Anda di halaman 1dari 81

UNIVERSITAS FALETEHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. S


DENGAN TERAPI KOMPRES AIR HANGAT PADA LEHER
UNTUK MENGURANGI NYERI KEPALA PADA PENDERITA
HIPERTENSI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

SALIMAH

5021031091

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN 2021/2022
UNIVERSITAS FALETEHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. S


DENGAN TERAPI KOMPRES AIR HANGAT PADA LEHER
UNTUK MENGURANGI NYERI KEPALA PADA PENDERITA
HIPERTENSI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Profesi Ners

SALIMAH

5021031091

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN 2021/2022

i
Universitas Faletehan
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh


Nama : Salimah
NIM : 5021031091
Program Studi : Profesi Ners
Judul Karya Ilmiah Akhir Ners : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada ny. S
Dengan Terapi Kompres Air Hangat Pada Leher
Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada Penderita
Hipertensi

Telah berhasil dipertahankan dihadapan penguji dan diterima sebagai bagian


persyaratan yang diperlukan untukmenyelesaikan program studi Profesi Ners
Universitas Faletehan.

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Ns. Delly Arfa Syukrowardi, S.Kep.,MNS (………..…….…)

Penguji II : H. Bambang Kuntarto, S.Kp.,M.Kes (……………..…..)

Ditetapkan di : Universitas Faletehan

Tanggal :

ii
Universitas Faletehan
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Ners dengan Judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. S
Dengan Terapi Kompres Air Hangat Pada Leher Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada
Penderita Hipertensi” telah disetujui untuk di presentasikan di hadapan Tim Penguji
Karya Ilmiah Akhir Ners Program Studi Profesi Ners Universitas Faletehan.

Serang, Juni 2022

Pembimbing,

Ns. Delly Arfa Syukrowardi, S.Kep.,MNS


NIK : 03.11.158

iii
Universitas Faletehan
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Ners dengan Judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. S
Dengan Terapi Kompres Air Hangat Pada Leher Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada
Penderita Hipertensi” telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Karya
Ilmiah Akhir Ners Program Studi Profesi Ners Universitas Faletehan.

Serang, Juni 2021

Pembimbing,

Ns. Delly Arfa Syukrowardi, S.Kep.,MNS


NIK : 03.11.158

Mengetahui
Ketua Program Studi,

Dini Rachmaniah, M.Kep.,Ns.,sp.Kep.An


NIK : 04.04.088

iv
Universitas Faletehan
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Ny. S Dengan Terapi Kompres Air Hangat Pada Leher
Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada Penderita Hipertensi“. Dalam menyusun Karya
Ilmiah Akhir Ners ini, saya telah dibimbing dengan baik oleh para dosen pembimbing
dan mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sebagai bentuk
rasa syukur, saya ucapkan terima kasih kepada :
1. Andiko Nugraha Kusuma, SKM.,M.KM selaku Rektor Universitas Faletehan.
2. Ns. H. Asra, S.Kep.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Faletehan.
3. Dini Rachmaniah, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka.Prodi Program Studi Profesi
Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Faletehan
4. Ns. Delly Arfa Syukrowardi, S.Kep.,MNS selaku pembimbing, yang dengan tekun
memberikan bimbingan ilmiah melalui berbagai pengarahan, sharing, dan usul/saran
yang cemerlang.

Semoga Allah SWT. Membalas semua kebaikan dan melimpahkan karunia serta
rahmat-NYA kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penyusunan KIAN ini.Peneliti menyadari, bahwa KIAN ini masih banyak kekurangan
walaupun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk hasil yang terbaik. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat peneliti harapkan untuk perbaikan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

Serang, Juni 2022

Salimah

v
Universitas Faletehan
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Faletehan, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:

Nama : Salimah
NIM : 5021031091
Program Studi : Profesi Ners
Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Faletehan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. S DENGAN TERAPI


KOMPRES AIR HANGAT PADA LEHER UNTUK MENGURANGI NYERI
KEPALA PADA PENDERITA HIPERTENSI.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif
ini Universitas Faletehan berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan Karya Ilmiah
Akhir Ners saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Serang
Pada tanggal : ………………….

Yang menyatakan
Materai

( Salimah )

vi
Universitas Faletehan
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
2. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.

Serang, Juni 2022

Yang membuat pernyataan

Materai 6000

(Salimah)
NIM. 5021031091

vii
Universitas Faletehan
ABSTRAK

Nama : Salimah
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. S Dengan Terapi
Kompres Air Hangat Pada Leher Untuk Mengurangi Nyeri
Kepala Pada Penderita Hipertensi

V + 80 halaman + XIV romawi + 11 tabel + 1 gambar + .... lampiran

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah diatas normal yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas. Penderita
menderita umumnya mengalami tanda dan gejala yaitu tengkuk terasa nyeri. Penulisan
karya ilmiah ini untuk menguraikan hasil asuhan keperawatan gangguan rasa nyaman :
nyeri pada Ny.S di Desa Barengok Kecamatan Kibin Kabupaten Serang Provinsi
Banten. Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus asuhan keperawatan pada Ny.S dengan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tekanan darah pasien 170/90 mmHg, nadi 86x/menit, nadi 21x/menit, S : 36,5◦C.
Klien mengeluh tidak tidak nyaman karena tengkuk terasa tegang, rasa sakit yang
dirasakan seperti tertimpa beban berat, rasa sakit menyebar dari leher sampai ke
tengkuk dengan lamanya nyeri kurang dari 2 menit dengan skala 5 dan nyeri yang di
rasakan hilang muncul, klien juga mengeluh pusing tidak ada pantangan dan
pembatasan penyedap makanan yang dapat memicu tekanan darah tinggi sehingga
masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien adalah gangguan rasa nyaman: nyeri
dan kesiapan peningkatan pengetahuan. Intervensi dilakukan selama 2 hari. Pada tahap
evaluasi diperoleh masalah gangguan rasa nyama: nyeri dan kesiapan peningkatan
pengetahuan klien teratasi dengan indikator skala nyeri turun dan perrasaan rileks
meningkat. Kompres hangat efektif mengurangi nyeri pada pasien hipertensi.

Kata Kunci: Hipertensi, Nyeri, Kompres air hangat.


Daftar Pustaka :

viii
Universitas Faletehan
ABSTRACT

Name : Salimah
Study Program : Nurse Profession
Title : Gerontic Nursing Care for Mrs. S With Warm Water Compress
Therapy On The Neck To Reduce Headaches In Patients With
Hypertension

V Chapters + 80 pages + XIV romans + 11 table + 3 design + .... attachment

Hypertension is a condition in which a person experiences an increase in blood


pressure above normal which can lead to morbidity and mortality. Sufferers generally
experience signs and symptoms, namely neck pain. The writing of this scientific paper is
to describe the results of nursing care for comfort disorders: pain in Mrs. S in Barengok
Village, Kibin District, Serang Regency, Banten Province. This scientific paper uses a
descriptive method with a case study approach to nursing care for Mrs. S with
hypertension. The results showed that the patient's blood pressure was 170/90 mmHg,
pulse 86x/minute, pulse 21x/minute, S: 36.5◦C. The client complains of discomfort
because the neck feels tense, the pain feels like being hit by a heavy load, the pain
spreads from the neck to the nape with the duration of pain less than 2 minutes on a
scale of 5 and the pain that is felt disappears appears, the client also complains of
dizziness not there are taboos and restrictions on food flavoring that can trigger high
blood pressure so that the nursing problems found in patients are discomfort: pain and
readiness to increase knowledge. The intervention was carried out for 2 days. At the
evaluation stage, the problem of discomfort felt: pain and the readiness to increase the
client's knowledge were resolved with the pain scale indicator going down and the
feeling of relaxation increasing. Warm compresses are effective in reducing pain in
hypertensive patients.

Keywords : Hypertension, Pain, Warm compresses.


