DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 15
TK 3/REG 3
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan Kelompok pada
Lansia di Panti Tresna Werdha Budi Mulia.
Dalam menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan ini penulis telah berusaha untuk
mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan pengetahuan, pengalaman
dan kemampuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini
jauh dari sempurna.
Terselesaikannya Laporan Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kelompok ingin menyampaikan terimakasih
kepada Ibu Dwi Agustanti, S.Kp,M.Kep.Sp.Kom
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Tujuan Penulisan........................................................................................
C. Manfaat......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Proses Menua (Aging Process)..................................................................
B. Teori Proses Menua...................................................................................
C. Permasalahan yang Terjadi pada Lansia....................................................
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan.............................................
E. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia.......................................
F. Patofisiologi Proses Penuaan.....................................................................
G. Asuhan Keperawatan Khusus Kelompok Lansia.......................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa tua atau usia lanjut secara alami tidak dapat dihindari. Pada usia
lanjut tejadi perubahan biologis karena proses penuaan dimana fungsi
1
organ akan berkurang sehingga timbul banyak masalah kesehatan seperti
penyakit jantung dan pembuluh darah, gangguan muskuloskeletal, penyakit
infeksi TBC, ISPA, mata, gizi, gangguan endokrin, ganguan psikososial dan
berbagai akibat dari pengaruh lingkungan sosial, budaya ekonomi dan
pendidikan. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi
dan psikologis. Oleh karena itu diperlukan pembinaan usia lanjut yang terpadu
dan berkesinambungan baik berupa upaya preventif, kuratif maupun rehabilitatif
dengan memperhatikan faktor lingkungan sosial budaya serta potensi yang ada
dalam masyarakat sehingga kesehatan usia lanjut dapat terpelihara dengan baik
dan sumber daya usia lanjut dapat berfungsi sebagai aset yang
bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Meningkatnya kualitas kesehatan usia
lanjut dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan dimana perawat termasuk di
dalamnya. Perawatan lansia menjadi tantangan tersendiri bagi perawat,
perubahan – p erubahan kecil dalam kemampuan seorang lansia untuk
melaksanakan aktivitas sehari-hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi
asuhan keperawatan dalam memberi dukungan hendaknya memiliki
kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, spiritual dan aspek yang
lain.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
3. Bagi Lansia di Observasi, Susi, Merpati, Cenderawasih, Lili, Mawar, Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
saatnya akan mengalami mutasi.Sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional
sel).
b. Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).
c. Reaksi dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori “Immunology Slow Virus” (Immunology Slow Virus Theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
e. Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah terpakai.
f. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein.Radikal bebas ini dapat
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g. Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen.Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
h. Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati.
5
stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
3. Teori Psikologi
Dengan ini dikembangkan oleh Birren dan Jenner (1977), teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang merespon pada tugas
perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan seseorang akan terus
berjalan meskipun orang tersebut telah menua. Teori Psikologi terdiri dari
Teori Hierarki Kebutuhan Manusia Maslow ( Maslow’s Hierarchy of
Human Needs) Teori Individualism Jung (Jungs Theory of
Individulism), Teori Delapan Tingkat Perkembangan Erikson ( Erikson’s
Eight Stages of Life), dan Optimalisasi Selektif dengan Kompensasi
(Selective Optimization with Compensation)
a. Teori Hierarki Kebutuhan Manusia Maslow/ Maslow’s Hierarchy of
Human Needs (1960). Dalam teori hierarki menurut maslow, kebutuhan
dasar manusia dibagi dalam lima tingkatan dari mulai yang terrendah,
yaitu kebutuhan biologis/fisiologi/seks, rasa aman, kasih saying, harga
diri, sampai pada yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri. Seseorang
akan memenuhi kebutuhan tersebut dari mulai tingkat yang paling rendah
menuju ketingkat yang paling tinggi. Menurut Maslow, semakin tua usai
individu maka individu tersebut akan mulai berusaha mencapai
aktualisasi dirinya. Jika individu telah mencapai aktualisasi diri maka
individu tersebut telah mencapai kedewasaan dan kematangan dengan
semua sifat yang ada didalamnya, yaitu otonomi, kreatif, mandiri, dan
hubungan interpersonal yang positif.
