disusun oleh :
KELOMPOK 3
1. Jeni Mardini 10. Paulina Aritonang 23. Sri Leni B. Saragih
2. Erna 11. Afrida Sari 24. Zulfianidar
3. Sahat Tua Irwanto 12. Arsusila Wati 25. Mestika Tiurlan
Sidauruk 13. Siti Aisyah Harahap 26. Siti Khalijah
4. Ahmad Fatikhus 14. Rini Yunika Andalia 27. Seri Wulan Dari
Sholikh 15. Lasria Yolivia Aruan 28. Ali Anwar
5. Nelly Modewati Sagala 16. Yuni Vivi Santri Purba 29. Yanti Solastri
6. Elviana Saragih 17. Mesniyati 30. Yusnita Ramadonna
7. Maria Olivia Sinaga 18. Tika Syaputri Harahap
8. Ana Maryana 19. Harry Susianto Tarigan 31. Roswanita Siregar
9. Dormarito 20. Zulfikar Ali 32. Donna Pandiangan
Lumbantoruan 21. Saifullah 33. Louise Hutapea
22. Khairul Anwar 34. Herlina Nasution
1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah telah mencanangkan visi
Indonesia sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Keperawatan
sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam
mengantisipasi peningkatan jumlah populasi lansia dengan menitikberatkan pada penanganan di
bidang kesehatan dan keperawatan.
Dalam hal ini penting kiranya diketahui informasi mengenai tingkat kesehatan dan tingkat
ketergantungan lansia di masyarakat. Salah satu pelayanan kesehatan di masyarakat adalah
posyandu lansia.
Posyandu adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang didirikan di desadesa kecil
yang tidak terjangkau oleh rumah sakit atau klinik. Tujuan program posyandu lansia adalah
memberdayakan kelompok lansia sehingga mereka mampu untuk menolong dirinya sendiri
dalam mengatasi masalah kesehatannya serta dapat menyumbangkan tenaga dan kemampuannya
untuk kepentingan keluarga dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam posyandu lansia akan
dikembangkan lebih bersifat mempertahankan derajat kesehatan, meningkatkan daya ingat,
meningkatkan rasa percaya diri dan kebugaran lansia.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka latar belakang rumusan permasalahan ini
adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan dan tingkat ketergantungan lansia di masyarakat serta
pelayanan kesehatan lansia.
3. Sistematika Penulisan
BAB II
KESEHATAN LANSIA SECARA NASIONAL
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia
(aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar
7,18%. Propinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak 7%
adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini antara lain disebabkan
antara lain karena:
1. tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat,
2. kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan
3. tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat.
Jumlah penduduk Lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, usia harapan
hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), usia harapan
hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia
harapan hidup 71,1 tahun. Dari jumlah tersebut, pada tahun 2010, jumlah penduduk Lansia yang
tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar
15.612.232 (9,97%). Terdapat perbedaan yang cukup besar antara Lansia yang tinggal di
perkotaan dan di perdesaan. Perbedaan ini bisa jadi karena antara lain Lansia yang tadinya
berasal dari desa lebih memilih kembali ke desa di hari tuanya, dan mungkin juga bisa jadi
karena penduduk perdesaan usia harapan hidupnya lebih besar karena tidak menghirup udara
yang sudah berpolusi, tidak sering menghadapi hal-hal yang membuat mereka stress, lebih
banyak tenteramnya ketimbang hari-hari tiada stress atau juga bisa jadi karena makanan yang
dikonsumsi tidak terkontaminasi dengan pestisida sehingga membuat mereka tidak mudah
terserang penyakit sehingga berumurpanjang.
Namun jika diperkirakan pada tahun 2020 walaupun jumlah Lansia tetap mengalami
kenaikan yaitu sebesar 28.822.879 (11,34%), ternyata jumlah Lansia yang tinggal di perkotaan
lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan
yaitu sebesar 13.107.927 (11,51%).
Kecenderungan meningkatnya Lansia yang tinggal di perkotaan ini bisa jadi disebabkan
bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. Karena pemusatan penduduk di suatu
wilayah dapat menyebabkan dan membentuk wilayah urban. Suatu contoh bahwa untuk
membedakan wilayah rural dan urban di antara kota Jakarta dan Bekasi atau antara Surabaya
dengan Sidoarjo serta kota-kota lainnya kelihatannya semakin tidak jelas. Oleh karena itu
benarlah kata orang bahwa Pantura adalah kota terpanjang di dunia, tidak jelas perbatasan antara
satu kota dengan kota lainnya.
Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah penduduk Lansia yang
tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para remaja yang saat ini sudah banyak
mengarah menuju kota, mereka itu nantinya sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi, karena
saudara, keluarga dan bahkan teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa. Sumber
penghidupan dari pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini juga karena pada
umumnya penduduk desa yang pergi mencari penghidupan di kota, pada umumnya tidak
mempunyai lahan pertanian untuk digarap sebagai sumber penghidupankeluarganya.
Selain itu bahwa di masa depan sektor jasa mempunyai peran yang penting sebagai
sumber penghidupan. Oleh karena itu suatu negara yang tidak mempunyai sumber daya alam
yang cukup maka di era globalisasi akan beralih kepada sektor jasa sebagai sumber
penghasilannya, contoh negara Singapura. Pada hal sektor jasa dapat berjalan dan hidup hanya di
daerah perkotaan.
1. Kebijakan
Identifikasi permasalahan
Sesuai hasil penelitian yang dilakukan masih diperoleh kenyataan bahwa :
Sosialisasi UU, Keputusan, Peraturan, kebijakan yang terkait Lansia masih sedikit.
Implementasi UU No. 13/98 di pusat maupun di daerah masih terbatas
Implementasi UU No. 40/2004 tentang SJSN dan UU No. 11 Tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial masih menunggu penerbitan PP nya.
Koordinasi dan keterpaduan lintas sektor (antara unsur pemerintah, swasta dan
masyarakat) belum efektif khususnya dalam perencanaan program yang terkait
penanganan Lansia
Pelayanan dan pemberdayaan Lansia oleh unsur pemerintah, masih ada keterbatasan.
Peran Komda Lansia belum sepenuhnya efektif, perlu fungsionalisasi dan penguatan
peran kelembagaan.
Penanganan Lansia masih banyak bersandar kepada keluarga dan upaya yang berbasis
masyarakat.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan bantuan kepada Lansia terlantar masih terbatas.
Pemberdayaan Lansia dibidang sosial, ekonomi, diklat, dan lain-lainnya belum optimal
Peran Komnas
Meningkatkan kesadaran tentang dampak masalah Lansia terutama mengenai
pertumbuhan yang pesat, kenaikan angka ketergantungan, kondisi kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan pada umumnya yang masih rendah. Mendorong masyarakat agar lebih
peduli dan berperan serta dalam penanganan Lansia.
Meningkatkan kesadaran dan kepedulian dengan sosialisasi tentang UU 13/98, Keppres
52/04, RAN, Permendagri 60/08, UU 11/09 secara berkelanjutan.
Mengkoordinasikan upaya pemberdayaan Lansia potensial untuk berpartisipasi dalam
pembangunan dan kegiatan masyarakat dengan bekerjasama antar departemen terkait dan
organisasi kemasyarakatan.
Mengkoordinasikan lintas sektor dalam Perencanaan Program agar lebih menyentuh
kepentingan Lansia.
Penguatan peran Komda sebagai ujung tombak peningkatan kesejahteraan Lansia
Meningkatkan kepedulian kalangan swasta, perguruan tinggi dan LSM melalui forum
kerjasama,saresehan, seminar dan lokakarya.
Melakukan pengkajian dan penelitian instrumen perundang-undangan yang terkait
dengan kepentingan Lansia serta penelitian kondisi dan kebijakan sosial ekonomi dan
kesehatan Lansia
2. Program
Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan masyarakatnya,
diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah program asuransi social federal
yang dirancang untuk menyediakan perawatan kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan
keamanan social. Medicare dibagi dua : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis.
Semua pasien berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah
sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan yang tidak
terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela dengan penambahan sedikit premi
perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan rawat jalan medis dan kunjungan dokter.
Layanan mayor yang tidak di santuni oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan keperwatan
tidak terampil, asuhan keperawatan rumah yang berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca
mata dan perawatan gigi. Medical membayar sekitar biaya kesehatan lansia.
Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan bantuan
pemerintah bersangkutan. Program ini berbeda antara satu Negara dengan lainya dan hanya
diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan sumber utama dana masyarakat
yang memberikan asuhan keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak mampu. Program ini
menjamin semua layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti obat-obatan, kaca mata dan
perawatan gigi.
BAB III
TINGKAT KESEHATAN LANSIA DI PROPINSI
BAB IV
PEMBAHASAN
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari
kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut
usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan
kebugaran.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kita ketahui lansia ini akan banyak menderita penyakit contoh hipertensi, stroke,
osteoporosis dan lainnya. Maka para lansia diharapkan mengikuti program-program pemerintah
untuk mengetahui perubahan atau perkembangan kesehatannya dan keluarga juga harus
mendukung program ini diharapkan juga para lanjut usia melakukan pola hidup sehat yakni
dengan mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara
benar dan teratur serta tidak merokok.