Anda di halaman 1dari 80

PENERAPAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP POLA

NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN PASIEN ASMA


DI RUMAH SAKIT UMUM B TAHUN 2023

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh
Hersa Vitasari Hustianti
NPM : 22.14901.10.21

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2023
PENERAPAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP POLA
NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN PASIEN ASMA

DI RUMAH SAKIT UMUM B TAHUN 2023

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan Sebagai


Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
NERS

Disusun Oleh
Hersa Vitasari Hustianti
NPM : 22.14901.10.21

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2023

ii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Karya Ilmiah Akhir Ners, 15 Agustus 2023

Hersa Vitasari Hustianti

Penerapan Posisi Semi Fowler Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Dengan
Pasien Asma Di Rumah Sakit Umum B Tahun 2023
(xv, 59 halaman, 6 tabel, 4 gambar, 3 skema, 4 lampiran)

ABSTRAK

Asma telah dikenal sejak ribuan tahun lalu, asma adalah salah satu penyakit
tidak menular yang menjadi permasalahan global saat ini. Asma merupakan suatu
penyakit yang ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang bersifat kambuh
berulang dan reversible. Serangan asma dapat berupa sesak nafas ekspiratori yang
proksimal berulang-ulang dengan mengi atau wheezing dan batuk yang
disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus
dan produksi lendir kental berlebihan. Bronkus penderita asma sangat peka
terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi. Serangan asma mudah
terjadi akibat berbagai pemicu, baik fisik, metaboloc, kimia, alergen, infeksi dan
sebagainya. Oleh karena itu penyebab asma sangat kompleks dan multifaktorial.
Penelitian ini menggunakan studi kasus untuk menganalisis masalah asuhan
keperawatan yang dilakukan pada Ny. S dengan penyakit asma. Lokasi penelitian
dilakukan di ruang Anggrek Lantai 3 RSU Bunda Palembang Sumatera Selatan.
Hasil penelitian Ny. S ditemukan pola nafas tidak efektif dengan
pelaksanaan intervensi manajemen jalan nafas yaitu penerapan posisi semi fowler
yang telah dilakukan ditemukan berkurangnya sesak nafas saat pengkajian
respiratory rate yaitu 25 x/m dan pada saat evaluasi akhir respiratory rate yaitu 20
x/m. pada penegakan diagnosa Ny. S masalah teratasi dihari ketiga.
Ada perubahan dilakukan penerapan posisi semi fowler, sehingga penerapan
posisi semi fowler dapat direkomendasikan untuk membantu mengurangi sesak
nafas pada pasien asma.

Daftar Pustaka : 21 (2016-2023)

iii
ABSTRACT
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
BINA HUSADA PALEMBANG
NURSE PROFESSIONAL STUDY PROGRAM
Ners Final Scientific Work, 15 August 2023

Hersa Vitasari Hustianti

Application of Semi-Fowler's Position to Ineffective Breathing Patterns with


Asthma Patients in Hospitals B in 2023
(xv, 59 page, 6 table, 4 images, 3 scheme, 4 attachments)

ABSTRACT

Asthma has been known for thousands of years, asthma is a non-


communicable disease which is a global problem today. Asthma is a disease
characterized by airway obstruction which is recurrent and reversible. Asthma
attacks can be in the form of repeated proximal expiratory shortness of breath with
wheezing or wheezing and coughing caused by bronchial muscle constriction or
spasm, inflammation of the bronchial mucosa and excessive production of thick
mucus. The bronchi of asthmatics are very sensitive to immunological and non-
immunological stimuli. Asthma attacks easily occur due to various triggers, both
physical, metabolic, chemical, allergens, infections and so on. Therefore the cause
of asthma is very complex and multifactorial.
This study uses a case study to analyze the problem of nursing care that was
carried out on Ny. S with asthma. The location of the research was carried out in
the Orchid Room, 3rd Floor, RSU Bunda Palembang, South Sumatra.
Research results Mrs. S found an ineffective breathing pattern with the
implementation of airway management interventions, namely the application of
the semi-Fowler's position which was found to reduce shortness of breath when
assessing the respiratory rate, which was 25 x/m and at the time of the final
evaluation, the respiratory rate was 20 x/m. on the diagnosis of Mrs. S problem
resolved on the third day.
There have been changes made to the application of the semi-Fowler's
position, so that the application of the semi-Fowler's position can be
recommended to help reduce shortness of breath in asthma patients.

Bibliography : 21 (2016-2023)

iv
PENERAPAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP POLA NAFAS
TIDAK EFEKTIF DENGAN PASIEN ASMA DI RUMAH SAKIT
UMUM B TAHUN 2023

Karya Ilmiah Akhir ini telah disetujui untuk diujikan dihadapan penguji
Program Studi Profesi Ners STIK Bina Husada Palembang

Disusun Oleh :
Hersa Vitasari Hustianti
NPM : 22.14901.10.21

Palembang, 15 Agustus 2023

Pembimbing

Meta Nurbaiti, S.Kep.,Ners.,M.Kes


NIDN : 02.260382.01

Mengetahui,
Ka. Prodi Profesi Ners

Kardewi, S.Kep.,Ners.,M.Kes
NIDN : 02.270383.03

v
KARYA ILMIAH AKHIR

PENERAPAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP POLA


NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN PASIEN ASMA DI RUMAH
SAKIT UMUM B TAHUN 2023

Telah diseminarkan dan diujikan pada


tanggal : 15 Agustus 2023

Oleh :
Hersa Vitasari Hustianti
NPM : 22.14901.10.21

Ketua Penguji

Meta Nurbaiti, S.Kep.,Ners.,M.Kes


NIDN : 02.260382.01

Penguji I Penguji II

Yofa Anggriani Utama, S.Kep.,Ners., Ns. Egga Rafika Romadona, S.kep


M.Kes.,M.Kep NIP : 95.19.0093
NIDN : 02.131084.04

vi
RIWAYAT HIDUP

I. BIODATA
Nama : Hersa Vitasari Hustianti
Tempat, Tanggal Lahir : Sungai Baung, 17 Maret 2000
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Tempat Tinggal : Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Penukal
Abab Lematang Ilir, Alamat Talang Subur, RT
001/RW 004, Kecamatan Talang Ubi, Kelurahan
Talang Ubi Selatan
Nomor Telepon 081274755546
Email : hustiantihersavitasari@gmail.com
Nama Orang Tua
- Ayah : Herlin Dodi
- Ibu : Fitriana

II. RIWAYAT PENDIDIKAN


1. SDN XII Talang Ubi : Tahun 2006-2012
2. SMP N 1 Talang Ubi : Tahun 2012-2015
3. SMK Kesehatan Insan Cendikia PALI : Tahun 2015-2018
4. S 1 STIK Bina Husada Palembang : Tahun 2018-2022
5. Ners STIK Bina Husada Palembang : Tahun 2022-2023

vii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini


Nama : Hersa Vitasari Hustianti
NPM : 22.14901.10.21

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners yang saya
tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilan alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa keseluruhan Karya Ilmiah Akhir Ners ini
merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji
tersebut.
Demikian, surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan sama sekali.

Palembang, 15 Agustus 2023

Penulis

viii
KATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners
dengan judul ”Analisis Asuhan Keperawatan Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif
dengan Pasien Asma dan Intervensi Penerapan Posisi Semi Fowler di Rumah
Sakit Umum B Tahun 2023” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada
Palembang.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari penulisan karya ilmiah
akhir ners ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Ns. Ersita, S.Kep., M.Kes., M.Kep. Selaku Ketua STIK Bina Husada
Palembang.
2. dr. Halipah Mahyuddin, Sp. THT., M.M. Selaku Direktur Utama RSU Bunda
Palembang yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani penelitian
dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
3. Ns. Kardewi, S.Kep, M.Kes. Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang.
4. Ns. Meta Nurbaiti, S.Kep. M.Kes. Selaku dosen pembimbing profesi ners
yang telah bersedia membimbing, memotivasi, memberikan arahan dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.
5. Yofa Anggriani Utama, S.Kep, Ners, M.Kes, M.Kep. Selaku penguji I yang
telah bersedia membimbing, menguji, memberikan arahan dalam penyusunan
karya ilmiah akhir ners ini.
5. Ns. Egga Rafika Romadona, S.Kep. Selaku penguji II yang telah bersedia
membimbing, menguji, memberikan arahan dalam penyusunan karya ilmiah
akhir ners ini.
6. Ns. Mareta Akhriansyah. S.Kep, M.Kep Selaku dosen pembimbing sarjana
keperawatan serta profesi ners yang masih berkontribusi membantu dan
memberikan arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.

ix
7. Semua dosen-dosen STIK Bina Husada Palembang yang sudah membimbing
saya selama proses perkuliahan profesi ners ini.
8. Teruntuk kedua orangtuaku dan adik-adikku terimakasih atas support mental,
moril dan money nya I Love You So Much.
Penulis memahami tanpa bantuan, doa dan bimbingan dari semua orang akan
sulit untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulis menyadari bahwa
penulisan karya ilmiah akhir ners ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan. Semoga
karya ilmiah akhir ners ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan dan bagi
siapa saja yang membacanya.
Palembang, 15 Agustus 2023

Penulis

x
DAFTAR

Halaman Sampul luar....................................................................................i


Halaman Judul................................................................................................ii
Halaman Abstrak............................................................................................iii
Halaman Abstract...........................................................................................iv
Halaman Persetujuan.....................................................................................v
Halaman Pengesahan.....................................................................................vi
Halaman Riwayat Hidup Penulis..................................................................vii
Halaman Pernyataan Integritas/Orisinalitas...............................................viii
Halaman Kata Pengantar..............................................................................ix
Halaman Daftar Isi.........................................................................................xi
Halaman Tabel................................................................................................xii
Halaman Gambar...........................................................................................xiii
Halaman Skema..............................................................................................xiv
Halaman Lampiran........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................4

BAB II TINJAUAN LITERATUR................................................................6


2.1 Konsep Dasar Penyakit Asma........................................................6
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Asma..................................17
2.3 Konsep Dasar Diagnosa..................................................................25
2.4. Konsep Dasar Penerapan Posisi Semi Fowler.............................26

BAB III GAMBARAN KASUS.....................................................................29


3.1 Pengkajian........................................................................................29
3.2 Analisa Data.....................................................................................37
3.3 Diagnosa...........................................................................................38
3.4 Perencanaan.....................................................................................38
3.5 Catatan Perkembangan..................................................................40
3.6 Evaluasi............................................................................................44

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................46
4.1 Profil Rumah Sakit..........................................................................46
4.2 Pembahasan.....................................................................................51

