Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DENGAN MASALAH HIPERTENSI DAN MASALAH


KESEHATAN MEROKOK DI DUKUH CETOK DESA BATURAN
KECAMATAN GANTIWARNO

Disusun Oleh :

1. Dias Sayima H 9. Ratna Nur R


2. Dieni Arum F 10. Ricky Utama P
3. Erni Nursetyaningsih 11. Romadhoni Evi N
4. Karisma Ganda Y 12. Shinta Ary M
5. Mega Dwi S 13. Sita Novia R
6. Meita Sarah A 14. Siti Latifah
7. Ninda Lilis Q 15. Siti Nur R
8. Pradnya P 16. Sri Anggita

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KLATEN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kuasa dan rahmat-Nya,

sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk

memenuhi tugas Praktik Keperawatan Komunitas Mahasiswa Profesi Ners Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten.

Penyusunan dan penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak baik moril maupun materil, maka dengan rendah hati pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Ibu

Istianna NH, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom selaku perseptor I, yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dorongan dan motivasi sejak awal penulisan hingga terselesaikannya

laporan ini dengan penuh pengertian dan kesabaran. Terimakasih dan penghargaan yang

sama penulis sampaikan kepada: Ibu Wartini selaku perseptor II yang telah

membimbing, mengarahkan, dan banyak memberikan masukan dalam pembuatan laporan

ini.

Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan, tenaga, sumbangan pemikiran, dukungan moril,

sarana dan dana, selama penyelesaian laporan ini kepada:

1. Ibu Sri Sat Titi Hamranani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Klaten.

2. Ibu Istianna NH, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom.Jiwa selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan.

3. Kepala Puskesmas Gantiwarno yang telah memberikan ijin untuk melakukan praktik

keperawatan komunitas di Puskesmas Gantiwarno.


4. Kepala Desa Baturan Bapak Slamet Sutrisno yang telah memberikan ijin untuk untuk

melakukan praktik keperawatan komunitas di Desa Baturan

5. Ibu-Ibu kader posyandu di Desa Baturan yang membantu mencarikan responden.

6. Remaja dukuh cetok yang membantu dalam acara pemberdayaan masyarakat.

7. Teman-teman Profesi Ners angkatan XIV atas kerjasama dan dukungannya.

8. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikan

kemudahan dan kelancaran penyelesaian laporan ini.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu tersusunnya laporan ini.

Klaten, 14 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) merupakan salah satu kegiatan
pokok Puskesmas yang sudah ada sejak konsep Puskesmas diperkenalkan. Perkesmas
pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan
antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada
seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi. Bila di wilayah
kerja Puskesmas terdapat masalah kesehatan yang spesifik dan memerlukan asuhan
keperawatan secara terprogram maka Perkesmas dapat dilaksanakan sebagai upaya
secara terprogram, maka Perkesmas dapat dilaksanakan sebagai upaya kesehatan
pengembangan.

Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh


seluruh komponen bangsa yang bertujuan meningkatkan, kesdaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tinggiya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program, sektor dan upaya-upaya lain.
Pembangunan kesehatan tersebut tercermin dalam program indonesia sehat yang
menjadi salah satu program prioritas dari agenda kelima nawacita pemerintahan.
Adapun rencana pencapainnya telah tercantum dalam rencana strategis kementerian
kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan melalui keputusan menteri kesehatan
nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 (Sakti, Kemenkes RI 2017).

Upaya Perkesmas, dimulai dengan melakukan pengkajian terhadap masyarakat


yang mempunyai masalah yaitu Hipertensi dan merokok untuk dapat dirumuskan
masalah keperawatannya dan penyebabnya, sehingga dapat direncanakan intervensi
yang akan dilakukan baik terhadap masyarakat, kelompok khusus, keluarga maupun
individu di daerah tersebut.

2
Data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO, 2017),
prevalensi hipertensi di dunia mencapai 29,2 % pada laki-laki. Jumlah ini diperkirakan
meningkat menjadi 1,15 miliar kasus ditahun 2025. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018 menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada umur >
18 tahun sebesar 34,11%. Kasus tertinggi di Kalimantan Selatan (44,13%), diikuti Jawa
Barat (39,60%), Kalimantan Timur (39,30%) dan Jawa Tengah (37,57%) dengan angka
kejadian terbanyak pada perempuan (36,85%). Penderita hipertensi yang minum obat
rutin 54,40 %, minum obat tidak rutin 32,27 %, dan tidak minum obat 13,33 %. Hasil
Profil Kesehatan Kabupaten Klaten 2018 menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di
Kabupaten Klaten meningkat dari tahun 2015 sebanyak 29.166 jiwa menjadi 66.081
jiwa. Hasil data dari PIS-PK tentang hipertensi di dukuh cetok, desa baturan didapatkan
data yaitu Rt.01 sebanyak 26%, Rt.02 sebanyak 23,28%, Rt.03 sebanyak 19,1 % dan
Rt.04 sebanyak 31,53%.

Prevalensi hipertensi secara nasional pada tahun 2018 mengalami peningkatan


8,31 % dari tahun 2013. Hasil tersebut perlu diwaspadai mengingat hipertensi
merupakan faktor resiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif antara lain penyakit
jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya. Upaya pencegahan dan
penanggulangan hipertensi yang dipromosikan oleh pemerintah, melalui peningkatkan
kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat. Pencegahan
primer yang dapat dilakukan yaitu dengan kegiatan untuk mengurangi faktor resiko
hipertensi seperti diet yang sehat, mengkonsumsi sayur dan buah yang cukup, rendah
garam dan lemak, rajin olahraga dan tidak merokok. Pencegahan sekunder ditujukan
dalam rangka deteksi dini penyakit agar tidak terjadi komplikasi (Ngurah & Yahya,
2012).

3
Selain masalah hipertensi salah satu masalah kesehatan yaitu merokok. Merokok
merupakan masalah yang belum dapat terselesaikan hingga saat ini. Diberlakukannya
kebijakan dan peraturan yang tegas terhadap rokok ini seharusnya membuat perilaku
merokok di kalangan remaja semakin berkurang, namun kenyataannya tidak demikian
dan cenderung sebaliknya. Merokok sudah melanda berbagai kalangan masyarakat di
Indonesia, dari anak-anak sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan. Salah satu
sasaran program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat adalah menurunnya
prevalensi perokok serta meningkatnya lingkungan sehat bebas rokok di sekolah, tempat
kerja, dan tempat umum (Pusat Promkes, 2013).

Data dari badan kesehatan dunia WHO, menyebutkan 1 dari 10 kematian pada
orang dewasa disebabkan karena perilaku merokok, dimana rokok ini membunuh
hampir lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka dapat dipastikan
bahwa 10 juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020,
dengan 70% kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Bahkan pada tahun
2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta (Rochayati, 2015).WHO
(2015) menyatakan presentase penduduk dunia yang mengkonsumsi tembakau
didapatkan sebanyak 57% pada penduduk Asia dan Australia, 14% pada penduduk
Eropa Barat dan 8% pada penduduk Timur Tengah serta Afrika. Sementara itu ASEAN
merupakan sebuah kawasan dengan 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab
kematian global akibat tembakau (Alamsyah, 2017).

