Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI DUKUH TITANG DAN PUNDUNG DESA TOWANGSAN


KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATWN KLATEN
PERIODE 16 SEPTEMBER – 14 NOVEMBER 2019

Disusun Oleh :
Aditya Anthony, S.Kep (PB 1801002)
Bayu Dewantoro, S.Kep (PB 1801004)
Dwi Sriyono, S.Kep (PB 1801010)
Gilang Setya Anggara , S.Kep (PB 1801014)
Ita Tri Purnamawati , S.Kep (PB 1801019)
Kasih Nursanti, S.Kep (PB 1801020)
Mahmudi, S.Kep (PB 1801021)
Mufti Nurdiyanto, S.Kep (PB 1801023)
Nunuk Kartikasari , S.Kep (PB 1801027)
Ridha Wahyu, S.Kep (PB 1801028)
Sena, S.Kep (PB 1801030)
Slamet Widada, S.Kep (PB 1801032)
Sudarto, S. Kep (PB 1801036)
Sulastriningsih, S. Kep (PB 1801037)

PROGRAM PROFESI NERS ALIH JALUR


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANMUHAMMADIYAH
KLATEN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


DI DUKUH TITANG DAN PUNDUNG DESA TOWANGSAN
KECAMATAN GANTIWARNO KABUPATWN KLATEN
PERIODE 16 SEPTEMBER – 14 NOVEMBER 2019

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Praktik


Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas

Klaten, November 2019

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Endang Sawitri, S.Kep., Ns, M.Kep Wartini, S.Kep., Ns


NPP. 129. 113 NIP.

Mengetahui,
Ketua Stikes Muhammadiyah Klaten

Sri Sat Titi Hamranani, S.Kep., Ns. M.Kep


NPP. 129 105
ABSTRAK

Keperawatan komunitas adalah suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan


perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif
masyarakat serta mengutamakan promotive, preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitative. Dengan adanya keperawatan komunitas STIKES MUHAMMADIYAH
KLATEN diharapkan bisa meningkatkan taraf kesehatan masyarakta Dukuh Titang dan
Pundung. Jumlah Penduduk di Dukuh Titang dan Pundung pada tahun 2018 sebanyak 543
jiwa. Jumlah KK yang terdapat di Dukuh TIitang dan Pundung 128 KK. Jumlah penduduk di
dukuh Titang dan Pundung diantaranya balita: 27, Anak-anak: 48, Remaja: 106, Dewasa:
163, Lansia: 135, Manula: 64. Mayoritas usia Dewasa yaitu sebanyak 163 jiwa. Mayoritas
penduduknya beragama islam dengan persentase 80%. Sebagian besar tingkat pendidikan
adalah adalah SMA sebanyak 43, 8 % dan mayoritas pekerjaan responden adalah buruh
dengan persentase 19, 54%.
Strategi: pengkajian menggunakan cara observasi, wawancara dan penyebaran
kuisioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka dilakukan dua kali
pengkajian yaitu pre dan post intervensi.
Diagnosa pertama: Ketidakefektifan managemen kesehatan pada kelompok lansia:
Hipertensi. Rencana: Deteksi dini PTM pada lansia, penyuluhan tentang Hipertensi, Diabetes
Mellitus dan GERMAS, dan mengadakan senam lansia. Implementasi: Telah dilakukan di
Dukuh Titang dan Pundung.
Diagnosa Kedua: Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada remaja. Rencana:
Pembentukan Posyandu Remaja meliputi sosialisasi posyandu remaja, Pencarian calon kader,
pelatihan kader Posyandu Remaja, Simulasi Posyandu Remaja, Loncing Posyandu Remaja.
Penyuluhan tentang Bahaya Merokok dan Kesehatan Reproduksi. Implementasi: Telah
dilakukan di Dukuh Titang dan Pundung.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga
selesailah laporan yang berjudul “Laporan Keperawatan Komunitas di Dukuh Titang dan
Pundung Desa Towangsan Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten Periode 16 September
– 14 November 2019”. Adapun laporan ini disusun dan di buat untuk memenuhi tugas di
stase Komunitas Program Pendidikan Profesi Ners.
Keberhasilan ini Tentunya tidak terlepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung ikut terlibat membantu menyelesaikannya. Oleh
karena itu melalui kesempatan ini, pantas kiranya penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Andi Markoco selaku Kepala Puskesmas Gantiwarno
2. Bapak Sigit Isrutiyanto, S. Sn selaku Kepala Desa Towangsan Gantiwarno Klaten
3. Ibu Endang Sawitri, S.Kep., Ns. M.Kep selaku pembimbing I stase Komunitas
4. Bapak Cahyo Promono, S.Kep. M.Kep selaku pembimbing II stase Komunitas
5. Keluarga besar warga Dukuh Titang dan Pundung atas kerjasama dan partisipasinya dalam
program-program kami.
6. Anggota kelompok yang selalu menjaga kekompakan dalam menjalankan praktik
Komunitas
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, semoga jadi amal kelak di akherat Aamiin.
Dengan tersusunnya laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
penulis maupun pembaca yang tertarik dengan ilmu kesehatan. Penulis menyadari, bahwa
laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan
serta kelemahan didalamnya. Untuk itu kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan ini
sangat penulis harapkan.
Namun demikian, penulis senantiasa berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi ilmu pengetahua, khususnya ilmu kesehatan serta dapat dipergunakan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan.
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Klaten, November 2019


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) merupakan salah satu kegiatan
pokok Puskesmas yang sudah ada sejak konsep Puskesmas diperkenalkan. Perkesmas
pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan
antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada
seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi. Bila di wilayah kerja
Puskesmas terdapat masalah kesehatan yang spesifik dan memerlukan asuhan
keperawatan secara terprogram maka Perkesmas dapat dilaksanakan sebagai upaya secara
terprogram, maka Perkesmas dapat dilaksanakan sebagai upaya kesehatan
pengembangan. Upaya Perkesmas, dimulai dengan melakukan pengkajian terhadap
masyarakat yang mempunyai masalah spesifik (misalnya tingginya Angka Kematian
Bayi, Angka Kematian Ibu, penderita TB Paru, DBD, Malaria, dll) untuk dapat
dirumuskan masalah keperawatannya dan penyebabnya, sehingga dapat direncanakan
intervensi yang akan dilakukan baik terhadap masyarakat, kelompok khusus, keluarga
maupun individu di daerah tersebut (Kementrian Kesehatan, 2006).
Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
merupakan tujuan dari keperawatan komunitas. Keperawatan komunitas ditujukan untuk
mempertahankan dan meningkatkn kesehatan serta memberikan bantuan melalui
intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah keperawatan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Keperawatan komunitas lebih menekankan
kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap gangguan kesehatan
dengan tidak melupakan upaya-upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi yang
sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan pasca sakit.
Badan Kesehatan Dunia memperkirakan jumlah hipertensi akan terus meningkat
seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan
sekitar 29% atau sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia mengalami hipertensi (WHO,
2013).
World Health Organization menyatakan bahwa dari lima puluh persen penderita
hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang
diobati dengan baik. Diperkirakan pada tahun 2025 kasus hipertensi terutama di negara
berkembang akan mengalami peningkatan sekitar 80% dari 639 juta kasus di tahun 2000,
menjadi 1,15 milyar kasus (WHO, 2013). Menurut penelitian yang dilakukan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013 prevalensi penderita hipertensi di
Indonesia sebanyak 25,8%. Kementrian kesehatan (2013) juga menyatakan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia dari 7,6% tahun 2007. Jika saat ini
penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang
menderita hipertensi.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 melaporkan bahwa prevalensi
hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia cukup tinggi yaitu
mencapai 31,7% dimana penduduk yang mengetahui dirinya menderita hipertensi hanya
7,2% dan yang minum obat anti hipertensi hanya 0,4%. Hipertensi merupakan penyakit
kronis yang semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang
termasuk Indonesia. Hipertensi di Indonesia merupakan penyakit dengan prevalensi
tertinggi dan sebagai penyebab utama kematian pada pasien. Banyak pasien yang tidak
mengetahui mengalami hipertensi sehingga tidak ditangani dengan baik.Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan sebagian besar kasus hipertensi
belum terdiagnosis (Dimyanti, 2012). Hal ini terlihat dari hasil pengukuran yaitu hanya
7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang
patuh minum obat hipertensi sehingga 76% dari masyarakat belum mengetahui
mengalami hipertensi (Depkes, 2012).
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 2012 cukup tinggi yaitu 83 peranggota Sehubungan dengan tingginya
prevalensi hipertensi di Indonesia, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian
serius, antara lain: penemuan kasus secara aktif oleh semua petugas kesehatan,
intensifikasi dan ekstensifikasi upaya penyuluhan tentang tanda atau gejala hipertensi dan
berbagai komplikasi hipertensi kepada masyarakat luas, peningkatan mutu dan
pemerataan pelayanan kesehatan sampai ke tingkat pedesaan, peningkatan pengetahuan,
sikap dan praktik tentang tujuan penanganan hipertensi di kalangan tenaga kesehatan
peningkatan kerja sama dan sistem rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan
kesehatan (Boedhi, 2010). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, jumlah kasus
penyakit hipertensi dalam tiga tahun terakhir yaitu mulai pada tahun 2012 sebanyak
71.678 penderita, kemudian pada tahun 2013 jumlah kasus hipertensi mengalami
peningkatan yaitu sebanyak 74.577, namun pada tahun 2014 mengalami peningkatan
menjadi 86.139 kasus dari 30 puskesmas yang ada di Kabupaten Klaten (Dinkes, 2014).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius. Hipertensi juga merupakan
faktor risiko berbagai penyakit lain, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, maupun stroke.
Hipertensi yang tidak dirawat dapat menyebabkan pengaruh negatif pada fungsi kognitif
yang memberikan masalah dalam belajar, ingatan, pemusatan perhatian, dan ketrampilan
kognitif lain. Masalah ini terutama terlihat pada penderita hipertensi berusia muda.Selain
itu, mereka yang mudah stress dan memiliki emosi negatif yang memiliki kemampuan
pemulihan rendah terlihat lebih banyak yang menderita hipertensi (Hasan, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Gantiwarno, penderita
hipertensi yang memeriksakan di Puskesmas dari bulan Januari 2015 sampai bulan
September 2015 adalah sebesar 2.438 kejadian. Angka tersebut meningkat dari hasil
penderita tahun 2014 yang berjumlah 1.440 kasus. Sedangkan angka kesakitan balita
tahun 2014 dikarenakan demam 41 kasus, batuk 34 kasus, diare 19 kasus, ispa 30 kasus.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
menurut HL Blum adalah faktor perilaku. Dengan mewujudkan perilaku sehat,
diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan suatu penyakit dan angka kematian dan
anak akibat terlambatnya/ kurangnya kesadaran dalam mengunjungi sarana pelayanan
kesehatan (Profil Kesehatan Kabupaten Klaten, 2013). Dalam upaya meningkatkan
kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes berupaya meningkatkan
persentase rumah tangga ber-PHBS. PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. Pada tahun 2013, persentase rumah tangga yang ber-PHBS tertinggi di
provinsi Kalimantan Timur sebesar 75,26% diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah sebesar
75,14% (Kemenkes RI, 2013).
Selanjutnya, derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan
kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, lingkungan sosial, keturunan dan
faktor lainnya. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator
yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut tercermin dalam kondisi angka
kematian, angka kesakitan dan status gizi.
Berdasarkan hasil survey tanggal 1 sampai 4 Oktober 2019 didapatkan Data yang
diperoleh dari angket PIS-PK menunjukkan 33, 33% warga yang mengalami hipertensi
melakukan pengobatan secara teratur, sedangkan 66, 67% warga yang terkena hipertensi
tidak berobat secara teratur. Data yang diperoleh dari angket PIS-PK menunjukkan 53, 10
% tidak ada anggota keluarga yang merokok dan 46, 90 ada angota keluarga yang
merokok
Menurut hasil wawancara dengan kader dan warga setempat, bahwa sebagian
warga mengerti cara mencegah dan menanggulangi hipertensi. Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya warga sering kali mengindahkan hal tersebut.
Dari hasil pengkajian Co. Ners STIKES Muhammadiyah Klaten diTalang, Bayat
Klaten didapatkan masalah keperawatan komunitas sebagai berikut:
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko ( 00188)
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan (00078)
Keperawatan komunitas memprioritaskan juga pada upaya untuk meningkatkan
kesehatan (promotif dan preventif) dengan tidak mengabaikan usaha-usaha kuratif dan
rehabilitative. Hal ini sesuai dengan misi dan visi Departemen Kesehatan yaitu
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Keperawatan komunitas juga berguna untuk
meningkatkan dan membawa masyarakat untuk mengantisipasi masalah kesehatannya
sendiri, menggali potensi dan menggunakan sumber daya manusia yang ada di
masyarakat.Dengan adanya praktek keperawatan komunitas ini diharapkan mahasiswa
bersama dengan masyarakat mampu merubah perilaku masyarakat dalam pencegahan
Hipertensi dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat Desa Towangsan khususnya
terkait Penyakit Tidak Menular (PTM) dan membantu program-progtam pemerintah
dalam mewujudkan peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan
masyrakat.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian kebutuhan dan masalah keperawatan komunitas melalui;
identifikasi data, pegumpulan data, analisa data dan pemecahan masalah
keperawatan.
b. Merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang ditemukan.
c. Melaksanakanan rencana tindakan yang meliputi monitoring, health education,
tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
d. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan komunitas sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
e. Melakukan dokumentasi proses keperawatan secara lengkap dan relevan, sehingga
dapat digunakan Puskesmas maupun komunitas.
f. Mampu melakukan tinjauan terhadap program yang ada di Puskesmas untuk
meningkatkan layanan Puskesmas pada masyarakat.

C. Manfaat
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dengan memberikan asuhan keperawatan komunitas ini dapat
meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan untuk menjadi perawat perkesmas yang
lebih profesional.
2. Bagi warga di Desa Towangsan
Diharapkan dengan diberikannya asuhan keperawatan kepada warga desa Towangsan
dapat meningkatkan derajat kesehatan.