BAB V PENUTUP..........................................................................................55
5.1 Kesimpulan......................................................................................55
5.2 Saran.................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................57
LAMPIRAN

xi
TABE

No Tabel Halaman
2.1 Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Standar Luaran
Keperawatan Indonesia, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ..
21
3.1 Hasil laboratorium..................................................................................36
3.2 Analisa Data...........................................................................................37
3.4 Perencanaan...........................................................................................38
3.5 Catatan Perkembangan...........................................................................40
3.6 Evaluasi..................................................................................................44

xii
GAMBA

No Gambar Halaman

2.1 Struktur anatomi pernapasan.................................................................7


2.2 Langkah cuci tangan.............................................................................27
2.2 Pengaturan posisi pasien.......................................................................27
4.1 Profil Rumah Sakit................................................................................47

xiii
SKEM

No Skema Halaman
2.1 Patoflow................................................................................................12
3.1 Genogram..............................................................................................30
4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit..........................................................50

xiv
LAMPIRA

No Lampiran

1. Buku bimbingan
2. Persetujuan pasien
3. Surat izin penelitian
4. Dokumentasi

xv
BAB
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma telah dikenal sejak ribuan tahun lalu, asma adalah salah satu penyakit
tidak menular yang menjadi permasalahan global saat ini. Asma merupakan suatu
penyakit yang ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang bersifat kambuh
berulang dan reversible. Serangan asma dapat berupa sesak nafas ekspiratori yang
proksimal berulang-ulang dengan mengi atau wheezing dan batuk yang
disebabkan oleh konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus
dan produksi lendir kental berlebihan. Bronlus penderita asma sangat peka
terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi. Serangan asma mudah
terjadi akibat berbagai pemicu, baik fisik, metaboloc, kimia, alergen, infeksi dan
sebagainya. Oleh karena itu penyebab asma sangat kompleks dan multifaktorial
(Masriadi, 2016)
Sampai saat ini asma masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Pengetahuan yang terbatas tentang asma dan cara penanganannya membuat
penyakit ini sering kali tidak tertangani dengan baik dan akibatnya jumlah pasien
yang terkena penyakit asma dari tahun ke tahun semakin meningkat (Hartati
Sukma, 2022).
Prevalensi asma berdasarkan (WHO, 2022).saat ini jumlah penderita asma
diseluruh dunia sekitar 262 juta penderita jiwa dan angka kematian akibat asma
menyebabkan sekitar 455 ribu kematian.
Prevalensi asma berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(2018) Proporsi asma pada penduduk terjadi peningkatan pada usia anak-anak,
dewasa hingga lansia yang dimana usia lansia yang mengalami peningkatan asma
sebamyak 72.3 persen.
Jumlah tersebut bisa saja menjadi lebih besar dari yang diprediksi karena
kasus asma yang belum terdiagnosis, kualitas udara yang semakin buruk dan
terjadinya pola hidup di masyarakat. Jika seseorang memiliki predisposisi atau
telah menderita asma, paparan terhadap faktor pencetus dapat menyebabkan
serangan asma (Alhadi et al., 2021).

1
2

Berdasarkan data kasus asma di RSU Bunda dalam 1 bulan terakhir 10 Juli
2023 hingga 10 Agustus 2023 terdapat peningkatan kasus asma di ruangan
Palembang Tahun 2023 yaitu sebanyak 38 pasien yang memiliki tanda dan gejala
seperti dyspnea.
Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas yang mengakibatkan
dispnea, batuk, susah tidur dan menimbulkan wheezing. Asma bersifat fluktuaktif
(hilang timbul) artinya dapat tenang dengan gejala ringan sampai berat bahkan
dapat menimbulkan kematian (Muttaqin, 2018) Jika serangan terjadi dalam waktu
yang cukup lama akan mengakibatkan apnea dan yang paling parah akan
menyebabkan kematian. Pada saat serangan alur jalan napas membengkak karena
penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru
(Effendy, 2018)
Komplikasi serangan yang terjadi pada penderita asma adalah pneumothorak,
aspirasi, gagal jantung, sumbatan pada jalan nafas atau gagal nafas, asidosis
bahkan kematian dan terapi yang biasa dilakukan di pelayanan kesehatan biasanya
diberikan terapi farmakologi pada penderita asma seperti bronchodilator,
antikolinergin, kortikosteroid dan mukolitin dan intervensi non farmakologi dapat
diaplikasikan untuk mengatasi sesak nafas pada pasien asma yaitu pengaturan
posisi (Hartati Sukma, 2022). Metode yang paling sederhana dan efektif dalam
biaya untuk mengurangi risiko stasis sekresi pulmonar mengurangi resiko
penurunan pengembangan dinding dada dan mengurangi yaitu dengan pengaturan
posisi.
Posisi adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk memberikan
posisi tubuh dengan meningkatkan kesejahteraan atau kenyamanan fisik dan
psikologis. Posisi fowler merupakan posisi tempat tidur dimana posisi kepala dan
tubuh ditinggikan 45° hingga 60° dimana posisi lutut mungkin/mungkin tidak
dalam posisi tertekuk, sedangkan posisi semi fowler merupakan posisi tempat
tidur dimana posisi kepala dan tubuh ditinggikan 15° hingga 45° (Satria &
Sahrudi 2020). Dengan mengatur posisi semi fowler akan membantu menurunkan
konsumsi oksigen dan meningkatkan ekspansi paru-paru maksimal.Dengan
penerapan posisi semi fowler, sehingga sesak nafas berkurang dan proses respirasi
akan kembali normal.
3

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Suwaryo, et.al, 2021)


analisis penelusuran didapatkan bahwa posisi semi fowler lebih efektif dalam
menurunkan frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen pada pasien asma
dibandingkan posisi fowler atau posisi lainnya, serta berpengaruh terhadap
perubahan frekuensi pernapasan menjadi normal (16-24 kali/menit) dan
meningkatkan saturasi oksigen dengan variasi metode, penilaian dan jumlah
responden.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Riris Aulia, 2022) bahwa
peberian posisi semi fowler dapat berpengaruh untuk menurunkan frekuensi
pernafasan pada pasien asma.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hartati Sukma, 2022)
bahwa posisi semi fowler merupkan terapi non farmakologi sangat efektif yang
dapat menurunkan sesak napas pasien yang mengalami gangguan pernapasan
seperti penyakit asma dan peneraapan posisi semi fowler ini dapat juga dilakukan
dirumah untuk mengatur pernapasan tanpa adanya efek samping.
Berdasarkan fenomena di atas penting untuk peneliti mengulas lebih lanjut
pemberian penerapan posisi semi fowler untuk menurunkan kekambuhan asma
pada pasien yang tidak tahu cara penurunan asma ketika di rumah sebelum ke
rumah sakit. Atas pertimbangan inilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Penerapan Posisi Semi Fowler Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif
dengan Pasien Asma di Rumah Sakit Umum Bunda Palembang Tahun 2023”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu dengan tingginya prevelensi asma yang mengakibatkan pola
nafas tidak efektif pada pasien dengan penerapan posisi semi fowler di Rumah
Sakit Umum Bunda Palembang Tahun 2023.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Penulisan Umum
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini mampu
menyusun intervensi dan melaksanakan implementasi Penerapan Posisi Semi
4

Fowler Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Dengan Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Bunda Palembang Tahun 2023.

1.3.2 Tujuan Penulisan Khusus


1. Mampu memahami konsep teori dasar penyakit Pada Pasien Asma di Rumah
Sakit Umum Bunda Palembang Tahun 2023
2. Mampu melakukan Pengkajian Keperawatan Penerapan Posisi Semi Fowler
Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Dengan Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Bunda Palembang Tahun 2023.
3. Mampu merumuskan Diagnosis Keperawatan Penerapan Posisi Semi Fowler
Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Dengan Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Bunda Palembang Tahun 2023.
4. Mampu menyusun Intervensi Keperawatan Penerapan Posisi Semi Fowler
Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Dengan Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Bunda Palembang Tahun 2023.
5. Mampu melakukan Implentasi Keperawatan Penerapan Posisi Semi Fowler
Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Dengan Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Bunda Palembang Tahun 2023.
6. Mampu melakukan Evaluasi Keperawatan Penerapan Posisi Semi Fowler
Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Dengan Pasien Asma di Rumah Sakit
Umum Bunda Palembang Tahun 2023.
7. Mampu melakukan Pendokumentasian Keperawatan Penerapan Posisi Semi
Fowler Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif Dengan Pasien Asma di Rumah
Sakit Umum Bunda Palembang Tahun 2023.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Pihak Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau sumber informasi
tentang Penerapan Posisi Semi Fowler Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif
Dengan Pasien Asma di Rumah Sakit.
5

2. Bagi Pasien
Hasil penelitian dapat menjadi panduan dasar atau usaha mandiri yang
digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan Penerapan Posisi Semi Fowler
untuk mengatasi asma karena dapat dilakukan sendiri.
3. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi dan manfaat bagi penelitian
selanjutnya serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan sendiri
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai informasi serta menjadi referensi ilmiah pada penelitian lebih lanjut
untuk lebih menyempurnakan pembahasan dan penggunaan perlakuan atau
metode lain guna membantu mengatasi pasien asma yang dialami di rumah
sakit.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Pengertian
Asma adalah kondisi paru-paru umu yang menyebabkan kesulitan bernapas.
Ini sering dimulai pada masa kanak-kanak, meskipun juga dapat berkembang pada
orang dewasa, dan mempengaruhi orang-orang dari segala usia. Asma disebabkan
oleh pembengkakan dan penyempitan tabung yang membawa udara ke dan dari
paru-paru (WHO, 2020).
Asma merupakan penyakit tidak menular kronis yang menyebabkan sesk
napas dan kesulitan bernapas. Sesak napas, ketidaknyamanan dada, batuk terus
menerus dan mengi berulang adalah gejala asma yang umum. Episode asma lebih
sering terjadi pada malam hari dan dalam cuaca dingin, menyebabkan kesulitan
tidur, kelelahan dan aktivitas terbatas. Selama episode asma, lapisan saluran
bronkial membengkak, mempersempit saluran udara dan membatasi aliran udara.
(Kemenkes RI, 2019).
Pada asma, trakea dan bronkus bereaksi hiperaktif terhadap stimulant. Asma
menyebabkan dispnea, batuk dan mengi. Pada penderita asma, menyebabkan jari,
kuku dan bibir biru karena kekurangan oksigen dalam darah (sianosis), wajah
pucat, lemah, rongga dada terbatas saat menghirup dan mobilitas terbatas.
Serangan jangka panjang menghasilkan apnea, yang dapat berakibat fatal (Satria
dan Sahrudi, 2020).
Asma juga dimaknai sebagai penyakit heterogen berbentuk radang pada
napas secara kronik (GINA, 2021). Sesuai dengan yang diuraikan di atas maka
dapat disintesiskan bahwa asma ialah sebuah penyakit kelainan pada sistem
pernapasan.
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa asma adalah suatu penyakit
sistem pernapasan yang disebabkan karena adanya penyempitan pada saluran
pernapasan sehingga menyebabkan terjadinya kesulitan saat bernapas.