References :

ix
Universitas Faletehan
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... ii


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................... vi
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vi
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................................x
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1


A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Tujuan .....................................................................................................................3
C. Manfaat Penelitian ..................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................5


A. Konsep Medis Hipertensi .......................................................................................5
B. Konsep Medis Hipertensi .....................................................................................11
C. Konsep Dasar Masalah Keperawatan ...................................................................16
D. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori .................................................................25
E. Analisa Data .............................................................................................................33

BAB III TINJAUAN KASUS .........................................................................................39


A. Pengkajian ............................................................................................................39
B. Pengkajian Psikososial .........................................................................................40

x
Universitas Faletehan
C. Pengkajian Fungsional Klien ................................................................................41
D. Pengkajian Status Mental Gerontik ......................................................................43
E. Analisa data ..........................................................................................................45
F. RENCANA KEPERAWATAN ...........................................................................47
G. IMPLEMENTASI ................................................................................................49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................50


A. Profil Lahan Praktik .............................................................................................50
B. Analisis Masalah Keperawatan dan Kesehatan Dengan Konsep Terkait
Keperawatan Kesehatan dan Konsep Kasus Terkait ...................................................51
C. Analisis Salah Satu Intrervensi Dengan Konsep dan Penelitian Terkait ..............52
D. Alternatif Pemecahan Masalah Yang Dapat Dilakukan .......................................53

BAB V PENUTUP ..........................................................................................................55


A. Kesimpulan ...........................................................................................................55
B. Saran .....................................................................................................................55

DAFTAR ISI ...................................................................................................................57

xi
Universitas Faletehan
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol ..................................................... 15


Tabel 2.2 Bathel Indeks ........................................................................................... 27
Tabel 2.3 Status Mental Gerontik ............................................................................. 28
Tabel 2.4 MMSE (Mini Mental Status Exam) ......................................................... 28
Tabel 2.5 Analisa Data ............................................................................................. 33
Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan ............................................................................ 35
Tabel 3.1 Bathel Indek ............................................................................................. 41
Tabel 3.2 Status Mental Gerontik ............................................................................ 44
Tabel 3.3 Analisa Data ............................................................................................ 45
Tabel 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan ................................................................ 47
Tabel 3.5 Implementasi ........................................................................................... 49

xii
Universitas Faletehan
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Diare ...................................................................................... 15

xiii
Universitas Faletehan
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Bimbingan


Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup

xiv
Universitas Faletehan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi biasa disebut juga dengan penyakit silent
killer sebab seseorang yang mengidap penyakit hipertensi selama bertahun-
tahun ternyata dapat menimbulkan komplikasi seperi serangan jantung, stroke,
gagal ginjal dan gagal jantung kepada penderita hipertensi bahkan sebagian
besar populasi hipertensi tidak memperoleh terapi yang adekuat (Loscalzo,
2016).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2019 memperkirakan terdapat


1,13 miliyar orang dengan hipertensi diseluruh dunia, dua pertiga kasus berada
di negara dengan penghasilan menengah kebawah. Jumlah ini akan meningkat
setiap tahunnya dan pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 1,5 miliyar
kasus, serta angka kematian akibat hipertensi dan komplikasinya diperkirakan
dapat mencapai 9,4 juta orang setiap tahunnya.

Hasil data Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas, 2018) prevalensi penyakit


hipertensi pada usia lebih dari 18 tahun sebesar 34,1%, pada kelompok umur 31-
44 tahun sebesar 31,6%, pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 45,3%, dan
pada kelompok umur 55-64 tahun sebesar 55%. Dari 34,1% masyarakat dengan
hipertensi, masyarakat yang terdiagnosis hipertensi hanya 8,8%, sebanyak
13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak mengkonsumsi obat, dan 32,3%
orang yang menderita hipertensi tidak mengkonsumsi obat secara rutin. Jadi
hasil dari data yang didapatkan menjunjukan bahwa masih terdapat banyak
penderita hipertensi yang belum mendapatkan pengobatan yang seharusnya
didapatkan.

1
Universitas Faletehan
Peningkatan kualitas hidup manusia diindonesia salah satunya dengan
meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat berbagai
kelompok usia yang merupakan salah satu investasi dan bentuk utama
keberhasilan pembangunan kesehatan suatu bangsa. Dengan kualitas sumber
daya manusia yang sehat dan sejahtera, pembangunan bangsa menjadi lebih
cepat dan sesuai dengan harapan salah satu kelompok usia yang perlu dijaga
kesehatannya adalah lansia (Primahadi, 2017)

Undang- undang No. 13 tanun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyebutkan


bahwa seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya telah mencapai 60 tahun
keatas. Berdasarkan data UN, World Population Prospects, the 2012 Revision
menunjukan bahwa secara global populasi lansia di prediksi terus mengalami
peningkatan, presentase jumlah penduduk lansia di Indonesia berdasarkan hasil
proyeksi penduduk 2010- 2015 sebesar 10% penduduk Indonesia akan berusia
60 tahun ke atas (Badan Pusat Statistik, Proyeksi penduduk 2010-2035).

Kelompok lansia cenderung mengalami masalah kesehatan yang disebabkan


karena penurunan fungsi tubuhnya akibat penuaan, dan salah satu penyakit yang
banyak dialami oleh lansia adalah hipertensi. Pada lansia hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Nyeri
kepala karena hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling umum dijumpai
pada lansia. Penanganan nyeri kepala yang disebabkan karena hipertensi pada
lansia merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian karena penanganan
nyeri jika benar dan tepat nyeri kepala hipertensi pada lansia dapat terkontrol,
dan akan terhindar dari komplikasi yang serius. (Dewi, 2014).

Menurut Kozier, et.al (2009) manajemen nyeri hipertensi pada lansia bertujuan
umtuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dan tidak nyaman, secara
umum manajemen nyeri hipertensi pada lansia ada dua yaitu manajemen non
farmakologi dan farmakologi (obat- obatan). Untuk menangani nyeri yang
dialami pasien melalui intervensi farmakologi dilakukan oleh dokter dengan

2
Universitas Faletehan
3

pemberian obat- obatan seperti analgesik. Sedangkan untuk terapi non


farmakologi untuk pasien nyeri karena hipertensi bisa dilakukan dengan masase
kulit, hipnosis kulit, mandi air hangat, dan memberikan kompres air hangat.

Manajemen non farmakologi adalah langkah- langkah sederhana untuk


menurunkan skala nyeri hipertensi pada lansia dengan beresiko rendah bagi
pasien dan tidak membutuhkan biaya terlalu mahal. Salah satu intervensi non
farmakologi yang dapat dilakukan perawat secara mandiri untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan rasa nyeri, mengurangi
atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat pada lansia
karena hipertensi yaitu dengan melakukan kompres air hangat. (potter & perry,
2010)

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadillah (2019)
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan skala nyeri pada leher
sebelum dan sesudah di berikan kompres hangat sebanyak 75% mengalami nyeri
ringan setelah diberikan kompres hangat dan terdapat perbedaan yang signifikan
skala nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol p= 0,000.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin melakukan penerapan asuhan


keperawatan pada klien dengan nyeri akut akibat hipertensi oleh karena itu
penulis menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah akhir ners yang berjudul
asuhan keperawatan gerontik pada ny. S dengan terapi kompres air hangat pada
leheruntuk mengurangi nyeri kepala pada penderita hipertensi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan dengan pemberian terapi kompres air


hangat untuk menurunkan nyeri kepala pada lansia dengan hipertensi.

Universitas Faletehan
4

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan Pengkajian pada pasien lansia dengan hipertensi.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien lansia dengan
hipertensi.
c. Mampu menerapkan intervensi terkait dari jurnal tentang pemberian
terapi kompres hangat terhadap nyeri kepala pada pasien lansia dengan
hipertensi.
d. Mampu menerapkan implementasi dari hasil jurnal tentang pemberian
terapi kompres air hangat terhadap nyeri kepala pada pasien lansia
dengan hipertensi.
e. Mampu mengevaluasi dari hasil jurnal tentang pemberian terapi
kompres air hangat pada lansia degan hipertensi.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Keilmuan

Sabagai data dasar untuk menentukan dan menetapkan intervensi yang


bertujuan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan nyeri kepada
penderita hipertensi.

2. Manfaat Aplikatif
a. Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan hipertensi.
b. Masyarakat/ Pasien
Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam perawatan
hipertensi.

Universitas Faletehan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Hipertensi

1. Definisi Lansia

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75
tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua
(Nugroho,2008).

Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari,
berjalan secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001).
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.

2. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.
c) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.
d) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

3. Teori Proses Menua


Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu:
a. Teori – Teori Biologi

1) Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)

5
Universitas Faletehan
7

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk


spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul/DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi sehingga terjadi
penurunan kemampuan fungsional sel.
2) Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak).

3) Reaksi dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat


khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

4) Teori Immunology Slow Virus

Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan


masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
5) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.
6) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal
bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini
dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
7) Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
8) Teori Program

Universitas Faletehan
8

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang


membelah setelah sel-sel tersebut mati.

4. Teori – Teori Kejiwaan Sosial


a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lansia berupa mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil.

b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Pada
teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang
yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang


secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:

1) Kehilangan peran

2) Hambatan kontak social

3) Berkurangnya kontak komitmen.

5. Perubahan – Perubahan yang Terjadi pada Lansia


a. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistim organ
tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan,

Universitas Faletehan
9

kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro


intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

b. Perubahan Kognitif
1) Daya Ingat (Memory)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi (Motivation)

c. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Keturunan (hereditas).
5) Lingkungan.
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri,perubahan konsep diri.

Universitas Faletehan
10

6. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,
1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).

7. Perubahan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama
jika lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit
fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
pendengaran.
b. Duka Cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada
lansia. Hal tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
c. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu
episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan
dan menurunnya kemampuan adaptasi.
d. Gangguan Cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguan- gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda
dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
e. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),
lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau
berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang

Universitas Faletehan
11

terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial.


f. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-
main dengan feses dan urinnya, sering menumpuk barang dengan tidak
teratur. Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang
kembali.