D. Strategi Pengorganisasian Kelompok


Beberapa strategi yang dilakukan dalam penerapan asuhan keperawatan
komunitas, diuraikan sebagai berikut :
1. Winshield survey (MMD I)
a. Pendekatan dan penjelasan program kepada pihak berwenang dan yang terkait
diantaranya tokoh masyarakat meliputi seluruh perangkat desa dan Puskesmas.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam Musyawarah Masyarakat Desa I atau MMD I.
b. Orientasi wilayah
Mahasiswa melakukan survey batas-batas wilayah di Desa Towangsan yang
dibantu oleh ketua RW.
2. Pengumpulan data, melalui :
a. Wawancara, observasi, kuisioner atau angket, dan data sekunder sebagai alat
untuk pengumpulan data, untuk mengetahui kesehatan warga Desa Towangsan.
b. Wawancara dengan para tokoh masyarakat dan pencarian data sekunder di
Puskesmas dan pelayanan puskesmas pembantu (PKD) yang ada di Desa
Towangsan.
c. Melakukan MMD I dengan metode Ceramah
3. Melaksanakan Kegiatan MMD II
Pertemuan dengan masyarakat dengan tujuan menganalisa hasil pendataan
untuk menemukan permasalahan kesehatan yang ada serta mencari pemecahan atau
jalan keluar atas masalah-masalah yang ditemukan selama pendataan. Kegiatan ini
dilakukan dengan melibatkan tokoh masyarakat dan pihak Puskesmas untuk
menyamakan persepsi terhadap permasalahan yang ada.Menetapkan prioritas
pemecahan masalah yang ditemukan. Pada MMD II ini diharapakan ada kesepakatan
tentang rencana tindakan yang akan dilakukan.

E. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan: tempat pertemuan, laptop,
LCD, materi, pengeras suara, dan lain-lain 2 hari sebelum waktu pelaksanaan.
b. Teridentifikasinya undangan dan disebarkan 2 hari sebelum waktu pelaksanaan.
c. Didapatkannya permohonan izin penggunaan tempat di kantor kelurahan
Towangsan 3 hari sebelum waktu pelaksanaan
2. Evaluasi proses
a. 20% peserta undangan MMD II aktif selama kegiatan tanya jawab dan diskusi
b. 20% peserta MMD II memberikan masukan dalam upaya pencegahan dan
penanganan masalah kesehatan terhadap kelompok masyarakat usia balita, usia
sekolah, usia remaja, usia dewasa, usia lanjut dan keluarga
c. Didapatkannya masukan dari masyarakat melalui tokoh masyarakat dan kader
kesehatan
3. Evaluasi hasil
a. 20% peserta hadir dalam pertemuan MMD II di Desa Towangsan
b. Masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada berbagai kelompok masyarkat dapat
teridentifikasi
c. 20% peserta mencapai kesepakatan dan komitmen untuk bersama-sama
menanggulangi masalah kesehatan di wilayah Desa Towangsan
d. Rencana kegiatan untuk menangani masalah yang teridentifikasi dapat disusun
dan disepakati.

F. Susunan Panitia
Ketua Panitia : Mahmudi, S.Kep
Wakil : Sena, S.Kep
Sekretaris : Kasih Nursanti, S.Kep
Sulastriningsih, S.Kep
Bendahara : Ita Tri Purnamawati, S.Kep
Nunuk Kartikasari, S.Kep
Sie Acara : Dwi Sriyono, S.Kep
Aditya Anthony, S.Kep
Humas : Ridha Wahyu, S.Kep
Sudarto, S.Kep
Sie Perlengkapan : Bayu Dewantoro R, S.Kep
Slamet Widada, S.Kep
Sie Konsumsi : Mufti Nurdiyanto, S.Kep
Seksi Dokumentasi : Gilang Setya Anggara, S.Kep

G. Tempat dan Waktu


Program MMD II akan dilaksanakan di Balai Desa Towangsan Kecamatan
Gantiwarno Kabupaten Klaten, pada tanggal 25 September 2019 Pukul 14.00 WIB

H. Pelaksanaan
Praktek Keperawatan Komunitas dilaksanakan oleh mahasiswa tingkat Profesi
Ners Stikes Muhammadiyah Klaten, sesuai dengan pokjanya sebagai berikut :
1. Pokja Posbindu Mahmudi, S. Kep
PTM pada lansia Mufti Nurdiyanto, S. Kep
Kasih Nursanti, S. Kep
Bayu Dewantoro, S. Kep
Sena, S. Kep
Slamet Widada, S. Kep
Aditya Anthony, S. Kep

2. Pokja Posyandu : Dwi Sriyono, S. Kep


Remaja Gilang Setya Anggara, S. Kep
Ridha Wahyu, S. Kep
Sudarto, S. Kep
Nunuk Kartikasari, S. Kep
Sulastriningsih, S. Kep
Ita Tri Purnamawati, S. Kep
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PARADIGMA SEHAT
1. Definisi Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan
kesehatan yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi
banyak faktor yang bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih diarahkan
pada peningkatan, pemeliharaan, serta perlindungan kesehatan, tidak hanya pada
upaya penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan.
Paradigma sehat mengubah cara pandang terhadap masalah kesehatan baik
secara makro maupun mikro. Secara makro, berarti bahwa pembangunan semua
sektor harus memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan, minimal memberi
sumbangan dalam pengembangan lingkungan dan perilaku sehat. Secara makro,
berarti bahwa pembangunan kesehatan harus menekankan pada upaya promotif
dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilatif. Lebih dari
itu, paradigma sehat adalah bagian dari pembangunan peradaban dan kemanusiaan
secara keseluruhan. Paradigma sehat adalah perubahan mental dan watak dalam
pembangunan.
Berdasarkan paradigma sehat, dirumuskan visi, misi dan strategi
pembangunan kesehatan. Visi Indonesia Sehat 2010 adalah gambaran masyarakat
Indonesia pada masa yang akan datang, yang penduduknya hidup dalam
lingkungan dan perilku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memilki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Indonesia sehat 2010 ini merupakan visi dan arah pembangunan yang
kita selenggarakan. Misi Pembangunan kesehatan adalah:
a. Menggerakan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan. Artinya,
semua sektor memiliki peran dan pengaruh dalam bidang kesehatan.
Kebijakan pembangunan semua sektor perlu memperhatikan dampaknya di
bidang kesehatan.
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Artinya,
memperdayakan masyarakat melalui berbagai potensi yang ada di
masyarakat. Inilah sebenarnya yang merupakan kunci keberhasilan
pembangunan kesehatan.
c. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata yang
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk yang berada di
daerah terpencil, perbatasan, serta transmigrasi.
d. Meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat termasuk
lingkungannya.
2. Strategi Pembangunan Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan memiliki strategi:
a. Pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan. Semua kebijakan nasional
yang diselenggarakan harus berwawasan kesehatan, setidak-tidaknya harus
memberi kontribusi positif terhadap pengembangan lingkungan dan perilaku
sehat.
b. Profesionalisme. Pelayanan kesehatan yang bermutu perlu didukung dengan
penerapan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
penerapan nilai-nilai agama, moral, dan etika.
c. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). Penataan sistem
pembiayaan kesehatan yang menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat
luas.
d. Desentralisasi. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus didasarkan pada
masalah dan potensi spesifik daerah tertentu, yaitu pengaturannya
disesuaikan dengan rumah tangga masing-masing daerah.
3. Tiga Pilar Indonesia Sehat
Tiga pilar Indonesia sehat, antara lain :
a. Lingkungan sehat, adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup yang sehat,
yakni bebas polusi, tersedia air bersih, lingkungan memadai, perumahan-
pemukiman sehat, perencanaan kawasan sehat, terwujud kehidupan yang
saling tolong-menolong dengan tetap memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
b. Perilaku sehat, yaitu bersikap proaktif memelihara dan meningkatkan
kesehatan (contih: aktifitas fisik, gizi seimbang), mencegah resiko terjadinya
penyakit (contoh: tidak merokok), melindungi diri dari ancaman penyakit
(contoh: memakai helm dan sabuk pengaman, JPKM), berperan aktif dalam
gerakan kesehatan (contoh: aktif di posyandu).
c. Pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata, yang menjangkau
semua lapisan masyarakat tanpa adanya hambatan ekonomi, sesuai dengan
standar dan etika profesi, tanggap terhadap kebutuhan masyarakat, serta
memberi kepuasan kepada pengguna jasa.
4. Indikator Utama Indonesia Sehat
Indikator utama Indonesia sehat, yaitu:
a. Lingkungan sehat: 80% rumah sehat, 90% keluarga menggunakan air bersih,
85% keluarga menggunakan jamban sehat, 80% sekolah sehat, 80%
Kabupaten/kota sehat.
b. Perilaku sehat: 80% penduduk berperilaku sehat (aktivitas fisik, makan
dengan gizi baik, dan tidak merokok); 80% tatanan keluarga sehat.
c. Pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau: Setiap kecamatan
memiliki 1,5 puskesmas; pemanfaatan sarana yankes 80%;
pengunjung/pasien puas akan pelayanan kesehatan; rasio desa terhadap
posyandu adalah 1:5 (minimal salah satunya purnama/mandiri); 100% balita
telah diimunisasi.
d. Derajat kesehatan: Angka harapan hidup 67,9 tahun, angka kematian bayi 35
per 1000 kelahiran hidup, angka kematian ibu 125 per 100.000 kelahiran,
angka kematian kasar 7,5 per 1000 penduduk.

B. PERKESMAS
Keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) merupakan salah satu kegiatan
pokok Puskesmas yang sudah ada sejak konsep Puskesmas diperkenalkan. Perkesmas
pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan
antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada
seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi. Bila di wilayah
kerja Puskesmas terdapat masalah kesehatan yang spesifik dan memerlukan asuhan
keperawatan secara terprogram, maka Puskesmas dapat dapat dilaksanakan sebagai
upaya kesehatan pengembangan. Upaya Perkesmas, dimulai dengan melakukan
pengkajian terhadap masyarakat yang mempunyai masalah spesifik (misalnya
tingginya Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu, Penderita TB paru, DBD,
malaria, dll) untuk dapat dirumuskan masalah keperawatannya dan penyebabnya,
sehingga dapat direncanakan intervensi yang akan dilakukan baik terhadap
masyarakat, kelompok khusus, keluarga maupun individu di daerah tersebut
(Kementerian Kesehatan, 2006).
Tahun 2010 menunjukan sebagian besar kasus hipertensi belum terdiagnosis
(Dimyati, 2012). Badan Kesehatan Dunia memperkirakan jumlah hipertensi akan
terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025
mendatang, diproyeksikan sekitar 29% atau sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia
mengalami hipertensi (WHO, 213).
World Health Organization menyatakan bahwa dari lima puluh persen penderita
hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5%
yang diobati dengan baik. Diperkirakan pada tahun 2025 kasus hipertensi terutama di
negara berkembang akan mengalami peningkatan sekitar 80% dari 639 juta kasus di
tahun 2000, menjadi 1,15 milyar kasus (WHO, 2013). Menurut penelitian yang
dilakukan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013 prevalensi
penderita hipertensi hipertensi di Indonesia sebanyak 25,8%. Kementerian kesehatan
(2013) juga menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia
dari 7,6% tahun 2007. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa
maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kronis yang semakin meningkat baik di
negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi di Indonesia
merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi dan sebagai penyebab utama
kematian pada pasien. Banyak pasien yang tidak mengetahui mengalami hipertensi
sehingga tidak ditangani dengan baik. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2012 cukup tinggi yaitu 83 per anggota.
Sehubungan dengan tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia, ada beberapa hal
yang perlu mendapatkan perhatian serius, antara lain: penemuan kasus secara aktif
oleh semua petugas kesehatan, intensifikasi dan ekstensifikasi upaya penyuluhan
tentang tanda dan atau gejala hipertensi dan berbagai komplikasi hipertensi kepada
masyarakat luas, peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan sampai ke
tingkat pedesaan, peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik tentang tujuan
penanganan hipertensi di kalangan tenaga kesehatan peningkatan kerja sama dan
sistem rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan (Boedhi, 2010).
Dat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, jumlah kasus penyakit Hipertensi dalam
tiga tahun terahir yaitu mulai tahun 2012 sebanyak 71.678 penderita, kemudian pada
tahun 2013 jumlah kasus hipertensi mengalami peningkatan yaitu sebanyak 74.577,
namun pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 86.139 kasus dari 30
Puskesmas yang ada di Kabupaten Klaten (Dinkes Klaten, 2014).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius. Hipertensi juga
merupakan faktor risiko berbagai penyakit lain, seperti penyakit jantung, gagal ginjal,
maupun stroke. Hipertensi yang tidak dirawat dapat menyebabkan pengaruh negatif
pada fungsi kognitif yang memberikan masalah dalam belajar, ingatan, pemusatan
perhatian, dan keterampilan kognitif lain. Masalah ini terutama terlihat pada penderita
hipertensi berusia muda. Selain itu, mereka yang mudah stress dan memiliki emosi
negatif yang memiliki kemampuan pemulihan rendah terlihat lebih banyak menderita
hipertensi (Hasan, 2008).
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
menurut HL Blum adalah faktor perilaku. Dengan mewujudkan perilaku sehat,
diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan suatu penyakit dan angka kematian
dan anak akibat terlambatnya/ kurangnya kesadaran dalam mengunjungi saran
pelayanan kesehatan (Profil Kesehatan Kabupaten Klaten, 2013). Dalam upaya
meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes
berupaya meningkatkan presentase rumah tangga ber PHBS. PHBS di rumah tangga
adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan
mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. Pada tahun 2013, presentase rumah tangga yang
ber-PHBS tertinggi di provinsi Kalimantan Timur sebesar 75,26% diikuti oleh
Provinsi Jawa Tengah sebesar 75,14% (Kemenkes RI, 2013).
Selanjutnya derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan
kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktora ekonomi, lingkungan sosial, keturunan
dan faktor lainnya. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa
indicator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut tercermin dalam kondisi
kematian, angka kesakitan dan status gizi.

C. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Definisi Komunitas
Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih
sering dibandingkan dengan manusia lain yang berbeda diluarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk
menunjang kehidupan sehari-hari (R. Fallen & R Budi, 2011).
Komunitas merupakan unit sosial yang karakteristiknya dapat disamakan
dengankarakteristik keluarga dan individu.Mereka berada dalam system atau
lingkungan sosial yang besar.Interaksi muncul antar anggota komunitas, antar
anggota dengan lingkungan.Hal tersebut memiliki hubungan dengan managemen
komunitas.Komunitas diatur oleh aturan baik formal atau tidak dan hukum yang
memiliki dasar yang berbeda tergantung dengan sifat komunitas.Komunitas diatur
dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan anggota mereka (Anderson, 2007).
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan menekankan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencpaian drajat masyarakat yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan, juga melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley &
Mubarak, 2009).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).

2. Tujuan Keperawatan Komunitas


Tujuan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung
(Direction)terhadap individu, keluarga dan kelompok di dalam konteks
komunitas.
Tujuan keperawatan komunitas menurut Mubarak dan Chayatin (2009),
untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melelui upaya-upaya
sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Healt General
Comunity) dengan mempertimbangkan permasalahan atau issu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami.
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut.
c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan.
d. Menaggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi.
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri.

3. Pardigma keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok,
yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins,
1987).Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi
individu, keluarga dan masyarakat.
1. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual.Peran perawat pada individu
sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan
menuju kemnadirian pasien atau klien.
2. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama, didalam lingkungannya sendiri atau
masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi
dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman
dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus
pelayanan keperawatan yaitu :
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam
kelompoknya sendiri
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit
yang diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga tersebut
3. Masyarakat sebagai klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat
istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas
yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan
komunitas didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan
fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah
kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada
empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan.Lingkungan terdiri dari lingkungan
fisik dan lingkungan sosial.Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang
berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim dan
perumahan.Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit
kulit akibat kesulitan air bersih.Keturunan merupakan faktor yang telah ada
pada diri manusia yang dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit
asma.Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan saling menunjang satu
dengan yang lainnya dalam menentukan derajat kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga
dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses
keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial
dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan
masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status manusia.Lingkungan
disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya dan lingkungan
spiritual.

4. Sasaran Keperawatan Komunitas


Sasaran keperawatan komunitas menurut Depkes (2006), adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok baik sehat maupun sakit,
khususnya bagi mereka yang resiko tinggi mengalami masalah kesehatan dalam
masyarakat yaitu sebagai berikut:
a. Individu
Sasaran prioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi,
usia lanjut, penderita penyakit menular (TB paru, kusta, malaria, demam
berdarah, diare, dan ispa atau pneumonia), dan penderita penyakit tidak
menular.
b. Keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau resiko tinggi (high risk group) dengan
prioritas sebagai berikut:
1) Keluarga miskin yang belum pernah kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu
sehat.
2) Keluarga miskin yang sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
serta mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, dan penyakit menular.
3) Keluarga yang tidak termasuk miskin dan mempunyai masalah kesehatan
prioritas serta belum memanfaatkan sarana peleyanan kesehatan.
c. Kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat yang khusus rentan terhadap
timbulnya masalah kesehatan baik yang terkait maupun tidak terkait dalam
suatu institusi.
1) Kelompok masyarakat khusus yang tidak terikat dalam suatu institusi
seperti posyandu, kelompok balita, ibu hamil usia lanjut, penderita
penyakit tertentu.
2) Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi seperti sekolah,
pesantren, panti asuhan, panti wreda, rutan, dan lapas.
d. Masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai resiko
tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan seperti berikut:
1) Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, kelurahan, desa) yang mempunyai
a) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah
lain.
c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain.
2) Masyarakat didaerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam
berdarah, dan lainnya).
a) Masyarakat dilokasi atau barak pengungsian akibat bencana atau akibat
lainnya.
b) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografis sulit anta lain daerah
terpencil dan perbatasan.
c) Masyarakat didaerah pemukiman baru dengan transportasi sulit seperti
deerah transmigrasi.

5. Strategi Keperawatan Komunitas


a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain dari faktor pendidikan/
pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan yang dilakukan
petugas kesehatan, dan sebagainya. begitu juga dengan masalah kesehatan
sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka
temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangananatau
pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa
penanganan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi
memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pendekatan
pemecahan masalah kesehatan menggunakan proses kelompok.
b. Pendidikan kesehatan (health promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/teori dari
seorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesedaran dari dalam diri individu,
kelompok atau masyarakat sendiri.tujuan utama pendidikan masyarakat adalah
agar seseorang mampu:
1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
2) Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan
sumber daya yang ada pada mereka dan ditambah dengan dukungan dari
luar.
3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan taraf
hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan kesehatan di semua program kesehatan baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan
maupun program kesehatan lainnya. Tujuan ini dapat diperinci sebagai
berikut:
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.
2) Mendorong individu agar mampu, baik secara mandiri atau kelompok,
mengadakan kegiatan utuk mencapai tujuan hidup sehat.
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat srana pelayanan
kesehatan yang ada.
c. Kerja sama (partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan
dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas, melalui upaya
ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.

6. Prinsip Keperawatan Komunitas


Di mana Langkah-langkah proses keperawatan, antara lain:
a. Pengkajian
b. Diagnosis keperawatan
c. Perencanaan keperawatan
Penyusunan rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi
masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.

d. Pelaksanaan
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah: I2RMU
1) Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi dan berdasarkan pada iman da taqwa.
2) Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan azas kemitraan.
3) Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana
program yang telah disusun.
4) Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam pelaksanaan asuhan keperawatan serta kompenten.
5) Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai.

7. Peran Perawat Komunitas


Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap
orang lain dalam hal ini perawat untuk memberikan asuhan keperawatan,
melakukan pembelaan pada klien, sebagai pendidik tenaga perawat dan
masyarakat, koordinator dalam pelayanan pasien, kolabolator dalam membina
kerjasama dengan profesi lain dan sejawat. Banyak peran yang dapat dilaksanakan
oleh seorang perawat dalam komunitas, namun secara garis besar peran yang yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Peran sebagai individu dan keluarga :
1) Peran sebagai pelaksana kesehatan, yaitu seluruh kegiatan upaya
pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan
kesehatan melalui kerja sama dengan team kesehatan lainnya sehinga
tercipta keterpaduan dalam sistem pelyanan kesehatan.
2) Peran sebagai pendidik, dalam memberikan pendidikan dan pemahaman
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik dirumah,
puskesmas dan di masyarakat dilakukan secara teroganisis dalm rangka
menananmkan perilaku sehat.
3) Peran sebagai administrasi, perawat kesehatan masyarakat diharapkan
dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan
masyarakat sesuai dengan bebas tugas dan tanggung jawab yang di emban
kepedanya.
4) Peran sebagai konseling, perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan
tempat bertanya oleh individu, keluarga, kolompok, dan masyarakat untuk
mememcahkan masalah dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi.
5) Peran sebagai peneliti, yaitu melakukan identifikasi terhadap fenimena
yang terjadi di masyarakat yang dapat berpengaruh pada penurunan
kesehatan bahkan mengancam kesehatan, selanjutnya penelitian
dilaksanakan dalam kaitannya untuk menemukan faktor yang menjadi
pencetus atau penyebab terjadinya masalah.
b. Peran manajerial
Tugas-tugas manajer adalah sebagai:
1) Pengambil keputusan
2) Pemikul tanggung jawab
3) Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan
4) Pemikir konseptual
5) Bekerja sama dengan dan melalui orang lain
6) Mediator, politikus, dan diplomat
Fungsi manajemen adalah masing-masing bentuk kegiatan manajemen
dengan spesifikasi tertentu dan dilaksanakan pada periode tertentu. Proses
manajerial ada 5 yaitu:
1) Planning atau perencanaan, meliputi:
a) Measurement dan assesment yaitu kegiatan mengumpulkan atau
mengukur data-data
b) Analisa data
c) Prioritas masalah, ada dua hal yang harus diperhatikan pada tahap ini
yaitu pertimbangan yang lazim dipakai untuk menilai prioritas masalah
kesehatan dan teknik atau metode untuk pemilihan prioritas masalah
2) Organizing atau organisasi adalah proses penggelompokan orang, alat-alat,
tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang seimbang dan sesuai dengan
rencana operasional sehingga organisasi dapat digerakkan sebagai satu
kesatuan untuk mencapai tujuan.
3) Actuating atau pergerakan adalah rangkaian kegiatan yang berhubungan
dengan aktivitas mempengaruhi orang lain agar mereka suka
melaksanakan usaha kearahpencapaian sasaran.
4) Controling atau pengawasan atau pengendalian, syarat atau prinsip
pengawasan adalah :
a) Harus ada rencana yang jelas
b) Mampu menjamin adanya tindakan perbaikan\
c) Bersifat fleksibel
d) Ada pemberikan instruksi yang jelas
e) Evaluasi atau penilaian.

D. PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS


Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka
membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan seoptimal mungkin.
Proses keperawatan adalah suatu metode ilmiah dalam keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan sebagai cara terbaik dalam memberikan pelayanan
keperawatan yang sesuai respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan.
Proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat.

Gambar 2.1 Roda Pengkajian Komunitas, Segmen Pengkajian Model Komunitas


Sebagai Mitra

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan
untuk mengenal komunitas. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas
adalah mengidentifikasi factor positis dan negative yang berbenturan dengan
masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas
dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan.
Menurut model Betty Neuman (Anderson and Mc Farlane, 2006) yang
dikaji meliputi demografi, populasi, nilai keyakinan dan riwayat kesehatan
individu yang dipengaruhi oleh sub system komunitas yang terdiri dari lingkungan
fisik, perumahan, pendidikan, keselamatan dan transportasi, politik pemerintahan,
kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi. Aspek-aspek
tersebut dikaji melalui pengamatan langsung, data statistik, angket dan
wawancara.Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan komunitas
antara lain: windshield survey, informant interview dan observasi partisipasi.
a. Windshield survey
Windshield survey dilakukan dengan berjalan-jalan dilingkungan
komunitas untuk menemukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang
terjdi di komunitas, lingkungan sekitar komunitas, kehidupan komunitas, dan
karakteristik penduduk yang ditemui di jalan saat survey dilakukan.
b. Informant Interview
Sebelum terjun ke masyarakat, instrumen pengkajian sebaiknya
dikembangkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Instrumen yang perlu
dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap masyarakat antara lain
kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Untuk mendapat
hasil yang akurat dan agar masyarakat membina rasa percaya dengan perawat
diperlukan kontak yang lama di komunitas. Perawat juga harus menyertakan
lembar persetujuan komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau cap jempol
setiap akan melakukan tindakan yang membutuhkan persetujuan komunitas.
Informed concent juga mencantumkan jaminan kerahasiaan terhadap isi
persetujuan dan pendapat yang telah disampaikan. Wawancara dilakukan
kepada key informent atau tokoh yang menguasai program.
c. Observasi partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan
berapa lama observasi yang akan dilakukan, apa, dimana, waktu, dan tempat
komunitas yang akan diobservasi. Kegiatan observasi dapat dilakukan
menggunakan format observasi yang sudah disiapkan terlebih dahulu,
kemudian catat semua yang terjadi, dengan tambahan penggunaan kamera
atau video.Informasi yang penting diperoleh menyangkut aktivitas dan arti
sikap atau tampilan yang ditemukan dikomunitas. Observasi dilakukan
terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai, kekuatan dan proses
pemecahan masalah di komunitas.
Sebelum membuat instrumen pengkajian keperawatan komunitas,
seperti kuesioner, pedoman wawancara, pedoman observasi, windshield
survey, kisi-kisi instrumen pengkajian sebaiknya dibuat terlebih dahulu, agar
data yang akan ditanyakan dan dikaji kepada komunitas tidak tumpang tindih
sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien.
Selain data primer, data sekunder yang diperoleh melalui laporan,
dokumen yang sudah dibuat di desa atau kelurahan, puskesmas, kecamatan,
atau dinas kesehatan, misalnya laporan tahuanan puskesmas, monografi desa,
profil kesehatan dsb, Juga perlu di kumpulkam dari komunitas. Setelah
dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya dianalisis, sehingga
perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan.
Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program
perawatan kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan
bersama-sama dalam komunitas tersebut. Sasaran dari sosialisasi ini adalah tokoh
masyarakat baik formal maupun non formal, kader masyarakat, serta perwakilan
dari tiap elemen dimasyarakat (PKK, Karang Taruna, dan lainnya).Pada tahap
pengkajian ini terdapat beberapa kegiatan yaitu mulai dari pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah prioritas.
a) Core/Inti Komunitas
Aspek yang dikaji:
1) Histori
Histori dari komunitas: kaji sejarah perkembangan komunitas.
2) Demografi
Domografi: umur, jenis kelamin, ras, type keluarga, status perkawinan.
3) Ethnicity
Ethnicity: penggolongan manusia berdasarkan kepercayaan, nilai,
kebiasaan, adat istiadat, norma bahasa.
4) Vital statistic
Vital Statistic: angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan.
5) Values dan beliefs
Values dan beliefs: Sistem nilai/norma/kepercayaan dan agama
b) Subsistem
1) Lingkungan
Pada komunitas sebagaimana mengkaji fisik pada individu.Pengkajian
lingkungan dilakukan dengan metode winshield survey atau survey dgn
mengelilingi wilayah komunitas dan melihat bagaimana kualitas udara,
tumbuh-tumbuhan, perumahan, pembatas daerah, jarak, daerah
penghijuan, binatang peliharaan, anggota kemasyarakatan, keindahan
alam, air, iklim, dan apakah ada peta daerah.

2) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan : Hospital, praktik swasta, puskesmas, rumah
perawatan, pelayanan kesehatan khusus, perawatan di rumah, counseling
support services, pelayanan khusus (social worker).
Dari tempat pelayanan tersebut aspek yang didata :
(a) Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)
(b) Sumber daya (tenaga, tempat, dana & perencanaan)
(c) Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana
transportasi)
(d) Statistik, jumlah pengunjung perhari/minggu/bulan
(e) Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian
pelayanan.
3) Ekonomi
Aspek/komponen yang perlu dikaji:
(a) Karakteristik pendapatan keluarga/RT, rata-rata pendapatan keluarga/
rumah tangga.
(1) Persentase pendapatan kelas bawah.
(2) Persentase keluarga mendapat bantuan sosial.
(3) Persentase keluarga dengan kepala keluarga wanita.
(4) Rata-rata pendapatan perorangan.
(b) Karakteristik pekerjaan, status ketergantungan.
(1) Jumlah populasi secara umum (umur > 18 th) .
(2) Persentase yang menganggur.
(3) Persentase yang bekerja.
(4) Persentase yang menganggur terselubung.
(5) Jumlah kelompok khusus.
(6) kategori yang bekerja, jumlah dan persentase
4) Transportasi dan keamanan
Keamanan (Protection service.,Kualitas udara, air bersih), Transportasi
(milik pribadi/umum), Bagaimana warga masyarakat melakukan
perjalanan, Jenis pelayanan perlindungan yang tersedia (polisis, sanitasi,
kebakaran.
5) Politik dan pemerintah
Jenjang pemerintahan, Kebijakan kementrian kesehatan, Kegiatan
pertemuan, Informasi berupa poster.

6) Komunikasi
Formal, Informal, Alat-alat komunikasi (TV, radio, handphone, dll).
7) Education
Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah, bahasa).Fasilitas
pendidikan (PAUD, TK, SD, SMP, PT) baik di dalam maupun di luar
komunitas.
8) Rekreasi
Menyangkut tempat rekreasi.
9) Persepsi
(a) Warga Masyarakat :Mengajukan pertanyaan terkait masalah yang
diketahui, perasaan mereka kesesama warga, dll.
(b) Persepsi Anda :Pertanyaan umum tentang kesehatan setempat, potensi
masalah yang dapat diidentifikasi.

2. Diagnosa Keperawatan
Merupakan respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial.Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. Diagnosis keperawatan mengandung komponen utama yaitu :
a) Problem (masalah): Masalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
b) Etiologi (penyebab): Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau
keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan,
yang meliputi:
1) Prilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2) Lingkungan fisik, biologis, psikologis dan sosial.
3) Interaksi prilaku dan lingkungan.
c) Sign atau symptom (tanda atau gejala): Informasi yang perlu untuk
merumuskan diagnosa dan serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Tipe Diagnosa Keperawatan:
(c) Aktual
Menggambarkan Masalah nyata saat ini sesuai data yg ditemukan,adanya
batasan karakteristik mayor.
Contoh: “Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi
lama sekunder terhadap fraktur perlvis”.
(d) Resiko
Menggambarkan penilaian klinis dimana individu/kelompok lebih rentan
mengalami masalah dibanding individu/kelompok lain dalam situasi yang
sama. masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan
intervensi.
Contoh: “Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
primer”.
d) Kesejahteraan/wellness
Penilaian klinis tentang individu, keluarga atau komunitas dlm transisi dari
tingkat kesejahteraan tertentu ke tingkat kesejahteraan yang lebih
tinggi.pernyataan “potensial peningkatan” tidak mengandung unsur “yang
berhubungan dengan”.
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa seberapa
besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul
dalam masyarakat tersebut.Kemudian dijadikan dasar dalam pembuatan diagnosa
atau masalah keperawatan.Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah kesehatan,
karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat aktual, ancaman dan
potensial.Prioritas Masalah Komunitas( Ekasari, 2006)
Masalah
No A B C D E F G H I J K Total Prioritas
Kesehatan
Keterangan Huruf: Keterangan angka:
A : Risiko terjadi 1 : Sangat rendah
B : Risiko keparahan 2 : Rendah
C : Pontensial untuk dicegah 3 : Cukup
D : Minat masyarakat 4 : Tinggi
E : Kemungkinan diatasi 5 : Sangat tinggi
F : Sesuai dengan program pemerintah
G : Tempat
H : Waktu
I : Dana
J : Fasilitas kesehatan
K : Sumber daya
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang
disusun harus mencakup: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan.

4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat kesehatan
masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya dalam hal
ini melibatkan pihak puskesmas, bidan desa dan anggota masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan
(Anderson dan Mcfarlene, 2006), yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi dan
diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan
kesehatan secara umum dan perlindungan khusus terhadap suatu
penyakit.Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi dan
bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan
inervensi yang tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan
sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya
mengkaji dan memberi intervensi segera terhadap tumbuh kembang anak
usia bayi sampai balita.

c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada pengembalian
individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan
keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya kecacatan atau
ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi
semula dan menghambat proses penyakit.

5. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tindakan kemandirian
masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan
sebelumnya.

D. PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA


(PIS-PK)
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program
Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera.Program Indonesia Sehat
selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian
direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan
R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. untuk
melaksanakan Program Indonesia Sehat diperlukan pendekatan keluarga, yang
mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) secara berkesinambungan, dengan target keluarga, berdasarkan
data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga (Permenkes, 2016).

1. Tujuan PIS-PK
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
bertujuan untuk:
a. Meningkatkan akses keluarga berserta anggotanya terhadap pelayanan
kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif
serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar;
b. Mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota; melalui
peningkatan akses dan skrining kesehatan;
c. Mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional;
dan
d. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam rencana
strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga terdiri atas 4 (empat) area
prioritas yang meliputi:
a. Penurunan angka kematian ibu dan bayi;
b. Penurunan prevalensi balita pendek (stunting);
c. Penanggulangan penyakit menular; dan
d. Penanggulangan penyakit tidak menular.

2. IndikatorPIS-PK
Sebagaimana program dilaksanakan dengan pendekatan upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif oleh tenaga kesehatan
sesuai kompetensi dan kewenangannya. Dalam rangka penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga, ditetapkan 12 (dua belas)
indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga sebagai
berikut:
a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan

3. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.


Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga
Sehat (IKS) dari setiap keluarga, sedangkan keadaan masing-masing indikator
mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan. Pelaksanaan
pendekatan keluarga ini memiliki tiga hal yang harus diadakan atau
dikembangkan, yaitu:
a. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
b. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
c. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.
Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut:
a. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family
folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga
dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen
rumah sehat (akses/ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban
sehat). Data individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik
individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi
individu yang bersangkutan, seperti mengidap penyakit (hipertensi,
tuberkulosis, dan gangguan jiwa) dan perilakunya (merokok, ikut KB,
memantau pertumbuhan dan perkembanganbalita, pemberian ASI eksklusif,
dan lain-lain).
b. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer,
leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya, misalnya: Flyer tentang
Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer
tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer
tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan lain-lain.
Forumkomunikasiyang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat
berupa forum-forum berikut.
a. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
b. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasawisma dari PKK.
c. Kesempatan konseling di UKBM-UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK,
dan lain-lain).
d. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug
desa, selapanan, dan lain-lain.
Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan
menggunakan tenaga-tenaga berikut:
a. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, Posbindu, Poskestren,
PKK, dan lain-lain.
b. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK,
pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

4. Pelaksanaan PIS-PK
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di
tingkat Puskesmas dilakukan melalui kegiatan:
a. Melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga;
b. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas;
c. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun
rencana Puskesmas;
d. Melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif;
e. Melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung) melalui
pendekatan siklus hidup; dan
f. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian Kesehatan Komunitas


1. Sasaran Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan di wilayah Dukuh Titang dan Pundung Desa Towangsan,
Gantiwarno Klaten dengan sasaran yaitu seluruh warga Duku Titang dan Pundung
Desa Towangsan, Gantiwarno, Klaten. Wilayah Dukuh Titang (RT 10,11,12, RW 5)
dan Pundung (RT 13 RW 6) Desa Towangsan, Gantiwarno, Klaten terdiri dari 2 RW
dan 4 RT dengan total jumlah penduduk 543 jiwa dalam 128 KK.
2. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam Asuhan Keperawatan ini dengan
caraCluster Ramdom Sampling dengan sampel Size derajat kepercayaan
menggunakan rumus satitistik Slovin.

4 p (1− p)
N=
d2
0,19
N=
0,0025
N = 76

Sampel yang digunakan dalam survei adalah 80 KK. Pada RT 10 RW 5


berjumlah 20 KK. Pada RT 11 RW 5 berjumlah 20 KK. Pada RT 12 RW 5 berjumlah
20 KK dan Pada RT 13 RW 6 berjumlah 20 KK.
3. Weinshield Survey
Tipe perkampungan yang berada di Dukuh Titang dan Pundung Desa
Towangsan adalah pedesaan. Lingkungan tempat tinggal di Dukuh Titang dan
Pundung Desa Towangsan antara rumah satu dengan yang lainnya terpisah, dengan
jarak antara rumah satu dengan yang lainnya sekitar 2 meter sampai 10 meter. Area
perumahan / bangunan yang berada di Dukuh Titang dan Pundung Desa Towangsan
mayoritas lama dan permanen, di Dukuh Titang dan Pundung Desa Towangsan
terdapat beberapa kepala keluarga yang belum menempati tempat tinggal belum
permanen karena ditinggal merantau. Karakteristik kultural yang berada di Dukuh
Titang dan Pundung desa Towangsan adalah Jawa, mayoritas umur penduduk adalah
dewasa, lansia dan remaja. Penduduk di Dukuh Titang dan Pundung desa Towangsan
mayoritas bekerja sebagai buruh, pelajar, dan Ibu Rumah Tangga .Di Dukuh Titang
dan Pundung Desa Towangsan budaya yang di anut adalah budaya jawa.
Setiap warga di Dukuh Titang dan Pundung Desa Towangsan mempunyai
halaman dan mempunyai tanaman di depan rumah. Di Dukuh Titang dan Pundung
desa Towangsan banyak terdapat sawah yang ditanami padi.
Sumber-sumber yang ada dimasyarakat di Dukuh Towangsan dan Pundung
Desa Towangsan dekat dengan tempat belanja yaitu pasar Wedi yang berjarak 1 Km.
Mayoritas masyarakat menggunakan alat transportasi sepeda motor. Di RW 5 terdapat
tempat ibadah berupa masjid berjumlah 2 masjid dan di RW 6 terdapat 1 masjid .
Pelayanan keamanan di RW 5 terdapat poskamling sejumlah 3 poskamling.
Sedangkan di RW 6 tidak terdapat Poskamling.
Pelayanan umum yang ada di Dukuh Titang dan Pundung Talang, belum ada
kantor pos. Untuk sarana pembuangan sampah warga di Desa Towangsan sudah
terdapat tempat pengolahan sampah terpadu. Selain itu Sebagian warga ada yang
mengumpulkan sampah dan di bakar masing-masing.
Fasilitas kesehatan yang sering digunakan di desa Towangsan yaitu
PusKesDes, Bidan Desa, Puskesmas Gantiwarno.Warga di desa Towangsan sudah
basnyak mempunyai KIS dan juga BPJS mandiri.

B. Pengkajian Kebutuhan Kesehatan Komunitas


1. Inti Komunitas
a. Sejarah
Desa towangsan terdiri dari 5 dukuh yaitu dukuh yaitu Tangkisan, Titang,
Pundung, Tosadu, dan Sembungan.

b. Demografi
1) Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Dukuh Titang &
Pundung

No Usia Frequency Percent


1. Balita 27 4,9
2. Anak-anak 48 8,8
3. Remaja 106 19,52
4. Dewasa 163 30,14
5. Lansia 135 24,86
6. Manula 64 11,78
Total 543 100,0
Sumber : Data Primer 2018

Tabel 3.1 menunjukkan sebagian besar responden merupakan usia


dewasa (21-45tahun) sebanyak 163 orang (30,14%).

2) Jenis Kelamin
Tabel 3.2
Distribusi frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Dukuh Titang dan Pundung

Jenis Kelamin Frequency Percent


Laki-laki 265 48,8
Perempuan 278 51,2
Total 543 100,0
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 3.2 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin


perempuan sebanyak 278 orang (51,2 %).

3) Agama
Tabel 3.3
Distribusi frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Agama di Dukuh
Titang dan Pundung

2500
2000
1500
1000
500
0
Agama
Islam Kristen Katholik
Hindu Budha

Tabel 3.3 menunjukan mayoritas agama Responden adalah Islam


sebanyak 80%.

