekerjaan di Dukuh Cetok Rt. 02
34
Kriteria Keluarga Sehat Frequency Percent (%)
Sehat 136 60,17 %
Pra Sehat 86 38,05%
Tidak Sehat 4 1,76%
f. Data Hipertensi
1) Pengetahuan
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Keperawatan Hipertensi
Dukuh Cetok Rt.01
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 13 68,4
Baik 6 31,6
Total 19 100,0
35
Dukuh Cetok Rt.03
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 9 64,3
Baik 5 35,7
Total 14 100,0
2) Sikap
36
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 21 91,3
Baik 2 8,7
Total 19 100,0
3) Perilaku
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Keperawatan Hipertensi
Dukuh Cetok Rt.01
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 15 78,9
Baik 4 21,1
Total 19 100,0
37
4) Kepatuhan
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Keperawatan
Hipertensi
Dukuh Cetok Rt.01
Ketegori Frequency Percent %
Tidak Patuh 14 73,7
Patuh 5 26,3
Total 19 100,0
g. Data Merokok
a) Pengetahuan Rokok
Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok
Dukuh Cetok RT 01
38
Baik 9 64,3
Total 14 100,0
39
b) Sikap Rokok
Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok
Dukuh Cetok RT 01
Kategor Frequency Persen (%)
i
Kurang 0 0
Cukup 14 100,0
Baik 0 0
Total 14 100,0
40
c) Perilaku Rokok
Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok
Dukuh Cetok RT 01
Kategori Frequency Persen (%)
Kurang 13 92,9
Cukup 0 0
Baik 1 7,1
Total 14 100,0
41
h. Nilai Kepercayaan dan Kebudayaan
Kebudayaan di Dukuh Cetok tidak ada perbedaan yang mendasar,
kepercayaan yang dianut warga adalah islam, Kristen dan Katolik.
Kebudayaan Jawa masih melekat pada warga Dukuh Cetok seperti kenduri,
tahlilan, Rasullan dan lain-lain. Terdapat beberapa peraturan yang di
tetapkan di Dukuh Cetok yang juga dijalankan oleh masyarakatnya.
Kepercayaan warga Dukuh Cetok masih banyak yang meyakini kebudayaan
atau kebiasaan mereka mengenai kesehatan terutama keluarga dengan usia
lanjut masih mempergunakan atau mempercayai adat mereka dalam
mempresepsikan masalah kesehatan seperti penggunaan pengobatan
tradisional sehingga hanya sebagian kecil masyarakat yang memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
i. Lingkungan terbuka
Warga Dukuh Cetok, terdapat banyak kebun, sungai dan sawah.
j. Ekonomi
Tingkat ekonomi penduduk Dukuh Cetok termasuk kelas
menengah kebawah dengan pendapatan minimal perhari Rp 50.000,-
sampai Rp 80.000,-. Mayoritas penduduk Dukuh Cetok bekerja sebagai
petani, buruh sawah, ternak, kuli bangunan dan pedangang. Tingkat
pengangguran termasuk kecil karena setiap warga mempunyai ternak.
Di Dukuh Cetok terdapat home industry batako dan kayu glugu. Pusat
perbelanjaan kebutuhan sehari-hari di pasar Wedi yang jaraknya sekitar
± 3,5 km dari Desa.
k. Sistem Politik dan Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut warga Dukuh Cetok adalah
Demokratis. Di Dukuh Cetok terdapat berbagai acara kumpulan, yaitu
kumpulan bapak-bapak RT dan RW yang diadakan tiap bulannya, untuk
ibu-ibu yaitu kumpulan PKK, posyandu balita dan posyandu lansia
maupun arisan dengan tempat bergilir dari data rumah ke rumah lain.
l. Keamanan dan Transportasi
42
Sarana transportasi yang digunakan warga Dukuh Cetok mayoritas
menggunakan kendaraan bermotor dan sepeda. Untuk sarana keamanan
di Dukuh Cetok ada siskamling namun belum maksimal dalam
keamanan dukuh Cetok.
m. Pusat Pelayanan dan Sosial
Sarana dan fasilitas kesehatan yang ada dan sering digunakan di Dukuh
Cetok yaitu PusKesDes, Puskesmas Gantiwarno, untuk asuransi kesehatan
warga sudah banyak yang mempunyai KIS maupun BPJS mandiri.
n. Komunikasi
Ketika acara perkumpulan/musyawarah desa biasanya penduduk di
Dukuh Cetok berkumpul di salah satu pos. Sedangkan untuk acara
pengajian yang ada di Dukuh Cetok, biasanya berkumpul bergilir
dirumah warga dan dibangsal yang berada di RT 04 .
o. Rekreasi
Sarana rekreasi yang di manfaatkan oleh warga di Dukuh Cetok yaitu
dengan berekreasi di pantai Gunung Kidul dan paling dekat adalah
rekreasi didaerah Bayat yaitu wisata bukit cinta dan wisata religi.
p. Sumber Dana
Sumber dana warga Dukuh Cetok didapatkan dari swadaya masyarakat
dan APBD Pemerintah.\
q. Distribusi frekuensi tugas kesehatan keluarga tentang Hipertensi di
dukuh cetok, desa baturan, kecamatan gantiwarno
43
44
45