B. Konsep Medis Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin
(Marliani, 2007).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan


dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa
cuff air raksa (Spygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Herlambang,
2013).

Universitas Faletehan
12

2. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :


a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala

Universitas Faletehan
13

terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan


medis.

Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita


hipertensi yaitu: Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak


dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sIstem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

Universitas Faletehan
14

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang


sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan


fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”


disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

PATHWAY

Umur (elastisitas, arterioklerosis), Jenis kelamin, Gaya hidup, Obestias

Hipertensi Perubahan status kesehatan

Kerusakan vaskuler pembuluh darah Kurang terpapar informasi kesehatan

Perubahan struktur Defisit pengetahuan

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontraksi

Universitas Faletehan
15

Gangguan sirkulasi

otak Pembuluh darah

Retensi pembuluh darah meningkat Pembuluh darah sistemik

Nyeri akut vasokontriksi

Afterload meningkat

Fatique

Intoleransi aktivitas

Gambar 2.1 Pathway

5. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999) :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
/ atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160mmHg dantekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Tabel 2.1
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
Tekanan Tekanan
Tingkat sistolik diastolik Jadwal kontrol
(mmHg) (mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat II
180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat III
Dirawat RS
Tingkat IV 210 satau lebih 120 atau lebuh

Universitas Faletehan
16

C. Konsep Dasar Masalah Keperawatan

1. Definisi Nyeri
Menurut Mc. Caffery (1979), nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
memengaruhi seseorang, dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya. Menurut Asosiasi nyeri internasional (1979) disebutkan bahwa
nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan baik
secara aktual maupun potensial (Tamsuri, 2012).

2. Klarifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasrkan pada
tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan (Asmadi,
2009).
a. Nyeri berdasarkan tempatnya:
1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh
misalnya pada kulit, mukosa. Nyeri post laparatomi termasuk dalam
pheriperal pain, karena nyeri terasa pada kulit tempat insisi bedah
dilakukan.
2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih
dalam atau pada organ-organ tubuh viceral.
3) Referd pain, yaitu nyeri dalam yang yang disebabkan karena penyakit
organ/ struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di
daerah yang berbeda bukan daerah asal nyeri.
4) General pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada
sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus, dan lian-lain.
(Sutanto & Fitriana, 2017)

b. Nyeri berdasarkan sumbernya (M.Black & Hawks, 2014):


1) Nyeri kutaneus (Superfisial)
Nyeri kutaneus dapat dikarakteristikan sebagai onset yang tiba-tiba
dengan kualitas yang tajam atau menyengat atau onset yang

Universitas Faletehan
17

berlangsung perlahan dengan kualitas seperti sensasi terbakar,


bergantung dari tipe serat saraf yang terlibat
2) Nyeri Somatik
Nyeri somatik berawal dari ligamen, tendon, tulang, pembuluh darah,
dan saraf. Nyeri ini dideteksi oleh nosiseptor somatik, bersifat tajam
dan dapat dilokalisasi. Contoh dari nyeri ini adalah nyeri pasca operasi
dan patah tulang
3) Nyeri Viseral Nyeri viseral berasal dari visera tubuh atau organ.
Nosiseptor visera Terletak di dalam organ tubuh dan celah bagian
dalam. Terbatasnya jumlah nosiseptor di area ini menghasilkan nyeri
yang biasanya lebih menyakitkan dan berlangsung lebih lama dari
nyeri somatik. Nyeri viseral sangat sulit untuk dilokalisasi dan
beberapa cedera pada jaringan viseral mengakibatkan terjadi nyeri
yang menjalar, dimana sensasi nyeri berada di area yang sebenarnya
tidak berkaitan sama sekali dengan lokasi cidera.
4) Nyeri Menjalar
Nyeri menjalar adalah bentuk dari nyeri viseral dan dirasakan di
daerah yang jauh dari lokasi stimulus. Hal itu terjadi ketika serat saraf
yang berada di area tubuh yang jauh dari lokasi stimulus melewati
stimulus itu sendiri dalam jarak dekat.
5) Nyeri Neurapatik
Nyeri neurapatik disebabkan oleh kerusakan atau cidera pada serat
saraf di perifer atau kerusakan pada SSP. Nyeri terasa seperti kebas,
terbakar, atau sensasi tertusuk, “seperti terkena jarum”, dan sengatan
listrik.
6) Nyeri psikogenik
7) Nyeri psikogenik tidak disebabkan oleh nosisepsi, namun oleh faktor
psikologis. Beberapa masalah mental ataupun emosional dapat
menyebabkan, memperburuk atau memperlama nyeri.

c. Nyeri berdasarkan sifatnya (Asmadi, 2009):

Universitas Faletehan
18

1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu


menghilang.
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan
dalam waktu yang lama.
3) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan
kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap kurang lebih 10-15
menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

d. Nyeri berdasarkan berat ringannya:


1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi. (Sutanto &
Fitriana, 2017)

e. Nyeri berdasarkan waktun berlangsungnya :


1) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Nyeri kronis adalah Nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama yaitu lebih dari 6
bulan.

3. Fisiologi
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi menerima rangsangan nyeri,
yang berperan adalah ujung saraf bebas dalam kulit berespons hanya terhadap
stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
Nosiseptor. Berdasarkan letaknya, dikelompokkan dalam beberapa bagian
tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan daerah
viseral. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam 2 komponen, yaitu :
a. Serabut A delta

Universitas Faletehan
19

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 m/det)


memungkinkan timbulnya nyeri tajam.
b. Serabut C
Merupakan komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5-2 m/det) nyeri
bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri somatik meliputi
nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, saraf, otot. Karena
struktur reseptornya kompleks, nyeri yang timbul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor vaseral meliputi organ-organ vaseral seperti jantung, hati, usus,
ginjal. Nyeri yang timbul dari reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap
pemotongan organ, tetapi sangat sensitifterhadap penekanan, iskemia dan
inflamasi. (Tamsuri, 2012)

4. Faktor yang memengaruhi persepsi nyeri Faktor-faktor yang


mempengaruhi persepsi tentang nyeri pada seorangindividu meliputi :
a. Usia
Usia merupakan variabel yang penting mempengaruhi nyeri, khususnya
pada lansia. Pada lansia yang mengalami nyeri, perlu dilakukan
pengkajian, diagnosis dan penanganan secara agresif. Individu yang
berusia lanjut memiliki resiko tinggi mengalami situasisituasi yang
membuat merasakan nyeri. Karena lansia hidup lebih lama, lansia
memungkinkan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis yang
menyertai nyeri. Sekali pasien yang berusia lanjut menderita nyeri, maka
dapat mengalami gangguan fungsi yang serius.
b. Jenis kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespon terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang
merupakan suatu faktor dalam pengekspresian nyeri. Beberapa
kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin, misalnya menganggap
bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis,
sedangkan seorang anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang
sama.

Universitas Faletehan
20

c. Budaya
Kebudayaan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima
oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap
nyeri. Cara individu mengekspresikan nyeri merupakan sifat kebudayaan.
d. Tingkat kecemasan
Hubungan antara kecemasan dan nyeri bersifat kompleks. Kecemasan
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan kecemasan. Individu yang sehat secara
emosional biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat
daripada individu yang yang memiliki status emosional yang kurang
stabil.
e. Tingkat perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan
dengan respon nyeri yang menurun.
f. Pengalaman
Sebelumnya Setiap individu belajar dari pangalaman nyeri yang lalu.
Pengalaman nyeri sebelumnya berarti bahwa individu tersebut akan
menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila
individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa
tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat, maka ansietas
bahkan rasa takut dapat muncul.
g. Dukungan keluarga
Faktor lain yang bermakna yang mempengaruhi respon nyeri adalah
kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka
terhadap klien. Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung
terhadap anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,
bantuan dan perlindungan. (Tamsuri A, 2012).