Tingkat prevalensi perokok remaja di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.


Diperkirakan dari 70 juta anak indonesia, 37% atau sama dengan 25,9 juta anak
Indonesia adalah perokok dan jumlah itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan
jumlah perokok terbanyak di Asia. Seiring dengan hal tersebut hasil Riset Kesehatan
Dasar Indonesia tahun 2013 memperlihatkan proporsi perokok di Indonesia sebesar
24,3% dari jumlah penduduk, umur 10-14 mulai merokok pertama kali pada saat
berumur 5-9 tahun sebesar 2,8% dan 10-14 tahun sebesar 97,2%. Sedangkan umur 15-
19 mulai merokok pertama kali pada saat berumur 5-9 tahun sebesar 1,1%. 10-14 tahun
sebesar 24,0% dan 15-19 tahun sebesar 74,9% (Noviana dkk, 2016).

4
Saat ini, Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif
terbanyak di dunia (61,4 juta perokok), setelah China dan India. Tingginya jumlah
perokok aktif tersebut berbanding lurus dengan jumlah non-smoker yang terpapar asap
rokok orang lain (second-hand smoke) yang semakin bertambah (97 juta penduduk
Indonesia). Sebanyak 43 juta anak-anak Indonesia terpapar asap rokok (Pusat Promkes
Kemkes RI, 2013). Prevalensi merokok di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun, perilaku merokok cenderung tinggi pada laki-laki, mulai dari anak-anak, remaja,
dan dewasa (Kemenkes RI, 2015).

Jawa tengah merupakan salah satu provinsi di indonesia yang termasuk dalam
kategori provinsi dengan prevalensi merokok setiap hari diatas rata-rata prevalensi
merokok tingkat nasional yaitu sebesar 34,8%. Kota semarang meskipun bukan
termasuk dalam 10 kota terbesar yang memiliki prevalensi merokok setiap hari di atas
rata-rata, namun kota semarang merupakan ibu kota dari provinsi jawa tengah yang
memiliki mobilitas penduduk tinggi sehingga paparan rokok akan lebih sering
dibandingkan dengan wilayah lain. Kota semarang tercatat 17,8% adalah perokok
dengan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap yaitu 10,7 per hari (Khoirunnisa
dkk, 2019). Wilayah Kabupaten Klaten terdapat 31,5% perokok per penduduk (Dinkes
Klaten, 2013). Wilayah dukuh cetok desa baturan terdapat warga yang merokok yaitu
Rt.01 sebanyak 20,89%, Rt.02 sebanyak 19,42,% Rt.03 sebanyak 28,35% dan Rt.04
sebanyak 31,34%.

Masalah kesehatan yang ada dan muncul di dukuh Cetok desa Baturan
Kecamatan Gantiwarno mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Stikes
Muhammdiyah Klaten dalam kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas bekerja sama
dengan Puskesmas Gantiwarno dan berupaya untuk menggali data-data yang
mendukung permasalahan yang muncul sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dalam
bentuk diagnosa keperawatan komunitas.

Diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dapat ditentukan pula tindak lanjut
pemecahan masalah kesehatan bersama-sama dengan masyarakat, dan dilakukan
pembinaan kepada masyarakat sehingga masyarakat mampu untuk menciptakan
lingkungan yang sehat dan mampu menerapkan pola hidup sehat.

5
Keperawatan komunitas memprioritaskan juga pada upaya untuk meningkatkan
kesehatan (promotif dan preventif) dengan tidak mengabaikan usaha-usaha kuratif dan
rehabilitative. Hal ini sesuai dengan misi dan visi departemen kesehatan yaitu
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Keperawatan komunitas juga berguna
untuk meningkatkan dan membawa masyarakat untuk mengantisipasi masalah
kesehatanya sendiri, menggali potensi dan menggunakan sumber daya manusia yang
ada di masyarakat. Dengan adanya praktek keperawatan komunitas ini diharapkan
mahasiswa bersama dengan masyarakat mampu merubah perilaku masyarakat dalam
pencegahan Hipertensi dan merokok. Dari hasil pengkajian mahasiswa, prioritas
masalah yang ditentukan adalah :

1. Defisiensi Kesehatan Komunitas Hipertensi


2. Perilaku kesehatan (Merokok) Ccenderung beresiko.

Keperawatan komunitas berguna untuk meningkatkan dan membawa


masyarakat untuk mengantisipasi masalah kesehatannya sendiri, menggali
potensi dan menggunakan sumber daya manusia yang ada di
masyarakat.Dengan adanya praktek keperawatan komunitas ini diharapkan
mahasiswa bersama dengan masyarakat mampu merubah perilaku masyarakat
dalam pencegahan Hipertensidan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

A. Tujuan Penulisan Laporan


1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat di dukuh Cetok Desa Baturan
Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal dan mewujudkan peningkatan kualitas dan
kuantitas pelayanan kesehatan masyrakat.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan komunitas selama 8 minggu mahasiswa Program Pendidikan
Profesi Ners Stikes Muhammadiyah Klaten dapat :
a. Melakukan pengkajian kebutuhan dan masalah Keperawatan komunitas
melalui; indentifikasi data, pegumpulan data, analisa data dan pemecahan
masalah Keperawatan.

6
b. Merencanakan tindakan Keperawatan sesuai dengan masalah yang ditemukan .
c. Melaksanakanan rencana tindakan yang meliputi monitoring, health education,
tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
d. Melakukan evaluasi tindakan Keperawatan komunitas sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
e. Melakukan dokumentasi proses Keperawatan secara lengkap dan relevan,
sehingga data-data dapat digunakan oleh Puskesmas maupun komunitas.
f. Mampu melakukan tinjauan terhadap program yang ada di Puskesmas untuk
meningkatkan layanan Puskesmas pada masyarakat.