6
7

2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Pernapasan


a. Anatomi
Menurut Dwi Mega (2020) anatomi system pernapasan terdiri atas:
1) Rongga hidung
Rongga hidung berupa dua saluran sempit yang ditopang oleh
beberapa tulang yang didalamnya terdapat selaput lender dan bulu
hidung yang berfungsi untuk:
a) Menyaring debu maupun kotoran yang akan masuk bersama udara
b) Menyelaraskan antara suhu udara dengan suhu tubuh
c) Mengontrol kelembapan udara yang akan masuk ke tubuh
2) Faring
Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan udara dengan
makanan. Faring berada di belakang rongga hidung dan mulut, di
dalamnya terdapat dua katup yaitu katup pangkal tenggorokan
(epiglotis) dan katup penutup rongga hidung (anak tekak). Fungsi
anak tekak adalah untuk menutup faring jika saat menelan makanan.
Faring terdiri dari tiga bagian yaitu:
a) Nasofaring
b) Orofaring dan
c) Laringofaring
3) Laring (pangkal tenggorokan)
Laring berada diantara faring dan trakea. Laring terdiri dari katup
pangkal tenggorokan (epligotis), perisai tulang rawan dan gelang-
gelang tulang rawan yang membentuk jakun. Suara manusia
dihasilkan oleh pita suara yang terletak di laring.
8

4) Trakea
Bentuk batang tenggorokan seperti pipa bergelang-gelang, tulang
rawan yang panjangnya kurang lebih 10cm, berada dibagian leher dan
rongga dada. Fungsi trakea sebagai tempat lewatnya udara. Saat
berbicara, epligotis akan turun menutupi saluran pernapasan dan akan
terangkat ketika menelan makanan.
5) Bronkus (Cabang dari Tenggorokan)
Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang menjadi dua,
yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus bercabang tiga menuju
paru-paru kanan dan bercabang dua menuju paru-paru kiri. Setiap
caban dari bronkus akan bercabang lagi membentuk saluran yang
lebih kecil yang disebut bronkiolus.
6) Bronkiolus
Cabang dari bronkus yang membentuk saluran kecil disebut
bronkiolus. Cabang-cabang dari bronkiolus akan masuk ke gelembung
paru-paru atau alveolus. Fungsi alveolus ialah sebagai tempat oksigen
untuk masuk kedala darah dan melepaskan air dan karbondioksida.
7) Alveolus
Saluran yang paling ujung dari alat pernapasan ialah alveolus, yang
berupa gelembung-gelembung udara. Alveolus mempunyai fungsi
sebagai tempat pertukaran gas, yaitu tempat masuknya oksigen ke
dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dan air dari darah.
Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter
masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.
8) Paru-paru
Paru-paru terletak di rongga dada dibagian atas diafragma. Paru-paru
tersusun oleh dua bagian, yaitu paru-paru kanan (pulmo dekstra) yang
terdiri dari tiga gelambir dan paru-paru kiri (pulmo sinistra) yang
terdiri dari dua gelambir. Paru-paru berfungsi membungkus paru-paru
disebut pleura dalam (pleura visceralis). Sedangkan selaput yang
langsung menyelubungi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang
rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis)
9

b. Fisiologi
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu:
1) Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau terdiri dari alveoli ke atmosfer. Proses ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor:
a) Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin
rendah
b) Adanya kondisi jalan napas yang baik
c) Adanya kemampuan thoraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang disebut dengan compliance
d) Adanya alveoli yaitu kemampuan untuk mengeluarkan
karbondioksida atau kontraksinya paru-paru
2) Difusi
Merupakan pertukaran oksigen dari alveoli ke kapiler paru-paru dan
arbondioksida dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a) Luasnya permukaan paru-paru
b) Tebal membrane respirasi yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial
Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
penebalan, perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen. Hal ini dapat
terjadi karena tekanan oksigen dalam rongga alveoli lebih tinggi
daripada tekanan oksigen dalam darag vena pulmonalis.
3) Transportasi
Merupakan proses pendistribusian oksigen kapiler ke jaringan tubuh
dan karbondioksida jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a) Curah jantung (cardiac output)
b) Frekuensi denyut nadi
1

2.1.3 Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan faktor pencetus
timbulnya serangan asma (Muttaqin, 2017), yaitu:
a. Faktor predisposisi
Genetik Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya
bakat alergi ini penderita sangat mudah terkena penyakit asma jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Pencetus
1) Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, bulu binatang,
spora jamur, beberapa makanan laut dan sebagainya.
2) Infeksi saluran pernafasan
Saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza
merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asma. Diperkirakan dua pertiga penderita asma dewasa
serangan asma ditimbulkan oleh infeksi saluran pernafasan.
3) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma,
perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma.
4) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-
15% klien asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi
lalu lintas, penyapu jalanan.
5) Olahraga atau kegiatan jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila
melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat
paling mudah menimbulkan asma.
6) Stres
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma,
selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada.
1

Disamping gejala asma harus segera diobati. Penderita asma yang


mengalami stres harus diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalahnya.
7) Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma sensitif atau alergi terhadap obat tertentu
seperti, penisilin, salsilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.
8) Polusi udara
Pasien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap rokok, asap
pabrik atau asap kendaraan, asap yang mengandung hasil pembakaran
dan oksida foto kemikal, serta bau yang tajam

2.1.4 Tanda dan Gejala


Menurut Padila (2018), tanda dan gejala yang dapat ditemui pada pasien
asma diantaranya ialah :
Keluhan utama penderita asma bronkial ditandai dengan sesak nafas
mendadak, disertai inspirasi yang pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan
diikuti bunyi meni (wheezing), batuk yang disertai serangan nafas yang kumat
kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan tersebut dapat ringan,
sedang,atau berat dan sesak nafas timbul mendadak, dirasakan makin lama makin
meningkat atau tiba tiba menjadi lebih berat.
Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing
tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila
dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernafasan, wheezing akan
terdengar lebih lama atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hampir selalu ada,
bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental
dahak, makin keluhan sesak semakin berat.

2.1.5 Patofisiologi
Keterbatasan aliran udara pada penderita asma ini bersifat recurment yang
disebabkan oleh berbagai perubahan jalan napas (Yudhawati dan Krisdanti, 2019),
antara lain :
1

a. Bronkokontriksi
Kejadian fisiologis yang paling sering ditemui asalah penyumbatan jalan
napas yang biasanya diikuti oleh gangguan udara, pada asma eksaserbasi
akut, kontraksi otot polos bronkus terjadi dengan sangat cepat yang
menyebabkan penyempitan saluran napas sebagai reaksi dari paparan
allergen atau iritan.
b. Edema jalan napas
Asma menetap dengan meningkatnya inflamasi, diikuti oleh edema,
inflamasi, hipersekresi mucus dan hyperplasia otot polos.
c. Airway hyperresponsiveness
Hiperresponsif jalan napas ditentukan dengan menurunkan
hiperresponsift jalan napas dan meningkatkan manajemen asma.
d. Airway remodeling
Beberapa individu penderita asma memiliki keterbatasan aliran udara
yang sebagian reversible dan peningkatan kehilangan fungsi paru
menyebabkan peruahan struktural saluran napas
Biopsi bronkus pasien menunjukkan infiltrasi eosinophil, ketebalan
membrane sub-basal, fibrosis sub-epitel, hyperplasia dan hipertrofi otot
polos saluran napas. Setiap perubahan jalan napas pada penderita asma
akan mengurangi aliran udara.
Skema 2.1 Patoflow
Faktor pencetus serangan

Faktor ekstrinsik Campuran Faktor ikstrinsik

Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk dan bulu binatang) Polusi udara: CO2, asap, rokok, parfum
Emosional: cemas, takut, stress Fisik: cuaca dingin p
Aktivitas berlebihan

Reaksi antigen & antibodi


Akumulasi secret di bronkus (bronkopasme )
1

Dispnea
Kelelahan otot intercostae
Antigen merangsang igE di selt mast, maka
terjadi reaksi antigen-antibodi

Proses pelepasan produk-produk


selmast(mediator kimiawi):
histamin,bradikinin,prostaglandin,anaf ilaksis
Penurunan suplai oksigen
2.1.6 Komplikasi Mempengaruhi otot polos
dan kelenjar
MK:Beberapa komplikasi dariMK:asmaPola nafas (Wijaya & Putri, 2016) meliputi
menurut
Intoleransi tidak efektif
pneumothorak, pneumomdiastium Kontraksi otot polossub kutis, atelaktasis,
dan emfisema aspirasi,
Keluhanpsikososia
kegagala jantung/gangguan irama jantung, sumbatan saluran napas perubahan l,

pola napas yang meluas/gagal napas.


MK: Kecemasan

2.1.7 Klasifikasi
a. Berdasarkan Etiologi
Menurut Herdman (2016), asma terbagi menjadi alergik, idiopatikatau
non-alergik, dan campuran (mixed).
1) Ekstrinsik atau (alergik asthma)
Merupakan suatu bentuk asma dengan alergen seperti bulu binatang,
debu, ketombe, tepung sari makanan, dan lain-lain. Alergen terbanyak
adalah airbone dan musiman (seasonal). Klien dengan asma alergik
1

biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan


riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap
alergi akan mencetuskan serangan asma. Bentuk asma ini biasanya
dimulai sejak kanak-kanak.
2) Intrinsik atau Idiopatik atau (non-alergik asthma)
Merupakan jenis asma yang tidak berhubungan secara langsung
dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi
saluran napas atas, aktivitas, emosi/stres, dan polusi lingkungan dapat
menimbulkan serangan asma. Beberapa agen farmakologi, seperti
antagonis beta- adrenergik dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga
dapat menjadi faktor pencetus.
3) Asma Campuran (Mixed Asthma)
Merupakan bentuk asma yang paling sering. Dikarakteristikkan
dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik atau non-alergik.
4) Asma Pada Remaja dan Orang Dewasa
Pada usia remaja dan dewasa. Rangsangan pencetus asma jarang
disebabkan oleh hanya satu faktor saja. Walaupun reaksi
hipersensitivitas yang segera timbul merupakan faktor utama pada 1/3
dari penderita asma dewasa dan remaja, faktor keterlibatan infeksi,
terutama virus, ikut berperan dalam memperburuk keadaan. Demikian
pula alergi ternyata ikut berperan sebagai faktor pencetus asma
dewasa, terutama bagi orang-orang yang mempunyai bakat keturunan.
Faktor penginduksi lain bagi asma dewasa diantaranya adalah gerak
badan, kontak terhadap udara dingin atau iritan lain seperti asap,
embun, dan aerosol. Intoleransi aspirin (atau obat-obat anti radang
non- steroid) dan terakhir faktor emosi. Sekalipun demikian, sejumlah
episode asmatik yang timbul secara keseluruhan tak dapat
dihubungkan dengan jelas ke faktor mana. Oleh karenanya, penyebab
asma ini harus dianggap belum diketahui.
1

b. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit


1) Asma interminten
Gejala muncul <1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam
beberapa jam atau hari, gejala asma malam terjadi <2 kali dalam 1
bulan, fungsi paru normal dan asma tomatik di antara waktu serangan,
peakexpiratory folw (PEF) dan forced expiratory value in 1 second
(PEV1) >80%.
2) Asma ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam seminggu tetapi <1 kali dalam 1 hari,
eksaserbasi menggunakan aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari
tejadi > 2 kali dalam 1 bulan, PEF dan PEV 1 > 80%.
3) Asma sedang ( moderat)
Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi menggunakan aktifitas atau tidur,
gejala asma terjadi <1 kali dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi
beta 2 agonis kerja cepatdalam keseharian, PEF dan PEV1 > 60 % dan
<80%.
4) Asma parah (savere)
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma
malam hari serninggu terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala
asma, PEF dan PEV1 < 60%.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2018), yaitu :
a. Pengukuran Fungsi Paru (spirometri):
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerososl golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak
lebih dari 20%menunjukkan diagnosis asma bronkial.
b. Uji provokasi bronkus:
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20%
atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari
maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 105
atau lebih.
1

c. Pemeriksaan tes kulit:


Untuk menunjukkan antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam
tubuh.
d. Pemeriksaan Laboratorium :
1) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup):
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat
hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
2) Sputum:
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang
berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan
trensudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-
sel epitelnya dari perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk
melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji
resistensi terhadap antibiotik.
3) Sel eosinofil:
Pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai1000- 1500/mm3
baik asma instrinsik maupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinosil
normal antara 100-200/mm3.
4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia:
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena adanya
infeksi SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat
hipoksia dan hiperkapnea.
5) Pemeriksaan Radiologi :
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien asma bronkial biasanya
normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya proses patologi di paru atau komplikasi asma
seperti pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis.
1

2.1.9 Penatalaksanaan
Terdapat dua jenis penatalaksanaan pada penderita asma (Smeltzer, 2018)
yaitu:

a. Penatalaksaan Farmakologi
1) Agonis adrenergik – beta 2 kerja – pendek
2) Antikolinergik
3) Kortikosteroid : inhaler dosis – terukur (MDI)
4) Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrien
5) Metilxantin
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi
1) Penyuluhan
2) Pola hidup sehat
3) Berhenti atau tidak merokok
4) Penerapan posisi