6
dikemukakan oleh Carl Gustaf Jung (2009). Menurut Carl Gustaf Jung,
sifat dasar manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstover dan introvert.
Individu yang telah mencapai lansia akan cenderung introvert. Dia lebih
suka menyendiri seperti bernostalgia tentang masa lalunya. Menua
yang sukses adalah jika dia bisa menyeimbangkan antara sis
introvernya dengan sisi ekstrvernya, namun lebih condong kea rah
introvert. Meski demikian, dia tidak selalu hanya senang dengan dunianya
sendiri, tetapi juga terkadang dia ekstrover juga.
7
lanjut usia.
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan
lansia.
2) Permasalahan khusus
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental, maupun social.
b. Berkurangnya integritas social lanjut usia.
c. Rendahnya produktivitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan catat.
e. Berubahnya nilai social masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistic.
f. Adanya dampak negative dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
8
menurun.
f. Sistem gastrointestinal: kehilangan gigi, sehingga menyebkan gizi buruk,
indera pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi
indera pengecap sampai 80%, kemudian hilangnya sensitifitas saraf
pengecap untuk rasa manis dan asin.
g. Sistem genitourinaria: ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, GFR menurun
sampai 50%. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat.
Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun
sampai 200cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia
yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75% dialami
oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi
selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi
berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin: pada sistem endokrin hampir semua produksi hormone
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate
(BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti: progesteron, estrogen dan
testosteron.
i. Sistem integumen: pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, kulit kepala dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan
rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan
rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal: tulang kehilangan densitasnya dan makin
rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut -
serabut otot, sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kram dan
tremor.
k. Sistem Reproduksi: Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita
meliputi penipisan dinding vagina dengan pengecilan ukuran dan
hilangnya elastisitas, penurunan sekresi vagina, atropi uterus dan ovarium,
serta penurunan tonus muskulus pubokoksigeus. Pada pria lanjut usia,
penis dan testis menurun ukurannya dan kadar androgen berkurang.
2. Perubahan Mental
b. Kesehatan umum
9
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
4. Perubahan Spiritual
Ada beberapa pendapat tentang perubahan spiritual pada lansia.
Menurut maslow (dalam Wahit Iqbal Mubarak dkk., 2006), bahwa agama
dan kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Selanjutnya
menurut Muray & Zentner (dalam Wahit Iqbal Mubarak dkk., 2006),
bahwa kehidupan keagamaan lansia makin matang. Hal ini terlihat dalam
cara berpikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual pada usia
70 tahun, antara lain perkembangan yang dicapai pada tingkat ini sehingga
lansia bisa berpikir dan bertindak dengan member contoh cara mencintai dan
member keadilan. Pada lansia terjadi juga perubahan-perubahan yang
menuntut dirinya menyesuaikan diri secara terus-menerus. Apabila
proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil, timbullah
berbagai masalah. Diperlukan penyesuaian dalam menghadapi
perubahan. Cirri penyesuaian diri lansia yang baik antara lain minat yang
kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosail luas, menikmati
kerja dan hasil kerja, serta menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan
memiliki kekhawatiran minimal terhadap diri dan orang lain. Sedangkan
cirri-ciri penyesuaian diri kedalam dunia fantasi, selalu mengingat kembali ke
masa lalu, selalu khawatir karena pengangguran, kurang ada motivasi, rasa
kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan tempat
tinggal yang tidak diinginkan.