Universitas Faletehan
21

5. Intensitas Nyeri Kepala


a. Pengertian intensitas nyeri kepala
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
individu-Individu yang termasuk rasa tidak nyaman menyerang daerah
tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan belakang, penilai
terbaik dari nyeri yang dialami dan karenanya harus diminta untuk
menggambarkan dan membuat tingkatannya. Penggunaan skala intensitas
nyeri adalah metode yang mudah dan reliabel dalam menentukan intensitas
nyeri. Sebagian skala menggunakan kisaran 0-10 dengan 0 menandakan
tanpa nyeri” dan angka tertinggi menandakan “kemungkinan nyeri
terburuk” untuk individu tersebut (Kozier, 2010)

b. Alat ukur
1) Numerical Rating Scales (NRS)
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,
klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling
efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi terapeutik (Potter & Perry, 2005). Apabila digunakan skala
untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR,
1992 dalam Potter & Perry, 2005).
Keterangan :
0 : tidak merasakan nyeri
1 : nyeri sedikit dan jarang dirasakan
2 : merasaskan nyeri tetapi tidak mengganggu aktivitas
3 : merasakan nyeri dan kadang-kadang mengganggu konsentrasi
4 : merasakan nyeri dan mengganggu konsentrasi tetapi masih bisa
beraktivitas
5 : nyeri yang dirasakan menghalangi beberapa aktivitas
6 : nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas biasa

Universitas Faletehan
22

7 : perhatian terpusat pada nyeri sehingga menghalangi aktivitas


sehari-hari
8 : merasa sangat nyeri dan kesulitan melakukan aktivitas
9 : tidak dapat menahan rasa nyeri dan tidak dapat melakukan aktivitas
10 : nyeri yang dirasakan sangat hebat tidak peduli dengan keadaan
sekitar

6. Kompres Air Hangat


Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan dengan memberikan rasa
hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung yang berisi air
hangat sehingga menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan. Kompres hangat dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan
proses penyembuhan. Pemberian panas secara lokal di bagian tubuh yang
mengalami cedera dapat berguna untuk pengobatan (Potter & Perry, 2005).
a. Tujuan Kompres Hangat
1. Memperbaiki sirkulasi dalam tubuh pasien
2. Menghilangkan edema pada pasien
3. Meningkatkan drainase pus pada pasien
4. Mengurangi rasa nyeri dalam tubuh pasien
5. Merangsang sirkulasi dengan mendilatasi pembuluh-pembuluh darah
6. Meredakan nyeri dan bendungan dengan memperlancar aliran darah
7. Memberikan kehangatan dan kenyamanan
8. Merangsang penyembuhan
9. Meringankan retensi urine
10. Meringankan spasme otot
11. Mengurangi pembengkakan jaringan
12. Untuk mengatasi penurunan suhu yang mendadak selama kompres
dingin
13. Menaikkan suhu tubuh pada kasus hipotermia

b. Indikasi Kompres Air Hangat

Universitas Faletehan
23

Menurut Asmadi (2009), indikasi kompres hangat adalah sebagai berikut:


1. Klien yang kedinginan
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang mempunyai penyakit peradangan
4. Spasme otot
5. Adanya abses, hematoma

c. Metode Pemberian Kompres Air Hangat


1. Persiapkan alat
2. Cuci tangan
3. Atur posisi klien yang nyaman
4. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dikompres
5. Kompres panas dengan waslap direndam air panas bersuhu 380- 400
C
6. Letakan handuk kedalam kom yang berisi air hangat
7. Peras handuk lalu letakkan pada tengkuk atau daerah sekitar tengkuk
8. Ganti lokasi waslap dengan sering
9. Lakukan selama 20- 30 meni, jika suhu turun maka tambahkan air
hangat sampai sesuai kembali
10. Setelah selesai bereskan alat
11. Cuci tangan (Nafisa, 2013)

d. Mekanisme Kompres Hangat


Menurut Smeltzer & Bare (2005) dalam Revi Neini (2017), prinsip kerja
kompres hangat dengan buli-buli hangat yang dibungkus dengan kain
yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan hangat dari buli-buli
kedalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelepasan pembuluh darah
dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang
dirasakan akan berkurang atau hilang.Teori gate control mengatakan
bahwa stimulus kulit mengaktifkan transmisi sarabut saraf sensori A-beta
yang lebih besar dan cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri

Universitas Faletehan
24

melalui serabut C dan A berdiameter kecil, gerbang sinap menutup


transmisi implus nyeri. Kompres menggunakan air hangat akan
meningkatkan aliran darah, dan meredakan nyeri dengan menyingkirkan
produk-produk inflamasi, seperti bradikini, histamin, dan prostaglandin
yang menimbulkan nyeri lokal. Panas akan merangsang serat saraf yang
menutup gerbang sehingga transmisi implus nyeri ke medula spinalis dan
ke otak dihambat. (Tamsuri, 2007 dalam Nelza Safitri, 2016).

Penggunaan dari kompres hangat dapat membuat sirkulasi darah lancar,


vaskularisasi lancar dan terjadi vasodilatasi yang membuat relaksasi pada
otot karena otot mendapat nutrisi yang dibawa oleh darah sehingga
kontraksi otot menurun (Anugraheni, 2013 dalam Rahmadhayanti, Eka,
2017). Arovah, 2016 dalam Hakiki, 2018 juga berpendapat bahwa
kompres hangat digunakan untuk meningkatkan aliran darah yang dapat
meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada jaringan. Panas juga
meningkatkan elastisitas otot sehingga mengurangi kekakuan otot.

e. Penatalaksanaan Kompres Air Hangat


Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristina Sitorus,
Afeus Halawa, Tiurma Siringoringo, Arfah may Syara (2021),
menunjukan bahwa ada pengaruh skala nyeri pada leher pasien hipertensi
sebelum dilakukan terapi kompres hangat, dikatakan nyeri sedang 4
orang responden (28,6%), nyeri berat 10 orang responden (71,4%)
dengan standar deviasi 0,469. Skala nyeri pasien hipertensi sesudah
dilakukan terapi kompres hangat, dikatakan sedang 12 orang responden
(85.7%), berat 2 orang responden (14.3%) dengan standar deviasi 0.426.
Pasien hipertensi yang mengalami nyeri leher berat mengalami
penurunan, sebelum diberikan perlakuan sebanyak 10 orang, setelah
diberikan perlakuan sebanyak 2 orang. Penerapan untuk kompres hangat
pada pasien hipertensi terus dilakukan untuk terapi non farmakologi yang
dapat dilakukan oleh masyarakat di rumah.

Universitas Faletehan
25

Dan sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra Agina
Widyaswara Suwaryo, Melly Eka Sri Utami (2018), menunjukkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama tiga hari, pada ketiga pasien lansia dengan hipertensi
menunjukkan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
teratasi dengan indikator skala nyeri turun, tidak ada keluhan nyeri dan
frekuensi istirahat cukup. Kompres hangat efektif mengurangi nyeri pada
pasien hipertensi.

D. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori

1. Pengkajian (Pengkajian Secara Umum)


a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif) : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan Klien
R (Region) : Kaji bagian yang terasa nyeri
S (Saverity) : Apakah mengganggu aktivitas motorik?
T(Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan?
d. Riwayat Penyakit Dahulu
e. Riwayat Penyakit Keluarga
f. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
g. Tinjauan Sistem (Jelaskan tentang kondisi sistem-sistem di bawah ini yang
terdapat pada pasien) : keadaan umum, integumen, sistem hemopoietik,
kepala, mata, telinga, mulut dan tenggorokan, leher, payudara, sistem
pernapasan, sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal, sistem
perkemihan, sistem reproduksi, sistem muskuloskeletal.
h. Identifikasi Masalah Emosional
Pertanyaan Tahap 1

Universitas Faletehan
26

• Apakah klien mengalami sukar tidur ?


• Apakah klien sering merasa gelisah ?
• Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?
• Apakah klien sering was-was atau kuatir ?
Lanjutkan kepertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1
jawaban “ya “

Pertanyaan Tahap 2

• Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan?
• Ada masalah atau banyak pikiran ?
• Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain ?
• Menggunakan obat tidur / penenang atas anjuran dokter ?
• Cenderung mengurung diri ?
Bila lebih dari satu atau sama dengan 1 jawaban “ya” Masalah
emosional positif(+)

i. Pengkajian Fungsional Klien

KATZ Indek :
Termasuk / Kategori manakah klien ?
• Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK ), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
• Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
• Mandiri kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain
• Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain
• Mandiri kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain
• Mandiri kecuali mandi, berpakaian ke toilet berpidah dan satu fungsi
yanglain
• Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
• Lain –lain ( tidak termasuk kategori di atas )Keterangan:

Universitas Faletehan
27

Mandiri berarti : tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari


orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi
dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

j. Modifikasi dari Bathel Indeks

Tabel 2.2 Bathel Indeks

DENGAN
NO KRITERIA
BANTUAN MANDIRI KETERANGAN

1. Makan 5 10 Frekuensi :Jumlah :


Jenis :
2. Minum 5 10 Frekuensi :Jumlah :
Jenis :
3. Berpindah dari 5-10 15
kursi
roda ke
tempat tidur,
sebaliknya
4. Personal 5 5 Frekuensi :
toilet (cuci
muka,
menyisir
rambut, gosok
gigi)
5. Keluar 5 10
masuk toilet
(mencuci
pakaian,
menyeka

Universitas Faletehan
28

tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi

7. Jalan 0 15
dipermukaan
datar
8. Naik turun 5 10
tangga

9. Mengenakan 5 10
pakaian

10 Kontrol 5 10 Frekuensi :
bowel (BAB) Konsistensi :

11 Kontrol 5 10 Frekuensi :
bladder Warna :
(BAK)
12. Olargara/lati 5 10 Frekuensi : Jenis :
han

13. Rekreasi/pem 5 10 Frekuensi :


anfaatan Jenis :
waktu luang

Keterangan :
130 : Mandiri
65-125 : Ketergantungan sebagian
60 : Ketergantungan total

k. Pengkajian Status Mental Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan short
portablemental status questioner (SPMSQ)

Instruksi : Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat


semua jawaban. Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10
pertanyaan.