B. Manfaat
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dengan memberikan asuhan keperawatan komunitas ini dapat
meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan untuk menjadi perawat perkesmas
yang lebih profesional.
2. Bagi warga di Dukuh Cetok
Diharapkan dengan diberikannya asuhan keperawatan kepada warga dukuh
cetok yang dapat meningkatkan derajat kesehatan

C. Strategi Pengorganisasian Kelompok


Beberapa strategi yang dilakukan dalam penerapan asuhan keperawatan komunitas,
diuraikan sebagai berikut :
1. Winshield survey (MMD I)
a. Pendekatan dan penjelasan program kepada pihak berwenang dan yang
terkait diantaranya tokoh masyarakat meliputi seluruh perangkat desa dan
Puskesmas. Kegiatan ini dilaksanakan dalam Musyawarah Masyarakat Desa
I atau MMD I.
b. Orientasi wilayah

7
Mahasiswa melakukan survay batas-batas wilayah di dukuh Cetok Desa
Baturan Kecamatan Gantiwarno yang dibantu oleh ketua RW dan Ketua RT
serta para Kader.
2. Pengkajian dan pengumpulan data, melalui :
a. Wawancara, observasi, kuisioner atau angket, dan data sekunder sebagai alat
untuk pengumpulan data, untuk mengetahui kesehatan warga di dukuh Cetok
Desa Baturan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten.
b. Wawancara dengan para tokoh masyarakat dan pencarian data sekunder di
Puskesmas dan pelayanan puskesmas pembantu ( PKD) yang ada di desa
Baturan
c. Melakukan MMD I dengan metode FGD (Focus Group Discussion)
3. Melaksanakan Kegiatan MMD II
Pertemuan dengan masyarakat dengan tujuan menganalisa hasil pendataan
untuk menemukan permasalahan kesehatan yang ada serta mencari pemecahan
atau jalan keluar atas masalah-masalah yang ditemukan selama pendataan.
Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat dan pihak Puskesmas
untuk menyamakan persepsi terhadap permasalahan yang ada. Menetapkan
prioritas pemecahan masalah yang ditemukan. Pada MMD II ini diharapakan ada
kesepakatan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan.
4. Mengimplementasikan Perencanaan
Mahasiswa bersama dengan masyarakat melaksanakan rencana kegiatan
yang telah disepakati saat kegiatan MMD II.
5. Evaluasi (MMD III)
Pertemuan dengan masyarakat untuk mengevaluasi pencapaian tindakan
dan pemecahan masalah kesehatan sesuai tujuan dan waktu yang telah ditentukan.
Pada tahap ini penting untuk diperhatikan follow up terhadap masalah atau
perencanaan yang belum terlaksanakan atau terselesaikan untuk selanjutnya
dikoordinasikan dengan instansi kesehatan terkait.

D. Tempat dan Waktu


Program Pendidikan Profesi Ners untuk praktek keperawatan komunitas
dilaksanakan di dukuh Cetok Desa Baturan Kecamatan Gantiwarno, dan akan
dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2020 sampai dengan 5 april 2020.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Paradigma Sehat
1. Definisi Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah perubahan orientasi pembangunan kesehatan dari
penakanan pada pendekatan kuratif menuju pendekatan promotif dan preventif
sebagai upaya prioritas, untuk mewujudkan program tersebut saat ini telah
diperkenalkan program gerakan masyarakat sehat, gerakan ini menjadi bagian
rencana strategis pemerintah yang dilaksankaan dalam kerangka konsep five level
prevention atau dikenal dengan lima tahap pencegahan. Kelima tahap tersebut
dilaksnakan secara berjenjang dan skala prioritas yang diawali dengan ; Health
promotion, Spesific protection, Rarly diagnosis dan Promt treatment, Dissability
limitation dan Rehabilitation. Gerakan masyarakat sehat sebagai bagian dari
perubahan orientasi paradigma sehat.
2. Sasaran Program Hidup Sehat
Sasaran program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

9
yang didukung dengan perlindungan vinansial dan pemerataan pelayanan
kesehatan sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019 yaitu
a. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak
b. Meningkatnya pengendalian penyakit
c. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehan dasar dan rujukan terutama
di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui kertu
indonesia sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan
e. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
f. Meningkatnya responsifitas sistem kesehatan
3. Stategi Pembangunan Kesehatan
Adapun strategi pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 meliputi 12 pokok
strategi berikut.
a. Akselerasi pemenuhan akses pelayanan, kesehatan ibu, anak, remaja, dan
lanjut usia yang berkualitas.
b. Mempercepat perbaikan gizi masyarakat.
c. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
d. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas.
e. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas.
f. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, dan kualitas farmasi
dan alat kesehatan.
g. Meningkatkan pengawasan obat dan makanan.
h. Meningkatkan ketersediaan, penyebaran, dan mutu sumber daya manusia
kesehatan.
4. Tiga Pilar Indonesia Sehat
Tiga pilar utama Indonesia sehat tahun 2015- 2019, yaitu:
a. Penerapan paradigma sehat
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarus utamaan
kesehatan dalam pebangunan, penguatan promotif dan preventif serta
pemeberdayaan masyarakat.
b. Penguatan pelayanan kesehatan
Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu

10
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis resiko
kesehatan.
c. Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Pelaksanaan JKN dilakukan dengan stategi perluasan sasaran dan manfaat
(benefit), serta kendlai mutu dan biaya.

B. Keperawatan Kesehatan Masyarakat

American Nurses Association (ANA) mendefinisikan keperawatan kesehatan


komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari
populasi dengan mengintegrasikan ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan
keperawatan dan kesehatan masyarakat.

Keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) adalah salah satu upaya


puskemas yang mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan
memadukan ilmi atau praktik keperawatan dengan kesehatan masyarakat
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu,
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam
upaya kesehatannya (Kemenkes, 2017).

Tujuan pelayanan perkesmas adalah meningkatkan kemandirian masyarakat


dalam mengatasi masalah perkesmas secara optimal. Pelayanan keperawatan
diberikan secara lansung kepada seluruh masyarakat dalam rentang sehat sakit dengan
mempertimbangkan seberapa jauh masalah kesehatan masyarakat dapat
mempengaruhi individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.

Sasaran perkesmas adalah seluruh komponen masyarakat yang tersiri atas


individu, keluarga dan kelompok yang berisiko tinggi termasuk kelompok atau
penduduk di daerah kumuh, terisolasi, berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau
oleh pelayanan kesehatan.

Perawat kesehatan komunitas bisa bekerja sama dengan komunitas dan


populasi untuk mengurangi risiko angka kesakitan serta meningkatkan,
mempertahankan, dan memperbaiki kembali kesehatan. Perawat kesehatan komunitas

11
melakukan advokasi pada tingkat sistem untuk mengubah kesehatan serta harus
memahami dan menerapkan konsep pengorganisasian dan pengembangan komunitas,
koordinasi perawatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, dan ilmu
kesehatan masyarakat.