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Terhadap Pola Nafas Tidak Efektif
dengan Pasien Asma
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan dalam lingkungan menurut
(Resti, 2021).
a. Pengumpulan data
1) Identitas
2) Nama keluarga
3) Alamat
4) Komposisi keluarga
5) Tipe bentuk keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
1

6) Latar belakang kebudayaan


Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya
suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
7) Identifikasi religius
Mengkaji agama yang dituntut keluarga beserta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
8) Status kelas sosial.
Status sosisal keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula ole kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga
serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
9) Mobilitas kelas sosial
10) Tahap perkembangan dan riwayat keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala mengaoa tugas tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, di jelaskan
mulai lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit (status imunisasi.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami
dan istri.
11) Data lingkungan
Data lingkungan keluarga meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai
dari pertimbangan area yang terkecil seperti aspek dalam rumah hingga
komunitas yang lebih besar tempat keluarga tinggal.
1

a) Karakteristik rumah
Karekteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank
dengan sumber air minum yang digunakan serta dena rumah.
b) Karakteristik lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiaaan, lingkuhan fisik, aturan/kesepakatan
penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan berpindah
tempat.
d) Asosiasi transaksi keluarga dengan komunitas
12.) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b) Struktur kekuasaan
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengubah perilaku.
c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
d) Nilai keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang
berhubungan dengan kesehatan.
13) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya.
2

b) Fungsional sosialisai
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya, dan pelaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan
keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan tugas kesehatan keluarga.
d) Stres, koping, dan adaptasi keluarga
b. Analisa data
Analisa data merupakan metode yang dilakukan perawat untuk mengkaitkan
data klien serta menghubungkan data klien serta menghubungkan data tersebut
dengan konsep teori dan prinsip yang relevan keperawatan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien dan keperawatan
pasien.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan.

2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan rencana tindakan yang akan diberikan
kepada klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
muncul. Rencana keperawatan berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI, 2018) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI,2019) .
2

Tabel 2.1 Intervensi dan Luaran Keperawatan


No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajement jalan nafas
efektif keperawatan keluarga diharapkan Observasi
berhubungan dengan keluarga mampu memberikan perawatan 1. Monitor pola napas
hambatan upaya kepada anggota yang sakit dengan 2. Monitor bunyi napas tambahan
napas kriteria hasil : 3. Monitor sputum
1. Tidak terjadi dispnea Terapeutik
2. Frekuensi pernapasan normal 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Tidak terdapat suara tambahan 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
4. Ventilasi semenit meningkat 3. Berikan minum hangat
5. Kapasitas vital meningkat 4. Lakukan fisioterapi dada, jika diperlukan
6. Kedalaman nafas membaik 5. Berikan oksigen/ nebulizer
7. Pemanjangan fase ekspirasi menurun Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 200ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
2

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Energi


Berhubungan dengan keperawatan keluarga diharapkan Observasi
kelemahan, keluarga mampu mengambil keputusan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
ketidakseimbangan untuk melakukan tindakan yang tepat, mengakibatkan kelelahan
Antara suplai dan dengan kriteria hasil : 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
kebutuhan oksigen 1. Kemudahan dalam melakukan 3. Monitor pola dan jam tidur
aktivitas meningkat 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
2. Dispnea saat/setelah aktivitas menurun melakukan aktivitas
3. Perasaan lemah menurun Terapeutik
4. Tekanan darah membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
5. Frekuensi nafas membaik 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
3. Berikan fasilitas duduk disisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
4. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan asuhan Terapi Relaksasi
dengan kekhawatiran keperawatan diharapkan keluarga Observasi
mengalami kegagalan mampu memberikan perawatan kepada 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
anggota keluarga yang sakit,dengan ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejala lain
kriteria hasil: yang menggangu kemampuankognitif
2

1. Kekhawatir akibat kondisi yang 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
dihadapi menurun digunakan
2. Perilaku gelisah menurun 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,tekanan dara
3. Frekuensi pernapasan membaik dan suhu tubuh
4. Frekuensi nadi membaik Terapeutik
5. Tekanan darah membaik 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
6. Konsentrasi membaik dengan pencahayaan dan suhu ruangan nyaman
7. Pola tidur membaik 2. Anjurkan menggunakan pakaian longgar
3. Gunakan nada suara lembut
4. Gunakan relaksasi sebagai trategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis.musik, meditasi,napas
dalam,relaksasi otot progresif)
2. Anjurkan mengambil posisi nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
4. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang dipilih
5. Demonstrasikan dan latihan teknik relaksasi (mis.
Napas dalam, peregangan atau imajinasi
terbimbing)
2

2.2.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara
langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi
adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan
saling percaya dan saling membantu, kemampuan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi
dan evaluasi. Tahap pelaksanaan keperawatan meliputi: fase pesiapan (preparation), tindakan
dan dokumentasi.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kiteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan keluarga. Evaluasi bertujuan untuk melihat kemamouan
keluarga dalam mencapai tujuan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasilpemeriksaan),
analisa data (perbandingan data dengan teori), dan Planning (perencanaan).
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses
keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor
kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada
evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir layanan, menanyakan respon
pasien dan keluarga terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir
pelayanan.
2

2.3 Konsep Dasar Diagnosa Keperawatan Pola Napas Tidak Efektif


2.3.1 Pengertian
Pola napas tidak efektif dimaknai sebagai keadaan yang mana inspirasi maupun
ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat (PPNI, 2017).

2.3.2 Faktor Penyebab


Faktor penyebab pola napas tidak efektif yakni depresi pusat napas masalah upaya
napas (seperti nyeri ketika bernapas, lemahnya otot napas). Deformitas dinding dada maupun
tulang dada, terganggunya neuromuskular, terganggunya neurologis (misal
elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala, kejang), maturitas neurologis, turunnya
energi, obesitas, posisi tubuh, sindrom hipoventilasi, rusaknya inervasi diafragma (kerusakan
saraf CS ke atas), cidera medula spinalis, kecemasan, efek agen farmakologis (PPNI, 2017).

2.3.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pola nafas tidak efektif terdiri dari tanda gejala mayor dan minor
(PPNI, 2017).
a. Tanda dan gejala mayor
1) Subjektif
Dispnea
2) Objektif
a) Penggunaan otot bantu pernapasan
b) Fase ekspirasi memanjang
c) Pola napas abnormal (takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
stokes)
b. Tanda dan gejala minor
1) Subjektif
Ortopnea
2) Objektif
a) Pernapasan pursed-lip
b) Pernapasan cuping hidung
c) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
d) Ventilasi semenit menurun
e) Kapasitas vital menurun
f) Tekanan ekspirasi menurun
2

g) Tekanan inspirasi menurun


h) Ekskursi dada berubah

2.3.4 Kondisi Klinis Terkait


Kondisi klinis terkait dari pola nafas tidak efektif (PPNI, 2017)
a. Depresi system saraf pusat
b. Cedera kepala
c. Trauma thoraks
d. Gullian barre syndrome
e. Multiple sclerosis
f. Myasthenia gravis
g. Stroke
h. Kuadriplegia
i. Intoksikasi alkohol

2.4 Penerapan Posisi Semi Fowler Pada Penderita Asma


Penerapan posisi semi fowler pada penderita asma yang terdiri dari pengertian, tujuan,
indikasi, persiapan dan hal yang harus diperhatikan (Irvan Maulana, 2021).

2.4.1 Pengertian
Cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk.

2.4.2 Tujuan
a. Mengurangi sesak napas
b. Memberikan rasa nyaman
c. Membantu memperlancar keluarnya cairan
d. Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan

2.4.3 Indikasi
a. Pasien sesak napas
b. Pasien pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik atau bila pasien sudah benar-
benar sadar.
2

2.4.4 Persiapan
a. Persiapan alat
1) Sandaran panggung atau kursi
2) Bantal atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu
3) Tempat tidur khusus (functional bed) jika perlu
b. Persiapan pasien, perawat dan lingkungan
1) Perkenalkan diri anda pada klien, termasuk nama dan jabatan atau peran dan
jelaskan apa yang akan dilakukan
2) Pastikan identitas pasien
3) Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebur yang dapat dipahami
oleh pasien
4) Siapkan peralatan
5) Cuci tangan
6) Yakinkan pasien nyaman dan memiliki ruangan yang cukup dan pencahayaan
yang cukup untuk melaksanakan tugas
7) Berikan privasi pasien

2.4.5 Standar Operasional Prosedur

Gambar 2.2 Langkah Cuci Tangan

Gambar 2.3 Pengaturan Posisi Pasien


2

a. Pasien didudukkan, sandaran punggung atau kursi di letakkan di bawah atau di atas
kasur di bagian kepala, diatur sampai setengah duduk dan dirapikan. Bantal disusun
menurut kebutuhan. Pasien dibaringkan kembali dan pada ujung kakinya dipasang
penahan.
b. Pada tempat tidur khusus (functional bed) pasien dan tempat tidurnya langsung
diatur setengah duduk, di bawah lutut ditinggikan sesuai kebutuhan. Kedua lengan
ditopang dengan bantal.
c. Rapikan tempat tidur.

2.4.6 Hal yang Harus Diperhatikan


a. Perhatikan keadaan umum pasien
b. Bila posisi pasien berubah, harus segera dibetulkan
c. Khusus untuk pasien pasca bedah dilarang meletakkan bantal di bawah perut
d. Ucapkan terima kasih atas kerjasama pasien
e. Dokumentasikan hasil prosedur dan toleransi pasien pada format yang tepat

2.4.7 Evidence Based Nursing (EBN)


Dalam penelitian (Aldayanti, 2021) Terapi pemberian posisi semi fowler untuk
menurunkan sesak napas pasien yang mengalami asma sehingga pasien dapat melakukan
pengurangan sesak napas secara mandiri di rumah.
Dalam penelitian (Riris Aulia, 2022) bahwa pemberian posisi semi fowler dapat
berpengaruh untuk menurunkan frekuensi pernafasan pada pasien asma.
Dalam penelitian (Hartati Sukma, 2022) Adapun hasil yang ditemukan adalah
setelah dilakukan penerapan Posisi Semi Fowler dalam Penurunan Sesak Nafas, bahwa hal
ini menunjukan bahwa posisi semi fowler merupakan terapi non farmakologi sangat
efektif yang dapat menurunkan sesak nafas pasien yang mengalami gangguan pernafasan
seperti penyakit azma dan penerapan posisi semi fowler ini dapat juga dilakukan dirumah
untuk mengatur pernafasan tanpa adanya efek samping.
BAB III
GAMBARAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


ASMA DI RUANG ANGGREK LANTAI 3 RSU
BUNDA PALEMBANG TAHUN 2023

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
No RM 225308
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal MRS : 05 Agustus
2023
Tanggal Pengkajian : 08 Agustus 2023

3.1.2 IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. T
Umur : 23 Tahun
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Jalan STM Mansur Lorong Glora Gang 3 No 28

3.1.3 KELUHAN UTAMA


Ds : Pasien mengatakan datang ke Rumah Sakit karena sesak napas yang
hilang timbul selama 20-30 menit, sesak bertambah parah ketika pasien
melakukan aktivitas berlebihan dan terpapar udara dingin atau terkena
debu, keluhan ini mengganggu aktivitas sehari-hari dan semua aktivitas
dibantu keluarga dan perawat.