10
F. Patofisiologi Proses Penuaan
1. Berbagai teori tentang proses menua :
a. Faktor Biologi
Teori Kesalahan
Teori Keterbatasan
Teori Pakai Dan Usang
Teori Imunitas
Teori Radikal Bebas
Teori Ikatan Silang
b. Faktor Psikologis
Teori Tugas perkembangan
Teori Delapan tingkat kehidupan
Teori Jung
c. Faktor Sosial
Teori Stratifikasi
Teori Aktifitas
Teori Kontinyuitas
2. Perubahan-perubahan yg terjadi:
a. Terganggunya pembentukan sel-sel baru
b. Penurunan fungsi imunitas - Penurunan semua fungsi organ tubuh
c. Tidak stabilnya keadaan psikologis
d. Memasuki group / kelompok lansia dalam komunitas
e. Penurunan berbagai fungsi sistem dan organ tubuh ; paru, jantung, ginjal,
pencernaan, penglihatan, musculuskletal, dll
3. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
b. Keterbatasan mobilitas fisik
c. Gangguan rasa nyaman nyeri
d. Gangguan pemenuhan aktivita sehari-hari
e. Resiko terjadinya infeksi
f. Resiko terjadinya cedera
11
G. Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Lansia
Pada bab ini akan diuraikan tentang pengertian kelompok khusus dan asuhan
keperawatan kelompok khusus, tujuan, sasaran, ruang lingkup kegiatan, prinsip
dasar serta tahapan asuhan keperawatan kelompok.
1. Pengertian
Menurut Efendi, 2008 bahwa kelompok khusus adalah sekelompok
masyarakat atauu individu yang keadaan fisik, mental maupun sosial
budaya dan ekonominya perlu mendapat bantuan, bimbingan dan pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan karena ketidakmampuan dan
ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap
dirinya. Sedangkan asuhan keperawatan kelompok khusus adalah suatu upaya
dibidang keperawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada
kelompok-kelompok individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan kesehatan serta rawan terhadap masalah kesehatan, yang
dilaksanakan secara terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kemampuan
kelompok dan derajat kesehatannya, mengutamakan upaya promotif dan
prefentif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitative yang
ditujukan kepada mereka yang tinggal dipanti dan kelompok-kelompok yang
ada dimasyarakat, diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan
pemecahan masalah melalui proses keperawatan.
2. Tujuan
Tujuan asuhan keperawatan kelompok khusus terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum asuhan keperawatan kelompok khusus adalah
meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat
menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak terlalu tergantung kepada
pihak lain.
Sedangkan tujuan khususnya adalah agar kelompok khusus mampu :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperaawatan kelompok khusus
sesuai dengan macam, jenis, dan tipe kelompok.
b. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan yang mereka hadapi
berdasarkan permasalahan yang terdapat pada kelompok.
c. Menanggulangi masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi berdasarkan rencana yang telah disusun bersama.
d. Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara
kesehatannya.
e. Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain dalam
pemeliharaan dan perawatan diri sendiri.
f. Meningkatkan produktifitas kelompok khusus lebih banyak berbuat dalam
12
rangka meningkatkan kemampuannya sendiri.
g. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan
dalam menunjang fungsi puskesmas dalam rangka pengembangan
pelayanan kesehatan masyarakat.
13
masalah yang sama
f. Ditekankan pada pembinaan perilaku penghuni panti, petugas panti, lingkungan
panti bagi yang d intitusi dan masyarakat yang mempunyai masalah yang sama ke
arah perilaku hidup sehat.
14
perlu diperhatikan adalah :
1) Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan, yang
diberikan
2) Dilakukan dalam rangka alih teknologi dan keterampilan keperawatan
3) Di institusi lebih ditekankan kepada penghuni panti, pengelola/pengurus panti
dan lingkungan panti dan lingkungan panti
4) Di masyarakat lebih ditekankan kepada anggota kelompok, kader kesehatan,
pengurus kelompok dan keluarga.
5) Bila ada masalah yang tidak dapat ditanggulangi, maka dilakukan rujukan
medis dan tujukan kesehatan.
6) Adanya keterpaduan pelayanan dengan sektor lain.