Perawat kesehatan komunitas terlibat dalam penelitian untuk meningkatkan


praktik, strategi, serta intervensi khusus dari perawat kesehatan komunitas. Perawat
harus memiliki tanggunga jawab secara aktif dalam meningkatkan ilmu berbasis bukti
(evidence-based) yang professional. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dapt diberikan secara langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan seperti
sebagai berikut :

1. Unit pelayanan kesehatan yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat inap
(rumah sakit, puskesmas, dan lainnya)
2. Rumah
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada
keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care
dapat rneningkatkan fungsi keluarga dalarn merawat anggota keluarga yang
mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai
institusi pendidiikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan
karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program screening kesehatan,
mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan.
4. Tempat kerja atau industry
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai
institusi pendidiikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan
karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program screening kesehatan,
mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan.
5. Barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung tehadap kasus akut,
penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Kegiatan puskesmas keliling

12
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliliing diberikan kepada
individu, kelompok masyarakat di pedesaan, kelompok terlantar. Pelayanan
keperawatan yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan,
perawatan kasus penyakit akut dan ,kronis, pengelolaan dan rujukan kasus
penyakif.
7. Panti atau kelompok khusus lain seperti panti asuhan anak, panti wreda, panti
sosial lain, rumah tahanan, serta lembaga permasyarakatan.
8. Pelayanan pada kelompok risiko tinggi :
a. Kelompok wanita, anak-anak, dan lansia yang mendapat perlakuan
kekerasan,
b. Pusat pelayanan kesehatan jiwa dan penyalahgunaan obat
c. Tempat penampungan kelompok lansia, gelandangan dan pemulung,
kelompok orang dengan HIV/AIDS, dan wanita tunasusila.

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah


meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keperawatan, membimbing dan mendidik
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk menanamkan pengertian,
kebiasaan, dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatannya.

Keperawatan kesehatan masyarakat berorientasi pada proses pemecahan


masalah yang dikenal dengan "Proses Keperawatan” (nursing process) yaitu metoda
ilmiah dalam keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai cara terbaik
dalam memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai respon rnanusia dalam
menghadapi masalah kesehatan. Langkah-langkah proses keperawatan kesahatan
masyarakat adalah pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Dalam
penerapan proses keperawatan. Terjadi proses alih peran dari tenaga keperawatan
kepada klien (sasaran) secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian
sasaran dalam menyelesaikan masalah kesehatannya.

13
C. Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan komunitas atau comunity health nursing merupakan praktik untuk
memelihara dan meningkatkan masyarakat kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu kesehatan
masyarakat.
Pengertian lain dari komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada kelompok
risiko tinggi untuk meningkaatkan status kesehatan komunitas dengan menekankan
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif
dan rehabilitatif.

D. Pardigma keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok,
yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987).
Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu,
keluarga dan masyarakat.
1. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu
sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup
kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik
dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju
kemnadirian pasien atau klien.
2. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama, didalam lingkungannya sendiri atau masyarakat
secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman,
dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang
menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan
yaitu :

14
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam
kelompoknya sendiri
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang
diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh
anggota keluarga tersebut.
3. Masyarakat sebagai klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat
istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang
kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan
komunitas didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi
dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada
kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat
faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan
fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim dan perumahan. Contoh di suatu
daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang
dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling
berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan
derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu,
keluarga dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan
proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial
dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga
dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.

15
Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan
masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status manusia.
Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan
lingkungan spiritual.

16
E. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas \
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu,
keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian langsung
terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta
masyarakat.
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan keperawatan kesehatan masyarakat adalah
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki.
2. Tujuan Khusus
a. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan pada tujuan keperawatan komunitas ini berarti
adalah suatu upaya untuk membantu masyarakat menjadikan gaya hidup
mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual.
Promosi kesehatan tidak sekedar mengubah gaya hidup, tetapi
mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat dan tujuan yang akan
dicapai pula.
b. Proteksi kesehatan
Proteksi kesehatan merupakan upaya perlindungan kelompok
masyarakat terhadap terpaparnya suatu penyakit.
c. Pencegahan penyakit dan penyembuhan
Pencegahan penyakit merupakan upaya dalam mencegah terjadinya
penyakit pada kelompok yang berisiko, sedangkan penyembuhan adalah
upaya yang dilakukan pada kelompok masyarakat yang telah terkena
penyakit

17
F. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah kelompok khusus baik
yang sehat maupun yang sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan dan
keperawatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan (ketidakmampuan dalam
merawat dirinya sendiri) karena sesuatu hal dan sebab, maka akan
mempengaruhi anggota keluarga yang lainnya baik fisik, mental dan sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas keluarga,
anggota keluarga lainnya yang terkumpul dan tinggal dalam suatu tempat
karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi yang satu dengan
yang lain saling bergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan akan
berpengaruh terhadap anggota - anggota keluarga lainnya dan keluarga -
keluarga yang ada disekitarnya.
3. Masyarakat
Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan
dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling
berinteraksi dan berintelelasi, saling bergantung dan bekerja sama mencapai
tujuan.
Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak
permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan
khususnya, seperti kebiasaan – kebiasaan masyarakat menggunakan air sungai
dan keperluan rumah tangga seperti mencuci makanan, pakaian dan di pihak
lain masyarakat menggunakan air sungai untuk mandi dan membuang hajat.
Tentunya keadaan ini akan berbahaya bagi masyarakat yang menggunakan air
sungai.
4. Kelompok khusus

18
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat
rawan terhadap masalah kesehatan, diantaranya :

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan akibat perkembangan dan


pertumbuhan seperti :
1) Bumil
2) BBL
3) Anak balita
4) Usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan,
diantaranya adalah :
1) Penderita penyakit menular, seperti : TBC, Kusta, penyakit kelamin, dll.
2) Penderita penyakit tidak menular, seperti : DM, jantung, cacat fisik,
gangguan mental, dll.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit seperti :
1) Wanita Tuna Susila
2) Penyalahgunaan narkotika
3) Kelompok – kelompok pekerja tertentu, dll.
d. Lembaga sosial
1) Panti Werdha
2) Panti Asuhan
3) Pusat – pusat rehabilitasi
4) Penitipan Balita

G. Peran Perawat Komunitas


1. Pelaksana asuhan keperawatan
Salah satu peran penting perawat adalah memberikan pelayanan langsung
kepada komunitas sesuai dengan kebutuhan komunitas atau keluarga. Anda
dapat mencoba peran ini sesuai dengan tahapan mulai dari pengkajian sampai

19
dengan evaluasi keperawatan. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan, perawat
dapat berfungsi untuk:
a. Melakukan pengkajian secara komprehensif
b. Menetapkan masalah keperawatan komunitas
c. Menyusun rencana keperawatan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan
potensi komunitas
d. Melakukan tindakan keperawatan langsung mencakup tindakan mandiri
(seperti melakukan perawatan luka, melatih napas dalam dan batuk efektif,
melatih latihan rentang gerak/rom, dan sebagainya), serta tindakan
kolaboratif (seperti pemberian obat tbc dan sebagainya)
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan
f. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan.
2. Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang
memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya.
Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien. Perawat menjadi
penyedia informasi kesehatan dan mengajarkan komunitas atau keluarga
tentang upaya kesehatan yang dapat dilakukan komunitas. Peran tersebut dapat
Anda lihat saat perawat melakukan pendidikan kesehatan. Berikut fungsi yang
dapat dijalankan oleh perawat komunitas dalam menjalankan perannya sebagai
pendidik.
a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu apa yang ingin diketahui oleh
komunitas, ini bisa diketahui saat perawat melakukan pengkajian
komunitas.
b. Memilih metode pembelajaran (ceramah, diskusi, atau demonstrasi), dan
materi yang sesuai dengan kebutuhan.
c. Menyusun rencana pendidikan kesehatan.
d. Melaksanakan pendidikan kesehatan.
e. Melatih komunitas/kelompok/keluarga tentang keterampilan yang harus
dimiliki sesuai kebutuhannya.
f. Mendorong keluarga untuk melatih keterampilan yang sudah diajarkan
perawat.
g. Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan.