4) Pendidikan
Tabel 3.4
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan di Dukuh Titang dan Pundung

Pendidikan Frequency Percent


Tidak Sekolah 20 10,81
Tidak Tamat Sekolah 3 1,62
Tamat SD/MI 34 18,37
Tamat SLTP/MTS 38 20,54
Tamat SLTA/MA 81 43,8
Tamat Perguruan Tinggi 9 4,86
Total 185 100,0
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 3.4 menunjukan mayoritas tingkat pendidikan warga Titang dan


Pundung adalah SMA sebanyak 81 (43,8%)

5) Pekerjaan
Tabel 3.5
Distribusi frekuensi pekerjaan di dukuh Titang dan Pundung
Pekerjaan Frequency Percent
Tidak kerja 82 15,1
Pelajar 104 19,15
Ibu Rumah Tangga 89 16,39
Pegawai Swasta 71 13,07
Buruh 106 19,54
Lainnya 91 16,75
Total 543 100
Sumber: Data Primer 2018
Tabel 3.5 tersebut menunjukan mayoritas pekerjaan masyarakat di
Dukuh Titang dan Pundung adalah Buruh (19,54%).

e) Hasil Penilaian IKSK


Setelah dilakukan pendataan PIS-PK pada 145 warga diperoleh data :
Tabel 3 6
Distribusi frekuensi keluarga sehat
Kriteria Keluarga Sehat Jumlah Presentase
Sehat 49 33,79
Pra Sehat 92 63,46
Tidak Sehat 4 2,75
Total 145 100
Sumber : Data Indeks Keluarga Sehat Puskesmas Gantiwarno (n=145)

Tabel dan diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas


keluarga yang diambil sebagi sampel PIS-PK diperoleh ada 63,46% Kepala
Keluarga (KK) yang masuk ke kategori keluarga pra sehat dan kategori
keluarga tidak sehat sejumlah 2,75%. Sedangkan jumlah KK yang terdata
sebagai keluaarga sehat hanya sejumlah 33,79%. Dimana KK memiliki nilai
IKS terendah 0,4 dan tertinggi dengan nilai 1. Untuk menentukan suatu
keluarga dapat dikatakan keluarga sehat maka nilai IKS harus lebih dari 0,8.
Sehingga dapat diketahui bahwa suatu KK dapat dikatakan sehat apabila
mampu memenuhi 12 indikator keluarga sehat. Kemudian dari perhitungan di
atas maka untuk mengetahui apakah Dukuh Titang dan Pundung yang sehat
maka:

Jumlah KK sehat
IKS Kadus :
Jumlah KK yang ada
49
IKS Kadus :
145
IKS Kadus :0,34
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa wilayah Dukuh
Titang dan Pundung yang di data dalam PIS-PK merupakan wilayah yang
tidak sehat dengan nilai 0,34. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar
ada anggota keluarga yang merokok, ada anggota keluarga yang menderita
hipertensi yang tidak berobat teratur, kelurga tidak menjadi aseptor KB dan
pemilik jaminan kesehatan yang terbatas.
Tabel 3.7
Distribusi frekuensi indikator keluarga sehat
No Indikator IKS Persentase (%)
1 Keluarga mengikuti kb 68,29%
2 Ibu bersalin di faskes 100%
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 100%
4 Bayi diberi asi eksklusif selama 6 bulan 100%
5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan 100%
6 Penderita tb paru berobat sesuai standar 0%
7 Penderita hipertensi berobat teratur 33,33%
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan 0%
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok 53,10%
10 Keluarga memiliki/ memakai air bersih 100%
11 Keluarga memiliki/memakai jamban sehat 100%
12 Sekeluarga menjadi anggota jkn/askes 58,62%
Sumber : Data Indeks Keluarga Sehat Puskesmas Gantiwarno (n=145)

Dati tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ditemukan adanya


penderita TB yaitu 0%. Pada data didapatkan penderita gangguna jiwa berat di
dukuh Titang dan Pundung tetapi tidak dilakukan pengobatan yaitu 0%.
Masalah yang muncul berdasarkan data di atas adalah anggota keluarga yang
tidak merokok sejumlah 53,10% sehingga dapat diketahui bahwa sebagian
anggota keluarga yang ada di Dukuh Titang dan Pundung adalah perokok.
Penderita hipertensi yang berobat teratur sejumlah 33, 33% sehingga sebagian
besar penderita hipertensi yang di data tidak berobat teratur. Selain itu
sebagian penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya mengalami
hipertensi bila tidak dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Masalah lain yang
ditemui adalah tidak semua anggota keluarga dalam satu KK menjadi anggota
JKN/ASKES. Hal ini dapat disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat
tentang pentingnya memiliki jaminan kesehatan.

c. Nilai dan Kepercayaan


Kebudayaan di dukuh Titang dan Pundung tidak ada perbedaan yang
mendasar, sebagian besar warga beragama Islam. Kebudayaan jawa masih
melekat pada warga desa Towangsan seperti kebiasaan Najeni, Wiwit, Sadranan,
Ziarah Kubur, Bersih Desa, dan Selamatan. Berbagai macam kesenian masih
dipertahankan oleh warga Towangsan seperti tari, ketoprak, pedalangan,
karawitan, tembang jawa dan laras madya. Kepercayaan warga desa Talang masih
banyak yang meyakini kebudayaan atau kebiasaan mereka mengenai kesehatan
terutama keluarga dengan usia lanjut masih mempergunakan atau mempercayai
adat mereka dalam mempresepsikan masalah kesehatan seperti penggunaan
pengobatan tradisional sehingga hanya sebagian kecil masyarakat yang
memanfaatkan fasilitas kesehatan. Terdapat 3 masjid serta tidak terdapat sarana
beribadah agama lain di Dukuh Titang dan Pundung.

2. Sub Sistem
a. Lokasi

Gambar 3.1 Peta desa Towangsan


b. Lingkungan Fisik
Batas Desa Towangsan yaitu
Batas utara : Kecamatan Jogonalan
Batas selatan : Desa Jabung
Batas Barat : Desa Ceporan
Batas timur : Kecamatan Wedi
c. Kondisi Air di dukuh Talang
Kondisi air pada daerah ini jernih tidak berbau, tidak berwarna, sebagian besar
menggunakan sumur.
d. Tanaman yang sering ditanam di halaman rumah
Warga Dukuh Titang dan Pundung sebagian besar menanam pohon pisang dan
buah.
e. Lingkungan terbuka
Lingkungan terbuka dukuh Titang dan Pundung terdapat sungai, sawah, kebun dan
lapangan.
f. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden
1) Data Pengetahuan Responden Lansia tentang Hipertensi
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia tentang Hipertensi
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Baik 35 26
2 Cukup 45 33
3 Kurang 55 41
Total 135 100
Sumber: Survey Mahasiswa 2019
Berdasarkan tabel di atas menunjukan tingkat pengetahuan tentang Hipertensi
sebagian responden kurang yaitu 41%.
2) Data sikap Responden Lansia tentang Hipertensi
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Sikap Lansia tentang Hipertensi
No Sikap Frkuensi %
1 Baik 60 44
2 Kurang Baik 75 56
Total 135 100
Sumber: Survey Mahasiswa 2019
Berdasarkan tabel di atas menunjukan sikap sebagian Responden Lansia
tentang Hipertensi kurang baik yaitu 56%.

3) Perilaku Responden Lansia Tentang Hipertensi


Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Perilaku Lansia tentang Hipertensi
No Sikap Frkuensi %
1 Baik 55 41
2 Kurang Baik 80 59
Total 135 100
Sumber: Survey Mahasiswa 2019
Berdasarkan tabel di atas menunjukan perilaku sebagian Responden Lansia
tentang Hipertensi kurang baik yaitu 59%.

g. Ekonomi
Tingkat ekonomi penduduk Desa Talang termasuk kelas menengah dengan
pendapatan minimal perhari Rp. 30.000,-sampai Rp.50.000,-.mayoritas penduduk
Dukuh Titang dan Pundung bekerja sebagai Buruh. Tingkat pengangguran
termasuk kecil karena setiap warga mempunyai pekerjaan. Di Dukuh Titang dan
Pundung ada sebagian warga yang membuat kerajinan tangan dari botol sebagai
mata pencaharian. Pusat pembelanjaan kebutuhan sehari-hari di Pasar Wedi yang
jaraknya sekitar 1 Km dari Dukuh Titang dan Pundung.
h. Sistem Politik dan Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut warga Desa Towangsan adalah demokratis.
Di Desa Towangsan terdapat berbagai acara kumpulan, yaitu kumpulan bapak-
bapak RT dan RW yang diadakan tiap bulannya, untuk ibu-ibu yaitu kumpulan
PKK, posyandu balita, posyandu lansia, perkumpulan karang taruna, maupun
arisan dengan tempat bergilir dari data rumah ke rumah lain.
i. Keamanan dan Transportasi
Sarana transportasi yang digunakan warga Desa Talang mayoritas
menggunakan kendaraan bermotor dan ada sarana transportasi umum yaitu kereta
mini. Untuk sarana keamanan di Desa Talang ada siskampling dengan pembagian
jadwal ronda yang teratur.
j. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Sarana dan fasilitas kesehatan yang ada dan sering digunakan di Desa
Towangsan yaitu PusKesDes, Bidan desa, Puskesmas Gantiwarno, untuk asuransi
kesehatan warga sudah banyak yang mempunyai KIS maupun BPJS mandiri.Desa
Towangsan terdapat 1 PAUD, 2 TK, dan 1 SD dan 1 SMP.

Kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat di Dukuh


Titang dan Pundung masih kurang. Masalah kesehatan yang sering dikeluhkan
masyarakat adalah Hipertensi, nyeri sendi dan kesemutan. Di Dukuh Titang dan
Pundung sudah terbentuk Posyandu lansia dan balita. Posyandu balita dan lansia
dilaksanakan tiap 1 bulan sekali. Pemberi pelayanan kesehatan dari petugas
puskesmas yaitu bidan dan kader kesehata. Karakteristik pengguna pelayanan
kesehatan adalah lansia dan balita, dengan kegiatan yang dilakukan yaitu
penimbangan berat badan, tinggi badan, tekanan darah dan penyuluhan
kesehatan, baik penyuluhan kesehatan untuk ibu yang sedang menyusui maupun
kesehatan balita dan lansia.
Jaminan kesehatan yang dimiliki warga dukuh Titang dan Pundung yaitu
BPJS PBI, BPJS Non PBI dan sebagian warga belum memiliki jaminan
kesehatan.
Tabel 3.11
Distribusi frekuensi jaminan kesehatan warga Dukuh Titang dan Pundung Desa
Towangsan Gantiwarno
Jamkes Frequency Percent
YA 85 58,62
TIDAK 70 41,38
Total 145 100.0
Sumber : Data Indeks Keluarga Sehat Puskesmas Gantiwarno (n=145)
Tabel diatas menunjukan keikutsertaan jaminan kesehatan warga Dukuh
Titang dan Pundung desa Towangsan Gantiwarno sebanyak 58, 62%.
Perilaku remaja dari 20 sampel didapatkan 5% remaja mengkonsumsi
miras, 75% remaja merokok, 20 bebas rokok dan miras, dan 0% tidak ada remaja
yang mengkonsumsi narkotika. Hasil wawancara dengan bidan didapatkan hasil 7
remaja di Dukuh Titang dan Pundung Hamil di luar nikah.

Tabel 3.12 Distribusi frekuensi Perilaku Remaja

Perilaku Remaja

20%

5%

75%

Merokok Minum Miras


Tidak Merokok dan Minum Miras Mengkonsumsi Narkoba

Sumber: Survey Mahasiswa 2019


k. Ventilasi
Sebagian kecil rumah warga di Dukuh Titang dan Pundung tidak terdapat
ventilasi sebagai pergantian udara sebesar 25% dan sebagian besar warga
mempunyai ventilasi sebesar 75% tetapi ada beberapa rumah yang tidak pernah
membuka jendelanya walaupun memiliki jendela

Tabel 3.13 Distribusi frekuensi Ventilasi


Ventilasi

Ada Tidak

Sumber: Survey Mahasiswa 2019

l. Cara Pembuangan Sampah


Sebagian besar warga membuang sampah dengan cara dibakar, dan sebagian
kecil warga membuang sampah di lubang tanah.

Tabel 3.13 Distribusi frekuensi cara pembuangan sampah

Cara Pembuangan Sampah

Dikubur
40%
Dibakar
60%

Sumber: Survey Mahasiswa 2019


m. Pengolahan Sampah
Semua warga dukuh Titang dan Pundung membuang sampah dengan cara
dicampur antara sampah organik dan anorganik.
Tabel 3.14 Distribusi frekuensi cara pembuangan sampah

Pengolahan Sampah

Dicampur
100%

Dipisah Dicampur

Sumber: Survey Mahasiswa 2019


n. Kepemilikan Kandang ternak
Sebanyak 31% warga Dukuh Titang dan Pundung mempunyai kandang
ternak dan sebanyak 79% tidak memilik Kandang Ternak.
Tabel 3.15 Distribusi frekuensi kepemilikan kandang ternak

Kepemilikan Kandang Ternak


100
80
60
40
20
0
Punya Tidak Punya

Series 1

Sumber: Survey Mahasiswa 2019


Sebagian besar warga yang memiliki kandang ternak sebanyak 90%
menempatkan kandang ternak dekat dengan rumah mereka dan sebanyak 10%
menempatkan kandang ternak jauh dari rumah mereka.
Tabel 3.16 Distribusi frekuensi kepemilikan kandang ternak

Letak Kandang Ternak


10
8
6
4
2
0
Dekat Rumah Jauh dari Rumah

Letak Kandang Ternak


Sumber: Survey Mahasiswa 2019
o. Komunikasi
Ketika acara perkumpulan/musyawarah desa biasanya penduduk di desa
Towangsan berkumpul di salah satu rumah warga atau Balai Desa .Sedangkan
untuk acara pengajian yang ada di desa Towangsan biasanya berkumpul di masjid
dan terkadang dirumah warga.
p. Rekreasi
Sarana rekreasi yang di manfaatkan oleh warga di desa Towangsan yaitu
dengan berekreasi le tempat-tempat rekreasi di sekitar kabupaten Klaten seperti
Candi Ijo, Tebing Breksi, kawasan wisata di Daerah Yogyakarta dan masih banyak
lagi.

q. Sumber Dana
Sumber dana warga desa Towangsan didapatkan dari swadaya masyarakat
dan APBD Pemerintahan.
C. ANALISA DATA KEPERAWATAN KOMUNITAS

DATA DIAGNOSA (NANDA)


Angket (Cluster Sampling berjumlah 81 KK)
1. Data dari Kantor Desa Towangsan menyatakan bahwa 19,15% penduduk dukuh Titang dan Pundung (00188) Perilaku Kesehatan
adalah Pelajar Cenderung Berisiko
2. Data dari Kantor Desa Towangsan menyatakan bahwa 19,52 % penduduk dukuh Titang dan Pundung
masuk kategori remaja
3. Hasil Survey mahasiswa didapatkan dari 20 sampel remaja 5% remaja mengkonsumsi miras, 75%
remaja merokok, 20 bebas rokok dan miras

Observasi (Community as Partner)