7) Dicatat dalam catatan keperawatan yang telah ditetapkan
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANSIA
Pada bab ini akan diuraikan tentang asuhan keperawatan kelompok khusus fokus
pada lansia dengan dermatitis yang dilakukan oleh kelompok 2 PSTW Budi Mulia 3 Jakarta
Selatan Khususnya diruangan SUSI, Melati, Cendrawasih, Anggrek, Merpati, Lili, Observasi
yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 27 Juli 2017. Dalam memberikan asuhan keperawatan
kelompok khususnya pada lansia pendekatan yang dilakukan yaitu proses keperawatan
meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan
evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Dalam pengkajian metode yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
pemeriksaan fisik yang diperoleh sebagai berikut :
1. Gambaran tentang panti
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia merupakan unit pelaksana
bidang kesejahteraan lansia yang memberikan pelayanan berupa jaminan
hidup, pemeliharaan kesehatan, bimbingan mental (agama), dan sosial atau
biopsikososial sehingga lansia dapat hidup tentram. Sasaran panti ini adalah
lansia terlantar, yang tidak mampu membiayai hidupnya (kesulitan ekonomi)
dan tidak dirawat oleh keluarganya.
b. Ruang Melati
Ruang melati terdiri 14 tempat tidur yang terisi 12 WBS perempuan.
Fasilitas di ruang melati yaitu 14 tempat tidur, 1 buah meja makan, 8 buah
kursi, lemari 14 buah, kamar mandi 2. Ruang melati merupakan
ruangan untuk warga binaan perempuan yang sudah mandiri.
Kekurangan ruangan ini kurangnya penerangan karena banyak lampu
yang sudah tidak berfungsi.
16
c. Ruang Cenderawasih
Ruang cenderawasih adalah ruangan untuk WBS laki-laki yang setengah
renta. Dihuni 20 WBS. Terdapat 22 tempat tidur, 1 buah meja makan, 8
kursi, 2 buah lemari, 1 buah dispenser dan 4 kamar mandi.
d. Ruang Anggrek
Ruang anggrek adalah ruangan untuk WBS perempuan yang renta dihuni
oleh 21 WBS. Fasilitas berupa 21 tempat tidur, lemari 2 buah, 2 kamar
mandi, 1 buah TV, 1 buah dispenser.
e. Ruang merpati
Ruang merpati terdiri 10 tempat tidur yang dihuni oleh 8 WBS laki-laki
mandiri. Fasilitas di ruang merpati yaitu lemari kayu 2 buah, kamar mandi
2.
f. Ruang Lili
Ruang lili adalah ruangan untuk WBS perempuan yang mandiri dihuni
oleh 12 WBS. Fasilitas di ruang lili yaitu 14 tempat tidur, 8 buah kursi,
lemari 7 buah, kamar mandi 2 buah, meja makan 1 buah, sofa dan TV 1
buah (gabung dengan ruang tulip)
g. Ruang Observasi
Ruang observasi adalah ruangan untuk WBS perempuan mandiri.
Kapasitas ruang observasi memiliki 4 kamar dengan setiap kamar terdapat
3 tempat tidur. WBS yang menempati ruang observasi berjumlah
19 penghuni. Melebihnya penghuni diruang observasi menyebabkan ada
beberapa WBS yang tidur dibangku. Fasilitas di ruang observasi yaitu
terdapat 12 tempat tidur, meja makan 1 buah, TV 1 buah, lemari 4 buah,
5 buah kursi dan 2 kamar mandi.
3. Gambaran karakteristik WBS
Gambaran tentang karaktersitik WBS di ruang SUSI, Melati, Cendrawasih,
Anggrek, Merpati, Lili dan Observasi di PSTW 3 Margaguna Jakarta Selatan
adalah sebagai berikut :
17
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Kelompok WBS Berdasarkan Usia di PSTW Budi Mulia
Berdasarkan tabel diatas terdapat kelompok Usia yang paling tinggi > 70 tahun sebesar 43 %.
Dan populasi yang paling banyak > 70 tahun di ruangan Anggrek berjumlah 12 orang.
Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Kelompok Jenis Kelamin Berdasarkan Usia di PSTW Budi Mulia
Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Kelompok Agama Berdasarkan Usia di PSTW Budi Mulia
18
Katolik 3 orang (3%), Budha 1 orang (1%).
Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Klasifikasi Penyakit yang Diderita WBS di PSTW Budi Mulia
Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi WBS Berdasarkan Pola Makan yang disukai di PSTW Budi Mulia
19
0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis makanan yang dikonsumsi untuk semua
WBS sama dan perlu diperhatikan baik dari segi gizi maupun dari kualitas makanan serta jenis
penyakit yang dialami oleh WBS.
Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi WBS Berdasarkan Pola Minum di PSTW Budi Mulia
Tabel 3.7
Distribusi Frekuensi WBS Berdasarkan Kebiasaan Tidur di PSTW Budi Mulia
20
4. Dari hasil Wawancara dan Observasi
1) Kebersihan diri
a) Penampilan sebagian besar WBS tampak bersih. Namun sebagian ada WBS
yang jarang mandi sehingga menimbulkan gatal-gatal.
b) Keadaan emosi
Ada satu lansia yang bila di ajak bicara jawabannya tidak sesuai tema yang
sedang dibicarakan, sehingga sering kali tidak di dengarkan oleh lansia yang
lain maupun petugas.
c) Pengambilan keputusan
Di panti tidak ada lansia yang berperan sebagai pengambil keputusan. Masing
mandi dan gosok gigi 2 – 3 kali dalam satu hari dilakukan terutama jika
mereka akan melaksanakan sholat. Tercium bau mulut saat berkomunikasi
dengan beberapa lansia terdapat kotoran pada rangkaian gigi dan warna gigi
yang menguning. Lansia keramas 2 -3 kali setiap minggu dengan
menggunakan shampo, baju klien ganti 2 kali sehari.
2) Psikologis dan sosial Masing berhak menentukan yang terbaik bagi dirinya. Bila
ada anggota ruangan yang sakit.
a. Rekreasi Kegiatan
rekreasi yang dilakukan anggota ruangan antara lain menonton TV,
mendengarkan Radio atau bercakap – cakap di ruang tengah. Pengurus panti
mengadakan program senam pagi dan musik serta keliling panti.
b. Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Lansia yang sakit hanya minum obat yang di berikan dari poliklinik panti.
Setiap hari selasa dokter dari puskesmas memeriksa kesehatan WBS di panti
c. Ketergantungan obat
Sebagian lansia yang sering menggunakan obat yang diberikan dokter dari
puskesmas
d. Kecacatan
Di panti tidak ada lansia yang mengalami kecacata Di panti tidak ada lansia
yang mengalami kecacatan.
e. Keadaan ekonomi
Semua lansia di wisma Melati tidak ada yang mempunyai tunjangan pensiun,
mereka hanya mendapatkan uang santunan dari panti sebesar Rp 2.500.- /
21
minggu. Uang itu kebanyakan di simpan atau digunakan untuk membeli
kebutuhan sehari – hari.
f. Kegiatan organisasi social
Sebagian besar lansia mengikuti pengajian dan senam lansia yang diadakan di
panti. Pengajian setiap hari Senin dan Rabu serta senam setiap hari Selasa dan
Jum’at.
g. Hubungan antara anggota kelompok
Besar lansia di dalam kelompok mementingkan kepentingan pribadi masing
– masing dan cenderung membiarkan dan tidak perduli satu sama lain.
Lansia – lansia sering berkomunikasi dan terlibat dalam interaksi kelompok.
h. Hubungan di luar kelompok
Sebagian besar lansia menyatakan jarang berkunjung dan berhubungan
dengan lansia yang tinggal di wisma yang lain, hubungan dengan lansia di
wisma lain dilakukan melalui kegiatan pengajian dan olah raga.
i. Hubungan dengan anggota keluarga
Tidak ada waktu khusus untuk kunjungan keluarga. Keluarga bisa
mengunjungi lansia kapan saja sesuai kebutuhan keluarga. Tetapi sebagian
lansia tidak pernah lagi di kunjungi oleh keluarga karena sanak keluarganya
sudah tidak ada.
3) Spiritual
a. Ketaatan beribadah
Semua lansia di ruang Melati beragama Islam dan saat menjalankan ibadah
(shalat lima waktu) dan selalu mengikuti pengajian yang diadakan oleh panti.