20
3. Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk
dirinya. Perawat sebagai mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas
dan kompeten. Sikap perawat yang selalu berupaya meningkatkan
kompetensinya agar asuhan keperawatan komunitas yang diberikan terjaga
kualitasnya, merupakan contoh pelaksanaan peran sebagai pembela (advocate),
tindakan lain yang dapat dilakukan perawat sebagai pembela (advocate) adalah:
a. menyediakan informasi yang dibutuhkan komunitas atau keluarga untuk
membuat keputusan;
b. memfasilitasi komunitas atau keluarga dalam mengambil keputusan;
c. membuka akses ke provider agar komunitas atau keluarga mendapatkan
pelayanan yang terbaik (membangun jejaring kerja);
d. menghormati hak klien;
e. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
f. melaksanakan fungsi pendampingan komunitas atau keluarga;
g. memberikan informasi terkait sumber-sumber pelayanan yang dapat
digunakan;
h. memfasilitasi masyarakat dalam memanfaatkan sumber-sumber tersebut.

4. Manajemen kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan
pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi fregmentasi, serta
meningkatkan kualitas hidup klien. Serta melibatkan diri dalam penelusuran
kasus di komunitas atau keluarga, untuk selanjutnya dilakukan kajian apa saja
yang dibutuhkan komunitas dan melakukan intervensi.
5. Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
6. Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya menjadi panutan bagi setiap
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang
diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam
kehidupan sehari – hari.

21
7. Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi
serta mengembangkan teor-teori keperawatan yang merupakaan dasar dari
praktik keperawatan.
8. Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu
terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam
merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan. Hal yang dilakukan perawat sebagai pembaharu adalah
sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi kekuatan dan penghambat perubahan. Hal ini penting
dilakukan karena suatu perubahan merupakan suatu hal yang baru yang
membutuhkan dukungan.
b. Membantu pencairan dan memotivasi untuk berubah.
c. Membantu komunitas menginternalisasi perubahan.

H. Asuhan Keperawatan Komunitas


Pelayanan dalam asuhan keperawatan komunitas sifatnya berkelanjutan
dengan pendekatan proses keperawatan sebagai pedoman dalam upaya
menyelesaikan masalah kesehatan komunitas (Achjar, 2011). Proses keperawatan
komunitas meliputi pengkajian, analisa dan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif dan
negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka membangun
strategi untuk promosi kesehatan. Dimana menurut model Betty Neuman yang
dikaji meliputi demografi, populasi, nilai keyakinan dan riwayat kesehatan
individu yang dipengaruhi oleh sub system komunitas yang terdiri dari
lingkungan fisik, perumahan, pendidikan, keselamatan dan transportasi, politik
pemerintahan, kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi.
Aspek-aspek tersebut dikaji melalui pengamatan langsung, data statistik,
angket dan wawancara. Metode pengumpulan data pengkajian asuhan

22
keperawatan komunitas antara lain: windshield survey, informant interview,
observasi partisipasi, dan focus group discussion (FGD).
a. Windshield survey
Windshield survey dilakukan dengan berjalan-jalan dilingkungan
komunitas untuk menemukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang
terjdi di komunitas, lingkungan sekitar komunitas, kehidupan komunitas,
dan karakteristik penduduk yang ditemui di jalan saat survey dilakukan.
b. Informant Interview
Sebelum terjun ke masyarakat, instrumen pengkajian sebaiknya
dikembangkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Instrumen yang perlu
dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap masyarakat antara
lain kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Untuk
mendapat hasil yang akurat dan agar masyarakat membina rasa percaya
dengan perawat diperlukan kontak yang lama di komunitas. Perawat juga
harus menyertakan lembar persetujuan komunitas yang dibubuhi tanda
tangan atau cap jempol setiap akan melakukan tindakan yang
membutuhkan persetujuan komunitas. Informed concent juga
mencantumkan jaminan kerahasiaan terhadap isi persetujuan dan pendapat
yang telah disampaikan. Wawancara dilakukan kepada key informent atau
tokoh yang menguasai program.
c. Observasi partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi.
Tentukan berapa lama observasi yang akan dilakukan, apa, dimana, waktu,
dan tempat komunitas yang akan diobservasi. Kegiatan observasi dapat
dilakukan menggunakan format observasi yang sudah disiapkan terlebih
dahulu, kemudian catat semua yang terjadi, dengan tambahan penggunaan
kamera atau video. Informasi yang penting diperoleh menyangkut aktivitas
dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan dikomunitas. Observasi
dilakukan terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai, kekuatan dan
proses pemecahan masalah di komunitas.
d. Focus group discussion (FGD)
FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk
mendapatkan infoemasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran

23
mengenai satu topik melalui proses diskusi kelompok, berdasarkan
pengalaman subyektif kelompok sasaran terhadap satu situasi/produk
tertentu. FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi terhadap
sesuatu, misalnya, pelayanan dan tidak mencari konsensus serta tdak
mengambil keputusan mengenai tindakan yang harus dilakukan. Peserta
FGD terdiri atas 6-12 orang dan harus homogen, dikelompokkan
berdasarkan kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang, sosial ekonomi
(pendidikan, suku, status perkawinan,dsb). Lama diskusi max 2 jam.
Lokasi FGD harus memberikan suasana yang aman dan nyaman sehingga
menjamin narasumber berbicara terbuka dan wajar.
FGD menggunakan diskusi terfokus sehingga membutuhkan
pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, fasilitator, moderator,
notulen, dan observer. Vasilitator dapat menggunakan petunjuk diskusi
agar diskusi terfokus. Peran fasilitator menjelaskan diskusi, mengarahkan
kelompok, mendorong peserta untuk berpartisipasi dalam diskusi,
menciptakan hubungan baik, fleksibel, dan terbuka terhadap saran,
perubahan, gangguan, dan kurangnya partisipasi.
Perekam jalannya diskusi yang utama adalah pengamat merangkap
pencatat (observer dan recorder). Hal yang perlu dicatat adalah tanggal
diskusi, waktu diskusi diadakan, tempat diskusi, jumlah peserta, tingkat
partisipasi peserta, gangguan selama proses diskusi, pendapat peserta, apa
yang membuat peserta menolak menjawab atau apa yang membuat peserta
tertawa, kesimpulan diskusi, dsb. Penggunaan alat perekam saat FGD
berlangsung harus mendapat izin responden terlebih dahulu.
Sebelum membuat instrumen pengkajian keperawatan komunitas,
seperti kuesioner, pedoman wawancara, pedoman observasi, windshield
survey, kisi-kisi instrumen pengkajian sebaiknya dibuat terlebih dahulu,
agar data yang akan ditanyakan dan dikaji kepada komunitas tidak tumpang
tindih sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien.
Selain data primer, data sekunder yang diperoleh melalui laporan,
dokumen yang sudah dibuat di desa atau kelurahan, puskesmas, kecamatan,
atau dinas kesehatan, misalnya laporan tahuanan puskesmas, monografi
desa, profil kesehatan dsb, Juga perlu di kumpulkam dari komunitas.