1. Banyak remaja yang merokok
2. Belum ada posyandu remaja di Dukuh Titang dan Pundung
3. Kurangnya kesadaran remaja tentang bahaya seks bebas dan narkoba
4. Belum ada penyuluhan-penyuluhan tentang masalah kesehatan remaja

Wawancara
1. Bidan Desa mengatakan remaja hamil diluar nikah sebanyak 7 remaja
2. Bidan Desa mengatakan remaja dengan suspek IMS sebanyak 1 remaja
3. Bidan Desa mengatakan Tidak ada remaja yang mengidap HIV
4. Bidan Desa mengatakan tidak ada remaja yang menggunakan narkoba
5. Kader Posyandu lansia mengatakan belum ada Posyandu Remaja di Desa Towangsan
6. 6 dari 10 remaja mengatakan tidak merokok tidak gaul
Angket
1. Data yang diperoleh dari angket PIS-PK menunjukkan 33, 33% warga yang mengalami hipertensi (00078)Ketidakefektifan
melakukan pengobatan secara teratur, sedangkan 66, 67% warga yang terkena hipertensi tidak berobat Management Kesehatan
secara teratur
2. Data yang diperoleh dari angket PIS-PK menunjukkan 53, 10 % tidak ada anggota keluarga yang
merokok dan 46, 90 ada angota keluarga yang merokok
3. Data yang diperoleh dari Data Desa didapatkan sebanyak 24,86 % warga dukuh Titang dan Pundung
adalah lansia dan 11,78 adalah manula.
4. Hasil survey mahasiswa tentang hipertensi terhadap lansia didapatkan hasil tingkat pengetahuan lansia
kurang sebanyak 41%.
5. Hasil survey mahasiswa tentang hipertensi terhadap lansia didapatkan hasil sikap lansia kurang baik
sebanyak 56%.
6. Hasil survey mahasiswa tentang hipertensi terhadap lansia didapatkan hasil perilaku lansia kurang baik
sebanyak 59%.
Observasi (Community as Partner)
1. Masih banyak warga yang merokok dan beraktivitas sangat berat
2. Sudah ada rutinitas senam lansia, namun hanya di ikuti oleh lansia perempuan saja
3. Kurang partisipasi lansia laki-laki dalam senam lansia
4. Belum ada penyuluhan kesehatan yang dilakukan di komunitas
Wawancara
1. Kader mengatakan penyuluhan kesehatan terkait dengan hipertensi belum tersampaikan secaramerata
kepada masyarakat
2. Kader mengatakan belum ada upaya lain untuk menurunkan angka penderita hipertensi
3. Kader mengatakan bahwa penderita hipertensi tidak melakukan cek kesehatan karena takut
terdiagnosis hipertensi
4. Kader mengatakan bahwa ada beberapa keluarga yang tidak terlalu memperdulikan tentang kondisi
kesehatan masing-masing keluarga
5. Penderita hipertensi mengatakan ada beberapa yang lebih memilih meminum obat traditional
contohnya rebusan daun alpukat, beberapa lebih memilih minum obat dari apotik tanpa periksa tekanan
darah atau cek kesehatan kepelayanan kesehatan misal puskemas.
6. Penderita mengatakan berhenti berobat karena keterbatasan fisik (umur/ ketidakmampuan untuk pergi
kepusat pelayanan)
7. Penderita mengatakan bahwa penderita tidak mengetahui jika tekanan darahnya tinggi karena tidak
pernah melakukan cek tekanan darah
8. Penderita mengatakan penderita hipertensi tidak berobat secara rutin karena penderita merasa jika tidak
ada keluhan tidak perlu cek tekanan darah
D. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Masalah Kesehatan A B C D E F G H I J K Total Prioritas
1. Perilaku Kesehatan Cenderung 5 4 1 3 3 3 4 4 1 1 1 30 3
Berisiko

3. Ketidakefektifan Management 5 5 3 4 4 3 3 3 1 1 1 33 1
Kesehatan (Hipertensi)

s
E. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. (00078) Ketidakefektifan Management Kesehatan: hipertensi pada orang dewasa dan lansia di Dukuh Titang dan Pundung,
Towangsan, Gantiwarno, Klaten
2. (00188) Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko pada remaja di Dukuh Titang dan Pundung, Towangsan , Gantiwarno, Klaten

F. RENCANA KEPERAWATAN

NANDA TUJUAN NOC NIC


Ketidakefektifan Setelah dilakukan PREVENSI PRIMER PREVENSI PRIMER
Management asuhan 1823 Pengetahuan: Promosi kesehatan 5510 Pendidikan Kesehatan
Kesehatan: keperawatan 1. 185509 : Perilaku yang meningkatkan 1. Targetkan sasaran pada kelompok beresiko
hipertensi selama 3 minggu kesehatan meningkat dari tidak ada tinggi dan rentang usia yang akan
masalah pengetahuan (1) menjadi pengetahuan mendapat manfaat besar dari penkes.
ketidakefektifan sedang (3) 2. Bantu individu, keluarga, masyarakat untuk
managemen 2. 182310: Pemeriksaan kesehatan yang memperjelas keyakinan dan nilai-nilai
kesehatan teratasi direkomendasikan meningkat dari kesehatan.
tidak ada pengetahuan (1) menjadi 3. Tekankan pentingnya pola makan yang
pengetahuan sedang (3) sehat, tidur, berolahraga, dan lain-lain bagi
individu keluarga kelompok.
1855 Pengetahuan : Gaya hidup sehat
1. 185509: Strategi untuk membatasi
intake sodium (garam) meningkat dari
tidak ada pengetahuan (1) menjadi
pengetahuan sedang (3)
2. 185514: Strategi untuk berhenti
merokok meningkat dari tidak ada
pengetahuan (1) menjadi pengetahuan
sedang (3)
185516: Manfaat olahraga teratur
meningkat dari tidak ada pengetahuan
(1) menjadi pengetahuan sedang (3)
3. 185516: Pentingnya aktiv secara fisik

PREVENSI SEKUNDER PREVENSI SEKUNDER


1602 Perilaku Promosi Kesehatan 4350 Manajemen Perilaku
1. 160224: Memperoleh pemeriksaan 1. Berikan pasien tanggung jawab terhadap
rutin ditingkatkan dari tidak pernah perilakunya sendiri
menunjukkan (1) ke kadang – kadang 2. Gunakan pengulangan kesehatan rutin yang
menunjukkan (3) konsisten sebagai alat untuk menetapkan
2. 160214: Mengikuti diet sehat rutinitas tersebut.
ditingkatkan dari tidak pernah 3. Kembangkan program perubahan perilaku
menunjukkan (1) ke kadang – kadang
menunjukkan (3) 2380 Management Pengobatan
3. 160221: Keseimbangan aktivitas dan
1. Kembangkan strategi bersama untuk
istirahat
meningkatkan kepatuhan mengenai regimen
4. 160216: Menggunakan latihan rutin
yang diresepkan
dan efektif
2. Berikan pasien dan keluarga mengenai
informasi tertulis dan visual untuk
1608 Kontrol Gejala
meningkatkan pemahaman diri mengenai
1. 160811: Melaporkan gejala yang dapat
pemberian obat yang tepat
dikontrol meningkat dari tidak pernah
menunjukkan (1) menjadi kadang-
kadang menunjukkan (3) 6520 Skrining Kesehatan
2. 160813: Mendapatkan perawatan 1. Dapatkan riwayat kesehatan keluarga, yang
kesehatan ketika gejala yang sesuai
berbahaya muncul dari tidak pernah 2. Ukur tekanan darah, tinggi badan, berat
menunjukkan (1) menjadi kadang- badan yang sesuai.
kadang menunjukkan (3) 3. Rujuk pasien pada penyedia perawatan
3. 160801: Memantau munculnya gejala kesehatan lainnya, yang diperlukan.
dari tidak pernah menunjukkan (1)
menjadi kadang-kadang menunjukkan
(3)
4. 160803: Memantau keparahan gejala
dari tidak pernah menunjukkan (1)
menjadi kadang-kadang menunjukkan
(3)
5. 160807: Melakukan tindakan untuk
mengurangi gejala dari tidak pernah
(1) menjadi kadang-kadang
menunjukkan (3)
PREVENSI TERSIER PREVENSI TERSIER
3107 Manajemen Diri : Hipertensi 8500 Pengembangan Kesehatan Komunitas
1. 3107701: Memantau tekanan darah 1. Identifikasi bersama komunitas mengenai
dari tidak pernah (1) menjadi kadang- masalah, kekuatan dan prioritas kesehatan
kadang menunjukkan (3) 2. Fasilitasi implementasi dan revisi rencana
2. 310706: Memantau efek terapi obat- kesehatan komunitas.
obatan dari tidak pernah (1) menjadi
kadang-kadang menunjukkan (3) 8700 Pengembangan program
3. 310710: Berpartisipasi dalam olahraga 1. Bantu masyarakat dalam mengidentifikasi
yang direkomendasikan dari tidak kebutuhan atau masalah yang signifikan
pernah (1) menjadi kadang-kadang 2. Identifikasi alternatif untuk mengatasi
menunjukkan (3) kebutuhan atau masalah
4. 310714: Membatasi asupan garam dari 3. Fasilitasi penerapan program komunitas
tidak pernah (1) menjadi kadang-
kadang menunjukkan (3)
5. 310731: Menggunakan sumber-
sumber komunitas yang ada dari tidak
pernah (1) menjadi kadang-kadang
menunjukkan (3)
6. 310733: Menggunaan dukungan sosial
dari tidak pernah (1) menjadi kadang-
kadang menunjukkan (3)
Prilaku Setelah dilakukan PRIMER PREVENTION PRIMER PREVENTION
Kesehatan asuhan 1602 Prilaku Promosi Kesehatan 5510 Pendidikan kesehatan
Cenderung keperawatan 160201 Menggunakan perilaku yang
Berisiko selama 3 minggu menghindari risiko (4) 1. Identifikasi faktor yang dapat meningkatkan
masalah perilaku 160202 Monitor lingkungan terkait atau mengurangi motivasi untuk berperilaku
kesehatan dengan risiko (4) sehat
cenderung berisiko 160203 Monitor prilaku personal terkait 2. Kembangkan materi pendidikan tertulis yang
dapat di atasi dengan risiko (5) tersedia dan sesuai dengan audiens yang
160210 Menggunakan dukungan sosial menjadi sasaran
untuk meningkatkan kesehatan 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
(4)
160225 Menghindari paparan sisa asap menolak perilaku yang tidak sehat atau berisiko
rokok (3) dari pada memberikan saran untuk menghindari
atau mengubah perilaku
4. Gunakan berbagai strategi dan intervensi utama
1805 Pengetahuan perilaku kesehatan dalam program pendidikan
180506 Efek kesehatan yang merugikan
dari penggunaan tembakau (4)
180519 Layanan perlindungan kesehatan 6484 Manajemen lingkungan: komunitas
(3)
1. Monitor status risiko kesehatan yang sudah
diketahui
2. Berpartisipasi dalam program dikomunitas
untuk mengatasi risiko yang sudah diketahui
3. Berkolaborasi dalam mengembangkan program
aksi dikomunitas
4. Tingkatkan kebijakan pemerintah untuk
menurunkan risiko tertentu
5. Koordinasikan layanan terhadap kelompok dan
komunitas berisiko
6. Lakukan program edukasi untuk kelompok
berisiko
SECONDARY PREVENTION SECONDARY PREVENTION
1906 Kontrol risiko : penggunaan 4490 Bantuan penghentian merokok
tembakau
190628 Mengetahui efek 1. Tentukan kesiapan untuk belajar berhenti
ketergantungan rokok (4) merokok
190629 Mengidentifikasi faktor risiko 2. Berikan saran yang konsisten untuk
penggunaan rokok (4) berhenti merokok
190602 Mengetahui konsekuensi 3. Bantu identifikasi alasan untuk berhenti
penggunaan rokok (5) dan hambatan untuk berhenti
190631 Mengenali kemampuan untuk 4. Informasikan mengenai produk pengganti
mengubah prilaku (3) nikotin (misalnya : permet karet) untuk
190603 Monitor lingkungan sekitar
terkait faktor yang mendukung membantu mengurangi gejala pemutusan
penggunaan rokok (1) 5. Bantu untuk mengembangkan metode
190620 Mengetahui pengaruh teman praktis untuk menolak keinginan merokok
terhadap penggunaan rokok (4) 6. Berikan dorongan untuk mempertahankan
190622 Mengenali pengaruh lingkungan gaya hidup bebas asap rokok
dalam penggunaan rokok (4) 7. Rujuk pada program kelompok atau terapis
190623 Mengenali pengaruh budaya individu yang sesuai
dalam penggunaan rokok (3)
4360 Modifikasi perilaku
2701 Status kesehatan komunitas
1. Bantu untuk dapat mengidentifikasi
270113 Status kesehatan remaja (3)
kekuatan (dirinya) dan menguatkannya
270114 Status kesehatan orang
2. Pilah-pilah perilaku menjadi bagian-bagian
dewasa (3)
kecil untuk berubah menjadi unit perilaku
270107 Tingkat partisipasi dalam
yang terukur
program kesehatan
3. Fasilitasi keterlibatan dari perawatan
komunitas (3)
kesehatan lain, sediakan dalam proses
270136 Angka perokok (2)
modifikasi dengan cara yang tepat
4. Fasilitasi keterlibatan keluarga dalam
proses modifikasi perilaku dengan cara
yang tepat

5510 Pendidikan kesehatan


1. Targetkan sasaran pada kelompok beresiko
tinggi dan rentang usia yang akan
mendapatkan manfaat besar dari
pendidikan kesehatan
2. Letakkan iklan yang menarik di tempat
stategis untuk mendapatkan perhatian
audien (yang menjadi sasaran)
3. Libatkan individu, keluarga dan kelompok
dalam perencanaan dan rencana
implementasi gaya hidup atau modifikasi
perilaku kesehatan
4. Rencanakan tindak lanjut jangka panjang
untuk memperkuat perilaku kesehatan atau
adaptasi terhadap gaya hidup