Universitas Faletehan
29

Tabel 2.3 Status Mental Gerontik

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


01 Tanggal berapa hari ini
02 Hari apa sekarang ini
03 Apa nama tempat ini
04 Dimana alamat anda
05 Berapa umur anda
06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)
07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
09 Siapa nama ibu anda
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun
= =

Score Total
Interpretasi hasil :
Salah 0 – 3: Fungsi
intelektual utuh

Salah 4 – 5: Kerusakan
intelektual ringan
Salah 6 – 8: Kerusakan
intelektual sedang Salah 7 –
10: Kerusakan intelektual
berat

l. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan


MMSE (MiniMental Status Exam)

Tabel 2.4 MMSE (Mini Mental Status Exam)

ASPEK KOGNITIF NILAI NILAI


No MAKS KLIEN KRITERIA

Universitas Faletehan
30

1. Oreintasi 5 Menyebutkan dengna benar


❑ Tahun
❑ Musim
❑ Tanggal
❑ Hari
❑ Bulan
Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada?
❑ Negara Indonesia
❑ Propinsi Jawa Barat
❑ Kota ...........
❑ PSTW .........
❑ Wisma
2. Registrasi 3 Sebutkan nama 3 objek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi
(untuk disebutkan)
❑ Obyek ..............
❑ Obyek ..............
❑ Obyek ..............
3. Perhatian dankalkulasi 5 Minta klien untuk memulai dari
angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 kali/tingkat.
93, 86, 79, 72, 65
4. Mengingat 3 Minta klien untuk megulangi
ketiga obyek pada No.2
(registrasi) tadi. Bila benar. 1
point untuk masing-masing
obyek.
5. Bahasa 9 Tunjukkan pada klien auatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien
❑ (misal jam tangan)
❑ (misal pensil)
Interpretasi hasil :

> 23 : Aspek kognitif dari


fungsi mental baik18 – 22 : Kerusakan
aspek fungsi mental ringan
17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

Universitas Faletehan
31

m. Pengkajian Keseimbangan Untuk Klien Lansia (Tinneti, Me Dan Ginter,Sf,


1998)
Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam
bergerak, dari kedua komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa
gerakan yang perlu diobservasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut
adalah:
1) Perubahan posisi atau keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan komponen di bawah ini,
atau beri nilai 1 jika klien menunjukan salah satu dari kondisi
dibawah ini
2) Bangun dari kursi (dimasukan dalam analisis)*
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong
tubuhnya keatas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi
terlebih dahulu, tidak stabil pada saat pertama kali berdiri.
3) Duduk ke kursi (dimasukan ke dalam analisis)
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi. Keterangan :
(*) Kursi yang keras tanpa lengan
4) Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum
perlahan – lahan sebanyak 3 kali ). Klien menggerakkan kaki,
memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya.
5) Mata Tertutup
6) Lakukan pemeriksaan sama seperti di atas tapi klien disuruh
menutup mata (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan
untuk keseimbangannya).
7) Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sinya, kelelahan vertigo, pusing atau keadaan tidak
stabil.
8) Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi

Universitas Faletehan
32

sepenuhnya sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil,


memgang sesuatu untuk dukungan.
9) Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil obyek-obyek kecil
(misal pulpen) dari lantai, memegang obyek untuk bisa berdiri lagi,
memerlukan usaha-usaha multipel untuk bangun.
n. Komponen gaya berjalan
Beri nilai 0 jika klien menunjukkan kondisi dibawah ini, atau beri nilai 1
jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini:
1) Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan Ragu-ragu,
tersandung, memegang obyek untuk dukungan.
2) Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah). Kaki tidak
naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm).
3) Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien).
Setelah langkah-langkah awal, langkah menjadi tidak konsisten,
memulai mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh
lantai.

Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari dari samping klien)


Tidak Interpretasi hasil : Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien,
dan dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

0 – 5 : Risiko jatuh rendah

6 – 10 : Risiko jatuh sedang

11 – 15 : Risko jatuh tinggi

4) berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.


5) Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari
belakang klien). Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari
sisi ke sisi.
6) Berbalik. Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan,

Universitas Faletehan
33

bergoyang, memegang obyek untuk dukungan.

E. Analisa Data

Tabel 2.5 Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Data Subjektif : Hipertensi Nyeri Akut
Mayor : Kerusakan vaskuler
- Pasien mengeluh nyeri pembuluh darah
Minor : -
Perubahan struktur
Data Objektif : Penyumbatan pembuluh
Mayor : darah
- Tampak meringis
Vasokontriksi
- Bersikap protektif
- Gelisah Gangguan sirkulasi
- Frekuensi nadi
Otak
meningkat
- Sulit tidur Resistensi perubahan otak
Minor : meningkat
- Hipertensi
Nyeri Akut
- Pola napas dan nafsu
makan berubah
- Proses berfikir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaphoresis

Universitas Faletehan
34

Data Subjektif :
Hipertensi Intoleransi Aktivitas
Mayor :
- Mengeluh lelah Kerusakan vaskuler
Minor : pembuluh darah
- Dispnea saat/setelah
Perubahan struktur
aktivitas
- Merasa tidak nyaman Penyumbatan pembuluh
setelah beraktivitas darah
- Merasa lemah
Vasokontriksi
Data Objektif : Gangguan sirkulasi
Mayor :
Pembuluh darah sistemik
- Frekuensi jantung
meningkat > 20% Vasokontriksi
dari kondisi istirahat
Afterload meningkat

Fatique
Minor :
- TD berubah > 20% Intoleransi Aktivitas
dari kondisi istirahat
- Gambaran EKG
menunjukan aritmia
dan iskemia
- Sianosis
Data Subjektif :
Hipertensi Defisit Pengetahuan
Mayor :
- Menanyakan masalah Perubahan status kesehatan
yang dihadapi
Kurang terapapar informasi
Minor :
- Menunjukan perilaku Defisit Pengetahuan
tidak sesuai anjuran
- Menunjukan persepsi
yang keliru terhadap
masalah

Data Objektif :
Mayor : -
Minor :
- Menjalani
pemeriksaan tidak
tepat
- Menunjukan perilaku
berlebihan

Universitas Faletehan
35

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis ditandai oleh pasien mengeluh
nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, hipertensi, pola napas dan nafsu makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri dan
diaphoresis.

2. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan ditandai oleh mengeluh lelah dispnea


saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa
lemah, frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat, TD
berubah > 20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukan aritmia
dan iskemia dan sianosis.

3. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi ditandai oleh menunjukan


perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap
masalah, menjalani pemeriksaan tidak tepat dan menunjukan perilaku
berlebihan.

Universitas Faletehan
36

Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi dan Aktivitas (SIKI)

Universitas Faletehan
37

SLKI label : Tingkat Nyeri SIKI label : Manajemen Nyeri


Nyeri Akut b.d agen pencedera
fisiologis ditandai oleh pasien
Setelah diberikan askep selama 3x24 jam Observasi
mengeluh nyeri, tampak meringis,
diharapkan tingkat nyeri menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
bersikap protektif, gelisah,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, skala nyeri,
frekuensi nadi meningkat, sulit
1. Keluhan nyeri meringis, sikap respon nyerinon verbal.
tidur, hipertensi, pola napas dan
protektif, gelisah, kesulitan tidur, 2. Identifikasi factor yang memperberat dan
nafsu makan berubah, proses
menarik diri, berfokus pada diri memperingan nyeri, pengetahuan dan keyakinan
berfikir terganggu, menarik diri,
sendiri, diaforesis dan anoreksia tentang nyeri.
berfokus pada diri sendiri dan
menurun. 3. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
diaphoresis.
2. Frekuensi nadi, pola napas, TD, proses
Terapeutik
berfikir, nafsu makan dan pola tidur
1. Berikan teknik non farmakologis untuk
membaik
mengurangirasa nyeri.
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalampemilihan strategi meredakan nyeri.

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
serta
Universitas Faletehan
38

strategi pemicu nyeri.


2. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri dan
menggunakan analgetik secara tepat.
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Universitas Faletehan
39

SLKI label : Toleransi Aktivitas


Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan SIKI Label: Manajemen Energi
ditandai oleh mengeluh lelah dispnea
Setelah diberikan askep selama 3x24 jam
saat/setelah aktivitas, merasa tidak
Observasi
diharapkan toleransi aktivitas meningkat
nyaman setelah beraktivitas, merasa
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan kriteria hasil :
lemah, frekuensi jantung meningkat
mengakibatkan kelelahan
1. Frekuensi nadi meningkat
> 20% dari kondisi istirahat, TD
2. Monitor kelelahan fisik
2. Saturasi oksigen meningkat
berubah > 20% dari kondisi istirahat,
3. Monitor pola dan jam tidur
3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas
gambaran EKG menunjukan aritmia
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
sehari-hari meningkat
dan iskemia dan sianosis
melakukan aktivitas
4. Kecepatan berjalan meningkat
5. Jarak berjalan meningkat
Terapeutik
6. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah
1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
meningkat
stimulus
7. Toleransi dalam menaiki tangga meningkat
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
8. Keluhan lelah menurun
3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
9. Dispnea saat dan setelah beraktivitas
4. Fasilitasi duduk ditempat tidur, jika tidak dapat
menurun

Universitas Faletehan
40

10. Perasaan lemah menurun


berpindah atau berjalan
11. Aritmia saat dan setelah aktivitas menurun
12. Sianosis menurun
13. Warna kulit, TD, frekuensi napas membaik
Edukasi
14. Tidak ada EKG iskemia
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
gejala kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

Universitas Faletehan
41

SLKI label : Tingkat Pengetahuan


Defisit Pengetahuan b.d kurang SIKI Label: Edukasi Kesehatan
terpapar informasi ditandai oleh
Setelah diberikan askep selama 1x24 jam
menunjukan perilaku tidak sesuai diharapkan tingkat pengetahuan meningkat
anjuran, menunjukan persepsi yang dengan kriteria hasil : Observasi
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat.
keliru terhadap masalah, menjalani 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
2. Verbalisasi minat dalam
pemeriksaan tidak tepat dan informasi
belajar meningkat.
menunjukan perilaku berlebihan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
3. Kemamouan menjelaskan pengethuan
tentang suatu topik meningkat. meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat

Universitas Faletehan
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas Klien
Nama : Ny. S Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 87 tahun Suku : Jawa
Alamat : komp. Kedung Laban Agama : islam
Pendidikan : SD Status perkawinan : menikah
Tgl masuk : ................ Tgl pengkajian : 1 maret 2022

2. Status Kesehatan Saat Ini


Klien mengatakan pusing dan merasa berat pada bagian pundak
(Nyeri) sejak pagi karena kurang tidur.
Klien sudah mengetahui penyakitnya saat ini tetapi klien masih
meragukan jika ia mengalami hipertensi.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


klien mengalami hipertensi sejak 1 tahun lalu, pasien mengatakan
beberapa bulan yang lalu sempat di rawat di Puskesmas karena
Hipertensi, klien rutin kontrol penyakitnya ke pelayanan kesehatan
setelah di rawat, tidak ada pantangan makanan.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Di keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat hipertensi dan Tidak
memiliki riwayat penyakit turunan yang lainnya.

5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik kesadaran : compos mentis

39 Universitas Faletehan
40

Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 170/90 mmHg nadi : 86 x/menit
RR : 18 x/menit S : 36,5°C
Kepala : distribusi rambut tipis, warna rambut memutih, tidak ada nyeri
tekan
Mata : bentuk mata simetris, pupil anisokor, konjungtiva ananemis,
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), nyeri tekan (-)
Mulut : mukosa lembab, gigi beberapa sudah tidak ada/tidak lengkap.
Telinga : fungsi pendengaran normal, bersih
Leher : JVP (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar
limfe (-)
Dada : simetris, tidak ada retraksi dada, pengembangan dada normal
Paru : auskultasi vesikuler, perkusi sonor
Jantung : s1 s2 reguler
Abdomen : perut datar, tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas : tidak ada edema, crt <2detik, turgor kulit baik, elastisitas
kulit menurun, tidak ada nyeri. ROM : baik, kekuatan otot : 5

B. Pengkajian Psikososial

1. Psikososial
Klien berhubungan baik dengan tetangga disekitarnya, sering
berinteraksi dengan tetangga, rekan kerja, dan murid-muridnya saat
disekolah. Klien sering bercanda ketika sedang berinteraksi.

2. Identifikasi Masalah Emosional :


PERTANYAAN TAHAP 1

● Apakah klien mengalami sukar tidur ? tidak


● Apakah klien sering merasa gelisah ? tidak
● Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ? tidak

Universitas Faletehan
41

● Apakah klien sering was-was atau kuatir ? tidak


Lanjutkan kepertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1
jawaban “ ya “

PERTANYAAN TAHAP 2

● Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
● Ada masalah atau banyak pikiran ?
● Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain ?
● Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
● Cenderung mengurung diri ?
Bila lebih dari satu atau sama dengan 1 jawaban “ya”

Masalah emosional positif (+)

3. Spiritual
Klien selalu belajar menghapal ayat-ayat al-quran, sudah mulai mengikuti
pengajian di masjid.

C. Pengkajian Fungsional Klien

a. Modifikasi dari bathel indek


Termasuk yang manakah klien ?

Tabel 3.1 Bathel Indek

DENGAN
MANDIRI KETERANGAN
NO KRITERIA BANTUAN

Frekuensi : 2 x sehari
1. Makan 5 10
Jumlah :

Universitas Faletehan
42

Jenis : sayuran, daging, nasi, mie

Mandiri

Frekuensi : 2x kopi, 6-7x air putih

Jumlah : 6 gelas air putih, 2 gelas

2. Minum 5 10 kopi

Jenis : air putih, kopi

Mandiri

Berpindah dari
kursi roda ke
3. 5-10 15 Mandiri
tempat tidur,
sebalik-nya

Personal toilet (
cuci muka,
4. 5 10 Frekuensi : setiap hari
menyisir rambut,
gosok gigi )

Keluar masuk
toilet (men cuci
5. pakaian, menyeka 5 10 Mandiri
tubuh, menyiram
)

Frekuensi : 2x sehari
6. Mandi 5 15
Mandiri

Jalan
7. dipermukaan 0 15 Mandiri
datar

Universitas Faletehan
43

8. Naik turun tangga 5 10 Mandiri

Mengenakan
9. 5 10 Mandiri
pakaian

Frekuensi : 1x sehari
Kontrol bowel (
10 5 10 Konsistensi : lunak
BAB)
Mandiri

Frekuensi : 3-4 x sehari


Kontrol bladder
11 5 10 Warna : kuning
(BAK)
Mandiri

Frekuensi : 1x seminggu

12 Olah raga/ latihan 5 10 Jenis : badminton

Mandiri

Rekreasi Frekuensi : sering

13 /pemanfaatan 5 10 Jenis : nonton tv, kumpul dengan


waktu luang keluarga,jalan-jalan.

Total : 130

Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65-125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total

D. Pengkajian Status Mental Gerontik

Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan short


portable mental status questioner (SPMSQ)

Universitas Faletehan
44

Tabel 3.2 Status Mental Gerontik


Benar Salah No Pertanyaan

✔ 01 Tanggal berapa hari ini

✔ 02 Hari apa sekarang ini

✔ 03 Apa nama tempat ini

✔ 04 Dimana alamat anda

✔ 05 Berapa umur anda

✔ 06 Kapan anda lahir?


(minimal tahun lahir)

✔ 07 Siapa presiden
Indonesia sekarang ?

✔ 08 Siapa presiden
Indonesia sebelumnya
?

✔ 09 Siapa nama ibu anda

✔ 10 Kurangi 3 dari 20 dan


tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru,
semua secara menurun

∑ =10 ∑=0

Score total = 10

Interpretasi hasil :

a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh

Universitas Faletehan
45

b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan

c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang

d. Salah 7 – 10 : Kerusakan intelektual berat

E. Analisa data

Tabel 3.3 Analisa Data


Data Etiologi Diagnosa

Klien mengeluh pusing dan Hipertensi Gangguan rasa nyaman


terasa berat di pundak sejak (nyeri) b.d gejala
pagi hari hipertensi
Penyumbatan pembuluh
DO :
darah
TD 170/90mmHg

S :36.5
Vasokontriksi
RR : 18 x/menit

N : 86 x/menit
Gangguan sirkulasi ke otak

Resistensi pembuluh darah


meningkat

Gangguan rasa nyaman

Klien mengatakan sudah Hipertensi Kesiapan peningkatan


tahu tentang penyakitnya pengetahuan

Universitas Faletehan
46

tetapi klien masih Mengetahui penyakitnya


meragukannya.