24
Setelah dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya dianalisis,
sehingga perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan.
2. Analisa dan diagnosa keperawatan komunitas
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa seberapa
besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang
timbul dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan
diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa keperawatan terdiri dari
masalah kesehatan, karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat
aktual, ancaman dan potensial.

Prioritas Masalah
Dalam mengidentifikasikan masalah, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan seperti kemampuan sumber daya manusia, biaya, tenaga,
teknologi dan lain-lain. Untuk itu, dilakukan penilaian prioritas masalah dari
yang paling mendesak hingga tidak terlalu mendesak. Dalam menentukan
prioritas masalah kami lakukan dengan menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth). Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan
urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring 1-5 dan dengan
mempertimbangkan tiga komponen dalam metode USG.
1. Urgency

Seberapa mendesak masalah kesehatan tersebut harus dibahas dikaitkan

dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut

untuk memecahkan masalah yang menyebabkan masalah kesehatan.

2. Seriousness

Seberapa serius masalah kesehatan tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan

akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang

menimbulkan masalah kesehtan tersebut atau akibat yang menimbulkan

masalah-masalah lain kalau masalah penyebab masalah kesehtan tidak

dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu

25
masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila

dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.

3. Growth

Seberapa kemungkinan-kemungkinannya masalah kesehatan tersebut

menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab masalah

kesehatan akan semakin memburuk kalau dibiarkan.

Dalam menentukan prioritas masalah dengan metode USG ini, kami

lakukan bersama pembimbing klinik dan akademik serta kader-kader

kesehatan dan warga Dukuh Cetok dalam diskusi penentuan prioritas

masalah di Dukuh Cetok, Desa Baturan, Kecamatan Gantiwarno.

NO USG
PRIORITAS MASALAH TOTAL RANKING
. U S G

Penderita hipertensi yang tidak


1. 5 5 4 100 I
patuh dalam pengobatan

Warga yang merokok tanpa tahu


2. 4 3 5 60 II
efek samping merokok

Keterangan :
5 = Sangat Besar
4 = Besar
3 = Sedang
2 = Kecil
1 = Sangat Kecil

Dari tabel analisis USG di atas, kami dapat mengambil kesimpulan

bahwa, masalah kesehatan yang akan diselesaikan di Dukuh Cetok yaitu

masalah mengenai penderita hipertensi yang tidak patuh dalam pengobatan dan

warga yang masih menjadi perokok aktif. Dari ke 2 masalah diatas kami

26
mengambil satu prioritas masalah kesehatan yaitu mengenai penderita

hipertensi yang tidak patuh dalam pengobatan hipertensi yang berada di Dukuh

Cetok, Desa Baturan, Kecamatan Gantiwarno.

3. Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder, tersier
yang cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang sesuai dengan
diagnosa yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap perencanaan ini meliputi
penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan diagnosa komunitas sesuai
dengan prioritas (penapisan masalah), penetapan tujuan dan sasaran,
menetapkan strategi intervensi dan rencana evaluasi.
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi
dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada
kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap
suatu penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, imunisasi,
stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan inervensi yang tepat untuk menghambat proses
penyakit atau kelainan sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat
keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap
tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada
pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya

27
kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk
mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses penyakit.

5. Evaluasi
Evaluasi perbandingan antara status kesehatan klien dengan hasil yang
diharapkan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses
dan evaluasi hasil. Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi,
menginterpretasi data sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan
dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam memberikan asuhan
keperawatan.

H. Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)


Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program
Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera.Program Indonesia Sehat
selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian
direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan
R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. untuk
melaksanakan Program Indonesia Sehat diperlukan pendekatan keluarga, yang
mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga, berdasarkan
data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga (Permenkes, 2016).
1. Tujuan PIS-PK
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
bertujuan untuk :

28
a. Meningkatkan akses keluarga berserta anggotanya terhadap pelayanan
kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif
serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar;
b. Mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota;
melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan;
c. Mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan
Kesehatan Nasional; dan
d. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam rencana
strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga terdiri atas 4 (empat)
area prioritas yang meliputi :
a. Penurunan angka kematian ibu dan bayi;
b. Penurunan prevalensi balita pendek (stunting);
c. Penanggulangan penyakit menular; dan
d. Penanggulangan penyakit tidak menular.
2. Indikator PIS-PK
Sebagaimana program dilaksanakan dengan pendekatan upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif oleh tenaga
kesehatan sesuai kompetensi dan kewenangannya. Dalam rangka
penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan
sebuah keluarga sebagai berikut :
a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);

29
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
3. Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut :
(Kemenkes RI, 2016)
a. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family
folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data
keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi
komponen rumah sehat (akses/ketersediaan air bersih dan
akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga
mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan, seperti mengidap
penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) dan perilakunya
(merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembanganbalita,
pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).
b. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer,
leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya, misalnya: Flyer tentang
Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil,
Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang mempunyai balita,
Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan
lain-lain.
Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat
berupa forum-forum berikut :
a. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
b. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasawisma dari PKK.
c. Kesempatan konseling di UKBM-UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos
UKK, dan lain-lain).
d. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim,
rembug desa, selapanan, dan lain-lain.
Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan
menggunakan tenaga-tenaga berikut:

30
a. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, Posbindu, Poskestren,
PKK, dan lain-lain.
b. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK,
pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.
4. Pelaksanaan PIS-PK
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga ditingkat
Puskesmas dilakukan melalui kegiatan :
a. Melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga;
b. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas;
c. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun
rencana Puskesmas
d. Melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif;
e. Melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung) melalui
pendekatan siklus hidup; dan
f. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas.