G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. PLAN OF ACTION KETIDAKEFEKTIFAN MANAGEMENT KESEHATAN: HIPERTENSI
Sumber Daya
Kegiatan Metode Tujuan Sasaran Penanggung
Waktu Tempat Alokasi Dana Media
Jawab
Deteksi Dini 1. Melakukan 1. Deteksi Dini Kasus Warga Dukuh 1. Aditya A 9 Posyand Kas Tensi Metir
Hipertensi dan pengecekan Hipertensi pada Titang dan 2. Ita T.P Oktober u Melati Mahasiswa GDS Stik
DM di Tekanan Darah Dewasa dan Lansia Pundung dengan 3. Kasih N 2019 Alat Tulis
Posyandu 2. Melakukan 2. Deteksi Dini Kasus katergori umur 4. Mufti N
Lansia pengecekan Gula DM pada Dewasa Dewasa dan 5. Sena
Darah Sewaktu dan Lansia Lansia 6. Sulastrining
sih
Penyuluhan Ceramah dan Diskusi 1. Menjelaskan Warga Dukuh 1. Aditya A 9 Posyand Kas Leaflet
tentang pengertian, tanda Titang dan 2. Ita T.P Oktober u Melati Mahasiswa Speaker
Hipertens, DM gejala, komplkasi, Pundung dengan 3. Kasih N 2019 Mix
dan GERMAS penanganan dan katergori umur 4. Mufti N
pencegahan Dewasa dan 5. Sena
Hipertensi Lansia 6. Sulastrining
2. Menjelaskan sih
pengertian, tanda
gejala, komplkasi,
penanganan dan
pencegahan DM
3. Mensosialisasikan
apa itu GERMAS
Senam Role Model Untuk meningkatkan Warga Dukuh 1. Aditya A 24 Halaman Kas Sound System
hipertensi kesadaran Remaja Titang dan 2. Ita T.P Oktober rumah Mahasiswa
Lansia tentang kesehatan Pundung dengan 3. Kasih N 2019 ibu Harti
dengan cara olahraga katergori umur 4. Mufti N
Dewasa dan 5. Sena
Lansia 6. Sulastrining
sih
2. PLAN OF ACTION PERILAKU REMAJA CENDERUNG BERISIKO

Sumber Daya
Kegiatan Metode Tujuan Sasaran Penanggung
Waktu Tempat Alokasi Dana Media
Jawab
1. Pembentuk Ceramah dan Diskusi 1. Untuk Kader Posyandu 1. Bayu 28 Rumah Kas Mahasiswa Alat tulis
an memberdayakan Remaja dan Dewantara Septemb Bp LP
Posyandu Kader warga Dukuh 2. Dwi Sriyono er 2019 Usman Leaflet
Remaja 2. Menjelaskan Titang dan 3. Gilang S.A LCD
a. Penjelas pentingnya peran Pundung 4. Nunuk K Laptop
an apa kader 5. Ridha W
itu 3. Menjelaskan 6. Slamet W
Posyan tentang pentingnya 7. Sudarto
du Posyandu remaja
Remaja pada warga
( sekun
der)

b. Pemilih
an calon
penguru
s
Posyan
du
Remaja
(Primer
)

2. Pelatihan Ceramah, 1. Untuk melatih skill Calon Kader 1. Bayu 29 Posyand Kas Mahasiswa Alat tulis
Kader Demonstrasi dan dalam, penggunaan Posyandu Dewantara Septemb u Melati Laptop
Posyandu diskusi bersama Body Fat, Tensi Remaja 2. Dwi er 2019 LCD
Remaja Meter Sriyono Speaker
2. Untuk menjelaskan 3. Gilang S.A Mic
tugas setiap kader 4. Nunuk K Timbangan
di 5 meja 5. Ridha W Tensimeter
6. Slamet W
7. Sudarto
3. Simulasi Ceramah, Untuk Calon Kader 1. Bayu 2 Rumah Kas Mahasiswa Alat tulis
Pelaksanaa Demonstrasi dan mengaplikasikan Posyandu Dewantara Oktober Bp. Laptop
n diskusi bersama apa itu prinsip 5 Remaja dan 2. Dwi Sriyono 2019 Usman LCD
Posyandu meja pada Remaja Dukuh 3. Gilang S.A Speaker
E. EVALUASI KEPERAWATAN
1. KETIDAKEFEKTIFAN MANAGEMENT KESEHATAN : HIPERTENSI
Aktivitas kegiatan Indikator Evaluasi
kegiatan
Deteksi Dini Hipertensi dan Tingkat kesadaran 1. Evaluasi Struktur
DM di Posyandu Lansia Penderita a. Persiapan Metode, Alat / Media
Hipertensi dan DM 1) Metode penyuluhan sesuai rencana
yang rutin kontrol Media/alat yang digunakan dalam penyuluhan ini antara lain Sound
ke fasilitas sistem, Laptop, Leaflet pencegahan hipertensi dan DM, perawatan
kesihatan hipertensi dan , leaflet diit hipertensi dan DM, power point materi.
meningkat 50% b. Persiapan Materi
1) Laporan telah dikoordinasikan sesuai rencana (POA)
Penyuluhan tentang Pengetahuan 2) Materi disiapkan dalam bentuk Power Point Presentation dan video
Hipertens, DM dan GERMAS masyarakat tentang untuk mempermudah proses penyampaian kepada sasaran.
pengertian, tanda c. Undangan /  Sasaran / Peserta
gejala, komplikasi, 1) Adanya kesepakatan dan koordinasi dengan kader tentang tempat
penanganan dan dan pelaksanaan kegiatan deteksi dini Hipertensi dan DM,
pencegahan penyuluhan tentang Hipertensi, DM dan Germas serta senam
hipertensi lansia.
meningkat menjadi 2) Tersampaikannya informasi pelaksanaan kegiatan deteksi dini
75%. Hipertensi dan DM, penyuluhan tentang Hipertensi, DM dan
Pengetahuan Germas serta senam lansia kepada masyarakat
masyarakat tentang 3) Tersampaikannya informasi pelaksanaan kegiatan deteksi dini
pengertian, tanda Hipertensi dan DM, penyuluhan tentang Hipertensi, DM dan
gejala, komplikasi, Germas serta senam lansia
penanganan dan 4) Undangan tersampaikan pada kader tanggal 7 Oktober 2019 dan 22
pencegahan DM Oktober oleh Mahasiswa.
meningkat menjadi 5) Mahasiswa menyiapkan materi pada tangal 6 Oktober 2019
75%. 6) Sasaran peserta adalah kegiatan deteksi dini Hipertensi dan DM,
Masyarakat mulai penyuluhan tentang Hipertensi, DM dan Germas serta senam lansia
menerapkan
GERMAS Warga Dukuh Titang dan Pundung dengan katergori umur Dewasa
Senam Hipertensi Lansia Sebanyak 75% dan Lansia
kader sudah 7) kader Posyandu Lansia sebanyak 4 orang.
mampu 2. Evaluasi Proses
mendemonstrasikan Kegiatan deteksi dini Hipertensi dan DM, penyuluhan tentang Hipertensi,
gerakan senam DM dan Germas serta senam lansia berlangsung dengan lancar dan peserta
dengan benar berpartisipasi aktif dalam proses kegiatan.
a. Proses
1) Mahasiswa menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan deteksi dini
Hipertensi dan DM, penyuluhan tentang Hipertensi, DM dan
Germas di Posyandu Melati.
2) Mahasiswa menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan Senam
Lansia di Halaman Rumah Bu Harti
3) Kegiatan deteksi dini Hipertensi dan DM, serta penyuluhan tentang
Hipertensi, DM dan Germas peserta yang hadir 85% dari undangan
yang dibagikan
4) Lansia yang mengikuti senam lansia berpartisipasi aktif dalam
jalannya avara.
5) Acara berlangsung sesuai waktu yang di rencanakan yaitu selama
60 dan 90 menit.
6) Tidak ada gangguan teknis pada alat dan media penyuluhan
7) Mahasiswa mampu memandu jalannya diskusi
8) Mahasiswa mampu menyimpulkan hasil diskusi dan menutup
kegiatan
b. Kehadiran
1) Peserta yang datang saat Kegiatan deteksi dini Hipertensi dan DM,
serta penyuluhan tentang Hipertensi, DM dan Germas sebanyak 75
orang
2) Peserta yang datang dalam kegiatan senam lansia sebanyak 20
Peserta
3) Mahasiswa yang hadir tepat pada waktunya dan berperan sesuai
dengan tugasnya
4) Saat acara dimulai terdapat peserta yang belum hadir atau terlambat
maksimal 10 menit setelah acara dimulai
5) Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan hingga selesai.
3. Evaluasi Hasil :
1) Kognitif :
a) Beberapa peserta menyadari pentingnya Deteksi Dini Hipertensi
dan DM
b) Beberapa peserta mampu menyebutkan pengertian hipertensi
c) Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala penyakit DM
d) Peserta mampu menyebutkan penyebab penyakit hipertensi
e) Peserta mampu menyebutkan cara pencegahan penyakit DM
f) Peserta mampu menyebutkan pengertian dari GERMAS
g) Peserta mengerti tujuan dan manfaat dari GERMAS
h) Peserta mengerti manfaat senam lansia
i) Perangkat desa dan warga juga kooperatif memfasilitasi
kegiatan penyuluhan kesehatan di Dukuh Titang dan Pundung
2) Afektif :
a) Warga bersedia untuk mengontrol tekanan darah dengan
menjaga pola makan, aktivitas, dan mengurangi rokok.
b) Warga yang sudah memiliki tekanan darah tinggi dan Gula
Darah tinggi bersedia untuk kontrol rutin ke tempat pelayanan
kesehatan dan bersedia untuk mengikuti kegiatan Posyandu
Lansia.
c) Ketua RW dan Ketua RT desa akan selalu mengajak dan
membina warga desa untuk mengikuti setiap kegiatan
Penyuluhan Kesehatan atau pembinaan kesehatan serta senam
lansia yang ada di wilayah desa Towangsan
3) Psikomotor :
a) Hasil kegiatan penyuluhan kesehatan menunjukkan terjadinya
peningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai
kegiatan deteksi dini Hipertensi dan DM, pencegahan,
perawatan serta diet hipertensi dan DM.
b) Warga menunjukkan dukungannya pada pelaksanaan Senam
Lansia.
c) Ketua RT dan Ketua RW menjadi role model dalam setiap
kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan.
d) Setiap warga yang telah diberikan Penyuluhan Kesehatan dapat
menerapkan pola hidup sehat.

2. PERILAKU REMAJA CENDERUNG BERISIKO


No Program Kegiatan Evaluasi
1 1. Pembentukan 1. Presentasi apa itu S : para remaja mengatakan antusias dengan rencana pembentukan posyandu remaja
Posyandu posyandu remaja O : proses kegiatan
Remaja 2. Presentasi mengapa 1. Kegiatan sosialisasi pembentukan posyandu remaja dan pemilihan calon pengurus
a. Penjelasan perlu dibentuk posyandu remaja dihadiri oleh 13 remaja dari dukuh Titang dan Pundung
apa itu posyandu remaja 2. Susunan acara sosialisasi pembentukan posyandu remaja dan pemilihan calon pengurus
Posyandu 3. Penjaringan dan posyandu remaja yaitu:
Remaja pemilihan pengurus a. Pembukaan
( sekunder) posyandu remaja b. Presentasi apa itu posyandu remaja sekaligus diskusi
c. Pemilihan calon pengurus posyandu remaja
b. Pemilihan d. Penutup
calon 3. Kegiatan dilaksanakan pada Sabtu, 28 September 2019 jam 19.00 dirumah Bapak Usman
pengurus 4. Remaja tampak antusias dan memperhatikan proses pelatihan, namun ada pula yang
Posyandu kurang memperhatikan pelatihan.
Remaja Hasil kegiatan
(Primer) para calon pengurus yang telah terpilih selanjutnya akan mendapatan pelatihan kader
posyandu remaja
2 Pelatihan Kader 1. Melatih sistem 5 meja S: remaja mengatakan dengan adanya petihan kader posyandu mereka jadi lebih tahu
Posyandu pada posyandu tentang posyandu remaja
Remaja remaja O: proses kegiatan :
2. Melatih administrasi 1. Kegiatan dihadiri oleh 6 calon pengurus posyandu remaja .
pada posyandu 2. susunan acara Pelatihan Kader Posyandu Remaja yaitu :
remaja a. Pembukaan
3. Melatih pengukuran b. Pelatihan sistem 5 meja pada posyandu, pelatihan administrasi pada posyandu remaja
tanda-tanda vital dan dan pelatihan pengukuran tanda-tanda vital dan antrophometri pada calon pengurus
antrophometri pada posyandu remaja
calon pengurus c. Penutup
posyandu remaja 3. Kegiatan dilaksanakan pada Minggu, 29 September 2019 jam 09.00 dirumah posyandu
melati
4. Calon pengurus posyandu yang hadir dalam kegitana sosialisasi tampak antusias dalam
meperhatikan
5. Remaja yang hadir hanya remaja perempuan.
Hasil kegiatan
1. Calon kader mengatakan senang dan jadi lebih faham tentang posyandu remaja
2. Selanjutnya akan dilakukan simulasi posyandu dan penyuluhan tentang kesehatan
reproduksi dan bahaya merokok
3 Simulasi Simulasi pelaksanaan S: remaja mengatakan senang dan masih bingung dengan proses pelaksanna posyandu remaja
pelaksanaan posyandu dengan sistem dengan sistem 5 meja
posyandu 5 meja O: Proses Kegiatan
Remaja 1. Kegiatan simulasi pelaksanaan posyandu remaja dilaksanakan pada rabu 2 Oktober 2019
di rumah bapak Usman dan dihadiri oleh 18 remaja
2. Remaja nampak antusias mengikuti kegiatan simulasi pelaksanaan posyandu
3. Susunan acara Simulasi pelaksanaan Posyandu Remaja yaitu :
a. Pembukaan
b. Simulasi pelaksanaan posyandu remaja
c. Penutup
Hasil Kegiatan:
Calon kader posyandu remaja mengatakan akan berusaha melakukan tugas pokok dan fungsi
masing-masing petugas pada posyandu remaja