DO :
Perilaku tidak sesuai
TD 150/80mmHg

S :36.5
Kesiapan peningkatan
RR : 18 x/menit pengetahuan

N : 86 x/menit

Universitas Faletehan
47

F. RENCANA KEPERAWATAN

Tabel 3.4 Rencana Keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI TINDAKAN

Gangguan rasa nyaman b.d Status kenyamanan Perawatan Observasi


gejala penyakit (hipertensi) kenyamanan
Setelah dilakukan tindakan − Idetifikasi tentang kondisi, situasi, dan
d.d:
keperawatan selama 2 x 24 jam perasaannya.
Ds : - klien mengatakan pusing status kenyamanan menigkat Terapeutik
dan terasa berat dipundak sejak dengan kriteria hasil :
− Berikan posisi nyaman
pagi hari.
Tidak nyaman (pusing) menurun − Ciptakan lingkungan yang nyaman
Edukasi
Sulit tidur menurun
Do : - TD 170/90 mmHg − Ajarkan terapi nonfarmakologi
Gelisah menurun
− Ajarkan latihan kompres hangat
- N 86 x/menit
Mengeluh lemas menurun
- RR 18 x/menit
- S 36,5 °C Kolaborasi

− Kolaborasi pemberian analgetik,

Universitas Faletehan
48

antipiuretic, antihistamin, jika perlu

Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan Observasi


pengetahuan b.d kurang keperawatan selama 2x24 jam
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
terpapar informasi d.d:. diharapkan tingkat pengetahuan
menerima informasi
meningkat dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
a. Verbalisasi minat dalam meningkatkan dan menurunkan
DS: klien mengatakan sudah
belajar cukup meningkat hipertensi
mengetahui tetang penyakitnya
b. Kemampuan menjelaskan Terapeutik
namun masih meragukan jika
pengetahuan tentang suatu
ia mengalami hipertensi, tidak 1. Sediakan materi dan media
topic cukup meningkat
ada pantangan makanan pendidikan kesehatan
c. Perilaku sesuai dengan
2. Jadwalkan pendidikan kesehtan
DO : pengetahuan cukup meningkat
sesuai kesepakatan
- TD : 170/90 mmHg 3. Berikan kesempatan bertanya
- N : 86 x/menit Edukasi
- RR 18 x/menit
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
- S : 36,5 ‘C
mempengaruhi kesehatan

Universitas Faletehan
49

2. Ajarkan strategi yang dapat


digunakan untuk meningkatkan
perilaku kesehatan

G. IMPLEMENTASI

Tabel 3.5 Impelemtasi


TANGGAL/JAM TINDAKAN PARAF
2 Maret 2022/ 08.45 wib − Mengidetifikasi tentang kondisi, situasi, dan perasaannya. Salimah

− Memberikan posisi nyaman

− Menciptakan lingkungan yang nyaman

− Ajarkan terapi kompres hangat

2 Maret 2022/15.00 wib - mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Salimah

- mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

Universitas Faletehan
50

menurunkan hipertensi

- menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

TANGGAL/JAM TINDAKAN PARAF


2 Maret 2022/ 08.45 wib − Mengidetifikasi tentang kondisi, situasi, dan perasaannya. Salimah

− Memberikan posisi nyaman

− Menciptakan lingkungan yang nyaman

− Ajarkan terapi kompres hangat

2 Maret 2022/15.00 wib - mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Salimah

- mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan


menurunkan hipertensi

- menjelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

Universitas Faletehan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lahan Praktik

1. Visi Misi Desa Barengkok Kecamatan Kibin Serang Banten


Visi : mewujudkan desa barengkok yang tertib, sejahtera, maju aman dan
beriman

Misi :
a. Bersama masyarakat memperkuat kelembagaan desa yang ada sehingga
dapat melayani masyarakat secara optimal.
b. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa menyelenggarakan
pemerintahan dan melaksanakan pembangunan yang partisipatif.
c. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa dalam mewujudkan desa
barengkok yang aman, tentram dan damai.
d. Bersama masyarakat dan kelembagaan desa memberdayakan masyarakat
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
e. Meningkatkan infrastruktur desa melalui peningkatan prasarana jalan,
energy listrik, penglolaan sumber daya air.
f. Menanggulangi ke miskinan melalui pemberdayaan ekonimi kerakyatan
dan perekonomian pedesaan.
g. Menyusun regulasi desa dan menata dokumen- dokumen yang menjadi
kewajiban desa sebagai paying hokum pembangunan desa.

2. Gambaran wilayah desa


Kampung kedung laban terletak di Desa Barengkok Kecamatan Kibin
Kabupaten Serang, Provinsi Banten, kedung laban memiliki 1 RT, 118 kepala
keluarga dengan jumlah 373 jiwa penduduk yang terdiri dari 192 laki- laki
dan 181 perempuan.
50
Universitas Faletehan
3. Upaya Pelayanan dan Penanganan yang dilakukan di Desa
Berdasarkan permasalahan tersebut pihak desa selalu bekerjasama dengan
puskesmas untuk selalu memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi
masyarakat. Salah satunya selalu melakukan kegiatan pendidikan kesehatan
dimana para kader selalu berusaha memberikan informasi mengenai
kesehatan.

B. Analisis Masalah Keperawatan dan Kesehatan Dengan Konsep Terkait

Keperawatan Kesehatan dan Konsep Kasus Terkait

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan kepada lansia Ny. S 87 tahun dengan
pekerjaan ibu rumah tangga yang beralamat di komp. Kedung Laban, tinggal
bersama anak dan cucunya dengan tipe keluarga besar yaitu terdiri dari keluarga
inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 1 maret 2022 kepada Ny.S
yaitu dengan wawancara langsung didapatkan data pengkajian yang mana Ny.S
mengeluhkan pusing dan merasa berat pada bagian pundak (Nyeri) sejak pagi
karena kurang tidur. Klien sudah mengetahui penyakitnya saat ini tetapi klien
masih meragukan jika ia mengalami hipertensi.

Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara teoritis dan tinjauan kasus
yang didapatkan. Secara teoritis pada pasien dengan hipertensi akan merasakan
sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat dipundak, sukar
tidur, mata berkunang dan pusing (Manuntung, 2018). Sedangkan pada kasus
dan teori ditemukan kesamaan keluhan atau tanda dan gejala yang didapatkan
yaitu seperti kepala terasa sakit, pundak terasa berat, pusing, mata berkunang
dan sulit untuk tidur.

Berdasarkan teori faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat dikontrol dan

51
Universitas Faletehan
52

tidak dapat dikontrol menurut (Sari, 2017) yang terjadi Ny.S mengkonsumsi
garam berlebihan dengan kemungkinan menghidap hipertensi. Garam
merupakan hal yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh
asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma
atau cairan tubuh dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan
ekresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi keadaan
sistem hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada hipertensi primer
(esensial) mekanisme tersebut terganggu, disamping kemungkinan ada faktor
lain yang berpengaruh dan keturunan (genetik).

Jika seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat genetik hipetensi primer
dan tidak melakukan penanganan atau pengobatan maka ada kemungkinan
lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam waktu
singkat tiga puluhan tahun akan mulai muncul tanda dan gejala hipertensi
dengan berbagai komplikasinya.

C. Analisis Salah Satu Intrervensi Dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Berdasarkan hasil analisa dari pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. S
didapatkan masalah keperawatan yaitu gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan gejala hipertensi (nyeri) dan kesiapan peningkatan pengetahuan. Hal ini
di sesuaikan dengan hasil pengkajian yang di dapatkan saat melakukan pengkaj
ian.

Intervensi yang diberikan kepada Ny. S berdasarkan perioritas masalah yang


telah dipecahkan yaitu tentang gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
gejala hipertensi (nyeri) yang lebih ditekankan kepada intervensi pemberian
terapi non farmakologi yaitu terapi komplementer: kompres tengkuk leher
dengan air hangat yang bertujuan untuk mengurangi nyeri kepala dan pundak
terasa berat agar Ny. S merasa nyaman.

Universitas Faletehan
53

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fadillah (2019) menunjukkan


bahwa terdapat pengaruh yang signifikan skala nyeri pada leher sebelum dan
sesudah di berikan kompres hangat sebanyak 75% mengalami nyeri ringan
setelah diberikan kompres hangat dan terdapat perbedaan yang signifikan skala
nyeri pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol p= 0,0000. Dan juga
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristina Sitorus, Afeus
Halawa, Tiurma Siringoringo, Arfah may Syara (2021), menunjukan bahwa ada
pengaruh skala nyeri pada leher pasien hipertensi sebelum dilakukan terapi
kompres hangat, dikatakan nyeri sedang 4 orang responden (28,6%), nyeri berat
10 orang responden (71,4%) dengan standar deviasi 0,469. Skala nyeri pasien
hipertensi sesudah dilakukan terapi kompres hangat, dikatakan sedang 12 orang
responden (85.7%), berat 2 orang responden (14.3%) dengan standar deviasi
0.426. Pasien hipertensi yang mengalami nyeri leher berat mengalami
penurunan, sebelum diberikan perlakuan sebanyak 10 orang, setelah diberikan
perlakuan sebanyak 2 orang. Penerapan untuk kompres hangat pada pasien
hipertensi terus dilakukan untuk terapi non farmakologi yang dapat dilakukan
oleh masyarakat di rumah.

Intervensi yang diberikan kepada Ny. S yaitu dengan pemberian terapi kompres
air hangat dengan air hangat untuk mengurangi gangguan rasa nyaman yang di
sebabkan oleh tanda dan gejala hipertensi seperti nyeri kepala dan pundak terasa
berat, dilakukan ketika gejala hipertensi muncul kurang lebih 20-25 menit
sampai sudah dirasa nyaman.