31
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian Kesehatan Komunitas


1. Sasaran Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan di wilayah Dukuh Cetok Desa Baturan, dengan sasaran
seluruh warga Dukuh Cetok. Dukuh Cetok terdiri dari empat Rt dan dua RW.
Dengan jumlah KK 226 dengan jumlah penduduk 752 jiwa.
2. Weinshield Survey
Tipe perkampungan yang berada di Dukuh Cetok adalah pedesaan.
Lingkungan tempat tinggal di Dukuh Cetok antara rumah satu dengan yang
lainnya berdekatan. Area pedesaan atau bangunan yang berada di Dukuh Cetok
mayoritas lama dan permanen. Kebudayaan yang dianut masyarakat Dukuh
Cetok yaitu kebudayaan Jawa. Karakteristik penduduk yang berada di Dukuh
Cetok, mayoritas umur penduduk adalah dewasa dan lansia. Penduduk di
Dukuh Cetok mayoritas bekerja sebagai petani, buruh dan pedagang.
Setiap warga di Dukuh Cetok mempunyai halaman dan mempunyai
tanaman di depan rumah. Dukuh Cetok banyak terdapat sawah yang ditanami
padi, pada saat musim kemarau masyarakat dukuh Cetok menanam palawija.
Dukuh Cetok mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri. Sarana
pembuangan sampah warga di Dukuh Cetok dengan cara dikumpulkan dan
dipilah menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik ada yang di
timbun dibelakang rumah dan ada yang dibakar di depan rumah. Sampah

32
anorganik dikumpulkan di bank sampah yang terdapat di RW 01 dan uang hasil
penjualan dimasukkan kedalam buku kas tiap kepala keluarga. Kotoran ternak
yang berada di Dukuh Cetok belum dikelola dengan baik. Fasilitas kesehatan
yang sering digunakan di Dukuh Cetok yaitu PKD, Puskesmas Gantiwarno dan
unit gawat darurat terdekat RS BagasWaras, RSST Klaten. Warga di Dukuh
Cetok sudah banyak mempunyai KIS dan juga BPJS mandiri.
Sumber-sumber yang ada dimasyarakat di Dukuh Cetok mempunyai
tempat belanja yaitu warung yang berjarak ±1 Km. Mayoritas masyarakat
menggunakan alat transportasi sepeda motor. Biasanya warga di Dukuh Cetok
untuk mengisi waktu senggang atau berekreasi dengan keluarga biasanya warga
memanfaatkan berkumpul dengan masyarakat. Sarana pendidikan yang berada
di Dukuh Cetok yaitu, satu Paud. Di Dukuh Cetok terdapat tempat ibadah
berupa masjid yang berjumlah 1 masjid. Pelayanan keamanan di Dukuh Cetok
warga sudah melakukan ronda siskamling untuk memantau keamanan kampung
tetapi belum maksimal.

B. Pengkajian Kebutuhan Kesehatan Komunitas


1. Inti Komunitas
a. Sejarah
Berdasarkan penuturan sesepuh yang sekarang masih hidup
mengatakan nama Dukuh Cetok berasal dari cerita pada zaman dahulu
pekerjaan paling banyak di Dukuh Cetok adalah kuli bangunan yang selalu
membawa cetok dalam setiap pekerjaannya. Kemudian dukuh tersebut
diberikan nama Cetok untuk memingat jasa para kuli bangunan yang telah
berjasa di daerah tersebut. Dukuh Cetok Desa Baturan Kecamatan
Gantiwarno Kabupaten Klaten. Sehingga masyarakat pada zaman dahulu
memberikan nama Dukuh Cetok karena banyak yang bekerja sebagai kuli
bangunan yang membawa cetok dan dianggap sebagai cikal bakal dari
Dukuh Cetok.

b. Demografi
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia di Dukuh Cetok

No Usia Frequency Percent (%)

33
1. Bayi dan Balita 42 5,6
2. Anak-anak 102 13,6
3. Remaja 110 14,6
4. Dewasa Awal 114 15,2
5. Dewasa Akhir 116 15,4
6. Lansia Awal 113 15
7. Lansia Akhir 98 13
8. Manula 57 7,6
Jumlah
752 100

c. Jenis Kelamin
Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin
Dukuh Cetok

Jenis Kelamin Frequency Percent (%)

Laki-laki 376 50%


Perempuan 376 50%

Total 752 100,0

Sumber : Hasil Survei Mahasiswa Profesi Ners (n=752) pada


226 Kepala Keluarga (KK)

d. Pekerjaan
Distribusi Frekuensi Pekerjaan di Dukuh Cetok Rt. 02

Pekerjaan Frequency Percent (%)


Sekolah 212 28,19
TNI/POLRI 3 0,39
PNS/Pegawai Swasta 25 3,32
Wiraswasta 30 3,98
Petani 60 7,97
Nelayan 0 0
Buruh 142 18,88
Lainnya 280 37,23
Jumlah 752 100%

e. Hasil Pemeriksaan IKS


Setelah dilakukan pendataan PIS-PK pada 226 KK, diperoleh data:
Dukuh Cetok Rt. 01

34
Kriteria Keluarga Sehat Frequency Percent (%)
Sehat 136 60,17 %
Pra Sehat 86 38,05%
Tidak Sehat 4 1,76%

Distribusi frekuensi indikator keluarga sehat di Dukuh Cetok Rt. 01

No Indikator IKS Persentase (%)


1 Keluarga mengikuti KB 83,48%
2 Ibu bersalin di faskes 100%
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 100%
4 Bayi diberi asi eksklusif selama 6 bulan 78,3%
5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan 100%
6 Penderita tb paru berobat sesuai standar 33,3%
7 Penderita hipertensi berobat teratur 13,65%
8 Gangguan jiwa berat tidak 0%
ditelantarkan
9 Tidak ada anggota keluarga yang 42,48%
merokok
10 Keluarga memiliki/ memakai air bersih 100%
11 Keluarga memiliki/memakai jamban 100%
sehat
12 Sekeluarga menjadi anggota jkn/askes 68,85%

f. Data Hipertensi

1) Pengetahuan
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Keperawatan Hipertensi
Dukuh Cetok Rt.01
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 13 68,4
Baik 6 31,6
Total 19 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.02
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 1 5,9
Cukup 9 52,9
Baik 7 41,2
Total 17 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Keperawatan Hipertensi

35
Dukuh Cetok Rt.03
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 9 64,3
Baik 5 35,7
Total 14 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.04
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 12 52,2
Baik 11 47,8
Total 23 100,0

2) Sikap

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.01
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 16 84,2
Baik 3 15,8
Total 19 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.02
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 12 70,6
Baik 5 29,4
Total 19 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.03
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 14 60,9
Baik 9 39,1
Total 19 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.04

36
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 21 91,3
Baik 2 8,7
Total 19 100,0

3) Perilaku
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Keperawatan Hipertensi
Dukuh Cetok Rt.01
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 15 78,9
Baik 4 21,1
Total 19 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.02
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 15 88,2
Baik 2 11,8
Total 17 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.03
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 14 100
Baik 0 0
Total 14 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.04
Ketegori Frequency Percent %
Kurang 0 0
Cukup 23 100
Baik 0 0
Total 23 100,0