4 Promosi Presentasi pendidikan S: Remaja mengatakan jadi lebih mengerti tentang kesehatan reproduksi dan bahaya
Kesehatan pada kesehatan meliputi merokok
remaja terkait materi: O: Proses Kegiatan
Kesehatan a. Kesehatan 1. Kegiatan simulasi pelaksanaan posyandu remaja dilaksanakan pada rabu 2 Oktober 2019
Reproduksi dan Reproduksi di rumah bapak Usman dan dihadiri oleh 18 remaja
Merokok b. Merokok 2. Susunan acara pelatihan antropometri, yaitu:
a. Pembukaan
b. Presentasi pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya merokok
c. Penutup
3. Remaja tampak antusias dan memperhatikan proses presentasi, namun ada pula yang
kurang memperhatikan pelatihan.
4. Remaja aktif bertanya tentang kesehatan reproduksi
Hasil kegiatan
1. Remaja mengatakan akan lebih memperhatikan lagi tentang kesehatan reproduksi
2. Akan dilaksanakan Louncing Posyandu Remaja dan Senam Remaja

5 Louncing Penyerahan SK S: Remaja mengatakan sekarang di desa Towangsan sudah resmi ada posyandu remaja
posyandu remaja pembentukan posyandu O: Proses Kegiatan
remaja kepada remaja 1. Kegiatan louncing posyandu remaja dilakssanakan pada hari minngu 6 oktober 2019 di
yang terpelih menjadi Balai desa towangsan dengan dihadiri 34 remaja
pengurus posyandu 2. Susunan acara louncing posyandu remaja
remaja a. Pembukaan
b. Senam
c. Penmbacaan dan penyerahan SK posyandu remaja
d. Hiburan
e. Penutup
3. Remaja nampak bersemangat dalam mengikuti kegiatan
Hasil kegiatan
Kepala Desa Towangsan mengatakan Posyandu Remaja akan dimasukan dalam anggaran
desa untuk periode tahun depan

6 Senam Senam kesehatan yang S: Remaja mengatakan badannya menjadi lebih segar setelah senam
diikuti oleh remaja desa O: Proses Kegiatan
towangsan 1. Kegiatan louncing posyandu remaja dilakssanakan pada hari minngu 6 oktober 2019 di
Balai desa towangsan dengan dihadiri 34 remaja
2. Susunan acara louncing posyandu remaja
a. Pembukaan
b. Senam
c. Penmbacaan dan penyerahan SK posyandu remaja
d. Hiburan
e. Penutup
3. Remaja nampak bersemangat dalam mengikuti kegiatan
Hasil kegiatan
Remaja mengatakan semoga kegiatan senam dapat dilakukan secara rutin untuk kedepannya

BAB IV
PEMBAHASAN

Material Money ADD Man

Program posyandu Bidan


Pencarian calon
Kader

Kader belum ada

Kemampuan kurang

Pelatihan Kader
Simulasi Posyandu remaja
Dukuh Titang dan Pundung merupakan wilayah kerja Desa Towangsan. Desa
Towangsan belum memiliki posyandu remaja. Posyandu Remaja baru akan didirikan
dengan bantuan mahasiswa, bidan, serta remaja setempat. Posyandu remaja desa
Towangsan mencakup wilayah kerja pada Dukuh Titang dan Pundung. Pengorganisasian
posyandu remaja belum ada tetapi akan dibentuk dan semua calon kadernya juga belum
paham tentang tugas dan peran masing-masing kader. Kegiatan Posyandu remaja yang
pertama kali akan dilaksanakan pada bulan oktober 2019 yaitu senam remaja. Setelah
dilakukan sosialisasi dan pemilihan calon pengurus posyandu remaja, semua calon
pengurus akan dilakukan pelatihan 5 meja, pelatihan pengukuran antropometry, dan
pelatihan pengukuran tekanan darah.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh kader pada saat posyandu remaja adalah
pendaftaran, wawancara, pengukuran antropometry, pengukuran tekanan darah, pengisian
KMS dan pemberian PMT, sedangkan penyuluhan dilaksanakan oleh Petugas Puskesmas
dengan mengumpulkan peserta setelah pengisian KMS dilakukan. Untuk pelaksanaan
pelatihan dan simulasi posyandu menggunakan dana dari kas mahasiswa, dan untuk
pelaksanaan posyandu remaja selanjutnya akan dianggarkan dari Dana Desa jika
posyandu remaja sudah resmi dibentuk.
1. Presentasi dan pencarian calon pengurus posyandu remaja
Presentasi dan pencarian calon pengurus posyandu remaja dilaksanakan pada tanggal
28 September 2019 pukul 19.00 di rumah bapak usman. Presentasi posyandu remaja
memaparkan apa itu posyandu remaja, apa yang melatarbelakangi perlu dibentuknya
posyandu remaja, dan bagaimana cara mendirikan posyandu remaja. Pencarian calon
pengurus posyandu remaja difokuskan pada remaja dukuha Titang dan Pundung yang
merupakan wilayah kerja praktek komunitas mahasiswa Stikes Muhammadiyah
Klaten.
2. Pelatihan kader posyandu remaja
Pelatihan posyandu remaja dilaksanakan pada tanggal 29 september 2019. Kader
posyandu remaja dilatih bagaimana mengaplikasikan metode lima meja, Karena pada
dasarnya pelaksanaan kegiatan posyandu remaja yang dikenal sistem 5 meja tidak
berarti bahwa posbindu PTM harus memiliki 5 meja. Namun dalam pelaksanaannya
posyandu remaja harus mencakup 5 pokok kegiatan meliputi meja 1 (pendaftaran),
meja 2 (wawancara), meja 3 (pengukuran antropometry), meja 4 (pemeriksaan
tekanan darah, gula darah dan asam urat), meja 5 (identifikasi faktor resiko PTM,
konseling, serta tindak lanjut lainnya ). Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan
posyandu remaja nantinya, diharapkan mampu menerapkan sistem 5 meja. Kemudian
posyandu remaja akan diberikan buku panduan untuk melakukan pendidikan
kesehatan atau pegangan untuk kader maka disediakan beberapa leaflet, lembar balik,
buku panduan dll guna untuk menambah wawasan kader dalam hal kesehatan remaja
dan kader mampu memberikan pedidikan kesehatan pada warga.
3. Simulasi pelaksanan posyandu remaja
Mengingat sebelumnya tidak ada posyandu remaja di Desa Towangsan, maka perlu
diadakan simulasi pelaksanaan posyandu remaja. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk lebih memantapkan dan meningkatkan kemampuan calon pengurus posyandu
remaja dalam pelaksanaan posyandu remaja apabila sudah diresmikan. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2019 pukul 19.00 di Rumah Bapak Usman
dengan dihadiri 18 remaja. Di dalam kegiatan ini para calon kader posyandu remaja
yang sebelumnya mendapat pelatihan, mulai menerapkan ilmu yang mereka dapat
dengan bantuan mahasiswa Stikes Muhammadiyan Klaten.
4. Promosi kesehatan pada remaja terkait kesehatan reproduksi dan bahaya merokok
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan 7 remaja mengalami hamil diluar nikah dan
sebagian besar remaja di dukuh Titang dan Pundung adalah perokok. Hal ini lah yang
mendasari perlunya adanya penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya
merokok. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2019 pukul 20.00 di
Rumah Bapak Usman. Diharapkan dengan kegiatan penyuluhan ini pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi dan bahaya merokok dapat meningkat.
5. Louncing posyandu remaja dan senam remaja
Guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang berolah raga khususnya remaja
Dukuh Titang dan pundung maka diadakan kegiatan senam remaja. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 6 oktober 2019 pukul 06.00 di balai Desa Towangsan.
Senam remaja dihadiri 34 remaja dari dukuh Titang dan Pundung. Setelah senam
dilanjutkan pembacaan Surat Keputusan (SK) pembentukan posyandu remaja oleh
Bapak Kepala Desa Towangsan dilanjutkan pelantikan pengurus posyandu remaja.
Bapak Kepala Desa mengatakan kedepannya program-program dari posyandu remaja
akan dimasukan pada anggara Desa Towangsan tahun 20.20
Program kerja posyandu Deteksi dini Hipertesi dan DM
lansia

Material Money Man Senam Hipertensi

Body fat ADD Lansia= 24,86%


ADD
Tensi Meter

Bidan Kader
KMS Ketidakefektifan
manajemen
kesehatan:
Hipertensi

Tensi Meter
Kurang pengetahuan tentang HT
dan DM
Tensi Meter

Mesin Metode
Penyuluhan tentang HT, DM dan Germas
Dukuh Towangsan dan Pundung merupakan salah satu dukuh yang berda di Desa
Towangsan Gantiwarno Klaten. Dari hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa Stikes
Muhammadiyah Klaten didapatkan hasil lansia di Dukuh Titang dan Pundung sebanyak
24, 86% dan penderita hipertensi yang rutin kontrol sebanyak 33,33%. Berdasarkan data
tersut mahasiswa Stikes Muhammadiyah Klaten telah melakukan beberapa tindakan
diantaranya:
1. Deteksi dini Hipertensi dan DM
Deteksi adalah suatu proses untuk memeriksa atau melakukan pemeriksaan terhadap
sesuatu dengan menggunakan cara dan teknik tertentu. Tujuan dari kegiatan ini adalah
mendeteksi secara dini potensi terjadinya kasus hipertensi dan DM pada lansia Dukuh
Titang dan Pundung desa Towangsan. Kegiatan deteksi dini hipertensi dan DM
dilaksananakan pada tanggal 9 Oktober 2019 pukul 08.00 di posyandu melati. Dari 62
lansia yang di cek kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) ditemukan 6 lansia memiliki
GDS diatas 200 dan sebanyak 18 lansia memiliki tekanan darah sistol diatas 140
mmHG. Dalam kegiatan ini lansia yang terdeteksi berisiko terkena Hipertensi dan DM
diharapkan mau rutin memeriksakan kesehatannya dan menjalani pola hidup sehat.
Dari 62 lansia yang di cek kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) ditemukan 6 lansia
memiliki GDS diatas 200 dan sebanyak 18 lansia memiliki tekanan darah sistol diatas
140 mmHG.
2. Penyuluhan Hipertensi, DM dan Germas.
Peserta dari penyuluhan Hipertensi, DM, dan Germas adalah lansia yang pada
kegiatan deteksi dini memiliki Gula Darah Sewaktu di atas 200 dan Tekanan darah
sistol diatas 140. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2019
pukul 09.30 di posyandu melati. Sebelum dilakukan penyuluhan peserta mengerjakan
soal pre test. Setelah penyuluhan peserta mengerjakan soal post tes.

Pre Test
3.5
3
2.5 Jumlah
2
1.5
1
0.5
0
Cukup Kurang Baik

Hasil hasil pre test pengetahuan lansia cukup mengenai penyakit Hipertensi,
DM, dan GERMAS dengan rata-rata nilai adalah 6,25.
Post Test
5
4
3
2
1
0
Baik Cukup Kurang

Hasil post test menunjukan adanya peningkatan pengetahuan lansia mengenai


penyakit Hipertensi, DM, dan GERMAS dari cukup menjadi baik. Hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian Hayati dkk (2015) yang menunjukkan adanya perubahan serta
peningkatan pengetahuan melalui pelatihan untuk meningkatkan wawasan klien.
3. Senam Hipertensi Lansia
Masalah kesehatan yang terjadi pada lansia umumnya adalah penurunan fungsi
organ yang memicunya terjadinya berbagai penyakit degenerative termasuk
hipertensi. Penyakit degenerative pada lansia jika tidak ditangani dengan baik maka
menurunkan kualitas hidup lansia. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia selain
dengan farmakologi dapat pula dilakukan dengan nonfarmakologi seperti senam
hipertensi. Kegiatan senam hipertensi lansia dilaksanakan tanggal 24 Oktober 2019 di
halaman rumah ibu Harti. Dengan rutin melakukan Senam hipertensi merupakan
bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan dan mengelola stress yang
merupakan dua faktor tertinggi yang meningkatkan resiko Hipertensi.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pembentukan Posyandu Remaja dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: sosialisasi
pembentukan posyandu remaja, pencarian kader, pelatihan kader, simulasip
posyandu remaja dengan 5 meja dan Loncing Posyandu remaja
2. Pelaksanaan Program posyandu remaja untuk selanjutnya akan dimasukan ke dalam
anggaran desa dan didukung penuh oleh Kepala Desa Towangsan beserta jajarannya.
3. Hasil penyuluhan pencegahan,perawatan dan diit hipertensi yang dilakukan pada
tanggal 9 Oktober 2019 menunjukkan peningkatan pengetahuan masyarakat
4. Dengan rutin melakukan Senam hipertensi merupakan bagian dari usaha untuk
mengurangi berat badan dan mengelola stress yang merupakan dua faktor tertinggi
yang meningkatkan resiko Hipertensi.

B. SARAN
1. Hasil ini diharapkan dapat di gunakan untuk memotivasi kader dalam meningkatkan
pengetahuan tentang kegiatan dan program Posyandu Remaja
2. Hasil ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit – penyakit yang lain bagi masyarakat
3. Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok dan kesehatan
reproduksi di harapkan remaja di Dukuh Titang dan Pundung sadar akan bahaya
merokok, dapat mengurangi konsumsi rokok dan mencegah terjadinya bahaya sex
bebas.
4. Diharapkan dengan adanya program Posyandu Remaja, keberadaan posyandu dapat
lebih dimanfaatkan serta adanya peningkatan pelayanan dari kader kepada
masyarakat serta dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah desa sehingga
kegiatan pelaksanaan posyandu dapat berlangsung dengan lancar.

Anda mungkin juga menyukai