Dari intervensi yang diberikan didapatkan Ny. S merasa nyaman setelah di


lakukan terapi kompres air hangat. sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi
kompres air hangat dapat diberikan sebagai intervensi mandiri keperawatan.

D. Alternatif Pemecahan Masalah Yang Dapat Dilakukan

Alternatif pemecahan atau rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan untuk

Universitas Faletehan
54

meningkatkan rasa nyaman pada lansia ketika tanda dan gejala hipertensi
muncul adalah dengan merutinitaskan kompres air hangat saat gejala nyeri
kepala, pundak terasa berat, dan susah tidur muncul. Dan sebaiknya saat akan
melakukan terapi kompres air hangat di bantu oleh salah satu anggota
keluarganya.

Universitas Faletehan
55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengkajian pada tanggal 1 maret 2022 di dapatkan databahwa Ny. S
sudah mengalami hipertensi selama satu tahun belakangan ini, Ny. S mengeluh
pusing dan merasa berat pada bagian pu ndak (nyeri) sejak pagi karena kurang
tidur juga, dan Ny. S masih meragukan jika ia mengalami hipertensi.

Diagnosis yang didapatkan pada Ny. S yaitu Gangguan rasa nyaman (nyeri) dan
Defisit pengetahuan (penyakit hipertensi).

Intervensi yang diberikan kepada pasien dengan diagnosis Gangguan rasa


nyaman (nyeri) dan Defisit pengetahuan yaitu pendidikan kesehatan tentang
hipertensi (pengertian, tanda dan gejala, pencegahan, penyebab, komplikasi) dan
melakukan sekaligus mencontohkan bagaimana terapi kompres dengan
menggunakan air hangat pada bagian tengkuk leher, anjurkan mengontrol diet
Ny. S anjurkan menghindari pikiran yang menyebabkan stress, anjurkan
menghindari kebisingan dan anjurkan banyak istirahat serta juga anjurkan
mengontrol tekanan darah secara rutin ke pelayanan kesehatan.

Implentasi yang dilakukan kepada Ny. S yaitu memberikan pendidikan


kesehatan tentang hipertensi, mendemonsrtasikan terapi kompres dengan
menggunakan air hangat dibagian tengkuk leher , menganjurkan mengontrol diet
pada Ny. S, menganjurkan mengurangi pikiran penyebab stress, menganjurkan
keluarga untuk rutin mengontrol tekanan darah ke palayanan kesehatan.

Evaluasi yang didapatkan setelah implementasi kepada Ny. S yaitu terjadinya

Universitas Faletehan
penurunan gangguan rasa nyaman yang di sebabkan nyeri karena hipertensi,
pasien merasa nyaman setelah dilakukan tindakan terapi kompres air hangat
pada tengkuk leher pasien. Sebelumnya pasien mengeluh pusing dan bagian
pundak terasa nyeri dan pegal sejak pagi, namun setelah dilakukan terapi
kompres air hangat pada bagian tengkuk belakang leher pasien merasa nyaman.

B. Saran

1) Pelayanan Kesehatan

Saran untuk Pelayanan kesehatan khusunya desa Barengkok dapat


mengoptimalkan intervensi promosi kesehatan Khusunya hipertensi untuk
pemeliharaan kesehatan serta program penurunan angka kejadian hipertensi
pada lansia disana. Dan dapat menerapkan terapi kompres dengan air hangat
pada tengkuk leher bagian belakang untuk menurunkan gangguan rasa
nyaman (nyeri) yang disebabkan oleh hipertensi.

2) Keluarga

Saran untuk keluarga adalah diharapkan keluarga dapat meningkatkan akses


informasi tentang hipertensi dan meningkatkan peran keluarga dalam
meningkatkan kesehatan khusunya dalam penanganan hipertensi pada lansia.

3) Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada pihak instansi pendidikan dapat mengembangkan kenbali


terapi kompres dengan air hangat untuk mengetasi gangguan rasa nyaman
(nyeri) pada hipertensi.

4) Pendidikan

kesehatan, aktivitas kelompok, pemberdayaan, dan strategilintas sektor. Tidak


hanya dalam kunjungan keluarga, intervensi juga dapat dilakukan dalam

55
Universitas Faletehan
56

komunitas melalui penyuluhan di posyandu lansia dengan menggunakan


leaflet. Serta dapat menerapkan pengobatan hipertensi secara nonfarmakologi
dengan terapi kompres dengan air hangat, Sehinggga masyarakat yang dapat
merasakan manfaat pengobatan secara nonfarmakologis tersebut.

56
Universitas Faletehan
57

DAFTAR ISI

Callahan & Barton, Schumaker. (1997). Seri Skema Diagnosis dan


PenatalaksanaangawatDarurat Medis. Jakarta : Binarupa Aksara

Carpenito Lynda Juall. (2000). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek


Klinik. Jakarta : EGC

Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little


Brownand Company. Boston

Doenges Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaandan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Evelyn C.pearce. (1999). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Gallo, J.J. (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.
Jakarta : EGC

Guyton and Hall. (1997). Buku Ajar : Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Hudak and Gallo. (1996). Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Gramedia

Purwadianto, Agus. (2000). Kedaruratan Medik : Pedoman Penatalaksanaan


Praktis. Jakarta : Binarupa Aksara

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1Cetakan 3 (Revisi). Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Cetakan II.Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia
Cetakan II.Jakarta : DPP PPNI

ACC/AHA. (2020). 2020 ISH Global Hypertension Practice Guidelines 6. May.

Bandiyah, S. (2015). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik (2nd ed.). Yogyakarta:
Nuha Medika.

BPS. (2021). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2021.

57
Universitas Faletehan
58

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (1st ed.). Yogyakarta: CV Budi
Utama.

Fadlilah, S. (2019). Pengaruh kompres hangat terhadap nyeri leher pada penderita
hipertensi esensial di wilayah Puskesmas Depok I , Sleman Yogyakarta P a g e | 23
esensial di wilayah Puskesmas Depok I , Sleman Yogyakarta The effect of warm
compresses on neck pain in patients. Caring : Jurnal Keperawatan, June.
https://doi.org/10.29238/caring.v8i1.364

Jacob, A., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures.
Tangerang: Binarupa Aksara.

Kasiati, & Rosmalawati, W. D. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia 1 (1st ed.). Jakarta
Selatan : Kemenkes RI Pusdik SDM Kesehatan.

Kemenkes RI. (2017). Analisis Lansia di Indonesia. 2017.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
44(8). https://doi.org/https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201

Kementerian Kesehatan RI. (2019). HIPERTENSI Si Pembunuh Senyap.

Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan : Kemenkes RI Pusdik


SDM Kesehatan.

Kozier, Erb, Berman, & Snyder, &. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, & Praktik (N. B. S. Dwi Widiarti, Anastasia Onny Tampubolon
(ed.); 7 Volume 2). EGC.

LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah (volume 3). Alih Bahasa: Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.

Loscalzo, J. (2016). Kardiologi dan pembuluh Darah (2nd ed.). EGC.

Potter, & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. (7th
ed.). Jakarta: EGC.

Price, S. A. & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses


penyakit (Edisi 6). diterjemahkan oleh Pendit, B. U., Hartanto, H., Wulansari, P.,
mahanani, D. A. Jakarta: EGC.

Primahadi, O. (2017). Promosi Kesehatan Jadi Pilar Utama Pembangunan Kesehatan.

Smeltzer, S. C., Hinkle, J. L., Bare, B. G., & Cheever, K. H. (2010). Text Book Of
Medical-Surgical Nursing (12th ed.). China: Lippincott Williams & Wilkins.

58
Universitas Faletehan
59

UUD. (1998). undang-Undang Republik Indonsi.

WHO. (2019). Hypertension. https://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/hypertension.

FORMAT KARYA ILMIAH AKHIR NERS


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama : SALIMAH
NIM : 5021031091
Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. S Dengan Terapi Kompres Air
Hangat Pada Leher Untuk Mengurangi Nyeri Kepala Pada Penderita
Hipertensi
Pembimbing : Ns. Delly Arfa Syukrowardi, S.Kep.,MNS
No Tanggal Kegiatan Paraf
Bimbingan Pembimbing

59
Universitas Faletehan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

FOTO
2X3

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Salimah

Tempat, tanggal lahir : Serang, 02 Agustus 1999

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum Menikah

Golongan darah :-

Alamat : Kp. Maja RT/RW 002/004, Des. Kibin, Kec.


Kibin, Kab. Serang Banten.

60
Universitas Faletehan
No. HP : 085316835121

E-mail : salimah9982@gmail.com

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN ……… : tahun ….. - …..


2. SLTPN …… : tahun ….. - …..
3. SMUN ……. : tahun ….. - …..
4. Universitas Faletehan : tahun ….. - …..

III. RIWAYAT PEKERJAAN

1. …………………………….....................................................................................
.........
2. …………………………….....................................................................................
.........

61
Universitas Faletehan
62
Universitas Faletehan

Anda mungkin juga menyukai