37
4) Kepatuhan
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Keperawatan
Hipertensi
Dukuh Cetok Rt.01
Ketegori Frequency Percent %
Tidak Patuh 14 73,7
Patuh 5 26,3
Total 19 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.02
Ketegori Frequency Percent %
Tidak Patuh 5 29,4
Patuh 12 70,6
Total 17 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.03
Ketegori Frequency Percent %
Tidak Patuh 8 57,1
Patuh 6 42,9
Total 14 100,0

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masalah Perilaku Keperawatan Hipertensi


Dukuh Cetok Rt.04
Ketegori Frequency Percent %
Tidak Patuh 15 65,2
Patuh 8 34,8
Total 23 100,0

g. Data Merokok
a) Pengetahuan Rokok
Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok
Dukuh Cetok RT 01

Kategori Frequency Persen (%)


Kurang 1 7,1
Cukup 4 28,6

38
Baik 9 64,3
Total 14 100,0

Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok


Dukuh Cetok RT 02

Kategori Frequency Persen (%)


Kurang 0 0
Cukup 3 23,1
Baik 10 76,9
Total 13 100,0

Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok


Dukuh Cetok RT 02

Kategori Frequency Persen (%)


Kurang 1 7,1
Cukup 4 28,6
Baik 9 64,3
Total 14 100,0

Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok


Dukuh Cetok RT 03

Kategori Frequency Persen (%)


Kurang 0 0
Cukup 2 10,5
Baik 17 89,5
Total 19 100,0

Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok


Dukuh Cetok RT 04

Kategori Frequency Persen (%)


Kurang 0 0
Cukup 6 28,6
Baik 15 71,4
Total 21 100,0

39
b) Sikap Rokok
Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok
Dukuh Cetok RT 01
Kategor Frequency Persen (%)
i
Kurang 0 0
Cukup 14 100,0
Baik 0 0
Total 14 100,0

Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok


Dukuh Cetok RT 02
Kategori Frequency Persen (%)
Kurang 0 0
Cukup 12 92,3
Baik 1 7,7
Total 13 100,0

Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok


Dukuh Cetok RT 03
Kategori Frequency Persen (%)
Kurang 0 0
Cukup 18 94,7
Baik 1 5,3
Total 14 100,0

Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok


Dukuh Cetok RT 04
Kategori Frequency Persen (%)
Kurang 0 0
Cukup 16 76,2
Baik 5 23,8
Total 21 100,0

40
c) Perilaku Rokok
Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok
Dukuh Cetok RT 01
Kategori Frequency Persen (%)
Kurang 13 92,9
Cukup 0 0
Baik 1 7,1
Total 14 100,0

Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok


Dukuh Cetok RT 02
Kategori Frequency Persen (%)
Kurang 12 92,3
Cukup 1 7,7
Baik 0 0
Total 13 100,0

Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok


Dukuh Cetok RT 03
Kategori Frequency Persen (%)
Kurang 19 100,0
Cukup 0 0
Baik 0 0
Total 19 100,0

Distribusi frekuensi berdasarkan data merokok


Cetok RT 04
Kategori Frequency Persen (%)
Kurang 16 76,2
Cukup 2 9,5
Baik 3 14,3
Total 21 100,0

41
h. Nilai Kepercayaan dan Kebudayaan
Kebudayaan di Dukuh Cetok tidak ada perbedaan yang mendasar,
kepercayaan yang dianut warga adalah islam, Kristen dan Katolik.
Kebudayaan Jawa masih melekat pada warga Dukuh Cetok seperti kenduri,
tahlilan, Rasullan dan lain-lain. Terdapat beberapa peraturan yang di
tetapkan di Dukuh Cetok yang juga dijalankan oleh masyarakatnya.
Kepercayaan warga Dukuh Cetok masih banyak yang meyakini kebudayaan
atau kebiasaan mereka mengenai kesehatan terutama keluarga dengan usia
lanjut masih mempergunakan atau mempercayai adat mereka dalam
mempresepsikan masalah kesehatan seperti penggunaan pengobatan
tradisional sehingga hanya sebagian kecil masyarakat yang memanfaatkan
fasilitas kesehatan.

i. Lingkungan terbuka
Warga Dukuh Cetok, terdapat banyak kebun, sungai dan sawah.
j. Ekonomi
Tingkat ekonomi penduduk Dukuh Cetok termasuk kelas
menengah kebawah dengan pendapatan minimal perhari Rp 50.000,-
sampai Rp 80.000,-. Mayoritas penduduk Dukuh Cetok bekerja sebagai
petani, buruh sawah, ternak, kuli bangunan dan pedangang. Tingkat
pengangguran termasuk kecil karena setiap warga mempunyai ternak.
Di Dukuh Cetok terdapat home industry batako dan kayu glugu. Pusat
perbelanjaan kebutuhan sehari-hari di pasar Wedi yang jaraknya sekitar
± 3,5 km dari Desa.
k. Sistem Politik dan Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut warga Dukuh Cetok adalah
Demokratis. Di Dukuh Cetok terdapat berbagai acara kumpulan, yaitu
kumpulan bapak-bapak RT dan RW yang diadakan tiap bulannya, untuk
ibu-ibu yaitu kumpulan PKK, posyandu balita dan posyandu lansia
maupun arisan dengan tempat bergilir dari data rumah ke rumah lain.
l. Keamanan dan Transportasi

42
Sarana transportasi yang digunakan warga Dukuh Cetok mayoritas
menggunakan kendaraan bermotor dan sepeda. Untuk sarana keamanan
di Dukuh Cetok ada siskamling namun belum maksimal dalam
keamanan dukuh Cetok.
m. Pusat Pelayanan dan Sosial
Sarana dan fasilitas kesehatan yang ada dan sering digunakan di Dukuh
Cetok yaitu PusKesDes, Puskesmas Gantiwarno, untuk asuransi kesehatan
warga sudah banyak yang mempunyai KIS maupun BPJS mandiri.
n. Komunikasi
Ketika acara perkumpulan/musyawarah desa biasanya penduduk di
Dukuh Cetok berkumpul di salah satu pos. Sedangkan untuk acara
pengajian yang ada di Dukuh Cetok, biasanya berkumpul bergilir
dirumah warga dan dibangsal yang berada di RT 04 .
o. Rekreasi
Sarana rekreasi yang di manfaatkan oleh warga di Dukuh Cetok yaitu
dengan berekreasi di pantai Gunung Kidul dan paling dekat adalah
rekreasi didaerah Bayat yaitu wisata bukit cinta dan wisata religi.
p. Sumber Dana
Sumber dana warga Dukuh Cetok didapatkan dari swadaya masyarakat
dan APBD Pemerintah.\
q. Distribusi frekuensi tugas kesehatan keluarga tentang Hipertensi di
dukuh cetok, desa baturan, kecamatan gantiwarno

43
44
45

Anda mungkin juga menyukai