Semua lansia percaya akan tibanya kematian dan lansia pasrah bila kematian
menjemput mereka.
b. Keyakinan tentang kesehatan
Lansia percaya bahwa sakit dan sehat adalah hal yang wajar terjadi pada
manusia. Beberapa lansia sering mengeluh pegal dan nyeri, biasanya jika hal
itu terjadi mereka biasanya menggunakan minyak kayu putih atau balsem
pada daerah yang terasa sakit. Cara ters daerah yang terasa sakit. Cara
tersebut cukup mengu ebut cukup mengurangi rasa sakit. rangi rasa sakit.
4) Kultural
a. Adat yang mempengaruhi kesehatan Lansia di wisma semuanya berasal dari
pulau jawa dan tidak ada adat istiadat yang mempengaruhi kesehatan.
b. Tabu – tabu Tidak ada pantrangan budaya yang dianut oleh lansia di wisma
22
b. Kebersihan dan kerapihan
Secara umum kondisi kamar – kamar cukup bersih dan rapi, juga ruang tamu,
kamar mandi dan wc. Setiap hari ruangan dibersihkan oleh para lansia dan
kamar – kamar lansia di bersihkan oleh para lansia yang menempati kamar
tersebut. Namun lantai di ruangan agak licin, terutama di depan kamar mandi.
Di kamar mandi tidak terdapat pegangan pengaman.
c. Sirkulasi udara
Sirkulasi udara secara umum cukup baik karena di setiap ruang terdapat cukup
jendela yang selalu dibuka setiap pagi selain itu dikamar – kamar lansia
terdapat cukup ventilasi.
B. Analisa Data
Data Diagnosa keperawatan
Data Subjektif Gangguan integritas kulit berhubungan
Berdasarkan hasil wawancara : berhubungan dengan defisit defisit
a. Beberapa WBS mengeluh gatal- perawatan diri
gatal di badan terutama di
ekstremitas.
b. WBS mengatakan belum tahu
cara yang tepat untuk mengatasi
gatal-gatal
c. WBS mengatakan gatal-gatal
timbul hampir setiap hari
d. Jika timbul gatal-gatal WBS
meminta obat gatal – gatal di
poliklinik dan menggunakan
bedak untuk mengurangi rasa
gatal
23
Data Objektif
a. Jumlah WBS 110 orang
b. Jumlah WBS dengan dermatitis
29 orang dari (28%) di ruang
Observasi, Susi, Lili, Melati,
Anggrek, Merpati, Cendrawasih
Data Subjektif Defisit perawatan diri diruang Observasi,
WBS mengatakan mandi 2 x sehari Susi, Lili, Melati, Anggrek, Merpati,
namun mandi tidak memakai sabun dan Cendrawasih PSTW Budi Mulya 3
sikat gigi Margaguna Jaksel b.d kurangnya
pengetahuan WBS.
Data Objektif
Panti menyediakan sabun, pasta gigi
namun jarang di gunakan WBS
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang teridentifikasi berdasarkan analisa data :
1. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan defisit perawatan diri
2. Defisit perawatan diri diruang Observasi, Susi, Lili, Melati, Anggrek, Merpati,
Cendrawasih PSTW Budi Mulya b.d kurangnya pengetahuan WBS.
2. Strategi intervensi :
a. Komunikasi, informasi dan motifasi kelompok lansia.
b. Kerja sama dengan petugas panti untuk menggerakkan kelompok lansia dalam
melakukan perawatan kulit pada dermatitis.
24
3. Rencana intervensi :
a. Berikan pendidikan kesehatan pada lansia tentang pengertian, penyebab, akibat,
dan komplikasi dermatitis.
b. Motivasi WBS untuk melaksanakan perawatan kulit.
c. Anjurkan WBS untuk ke klinik jika terjadi peradangan pada kulit yang
mengganggu.
4. Standar :
a. Pengetahuan WBS tentang pengertian, penyebab, akibat, dan komplikasi
dermatitis.
b. WBS termotivasi untuk menjaga kebersihan diri dan perawatan diri
c. Partisipasi WBS dalam melakukan kebersihan diri dan perawatan kulit d.
Motivasi WBS untuk ke klinik jika terjadi peradangan pada kulit yang
mengganggu.
E. Implementasi
Senin, 6 Juli 2020
Pukul 14.00 WIB mengukur TTV pada WBS di ruangan Observasi, Susi, Lili, Melati,
Anggrek, Merpati, hasil rata-rata tekanan darah 90-140 / 60-100 mmHg, nadi 75-110
x/menit, respirasi 18-22 nadi 75-110 x/menit, respirasi 18-22 x/menit, suhu 36-37ºC,
skala nyeri 0-3. Pukul 16.00 WIB memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian
penyebab tanda gejala dan perawatan kulit pada dermatitis. Hasil : para WBS
mendengarkan mengajukan beberapa pertanyaan dan mampu menjelaskan kembali,
pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta perawatan perawatan kulit pada dermatitis,
dermatitis, serta pemberian pemberian materi dan leflet mengenai dermatitis.
F. Evaluasi
S :
WBS mengatakan senang diajarkan tentang dermatitis dan perawatan diri
WBS mengatakan lebih mengetahui tentang pencegahan dan
perawatannya
WBS mengatakan sudah menerapkan cara perawatan dermatitis dan
berkurang Gatalnya.
O :
25
WBS tampak puas dan mengerti tentang dermatitis dan mengoleskan salep
2x sehari setelah mandi
WBS Sudah tidak terlihat menggaruk lagi
Dalam hasil observasi dan wawancara pada WBS terlihat adanya perbandingan antara
sebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan kelompok khusus pada lansia pada
lansia dengan dermatitis. dengan dermatitis. Didapatkan hasil Didapatkan hasil sebesar
sebesar 10% tidak 10% tidak mengalami mengalami keluhan gatal-gatal lagi dan 90%
masih mengalami keluhan gatal-gatal. Angka kejadian dermatitis sebelum dan sesudah
diberikan asuhan keperawatan kelompok khusus lansia tidak ada perbedaan. Sebelum
100% (29 orang) dan sesudah tetap dalam presentase 100% (26 orang). Hanya keluhan
gatal-gatal yang berkurang. Selain memberikan asuhan keperawatan kelompok,
mahasiswa juga memberikan asuhan keperawatan kepada WBS yang dibina oleh
kelompok 2 sebanyak 110 WBS dapat dilihat pada lampiran 4.
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini, kelompok akan memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan pada
bab sebelumnya mengenai asuhan keperawatan kelompok khusus lansia di ruang
Anggrek, Cenderawasih, Observasi, Susi, Melati, Merpati Dan Lily di PSTW Budi
Mulya maka kelompok menyimpulkan :
1. Pada pengkajian kelompok, data yang diperoleh sesuai dengan teori dimana
terjadi perubahan pada semua aspek baik fisik, mental, sosial dan spiritual
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan adalah Gangguan integritas kulit b.d
defisit perawatan perawatan diri dan Defisit Defisit perawatan perawatan diri
diruang diruang Anggrek, Anggrek, Cendrawasih, Cendrawasih, Observasi, Susi,
Melati, Merpati Dan Lily di PSTW Budi Mulya b.d kurangnya pengetahuan
WBS.
3. Perencanaan pada kelompok lansia mengacu pada teori dimana perencanaan
mencapai upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
4. Pada pelaksanaan mengacu pada perencanaan yang telah disusun dengan
memperhatikan sumber daya di PSTW Budi Mulya. Pada pelaksanaan
kelompok melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yang disusun
5. Pada evaluasi khususnya pada masalah di dermatitis pengetahuan kelompok
lansia meningkat namun perlu pemantauan terus menerus karna lansia sudah
mengalami penurunan daya ingat.
B. Saran
27
2. Untuk para petugas yang belum mengikuti pelatihan keperawatan kulit
dermatitis pada usia lanjut, agar berpartisipasi dalam mengikuti pelatihan
berikutnya supaya mampu memberikan keperawatan pada lansia secara
optimal
3. Para petugas panti agar tetap menciptakan lingkungan yang aman untuk
menghindari terjadinya cedira WBS dan petuga panti tetap melaksanakan
rencana keperawatan yang telah dibuat oleh kelompok
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scrib.com/document/361723380/Asuhan-Keperawatan-Gerontik-Pada-Kelompok-
Khusus-Lansia-Di-Panti-Werdha
28