3.1.4 RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ds : Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RS sekitar 3 bulan
lalu dengan keluhan sesak. Saat dirumah jika pasien merasa sesak

29
3

pasien hanya beistirahat dirumah. Pasien mengatakan tidak memiliki


riwayat alergi obat-obatan, tidak ada riwayat kecelakaan dan pasien
mengatakan tidak ada riwayat pernah dilakukan operasi.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ds : Pasien mengatakan sesak napas sejak 3 hari yang lalu
Do : Pasien datang ke IGD RSU Bunda Palembang pukul 19.33 wib dengan
keluhan sesak sejak 3 hari yang lalu kesadaran Compos mentis dengan
GCS 15, tekanan darah 210/120 mmHg, nadi 100 x/m, respiratori rate
30 x/m, suhu 36,5°c, saturasi oksigen 95% dan akan dipindahkan ke
ruang rawat inap Anngrek lantai3 pukul 20.15 wib.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ds : Pasien mengatakan keluarga ada juga yang memiliki riwayat asma.
4. Riwayat Psikososial – spiritual
Saat dilakukan pengkajian pasien tidak mengalami stres mengenai
keuangan, keluarga dan pekerjaan. Pasien merasa bersyukur karena selama
sakit keluarga selalu mendukung kesembuhan dirinya. Sistem nilai
kepercayaan pasien tidak bertentangan dengan pengobatan dirumah sakit,
saat sakit pasien melakukan ibada di tempat tidur.

3.1.5 GENOGRAM

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
3

3.1.6 LINGKUNGAN
a. Rumah
Pasien mengatakan rumah yang ia tempati jauh dari pabrik industri dan
jalan raya. Pasien mengatakan suami dan anak laki-lakinya tidak
merokok dan pasien mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan yang
berbulu atau ternak.
b. Pekerjaan
Pasien mengatakan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga.

3.1.7 POLA KEBIASAAN SEHARI SEBELUM DAN SAAT SAKIT


a. Pola nutrisi
1) Sebelum sakit
Pola nutrisi sebelum sakit pasien mengatakan asupan makan pasien
oral, frekuensi 3 x/hari, pasien biasanya selalu menghabiskan 1 porsi
makanannya, nafsu makan baik, tidak ada diet yang dianjurkan pasien
mengatakan tidak ada alergi makanan dan tidak ada pantangan.
2) Saat sakit
Pada saat pengkajian pasien mengatakan nafsu makan pasien
berkurang, pasien makan 3 x/hari dengan nasi dan lauk dari rumah
sakit namun hanya setengah dari porsi makan yang disediakan. Pasien
tidak memiliki alergi terhadap makanan, terkadang setiap makan
pasien kesulitan karena merasa nafasnya sesak frekuensi makan 3
x/hari dengan porsi setengah dari biasanya.
b. Pola cairan
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit pasien mengatakan asupan cairan oral, pasien minum
air putih, minum 7 gelas/hari dengan volume total 1500-2000 cc/hari.
2) Saat sakit
Saat sakit pasien mengatakan asupan cairan pasien oral, pasien minum
air putih, minum 7 gelas/hari dengan volume total 1500-2000 cc/hari.
3

c. Pola eliminasi
1) BAK dan BAB Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan BAK, pasien
mengatakan frekuensi BAB 4-5 x/hari dengan warna urine kuning
jernih dan bau khas urine, pasien mengatakan BAB lancar 1 x/hari,
feses berwarna kuning dan bau khas feses.
2) BAK dan BAB Saat sakit
Pasien mengatakan BAK sehari 4-5 x/hari dengan warna urine kuning
jernih dan baunkhas urine, pasien mengatakan BAB 1 x/hari dengan
feses bewarna kuning, bentuk padat dan bau khas feses.
d. Pola personal hygiene
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit pasien mandi 2 x/hari, menggosoik gigi 3 x/hari,
keramas rambut 2 x/hari.
2) Saat sakit
Selama dirawat dirumah sakit pasien mandi 1 x/hari, pasien
mengatakan menggosok gigi 1 x/hari dengan dibantu oleh keluarga
pasien dan keramas rambut 1 x/hari.
e. Pola istirahat dan tidur
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada masalah istirahat dan tidurnya, lama
tidur 7-8 jam/hari, waktu tidur pasien siang dan malam, pasien
mengatakan mudah untuk memulai tidur.
2) Saat sakit
Pasien mengatakan sulit tidur, pasien mengatakan merasa sesak di
malam hari dan terbangun saat tidur lalu pasien tidak dapat tidur
kembali, lama tidur saat sakit 3-4 jam/hari, pasien mengatakan tidak
puas tidurnya, pasien tampak mneguap, pasien tampak mengantuk dan
pasien tidak menggunakan obat-obatan sebelum tidur.
f. Pola aktivitas dan latihan
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit pasien tidak mengalami keterbatasan dalam hal mandi,
3

menggunakan pakaian dan beraktivitas serta melakuan aktivitasnya


sebagai ibu rumah tangga.
2) Saat sakit
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan semua kegiatan
pasien terhambat, untuk melakukan aktivitasnya sebagai ibu rumah
tangga karena ia merasa sesak, pasien mengatakan merasa tidak
nyaman saat beraktivitas, pasien mudah merasa lelah ketika
beraktivitas berat, semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga.
Pasien tampak lemah dan lesu.
g. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan saat pasien merasa sesak, pasien memilih untuk
beristurahat. Ketika sesak semakin berat keluarga membawa pasien ke
rumah sakit. Pasien dan keluarga mengatakan sudah sedikit mengerti
tentang penyakit yang diderita pasien beserta pencetusnya seperti
aktivitas berlebih dan tidak bisa terpapar udara dingin.

3.1.8 PEMERIKSAAN FISIK


a. Pemeriksaan fisik umum
1 ) Kesadaran : GCS (E4 M6 V5)
2) Tekanan darah : 190/100 mmHg
3) Nadi : 89 x/m
4) Pernafasan : 28 x/m
5) Suhu : 36,8°C
6) TB/BB : 150 cm/60 Kg
b. Pemeriksaan fisik persisten
1) Sistem penglihatan
Pada saat pengkajian posisi mata simetris antara kiri dan kanan,
pergerakan bola mata normal, konjungtiva bewarna merah muda,
sklera tidak ikterik, reaksi pupil terhadap cahaya normal, lapam
pandang baik, dan pasien tidak menggunakan alat bantu pemglihatan.
2) Sistem pendengaran
Pada saat pengkajian kepada pasien fungsi pendengaran baik, posisi
3

telinga simetris antara kiri dan kanan dan pasien tidak menggunakan
alat bantu pendengaran.
3) Sistem wicara
Pada saat dilakukan pengkajian pasien tidak mengalami kesulitan
dalam berbicara.
4) Sistem pernafasan
Pada saat dilakukan pengkajian pasien terpasang nasal kanul, pasien
mengatakan sesak, pasien mengatakan sesak seperti ditarik sesak
berlangsung hilang timbul selama 20-30 menit. Sesak bertambah
parah ketika melakukan aktivitas rigan apalagi berlebihan, kelelahan
dan terpapar udara dingin, saturasi oksigen 95% frekuensi pernafasan
28 x/m.
5) Sistem kardiovaskuler
Pada saat pengkajian nadi radialis didapatkan data nadi 89 x/m teraba
kuat dan teratur, tidak terdapat distensi vena jugularis, CRT (Capillary
reffil time) < 2 detik.
6) Sistem neurologi
Kesadarn compos mentis, glasglow come scale (GCS E4 M6 V5) pada
saat melakukan pemeriksaan sensorik pasien dapat merasakan dan
menyebutkan benda tumpul maupun tajam, meningeal (-).
7) Sistem pencernaan
Pada sat dilakukan pengkajian pasien mengatakan tidak ada masalah
dalam menelan, tidak menglami masalah dalam rongga mulut dan
tidak ada masalah gigi, mukosa kulit pasien tampak kering.
8) Sistem endokrin
Pada saat dilakukan pengkajian pasien tidak mengalami pembesaran
kelenjar typoid, tidak tremor, tidak ada tanda-tanda peningkatan kadar
gula dalam urine.
9) Sistem immunologi
Pada saat dilakukan pengkajian pasien tidak mengalami pembesaran
kelenjar getah bening.
3

10) Sistem urogenital


Pada saat pemgkajian pasien tidak distensi kandung kemih, pasien
tidak menggunakan kateter urine, tidak ada nyeri tekan.
11) Sistem integumen
Pada saat pemgkajian keadaan rambut pasien tampak nersih,
kekuatan rambut normal, bewarna hitam dan ada uban, keadaan kuku
pasien tampak bersih, keadaan kulit pasien bersih, pasien tidak
mengeluh gatal, pasien tidak mengalami perubahan karakteristik
kulit/warna, turgor kulit elastis, tidak ada edema, tidak ada
dekubitus.
12) Pengkajian penyakit
Pasien tampak lemas, tidak ada tanda-tanda fraktur, pasien tidak
menggunakan alat bantu.
13) Pengkajian prosedur
Pasien mendapat therapy cairan ringer laktat (RL) 500 ml 20 tetes
permenit, therapy oksigen sebanyak 3-4 l/m dengan nasal kanul.

3.1.9 PENGOBATAN
a. Injeksi Dexamethason 1 ampul
b. Oksigen nasal canule
c. Captopril 25mg
d. Infus ringer laktat 500 ml

3.10 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Hasil Pemeriksaan Radiologi
Hasil foto thorax pa : tulang-tulang normal
Cor : membesar dan Pulmo : vascular melebar
Kesan : cardiomegali + congestive paru
3

2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan
Glukosa Darah 168 mg/dL < 200
Sewaktu (GDS)

Natrium (Na) 135 mmol/L 135-148


Kalium (K) 4.4 mmol/L 3.5-5.3
Swab Test Antigen Negatif Negatif Negatif
SARS ncov 2

Hemoglobin (HB) 12.2 g/dL 12-16


Leukosit (WBC) 10.6 10^3/mm^3 4.8-10.8
Hematokrit (HCT) 35 % 37-47
Trombosit (PLT) 278 10^3/mm^3 150-450
Eusinofil 6 % 2-4
Basofil 1 % <1
Stab 0 % 2-6
Segmen 67 % 50-70
Limfosit 23 % 25-40
Monosit 3 % 2-8
3

3.2 ANALISA DATA

No Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah


Analisa Data (Problem)
1 Ds : Pasien mengeluh sesak Penurunan ekspansi paru Pola nafas
Do : Pasien tampak sesak (dyspnea), pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 l/m, tidak efektif
frekuensi napas 28 x/m, pasien tampak gelisah Peningkatan usaha dan
frekuensi nafas

Sesak nafas

Pola nafas tidak efektif


2 Ds : Pasien mengatakan badannya terasa lemah dan mengatakan sesak bertambah Insufisiensi oksigenisasi Intoleransi
parah ketika melakukan aktivitas aktivitas
Do : Pasien tampak lemah lelah, pasien dibantu oleh keluarga, tekanan darah Gangguan metabolisme
190/100 mmHg, nadi 89 x/m, suhu 36,8°c, terpasang infus cairan Ringer oksigen
Laktat 500 ml 20 tpm
Energi berkurang

Intoleransi aktivitas
3 Ds : Pasien tampak sulit tidur karena sesak sering terjadi di malam hari, pasien Intoleransi aktivitas Gangguan pola
mengatakan sering terbangun di malam hari karena sesak, pasien tidur
mengatakan tidak puas dengan tidurnya dan pasien mengatakan lama tidur Peningkatan kebutuhan
hanya kurang lebih 3-4 jam oksigen
Do : Pasien tampak menguap dan pasien tampak mengantuk
Hiperventilasi
3

Sesak nafas

Gangguan pola tidur

3.3 DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SDKI)


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak napas

3.4 RENCANA KEPERAWATAN


RENCANA ASUHAN Nama Px : Ny. S Ruangan : Anggrek G13
KEPERAWATAN Tgl Lahir : 31 Desember 1972
TANGGA DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI (SIKI) NAMA
L (SDKI) HASIL (SLKI) /TTD
8 Agustus Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajement jalan nafas Hersa
2023 s/d efektif keperawatan keluarga diharapkan Observasi
10 berhubungan keluarga mampu memberikan 1. Monitor pola napas
Agustus dengan perawatan kepada anggota yang 2. Monitor bunyi napas tambahan
2023 hambatan sakit dengan kriteria hasil : 3. Monitor sputum
upaya napas 1. Tidak terjadi dispnea Terapeutik
2. Frekuensi pernapasan normal 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Tidak terdapat suara tambahan 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
4. Ventilasi semenit meningkat 3. Berikan minum hangat
5. Kapasitas vital meningkat 4. Lakukan fisioterapi dada, jika diperlukan
6. Kedalaman nafas membaik 5. Berikan oksigen/ nebulizer
3

7. Pemanjangan fase ekspirasi Edukasi


menurun 1. Anjurkan asupan cairan 200ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Energi
aktivitas keperawatan keluarga diharapkan Observasi
berhubungan keluarga mampu mengambil 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
dengan keputusan untuk melakukan kelelahan
ketidakseimban tindakan yang tepat, dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
gan antara kriteria hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur
suplai dan 1. Kemudahan dalam 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
kebutuhan melakukan aktivitas aktivitas Terapeutik
oksigen meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
2. Dispnea saat/setelah aktivitas 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
menurun 3. Berikan fasilitas duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
3. Perasaan lemah menurun berpindah atau berjalan
4. Tekanan darah membaik 4. Berikan aktivitas distraksi yang
5. Frekuensi nafas membaik menenangkan Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
Gangguan pola Setelah dilakukam tindakan Dukungan Tidur
tidur keperawatan diharapkan pola tidur Observasi
berhubungan membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
dengan kurang 1. Keluhan sulit tidur meningkat 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
kontrol tidur 2. Keluhan sering 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
terjaga meningkat 4. identifikasi obat tidur yang
3. Keluhan tidak puas tidur dikonsumsi Terapeutik
4

4. Keluhan pola tidur berubah 1. Modifikasi lingkungan


meningkat 2. Batasi waktu tidur siang
5. Keluhan istirahat tidak cukup 3. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
meningkat 4. Tetapkan jadwal rutin tidur
5. Lakukan prosedur peningkatan kenyamanan
6. Sesuaikan jadwal pemberian
obat Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
2. Anjurkan menepati kebiasaan tidur
3. Anjurkan menghindari makan/minum yang mengganggu tidur
4. Ajarkan relaksasi

3.5 CATATAN PERKEMBANGAN

LABEL TGL IMPLEMENTASI RESPON NAMA/TTD


DIAGNOSIS DAN
JAM
Pola nafas tidak 08 1. Memposisikan semi fowler S : Pasien mengatakan sesak napas berkurang setelah Hersa
efektif berhubungan Agustus 2. Memberikan terapi oksigen diberikan oksigen, pasien mengatakan nyaman dan
dengan hambatan 2023 nasal kanul 3 l/m sesak napas berkurang setelah diposisikan semi fowler
upaya napas 08.30 wib 3. Memonitor tanda-tanda vital O:
- RR 25 x/m
- SpO2 97 %
- Tekanan darah 190/90 mmHg
- Nadi 87 x/m
- Suhu 37°c
A: Masalah belum teratasi
4

P : Lanjutkan intervensi
- Memposisikan semi fowler
- Memberikan terapi oksigen nasal kanul
- Memonitor tanda-tanda vital
Intoleransi aktivitas 08 1. Mengidentifikasi fungsi tubuh S : Pasien mengatakan badannya lemah, lelah saat Hersa
berhubungan dengan Agustus yang mengakibatkan kelelahan beraktivitas, saat beraktivitas merasa sesakk dan
kelemahan 2023 2. Memonitor penyebab kelelahan belum bisa beraktivitas secra mandiri
09.30 wib 3. Memberikan aktivitas distraksi O : Pasien tampak lemah, pasien tampak melakukan
yang menenangkan dengan distraksi dengan berdoa dan aktivitas pasien dibantu
berdoa keluarga dan perawat
4. Membantu pasien dalam A : Masalah belum teratasi
memenuhi kebutuhan memberi P : Lanjutkan intervensi
obat dan meminum air hangat - Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
5. Menganjurkan tirah baring melakukan aktivitas
- Lakukan latihan rentang gerak aktif
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangu kelelahan
Gangguan pola 08 1. Mengidentifikasi faktor S : Pasien mengatakan sulit tidur karena sesak, sering Hersa
tidur berhubungan Agustus pengganggu tidur terbangun dan tidur malam hanya 4 jam dari pukul
dengan sesak napas 2023 2. Menciptakan lingkungan yang 23.00 wib sampai dengan 03.00 wib
10.30 wib tenang dengan membatasi O : Pasien tampak mengantuk, lemah dan tampak menguap
pengunjung A: Masalah belum teratasi
3. Memodifikasi lingkungan yang P : Lanjutkan intervensi
aman dan tempat tidur yang - Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
bersih serta rapi saat tidur
4. Memonitor pola tidur pasien dan - Anjurkan pasien untuk menghindari makanan
catat kondisi fisik dan minuman yang mengganggu tidur
- Berikan terapi music untuk membantu pasien dalam
4

keadaan nyaman saat mulai tidur

Pola nafas tidak 09 1. Memposisikan semi fowler S : Pasien mengatakan sesak napas berkurang setelah Hersa
efektif berhubungan Agustus 2. Memberikan terapi oksigen diberikan oksigen, pasien mengatakan nyaman dan
dengan hambatan 2023 nasal kanul 3 l/m sesak napas berkurang setelah diposisikan semi fowler
upaya napas 08.30 wib 3. Memonitor tanda-tanda vital O:
- RR 23 x/m
- SpO2 98 %
- Tekanan darah 170/90 mmHg
- Nadi 80 x/m
- Suhu 37.1°c
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Memposisikan semi fowler
- Memberikan terapi oksigen nasal kanul
- Memonitor tanda-tanda vital
Intoleransi aktivitas 09 1. Memonitor lokasi dan S : Pasien mengatakan aktivitas dibantu keluarga seperti Hersa
berhubungan dengan Agustus ketidaknyamanan selama personal hygiene, pasien akan menerapkan latihan
kelemahan 2023 melakukan aktivitas pergerakan sendi secara mandiri dan pasien mengatakan
09.30 wib 2. Memotivasi pasien untuk perasaan lemah berkurang
melakukan pergerakan sendi O : Pasien tampak lebih nyaman, rileks dan aktivitas
secara mandiri personal hygiene pasien dibantu keluarga
3. Mengajarkan strategi koping A : Masalah teratasi sebagian
untuk mengurangi kelelahan P : Lanjutkan intervensi
- Kaji aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri
- Evaluasi latihan gerak aktif
- Sediakan lingkungan nyaman dengan rendah
4

stimulus (missal cahaya, suara dan kunjungan)

Gangguan pola 09 1. Monitor pola tidur pasien S : Pasien mengatakan keluhan sesak berkurang saat tidur Hersa
tidur berhubungan Agustus 2.Menganjurkan pasien untuk dan nyaman saat tidur dengan posisi semi fowler
dengan sesak napas 2023 menghindari makanan dan O : Pasien tampak rileks dan tampak mengantuk
10.30 wib minuman yang mengganggu A : Masalah teratasi sebagian
sebelum tidur P : Lanjutkan intervensi
3. Memberikan terapi musik untuk - Bantu menghindari stress sebelum tidur
membuatk pasien dalam keadaan - Evaluasi pengaturan posisi semi fowler
nyaman saat memulai tidur’
4. Melakukan prosedur pengaturan
posisi semi fowler untuk
meningkatkan kenyamanan saat
tidur
Pola nafas tidak 10 1. Memposisikan semi fowler S : Pasien mengatakan sesak napas sudah tidak lagi Hersa
efektif berhubungan Agustus 2. Memberikan terapi oksigen nasal O:
dengan hambatan 2023 kanul 3 l/m - RR 20 x/m
upaya napas 08.30 wib 3. Memonitor tanda-tanda vital - SpO2 100 %
- Tekanan darah 150/90 mmHg
- Nadi 80 x/m
- Suhu 37,5°c
A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Intoleransi aktivitas 10 1. Mengkaji aktivitas pasien yang S : Pasien mengatakan sudah dapat melakukan aktivitas Hersa
berhubungan dengan Agustus dapat dilakukan secara mandiri secara mandiri seperti meminum obat dan menggosok
kelemahan 2023 2. Mengevaluasi aktivitas gigi secara mandiri dan pasien mengatakan perasaan
09.30 wib pergerakan sendi yang dilakukan lemah berkurang
4

secara mandiri O : Pasien tampak rileks dan tampak melakukan pergerakan


3. Menyediakan lingkungan sendi
nyaman dengan rendah stimulus A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Gangguan pola 10 1. Mengevaluasi pemahaman pasien S : Pasien mengatakan sudah bisa mengatasi tidur Hersa
tidur berhubungan Agustus melakukan relaksasi menggunakan teknik relaksasi dengan baik
dengan sesak napas 2023 2. Mmberikan terapi musik untuk (mendengarkan musik) dan pasien mengatakan tidurnya
10.30 wib membuat pasien dalam keadaan sudah 5-6 jam
nyaman ketika akan memulai O : Pasien tampak segar dan tampak tidak mengantuk
tidur A : Masalah teratasi
3. Memberikan anjuran untuk selalu P : Hentikan intervensi
mengatur posisi nyaman ketika
akan tidur

3.6 EVALUASI

LABEL DIAGNOSIS TGL DAN EVALUASI NAMA/TT


JAM D
Pola nafas tidak efektif 10 Agustus S : Pasien mengatakan sesak napas sudah tidak lagi Hersa
berhubungan dengan hambatan 2023 O:
upaya napas 08.30 wib - RR 20 x/m
- SpO2 100 %
- Tekanan darah 150/90 mmHg
- Nadi 80 x/m
- Suhu 37,5°c
A: Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
4

Intoleransi aktivitas berhubungan 10 Agustus S : Pasien mengatakan sudah dapat melakukan aktivitas secara mandiri seperti Hersa
dengan kelemahan 2023 meminum obat dan menggosok gigi secara mandiri dan pasien mengatakan
09.30 wib perasaan lemah berkurang
O : Pasien tampak rileks dan tampak melakukan pergerakan
sendi A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Gangguan pola tidur 10 Agustus S : Pasien mengatakan sudah bisa mengatasi tidur menggunakan teknik relaksasi Hersa
berhubungan dengan sesak 2023 dengan baik (mendengarkan musik) dan pasien mengatakan tidurnya sudah 5-
napas 09.30 wib 6 jam
O : Pasien tampak segar dan tampak tidak mengantuk
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Profil Rumah Sakit Umum Bunda Palembang Sumtera Selatan


4.1.1 Sejarah RS Bunda
Rumah Sakit Bunda berdiri sejak tanggal 22 Febuari 1990 yang berawal dari Klinik
Bersalin Bunda dan bernaung di bawah Yayasan Bunda dan diresmikan tanggal 06 Agustus
1990. Sejalan dengan perkembangan waktu dan kebutuhan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, maka dalam rapat kepengurusan Yayasan diusulkan agar Klinik Bersalin Bunda
menjadi Rumah Sakit Bersalin Bunda. Kemudian pada tanggal 29 Juni 1995 Pengurus Yayasan
menghadap notaris H. Akhmad Bustami Gentimat, SH untuk merubah status Rumah Sakit dan
berdasarkan atas akta notaris H. Akhmad Bustami Gentimat, SH No.87 tahun 1995 Rumah Sakit
Bersalin Bunda berubah status dari Rumah Sakit Bersalin Bunda menjadi Rumah Sakit Anak dan
Bersalin Bunda.
Selanjutnya tanggal 5 Juni 2009 Rumah Sakit Anak dan Bersalin Bunda berubah status
menjadi Rumah Sakit Umum stelah mendapatkan izin tetap penyelenggaraan Rumah Sakit yang
berdasarkan KEMENKES No: HK.07.06/III/2372/2009 tentang Pemberian Ijin Penyelenggaraan
Kepada Yayasan Bunda untuk menyelenggarakan Rumah Sakit Umum dengan nama Rumah
Sakit Bunda dan berdasarkan KEMENKES No. HK.02.03/I/0271/2014 Rumah sakit Bunda
ditetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe C.
Rumah Sakit Bunda merupakan salah satu Rumah Sakit yang telah mendapatkan
pengakuan sebagai Rumah Sakit yang telah memenuhi standar akreditasi Rumah Sakit dan
dinyatakan Lulus Akreditasi Tingkat UTAMA, sesuai dengan sertifikat KARS Nomor KARS-
SERT/137/XII/2018 tanggal 31 Desember 2018. Letak Geografis Kota Palembang. Kota
Palembang, ibukota Provinsi Sumatera Selatan, merupakan kota terbesar kedua di Sumatera
setelah Medan. Secara geografis, kota ini terletak antara 2o 52” sampai 3o 5’ Lintang Selatan
dan 104o 37” hingga 104o 52” Bujur Timur.
Kota Palembang memiliki iklim tropis, dengan suhu udara yang cukup panas, yakni
23,4oC – 31,7oC dan curah hujan berkisar antara 2.000 mm – 3.000 mm per tahun. Secara fisik,
kota ini memiliki topografi yang relatif datar. Hanya sebagian kecil wilayah kota yang meiliki

46
4

tempat yang agak tinggi, yakni pada bagian utara. Secara rata-rata kota ini memiliki ketinggian
12 meter dari permukaan laut.

Gambar 4.1 rsu bunda

4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan RS Bunda


a. Visi :
“Menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat dengan pelayanan yang
berkualitas kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan di tahun 2022 “
b. Misi :
1. Memberikan Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas Dan Bermutu
2. Meningkatkan Kualitas Pengembangan SDM Yang Professional
3. Meningkatkan dan Mengembangkan Kualitas Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
c. Motto dan CoreValue :
“ Kepuasan anda adalah kebanggaan kami”
d. Falsafah Pelayanan :
1. Setiap pasien adalah mahluk sesama ciptaan Allah yang harus dikasihi melalui
pelayanan kesehatan yang berkualitas secara professional dengan hati tulus, hangat
dan bersahabat.
2. Memberikan pelayanan yang professional dan bermutu.
3. Melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan.
e. Nilai / Value Pelayanan :
1. Berbuat baik terhadap sesama
4

2. Kualitas pelayanan yang optimal


3. Kebersamaan yang dinamis dan sinergis
f. Tujuan Pelayanan :
1. Mewujudkan kasih kepada sesama melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
2. Sebagai rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
pelayanan kesehatan secara professional
3. Sebagai rumah sakit yang mampu menjadi rujukan masyarakat yang memiliki
pelayanan berkualitas, penuh cinta kasih yang tulus, hangat dan bersahabat
g. Budaya Kerja (Corporate Culture) : (PAS3)
1. Profesional
2. Berfikir Cerdas
3. Bekerja Tuntas
4. Beramal Ikhlas

4.1.3 Direksi dan Pegawai


Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, Rumah Sakit Bunda Palembang
memandang penting sumber daya manusia sebagai sumber daya utama dalam usaha jasa layanan
kesehatan. Oleh karena itu kami mempunyai komitmen yang kuat untuk selalu berusaha
meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka melalui pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan. Dokter Spesialis Rumah Sakit Bunda Palembang memiliki ± 53 Dokter
spesialis, meliputi Spesialis Kandungan, Anak, Penyakit Dalam, Bedah Umum, Bedah Ortopedi,
Saraf, Mata, THT, Kulit dan Kelamin, Jantung, Gigi, Akupuntur Medik, Radiologi, Anastesi,
Patologi Klinik. Dokter Jaga Tim dokter jaga yang berada di RS Bunda Palembang 24 jam setiap
hari, untuk menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.
Staf Keperawatan RS Bunda Palembang merekrut perawat terbaik dengan seleksi yang
ketat dan memberikan pelatihan dan pendidikan intensif, sehingga mereka mempunyai
kecakapan secara teknis dan medis dan mempunyai sikap perhatian dan ramah terhadap seluruh
pasien. Staf lainnya RS Bunda Palembang memiliki Sub Bagian Sumber Daya Manusia dan
Diklat yang bertugas untuk melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penilaian yang
berkesinambungan kepada seluruh staf. Seluruh jajaran staf kami mulai dari resepsionis,
4

keperawatan, keamanan sampai dengan staf urusan administari dan pemeliharaan disiapkan
untuk selalu memberikan bantuan dan pelayanan terbaik demi kenyamanan dan kepuasan
pelanggan.
RS Bunda Palembang dalam operasionalnya, didukung oleh Tim Pencegahan Penyakit
Infeksi (PPI), yaitu untuk pengendalian, pengawasan dan pencegahan terhadap infeksi atau
kontaminasi kuman penyakit. IPSRS, untuk mengatur perawatan, perbaikan, dan
pengkalibrasian alat-alat medis yang digunakan, pemeliharaan semua peralatan
listrik, AC.

4.1.4 Struktur Organisasi


Struktur organisasi : Ada Tidak ada
Struktur organisasi ruangan dibentuk berdasarkan model asuhan keperawatan:
Fungsional (bukan model MAKP)
Primer
TIM
Primer
Kasus
Modifikasi: TIM – Primer
50

Skema 4.1 Struktur Organisasi

KETUA YAYASAN
SATUAN WAKIL
PEMERIKSAA DIREKTUR
N INTERN PELAYANA
N DIREKTUR

WAKIL
DIREKTUR
DAN UMUM

BIDANG BAGIAN
BIDANG BIDANG BAGIAN
PENUNJAN KEUANGAN
PEL KEPERWATA UMUM
G MEDIK DAN
MEDIK N DAN SDM
AKUTANSI
SUBAG
AKUTAN

INSTALASI
SUBAG TATA SUBAG
SUBAG SUBA PERBENDAHARAAN
SDM USAHA DAN G
INSTALASI RUMAH DAN MOBILISASI DANA
DIKLAT IPRS
TANGGA
5

4.2 Pembahasan
Penulis akan memaparkan hasil dan pembahasan laporan kasus pola nafas
tidak efektif pada Ny. S dengan Asma di ruang Anggrek RSU Bunda Palembang
yang dilaksanakan selama tiga hari yaitu :
a. Biodata pasien
Sesuai pengkajian yang telah dilakukan pada hari selasa tanggal 08
Agustus 2023 pukul 07.00 wib di ruang Anggrek RSU Bunda Palembang
didapatkan identitas pasien jenis kelamin perempuan Ny. S, umur 51
tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, agama islam dengan nomor rekam
medis 225308 Ny. S dirawat di ruang Anggrek sejak 05 Agustus 2023
dengan diagnosa medis Asma.
b. Pengkajian
1) Riwayat keperawatan
Pengkajian meliputi keluhan utama : Ny. S mengeluh sesak nafas,
riwayat penyakit sekarang : Ny. S datang ke IGD Rumah Sakit Umum
Bunda dengan keluhan sesak dan pada pukul 20.15 wib dipindahkan ke
ruang Anggrek untuk di rawat inap. Riwayat penyakit dahulu : Ny. S
mengatakan pernah di rawat beberapa bulan lalu dengan keluhan yang
sama yaitu sesak. Riwayat penyakit keluarga : Ny. S mengatakan ada
anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama yaitu
ayah dan adiknya.
2) Genogram
Pasien mengatakan masih memiliki kedua orang tua, mertua dan suami
yang masih hidup dan pasien mengatakan kalau pasien memiliki 6
orang adik tetapi 1 diantaranya meninggal dan suami memiliki 2 orang
adik. Pasien mengatakan memiliki 3 orang anak yang pertama anak
laki-laki yang kedua dan ketiga yaitu perempuan.
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 08 Agustus 2023
dengan hasil : Glukosa Darah Sewaktu (GDS) 168 mg/dL, Natrium
(Na) 135 mmol/L, Kalium (K) 4.4 mmol/L, Swab Test Antigen SARS
ncov 2 Negatif, Hemoglobin (HB) 12.2 g/dL, Leukosit (WBC) 10.6
5

10^3/mm^3, Hematokrit (HCT) 35%, Trombosit (PLT) 278 Trombosit


(PLT), Eusinofil 6%, Basofil 1%, Stab 0%, Segmen 67%, limfosit 23%
dan monosit 3%.
Pasien mengeluh sesak nafas, menurut Manurung (2016) keluhan utama
pada pasien asma meliputi sesak nafas berat, batuk produktif pada
malam hari, sedangkan menurut Nugroho & Putri (2016) bahwa tanda
dan gejala asma yaitu sesak nafas dan penyebab asma adalah faktor
lingkungan misalnya debu atau asap rokok dan asap kendaraan Ny. S
mempunyai riwayat alergi dingin teori tersebut membuktikan bahwa
asma salah satunya disebabkan oleh alergen dan pasien menagatakan
bahwa ada anggota keuarga yang mempunyai riwayat sepertinya yaitu
orangtua dan adiknya.
Teori tersebut menunjukkan kesesuaian dengan yang terjadi pada
pasien. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian ini diketahui bahwa
pengkajian memiliki hasil riwayat keperawata keluhan utama karena
sesak napas, riwayat penyakit dahulu pernah di rawat di rumah sakit 5
tahun yang lalu serta riwaya penyakit keluarga bahwa kakek, ayah dan
kakak laki-laki ke 2 memiliki penyakit asma. Hasil genogram orang tua
dan kakek sudah meninggal dan hasil pemeriksaan penunjang Gula
Darah Sewaktu 136 mg/dL, Leukosit 14.26 10^3/mm^3, Eritrosit 4.37
10^3/mm^3, Hemoglobin 12.9 g/dL, Trombosit 258 10^3/mm^3, Rapid
Antigen Negatif (Pebriyani, 2020) .
c. Perumusan diagnosa
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, didapatkan masalah
keperawatan yang muncul adalah pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upaya jalan nafas, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan dan gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak
napas. Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi yang adekuat (Herdman dan Kamitsuru, 2016). Inspirasi
dan ekspirasi yang adekuat sangat diperlukan oleh tubuh guna untuk pola
nafas yang efektif. Menurut Herdam dan Kamitsuru (2016) batasan
karakteristik dari pola nafas tidak efektif yaitu dyspnea, fase ekspirasi
5

memanjang, penggunaan otot bantu, pola nafas abnormal dan takipnea.


Hasil penelitian menurut Nagita (2021). sejalan dengan penelitian ini
diketahui bahwa perumusan diagnosa memiliki hasil diagnosa pola nafas
tidak efektif, intoleransi aktivitas dan gangguan pola tidur.
d. Perencanaan
Perencanaan yang disusun oleh penulis berdasarkan masalah keperawatan
yang muncul. Rencana tindakan untuk masalah keperawatan pola nafas
tidak efektif memiliki tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pola nafas kembali efektif. Intervensi diagnosa berdasarkan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia yaitu Manajemen jalan nafas
Posisikan semi-fowler. Hasil penelitian menurut Aldayanti (2021) sejalan
dengan penelitian ini diketahui bahwa perencanaan untuk pola nafas tidak
efektif yaitu manajemen jalan nafas dengan pemberian posisi semi fowler,
intoleransi aktivitas yaitu manajemen energi dengan menganjurkan
aktivitas secara bertahap dan gangguan pola tidur yaitu dukungan tidur
dengan menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur serta posisi tidur.
e. Pelaksanaan
Tindakan yang telah dilakukan penulis sesuai dengan perencanaan yang
disusun pada tanggal 08 sampai dengan 10 Agustus 2023 antara lain :
Mengkaji keluhan pasien, mengobservasi keadaan umum dan TTV,
memastikan oksigen terpasang dengan benar dan memonitor aliran
oksigen, memonitor pola napas, memonitor saturasi oksigen dan pola
napas dyspnea dan memberikan posisi semi fowler.
Tindakan keperawatan yang memposisikan pasien semi fowler, posisi ini
berguna untuk memaksimalkan ventilasi sehingga sesak pasien dapat
berkurang, sesuai dengan teori Soemantri 2016 bahwa posisi semi fowler
elevasi kepala dan leher akan meningkatkan ekspansi paru dan
meningkatkan efisiensi otot pernafasan sehingga membuat lebih nyaman.
Pemberian posisi semi fowler dapat mengurangi sesak nafas pasien dengan
asma karena dengan posisi ini dapat membantu mengurangi tekanan dari
abdomen pada diafragma (Safitri, 2016).
5

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Aldayanti, 2021)sejalan


dengan penelitian ini bahwa diketahui pelaksanaan kasus asma ini
dilakukan selama tiga hari dengan tindakan pemberian posisi semi fowler
untuk diagnosa pola nafas tidak efektif dan gangguan tidur serta
menganjurkan aktivitas secara bertahap pada diagnosa intoleransi aktivitas.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Riris Aulia, 2022)
bahwa peberian posisi semi fowler dapat berpengaruh untuk menurunkan
frekuensi pernafasan pada pasien asma.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hartati Sukma, 2022)
bahwa posisi semi fowler merupkan terapi non farmakologi sangat efektif
yang dapat menurunkan sesak napas pasien yang mengalami gangguan
pernapasan seperti penyakit asma dan peneraapan posisi semi fowler ini
dapat juga dilakukan dirumah untuk mengatur pernapasan tanpa adanya
efek samping.
f. Evaluasi
Hasil penilaian dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk
kasus pengelolaan keperawatan pada Ny. S dengan asma di ruang
Anggrek yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya jalan nafas pada hari pertama pada tanggal 08 sampai dengan 10
Agustus 2023 yaitu pasien mengatakan sesak berkurang data objektif RR
20 x/m tidak terpasang nasal kanul.
Rencana tindak lanjut adalah pertahankan posisi semi fowler. Evaluasi
pencapaian berdasarkan skala indikator pada masalah keperawatan pola
nafas tidak efektif ditandai dengan frekuensi pernafasan skala 4 dari
tujuan 5 yang dimana kesimpulan mengenai evaluasi keperawatan tidak
adanya kesenjangan antara teori dengan masalah yang terjadi pada pasien
sesuai dengan teori Moorhead Johnson, Maas dan Swanson (2016)
bahwa evaluasi tindakan menunjukkan frekuensi pernafasan membaik.
Hasil penelitian menurut Aldayanti (2021) sejalan dengan penelitian ini
bahwa evaluasi pada kasus ini masalah dapat teratasi selama pemberian
asuhan keperawatan selama tiga hari.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian tentang penerapan posisi semi fowler terhadap
pola nafas tidak efektif dengan pasien asma di RSU Bunda Palembang di ruang
Anggrek lantai 3 penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengumpulan data pada pasien Ny. S pengkaian riwayat
kesehatan didapatkan pernafasan 25 x/m tekanan darah 190/100 mmHg
nadi 81 x/m suhu tubuh 36,9°c dan saturasi oksigen 95%.
2. Sesuai dengan pengkajian dan analisa yang penulis lakukan pada Ny. S
maka penulis menemukan masalah keperawatan pola nafas tidak efektif
dengan tanda dan gejala dyspnea menurut Tim Poka SDKI PPNI (2016).
3. Dalam perencanaan ini penulis berfokus pada satu intervensi menurut SIKI
PPNI (2018) manajemen jalan napas adalah memberikan posisi semi
fowler.
4. Dalam tahap pelaksanaan yang dilakukan selama tiga hari penulis dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat.
5. Evaluasi keperawatan pada Ny. S dapat teratasi pada hari ke 3 perawatan
dengan kriteria hasil sesak napas berkurang saat beraktivitas ringan.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa
saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Pihak Rumah Sakit
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau
sumber informasi tentang Penerapan Posisi Semi Fowler Terhadap Pola
Nafas Tidak Efektif Dengan Pasien Asma di Rumah Sakit.

55
5

2. Bagi Pasien
Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi panduan dasar atau usaha
mandiri yang digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan Penerapan
Posisi Semi Fowler untuk mengatasi asma karena dapat dilakukan sendiri.
3. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi dan manfaat
bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan
sendiri.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini sebagai informasi serta menjadi referensi
ilmiah pada penelitian lebih lanjut untuk lebih menyempurnakan
pembahasan dan penggunaan perlakuan atau metode lain guna membantu
mengatasi pasien asma yang dialami di rumah sakit.
5

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S. (2020). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kebutuhan


Oksigenisasi pada Kasus Asma Bronkial terhadap An. P do Ruang Anak
RSD Mayjend HM Ryacudu Kabupaten Lampung Utara Tanggan 08-10
April 2019 (Doctoral Dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Aldayanti, A. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan


Oksigenisasi pada Kasus Asma Bronchial terhadap Ny Z di Ruang Paru
RSUD Mayjend Hm Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tanggal 09-10
Maret 2021 (Doctoral Dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Alhadi, C. S., Heriyani, F., & Nurrasyidah, I. (2021). Literature Review:


Hubungan Tingkat Pengetahuan Asma dengan Kualitas Hidup Penderita
Asma. Homeostasis, 4(3), 633–642.

Ansyari, M., Riduansyah, M., Ariani, M., & Fetriyah, U. H. (2023). Pengalaman
Keluarga dalam Merawat Anak dengan Asma di UGD. Jurnal Ilmiah
Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 13(3), 1083–1088.

Aulia, R. (2022). Literarture Review : Pemberian Posisi Semi Fowler untuk


Menurunkan Frekuensi Pernafasan pada Pasien Asma.

Damayanti, R. A., Riesmiyatiningdyah, R., Aristawati, E., & Wijayanti, D. P.


(2021). Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan Pola Nafas Tidak Efektif
pada Diagnosa Medis Asma di Desa Kedawung Pasuruan (Doctoral
Dissertation, Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia).

Effendy, C. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Klien Dengan Gangguan


SistemPernafasan. Jakarta: EGC.

Hartati, Sukma, H. S. (2022). Penerapan Pengaturan Posisi Semi Fowler pada Ny.
R pada Pasien Astma di Ruang IGD RSUD Sungai Rumbai Tahun 2020.

Herdman, T.H., & Kamitsuru, S. (2016). Diagnosis dan Keperawatan: Definisi


dan Klasifikasi 2016-2017. Jakarta : EGC

Julianti, D. M. A. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien Asma dengan


Ketidakefektifan Pola Nafas di Ruang Bougenviller II RSUD Ciamis.

Kementrian Kesehatan RI. 2019. ―Pusdatin.‖ Asma.

Manurung, N. (2016) Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory.


JakartaTimur : CV Trans info Media

Moorhead, S., Jonhson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification. (NOC). Singapura : Elsevier
5

Muttaqin, Arif. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


GangguanSistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


GangguanSistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nagita, D. (2021). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kebutuhan


Oksigenisasi pada Kasus Asma Bronkhial terhadap An. N di Ruang Anak
RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara Tanggal 11-13 Maret 2021
(Doctoral Dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Nugroho, T., Putri, B.T., & Putri, D.K. (2016). Teori Asuhan Keperawatan
GawatDarurat. Yogyakarta : Nuha Medika

Padila. (2018). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogjakarta : Sorowajan


Baru.

Pebriyani, M. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan


Oksigenisasi pada Kasus Asma Bronkial terhadap Ny. T di Ruang Paru
RSD Mayjend Hm Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tanggal 08-11
November 2021 (Doctoral Dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed). Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi


dan Tindakan Keperawatan. ((cetakan II) 1 ed).Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi


danKreteria Hasil Keperawatan. ((cetakan II) 1 ed). Jakarta : DPP PPNI.

Putranti, D. F., Sulistyowati, A., Zuhroidah, I., & Diana, M. (2021). Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial Dengan Masalah Keperawatan
Pola Napas Tidak Efektif Di Kelurahan Wirogunan Kota Pasuruan
(Doctoral dissertation, Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia).

Safitri, R. (2016). Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap


Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Asma. Jurnal Ilmu Kesehatan, (online),
Vol.8 No.2 (http://www.id.answer.yahoo.com). Diakses pada tanggal 8
Agustus 2023

Satria, et al. 2020. ―Posisi Semi Fowler Menurunkan Frekuensi Napas Pasien
Asma Bronkial.‖ Jurnal Antara Keperawatan 3.

Smeltzer, Suzanne, C. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah.


Jakarta:EGC.
5

Soemantri, I. (2016). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


SistemPernafasan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Suwaryo, P. A. W., Amalia, W. R., & Waladani, B. (2021, May). Efektifitas


Pemberian Semi Fowler dan Fowler terhadap Perubahan Status Pernapasan
pada Pasien Asma. In Prosiding University Research Colloquium (pp. 1-8).

Wijaya, A., & Putri, Y. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan


Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha medika.

Yudhawati R, Krisdanti DPA. Imunopatogenesis Asma. J Respirasi. 2019;3(1):26.


LAMPIRAN
Lampiran 1 : Buku bimbingan
Lampiran 2 : Persetujuan pasien
PERMOHONAN MENJADI PASIEN
Kode Pasien

Kepada Yth.
Bapak / Ibu
di-Tempat
Dengan hormat.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hersa Vitasari Hustianti
NPM 22149011021
Judul : “Penerapan posisi semi fowler terhadap pola nafas tidak efektif dengan
pasien asma di Rumah Sakit Umum Bunda Palembang Tahun 2023”.
adalah mahasiswi Program Studi Profesi Ners Bina Husada Palembang.
Penelitian ini tidak akan mempengaruhi pasien atau mengakibatkan hal yang
merugikan bagi saudari. Informasi yang saudari berikan akan saya jaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan sebagai penelitian. Apabila saudari
menyetujui, maka dimohon kesediannya untuk menandatangani persetujuan dan
mengisi kuesioner yang disediakan.
Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan dari penelitian maka
bersedia menjadi pasien peneliti. Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya
telah di beri informasi dan memutuskan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Terima kasih atas perhatian dan kerjasama yang baik dari saudara sebagai
pasien.
Peneliti pasien

Hersa Vitasari Hustianti


Lampiran 3 : Surat izin penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai