Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

M
DENGAN HIPOGLIKEMIA DIABETIKUM DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI

Disusun oleh :
1. Kusryan Resmonicasari (220300896)
2. Imam Fachrudin (220300892)
3. Sylvia Novitasari (220300095)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M
DENGAN HIPOGLIKEMIA DIABETIKUM DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI

Disusun oleh :
1. Kusryan Resmonicasari (220300896)
2. Imam Fachrudin (220300892)
3. Sylvia Novitasari (220300095)

Telah mendapatkan persetujuan dan pengesahan


pada tanggal … Januari 2023

Pembimbing Akademik Perceptor/CI

( ) ( )
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipoglikemia pada pasien diabetes melitus merupakan komplikasi akut diabetes
melitus yang dapat terjadi secara berulang dan dapat memperberat penyakit diabetes
bahkan dapat menyebabkan kematian (Cryer & Arbeláez, 2016). Hipoglikemia
merupakan keadaan gawat darurat yang membutuhkan deteksi dan penanganan segera
untuk mencegah kerusakan organ dan otak (Shafiee et al., 2012). Tingginya prevalensi
dan besarnya resiko hipoglikemia berat berkaitan erat dengan perilaku penderita diabetes
dalam mengelola penyakitnya, khususnya perilaku deteksi episode hipoglikemia
(Martiningsih, 2018). Tingginya angka kejadian dan besarnya dampak terjadinya
hipoglikemia disebabkan karena buruknya perilaku penderita diabetes dalam mengelola
penyakitnya, terutama perilaku dalam deteksi terjadinya hipoglikemia (Nurhayati & Sari,
2020). Pasien DM yang sering mengalami episode hipoglikemia cenderung memiliki
kemampuan untuk melakukan deteksi terhadap gejala hipoglikemia yang dirasakan,
selanjutnya melawan atau melakukan upaya pencegahan dan semakin lama menderita
kemampuan yang dimiliki lebih banyak (Chrisanto et al., 2020). Angka kejadian
hipoglikemia pada kasus diabetes mellitus tipe 2 mencapai 10% selama pemberian terapi
insulin. Hipoglikemia pada diabetes melitus disebabkan oleh kelebihan insulin relatif atau
absolut, namun mekanisme kontrol glukosa berperan penting dalam penurunan gejala
klinis (Bilous & Donelly, 2014). Hipoglikemia diabetik lebih sering terjadi pada pasien
diabetes type 1, namun dapat juga terjadi pada pasien diabetes type 2 yang mendapatkan
terapi insulin dan merupakan faktor penghambat utama dalam penanganan diabetes
mellitus tipe 2 (Husna & Putra, 2020).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Menurut (Rudi,2013) Hipoglikemi adalah suatu keadaan dimana kondisi seseorang
mengalami penurunan pada kadar gula dalam darah dibawah normal. Dapat dikatakan
jumlah gula dalam darah mengalami penurunan saat dilakukannya cek GDS dimana
didapatkan jumlah dibawah 60 mg/dl atau dibawah 80 mg/dl dengan gejala klinis. Saat
tubuh mengalami penurunan gula darah, tubuh akan merespon yang dimana ditandai
dengan gejala klinis diantaranya klien akan merasakan pusing, tubuh lemas dan
gemetaran, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang klien bisa sampai hilang kesadaran. Keadaan seperti ini akan
dapat terjadi apabila dalam pemberian obat dan insulin diberikan dalam jumlah yang tidak
tepat atau tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, mengkonsumsi makanan yang terlalu
sedikit ataupun karena sering melalukan aktivitas yang berat. Pada keadaan hipoglikemi
berat dimana jumlah kadar gula dalam darah berada dibawah 10 mg/dl, akibat yang akan
dialami oleh tubuh dapat mengalami kejang hingga dapat terjadinya koma.
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Hipoglikemi menurut (Kedia, 2011) :
1. Dosis pemberian insulin yang kurang tepat Pengobatan diabetes di pergunakan untuk
mengatur kadar gula darah tetap baik sehingga membuat pasien akan merasa nyaman
dan menghindari terjadinya Hipoglikemi, di perlukan kerja sama yang baik antara
pasien dan dokter dalam menurunkan resiko terjadinya komplikasi diabetes.
Kombinasi yang di lakukan dalam pemberian penyediaan insulin sangatlah penting
untuk kita dapat lebih memperhatikan ketepatan dalam pemberian insulin sesuai
dengan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi gula darah yang di alami.
2. Kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan Menunda
sarapan bagi penderita diabetes dalam jangka waktu yang lama di pagi hari dapat
menyebabkan terjadinya Hipoglikemi atau kadar glukosa darah menjadi terlalu
rendah. Lupa atau membiarkan diri terlalu sibuk hingga melewatkan waktu makan
bisa berbahaya bagi penderita diabetes. Lupa makan akan menyebabkan kadar
glukosa dalam darah menjadi terlalu rendah, jika di biarkan tanpa penanganan lebih
lanjut pada keadaan Hipoglikemi maka kondisi ini akan menjadi parah, menyebabkan
rasa linglung dan pingsan. Hipoglikemi yang semakin parah dapat menimbulkan
terjadinya kejang, koma, hingga kematian. Kadar insulin yang di dapatkan untuk gula
dalam darah haruslah seimbang dengan makanan yang akan di konsumsi, namun jika
makanan yang di konsumsi kurang dan tidak bisa menyeimbangi dosis insulin yang di
dapatkan maka akan terjadi keadaan dimana ke seimbangan di dalam tubuh akan
terganggu dan mengakibatkan kadar gula semakin rendah.
3. Konsumsi alkohol Pada kondisi tubuh yang normal, lever merupakan bagian organ
yang menyimpan dan mensekresi glukosa ke dalam sel-sel tubuh sebagai penopang
saat seseorang sedang tidak makan. Lever juga berfungsi dalam membersihkan tubuh
dari racun (detoksifikasi). Lever tidak bisa mensekresi glukosa dan membersihkan
racun secara bersamaan. Jadi ketika keadaan lever melakukan detoksifikasi, organ
tersebut akan berhenti mensekresi glukosa. Organ lain seperti pankreas di dalam
tubuh kita juga dapat memproduksi hormon insulin, hormon yang dimana dapat
mengendalikan kadar gula darah dan mengubahnya menjadi sumber energi bagi
tubuh. Jika fungsi kegunaan pada pankreas terganggu, maka produksi insulin bisa
tidak maksimal dan membuat kadar gula darah menjadi kacau.
C. PATOFISIOLOGI
Menurut (Kedia,2011) pada Diabetes Mellitus type 2, Hipoglikemi terjadi akibat
adanya kelebihan insulin dan juga terjadinya gangguan pertahanan fisiologis yaitu
terdapat penurunan pada plasma glukosa. Glukosa sendiri merupakan bagian terpenting di
dalam tubuh sebagai bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Terjadinya
penurunan kadar gula dalam darah akan berkaitan pada system saraf pusat, sistem
pencernaan dan sistem peredaran darah. Menurut (Setyohadi, 2012) konsentrasi glukosa
yang dimiliki dalam darah yang normal berjumlah 70-110 mg/dl. Penurunan jumlah kadar
glukosa dalam darah akan memicu respon pada tubuh, dimana ketika tubuh mengalami
penurunan kadar gula dalam darah akan memicu terjadinya penurunan konsentrasi insulin
secara fisiologis, serta akan membuat tubuh kehilangan kesadaran. Oleh karena itu, jika
jumlah kadar gula yang di suplai oleh darah mengalami penurunan , tentunya akan
mempengaruhi fungsi kerja otak. Saat tubuh ingin melakukan aktivitas yang banyak, otak
akan sangat bergantung pada suplai glukosa yang akan di berikan secara terus-menerus
dari dalam jaringan system saraf pusat.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Price dan Wilson, 2012) pasien dengan diabetes tipe 2 sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya di buat berdasarkan pemeriksaan
darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Gejala dan tanda-tanda DM
dapat di golongkan menjadi yaitu:
1. Gejala akut penyakit DM

Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin tidak

menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang di tunjukkan

meliputi serba banyak (poli):

a. Banyak makan (poliphagi)

b. Banyak minum (polidipsi)

c. Banyak kencing (poliuri)

2. Gejala kronik penyakit DM

Gejala kronik yang sering di alami oleh penderita DM adalah:

a. Kesemutan

b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum

c. Rasa tebal di kulit

d. Kram

e. Mudah mengantuk

f. Mata kabur

g. Biasanya sering ganti kacamata

h. Gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita

i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas

j. Kemampuan seksual menurun

E. KOMPLIKASI
Menurut teori (Jevon,2010) Hipoglikemia merupakan gangguan tingkat kesadaran
yang dapat berubah kapan saja yang dimana dapat menyebabkan gangguan pernafasan,
selain itu Hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia
yang berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis,
sampai dengan terjadinya gangguan neuropsikologis berat karena efek Hipoglikemi
berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya di tandai oleh perilaku dan pola bicara
yang abnormal dan menurut Hipoglikemi yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, Hipoglikemi juga dapat menyebabkan koma sampai
kematian.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penentuan diagnosa DM adalah dengan pemeriksaan gula darah , menurut Sujono &
Sukarmin (2008) antara lain:
1. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl kriteria diagnostik untuk DM > 140 mg/dl
paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan, atau > 140 mg/dl di sertai gejala klasik
Hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prondial < 140 mg/dl di gunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam < 200
mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
4. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) di lakukan jika TTGO merupakan
kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi
glukosa.
5. Tes toleransi kortison glukosa, di gunakan jika TTGO tidak bermakna. Kortison
menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan penggunaan gula
darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140
mg/dl pada akhir 2 jam di anggap sebagai hasil positif.
6. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan.
7. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.
8. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat di gunakan
dalam diagnosa banding Hipoglikemia atau dalam penelitian diabetes
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada keparahan dari
hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan karbohidrat seperti
minuman yang mengandung glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan.
Dalam Setyohadi (2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan
larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada hipoglikemia berat
membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia, 2011) :
1. Dekstrosa: Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan,
kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat pemberian
dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada
orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak-anak.
2. Glukagon: Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah
pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti
dekstrosa, yang harus diberikan secara intravena dengan perawatan kesehatan yang
berkualitas profesional, glukagon dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau
intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal ini dapat
mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan yang dapat dilakukan secara
darurat.
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik
1) Primary survey
a) Airway: Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau
obstruksi.
b) Breathing: memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas teratur,
tidak ada dyspnea, tidak ada napas cuping hidung, dan suara napas
vesikuler.
c) Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/menit, tekanan darah
dibawah normal bila terjadi syok, pucat karena perdarahan, sianosis, kaji
jumlah perdarahan dan lokasi, capillary refill time >2 detik apabila ada
perdarahan.
d) Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor
apabila adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada medulla
spinalis.
e) Exposure/Environment: fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi
pada wajah dan tangan, memar pada abdomen, perut semakin menegang.
2) Secondary survey
a) Fokus Assesment
(1) Kepala: wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga,
dan mulut
(2) Leher: lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot leher
bagian belakang.
Temuan yang dianggap kritis: Distensi vena jugularis, deviasi
trakea atau tugging, emfisema kulit.
(3) Dada: lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot
asesoris, pergerakan dada, suara paru.
Temuan yang dianggap kritis: luka terbuka, sucking chest wound,
flail chest dengan gerakan dada paradoksikal, suara paru hilang
atau melemah, gerakan dada sangat lemah dengan pola napas yang
tidak adekuat (disertai dengan penggunaaan otot-otot asesoris).
(4) Abdomen: memar pada abdomen dan tampak semakin tegang,
lakukan auskultasi, palpasi dan perkusi pada abdomen.
Temuan yang dianggap kritis: ditemukannya penurunan bising
usus, nyeri tekan pada abdomen, bunyi dullness.
(5) Pelvis: daerah pubik, stabilitas pelvis, krepitasi dan nyeri tekan.
Temuan yang dianggap kritis: pelvis yang lunak, nyeri tekan dan
tidak stabil serta pembengkakan di daerah pubik.
(6) Extremitas: ditemukan fraktur terbuka di femur dextra dan luka
laserasi pada tangan. Anggota gerak atas dan bawah, denyut nadi,
fungsi motorik, fungsi sensorik.
Temuan yang dianggap kritis: nyeri, melemah atau menghilangnya
denyut nadi, menurun atau menghilangnya fungsi sensorik dan
motorik.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi, pernafasandan
tekanan darah. Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian GCS
(Glasgow Coma Scale): terjadi penurunan kesadaran pada pasien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Infeksi Saluran Pernapasan
b. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hipoglikemia
c. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipoglikemia
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Luaran Intervensi
Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Intervensi Utama :
napas tidak tindakan selama 1x.. • Latihan Batuk Efektif.
efektif b.d jam diharapkan • Manajemen Jalan Nafas.
Infeksi Saluran masalah bersihan jalan • Pemantauan Respirasi.
Pernapasan napas tidak efektif b.d Intervensi Pendukung :
Infeksi Saluran • Dukungan Kepatuhan
Pernapasan dapat Program Pengobatan.
teratasi dengan kriteria • Pemberian Obat Interpleura
hasil: • Edukasi Fisioterapi Dada
Luaran Utama : • Edukasi Pengukuran
• Bersihan Jalan Respirasi
Napas • Fisioterapi Dada
Luaran Tambahan : • Konsultasi Via Telepon
• Kontrol Gejala • Manajemen Asthma
• Pertukaran Gas • Manajemen Alergi
• REspons Alergi • Manajemen Anafilaksis
Lokal • Manajemen Isolasi
• Respons Alergi • Manajemen Ventilasi
Sistemik Mekanik
• REspons Ventilasi • Manajemen Jalan Napas
Mekanik Buatan
• Tingkat Infeksi. • Pemberian Obat Inhalasi
• Pemberian Obat Intradermal
• Pemberian Obat Nasal
• Pencegahan Aspirasi
• Pengaturan Posisi
• Penghisapan Jalan Napas
• Penyapihan Ventilasi
Mekanik
• Perawatan Trakheostomi
• Skrining Tuberkulosis
• Stabilisasi Jalan Napas
• Terapi Oksigen
2 Ketidakstabilan Setelah dilakukan Intervensi Utama
kadar glukosa tindakan selama 1x.. • Manajemen Hiperglikemia
darah b.d jam diharapkan • Manajemen Hipoglikemia
hipoglikemia masalah Intervensi Pendukung
ketidakstabilan kadar • Dukungan Kepatuhan
glukosa darah b.d Program Pengobatan
hipoglikemia dapat • Pemantauan Nutrisi
teratasi dengan kriteria • Edukasi Diet
hasil: • Pemberian Obat
Luaran utama • Edukasi Kesehatan
• Ketidakstabilan • Pemberian Obat Intravena
kadar glukosa • Edukasi Latihan Fisik
darah • Pemberian Obat Oral
Luaran tambahan • Edukasi Program Pengobatan
• Kontrol resiko • Edukasi Prosedur Tindakan
• Perilaku • Pemberian Obat Subkutan
mempertahankan • Perawatan Kehamilan Risiko
berat badan Tingg
• Perilaku • Edukasi Proses Penyakit
menurunkan berat • Identifikasi Risiko
badan • Promosi Berat Badan
• Status antepartum • Promosi Dukungan Keluarga
• Status Intrapartum • Konseling Nutrisi
• Status nutrisi • Promosi Kesadaran Diri
• Status pascapartum • Konsultasi
• Tingkat • Manajemen Medikesi
pengetahuan • Promosi Kesadaran Diri
• Surveilens
• Manajemen Teknologi
Kesehatan
• Pelibatan Keluarga
3 Resiko perfusi Setelah dilakukan Intervensi Utama :
serebral tidak tindakan selama 1x.. • Manajemen Peningkatan
efektif b.d jam diharapkan Tekanan Intrakranial
hipoglikemia masalah Resiko perfusi • Pemantauan Tekanann
serebral tidak efektif Intakrasnial
b.d hipoglikemia dapat Intervensi Pendukung :
teratasi dengan kriteria • Edukasi Diet
hasil: • Edukasi Program Pengobatan
Luaran utama • Edukasi Prosedur Tindakan
• Perfusi serebral • Konsultasi Via Telepon
Luaran tambahan • Manajemen alat pacu jantung
• Komunikasi verbal permanen
• Kontrol resiko • Manajemen alat pacu jantung
• Memori sementara
• Mobilitas fisik • Manjemen defibrilasi
• Status neurologis • Manaejemen kejang
• Manajemen medikasi
• Manajemen trombolitik
• Pemantauan hemodinamik
invasif
• Pemantauan neuroligis
• Pemantauan tanda vital
• Pemberian obat
• Pemberian obat inhalasi
• Pemberian obat intradermal
• Pemberian obat intravena
• Pemberian obat ventrikuler
• Pencegahan emboli
• Pencegahan perdarahan
• Pengontrolan infeksi
• Perawatan emboli paru
• Perawatan emboli perifer
• Perawatan jantung
• Perawatan jantung akut
• Perawatan neurovaskuler
• Perawatan sirkulasi
• Surveilans
DAFTAR PUSTAKA

Cryer, P. E., & Arbeláez, A. M. (2016). Textbook of Diabetes 5th Edition. Bethesda : Wiley
& Son Publisher.
Shafiee, G., et al. (2012). The importance of hypoglycemia in diabetic patients. Journal of
Diabetes and Metabolic Disorders. [online] Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3598174.
Martiningsih, M. (2018). An Analysis of Factors Related to the Ability of Hypoglycemic and
Hyperglycemic Early Detection in patients of Diabetes Mellitus in Bima Public
Hospital in 2017. Media Keperawatan Indonesia, 1(3), 18.
https://doi.org/10.26714/mki.1.3.2018 .18-23.
Nurhayati, C., & Sari, N. A. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Hipoglikemia Dengan
Kemampuan Deteksi Hipoglikemia Pasien Dm Tipe 2. Indonesian Jurnal of Health
Development Vol.2 No.1, 2(1), 1–8.
Chrisanto, E. Y., Ayubbana, S., & Anjani, Y. (2020). Analisis faktor yang berhubungan
dengan kemampuan pasien diabetes mellitus dalam melakukan deteksi episode
hipoglikemia. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(1), 8–16.
https://doi.org/10.33024/hjk.v14i1.16 14.
Bilous, R., & Donelly, R. (2014). Handbook of Diabetes, 4th Edition.
Http://Www.Diabetesincontrol.Com/ Handbook-of-Diabetes-4th-EditionExcerpt-6-
Epidemiology-andAetiology-of-Type-2-Diabetes/.
Husna, C., & Putra, B. A. (2020). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemampuan
Melakukan Deteksi Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmu
Keperawatan Medikal Bedah, 3(2), 9–22.
Rudi, H., Sulis Setianingsih (2013). Awas Musuh – Musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun.
Yogyakarta : Gosyen Publishing Sherwood, Laura Iee. 2011. Fisiologi Manusia.
Jakarta : EGC.
Kedia, Nitil. (2011). Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an
Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl. Brawijaya No.99, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55183
Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269. Web: www.almaata.ac.id

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Nama Klien Ny. M No. CM 64XXXX
Tanggal Masuk 26 Desember 2022 Ruang Rawat IGD
Tanggal Pengkajian 26 Desember 2022 Diagnosa Medis Hipoglikemia Diabetikum

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Tanggal Lahir : 07-05-1953
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Janda
Pekerjaan : Petani
Sumber Informasi : Keluarga dan pasien
B. Keluhan Utama
Pasien mengalami penurunan kesadaran sejak turun dari mobil di depan IGD, sesak nafas,
tremor, sinusitis kronis dextra, dan kedua kaki bengkak.
C. Primary Survey
1. Airway : Tidak ada sumbatan jalan nafas, batuk sudah 3 hari
2. Breathing : Pasien sesak napas, sinusitis kronis, SpO2 91%, respirasi 28x/menit
3. Circulation : TD: 80/54 mmHg, N: 128 x/mnt, , CRT <2 dtk, akral dingin
4. Disability : Kesadaran semi coma (E1V2M1), GDS 13 mg/dl
5. Eksposure : tidak terdapat luka pada tubuh pasien
D. Secondary Survey
1. Riwayat Keluhan Saat ini
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak sadar ak turun dari mobil di depan IGD,
sesak nafas memberat selama 3 hari, batuk sudah 3 hari, sinusitis kronis dextra dan
mendesak mata kanan, tremor sejak 4 bulan, kedua kaki bengkak sudah 1 bulan, nafsu
makan dan minum menurun sejak 3 hari. Demam (-), mual (-), muntah (-), alergi (-),
stroke (-), DM (-), HT (-), stroke (-), asma (-), ginjal (-).
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit jantung dan sinusitis
kronis.
3. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan.
4. Genogram

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: laki-laki meninggal

: perempuan meninggal

: pasien

5. Nutrisi dan Cairan


a. Nutrisi
1) Sebelum Masuk Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari nasi, sayur, lauk,
namun sejak 3 hari yang lalu nafsu makan menurun.
b. Cairan
1) Sebelum Masuk Rumah Sakit
Keluarga mengatakan pasien sebelum sakit pasien minum 2 liter/hari air putih,
namun sejak 3 hari yang lalu minum pasien menurun.
6. Aktivitas dan Latihan
a. Sebelum Masuk Rumah Sakit
Aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga
Jenis kegiatan 0 1 2 3
Makan dan minum v

BAK/BAB v

Mandi v

Ambulasi v

Berubah posisi v

0: mandiri,
1: Alat bantu,
2: dibantu orang lain,
3: dibantu orang lain dan alat
b. Setelah Masuk Rumah Sakit
Kemampuan melakukan ROM
Jenis kegiatan 0 1 2 3
Makan dan minum v
BAK/BAB v
Mandi v
Ambulasi v
Berubah posisi v
0: mandiri,
1: Alat bantu,
2: dibantu orang lain,
3: dibantu orang lain dan alat
7. Oksigenasi
Pasien sesak napas, sinusitis kronis, SpO2 91%, respirasi 28x/menit.
8. Tidur dan Istirahat
a. Sebelum Masuk Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada gangguan tidur, tidur 7-8 jam/hari
9. Eliminasi
a. Fekal/Bowel
1) Sebelum Masuk Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada gangguan pada eleminasi
fekal/bowel
b. Urine
1) Sebelum Masuk Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada gangguan pada eleminasi urine
10. Pola Hubungan dan Komunikasi
Menurut keluarga sebelum sakit pasien selalu berinteraksi baik, tidak memiliki
masalah dalam keluarga,teman ataupun masyarakat lainnya. Pasien memiliki
dukungan sosial yang baik dari keluarga, teman dan lingkungannya
11. Koping Keluarga
Pasien tidak memiliki temperamen yang tinggi, perilaku menyimpang dan stresor
yang berlebihan
12. Kognitif dan Persepsi
a. Ggn. Penglihatan : tidak ada
b. Ggn. Pendengaran : tidak ada
c. Ggn. Penciuman : tidak ada
d. Ggn. Sensasi taktil : tidak ada
e. Ggn. Pengecapan : tidak ada
f. Kenyamanan dan nyeri : tidak ada
13. Seksual
Tidak terkaji
14. Nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama islam, keluarga pasien mengatakan pasien sering terlibat dalam
aktivitas keagamaan, keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki pantangan
dalam kesehatan, keluarga pasien mengatakan pasien rajin melakukan sholat 5 waktu.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : buruk
Kesadaran : semi coma
TD : 80/54 mmHg
RR : 28 x/mnt
Nadi : 128 x/menit
Suhu : 36,7 °C
SpO2 : 91%
2. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi dan pembengkakan, pasien mengenakan jilbab.
3. Mata
Sklera berwarna putih, konjungtiva tidak anemis, pergerakan otot mata normal, reaksi
pupil terhadap rangsang cahaya ada
4. Telinga
Tidak terkaji
5. Hidung
Ada penafasan cuping hidung, terdapat sinusitis kronis
6. Mulut dan tenggorokan
Tidak ada bibir sumbing, mukosa bibir lembab dan tidak sianosis
7. Leher
Tidak ada edema/pembesaran tiroid
8. Thoraks
Inspeksi : bentuk dada simetris, kesimetrisan gerak sama, tidak terdapat luka,
retraksi dinding dada tidak ada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : suara napas ronchi
9. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada hematoma dan asites
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada masa, tidak ada pembesaran hati dan limfa
Auskultasi : ada bising usus, peristaltik usus 7x/mnt
10. Ekstermitas
Ekstermitas Atas : tidak tampak deformitas dan bengkak, CRT <2dtk
Ekstermitas Bawah : CRT <2dtk, akral dingin
11. Genitalia
Tidak terpasang DC
12. Anus dan rektum
Tidak terkaji
F. Pemeriksaan Penunnjang
1. Pemeriksaan HbsAg
Hasil: negatif
2. Pemeriksaan darah
Jenis Pemeriksaan Nilai Lab Nilai Normal Satuan Interpretasi
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.2 12.0-16.0 g/dl Normal
Leokosit 13.50 4.00-11.00 10^³/uL Tinggi
Eritrosit 5.26 4.00-5.00 10^³/uL Tinggi
Trombosit 184 150-450 10^³/uL Normal
Hematokrit 49.0 36.0-46.0 Vol% Tinggi
HITUNG JENIS
Eosinofil 0 2-4 % Rendah
Basofil 0 0-1 % Normal
Batang 0 2-5 % Rendah
Segmen 75 51-67 % Tinggi
Limfosit 9 20-35 % Rendah
Monosit 16 4-8 % Tinggi
FUNGSI HATI
SGOT 457 < 31 u/L Tinggi
SGPT 111 < 31 u/L Tinggi
FUNGSI GINJAL
Ureum 95 17-43 mg/dl Tinggi
Creatinin 3.71 0.60-1.10 mg/dl Tinggi
DIABETES
Gula Darah Sewaktu 13 80-200 mg/dl Rendah
ELEKTROLIT
Kalium 6.40 3.50-5.10 mmol/I Tinggi
Natrium 132.0 135-145 mmol/I Rendah
Klorida 95.0 98.0-107.0 mmol/I Rendah
G. Analisa Data
No Hari/Tgl/Jam Data Problem Etiologi TTD
1 Senin, 26 DS: Ketidakstabilan Hipoglikemia Reca
Desember • Keluarga mengatakan kadar glukosa Imam
2022 sebelum tidak darah Sylvi
09.40 WIB sadarkan diri klien
merasa lemas
• Keluarga pasien
mengatakan nafsu
makan menurun sejak
3 hari yang lalu
DO:
• GDS: 13 mg/dl
• Tampak kedua kaki
pasien bengkak
2 Senin, 26 DS: Bersihan Jalan Infeksi Reca
Desember • Keluarga pasien Napas Tidak Saluran Imam
2022 mengatakan pasien Efektif Pernapasan Sylvi
09.40 WIB mengeluh sesak napas
memberat selama 3
hari
• Keluarga pasien
mengatakan pasien
batuk sudah 3 hari
• Keluarga pasien
mengatakan pasien
menderita sinusitis
kronis
DO:
• Tampak sinusitis
kronis dextra dan
mendesak mata kanan
• SpO2 91%
• respirasi 28x/menit
• suara napas ronchi
• ada pernapasan
cuping hidung
3 Senin, 26 DS: - Resiko perfusi Hipoglikemia Reca
Desember DO: serebral tidak Imam
2022 • Pasien tidak sadar dan efektif Sylvi
09.40 WIB lemah
• Kesadaran semi coma
(E1V2M1)
• Akral dingin
• TD 80/54 mmHg
Nadi: 128 x/menit
Suhu: 36,7 °C
H. Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Infeksi Saluran Pernapasan
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hipoglikemia
3. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipoglikemia
I. Rencana Keperawatan
Hari/ Perencanaan
No Dx
Tgl/ TTD
Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Jam
1 Senin, Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Jalan Napas (I.01011) Reca
26/12/ napas tidak 1x8 jam diharapkan masalah bersihan jalan napas Observasi Imam
2022 efektif b.d tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil: • Monitor pola napas, frekuensi napas Sylvi
09.40 Infeksi Bersihan Jalan Napas (L.01001) • Monitor bunyi napas
WIB Saluran Outcome Terapeutik
No Indikator
Pernapasan Awal Akhir • Posisikan semi fowler
1 Frekuensi napas 2 4 • Berikan oksigen
Keterangan: Kolaborasi
1 = Memburuk • Kolaborasi pemberian bronkodilator
2 = Cukup memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup membaik
5 = Membaik
2 Senin, Ketidakstabila Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Hipoglikemia (I.03115) Reca
26/12/ n kadar 1x8 jam diharapkan masalah ketidakstabilan Observasi Imam
2022 glukosa darah kadar glukosa darah dapat teratasi dengan kriteria • Identifikasi tanda dan gejala Sylvi
09.40 b.d hasil: hipoglikemia
WIB hipoglikemia Ketidakstabilan kadar glukosa darah Terapeutik
(L.05022) • Pertahankan akses IV
Outcome Kolaborasi
No Indikator
Awal Akhir • Kolaborasi pemberian dekstrose
Kadar glukosa
1 1 5
dalam darah
Keterangan:
1 = Memburuk
2 = Cukup memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup membaik
5 = Membaik
3 Senin, Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Surveilens (I.14582) Reca
26/12/ serebral tidak 1x8 jam diharapkan masalah ketidakstabilan Observasi Imam
2022 efektif b.d kadar glukosa darah dapat teratasi dengan kriteria • Identidikasi kondisi awal yang Sylvi
09.40 hipoglikemia hasil: memerlukan respon segera
WIB Perfusi serebral (L.02014) • Monitor kemampuan pasien melakukan
No Indikator Outcome
aktivitas perawatan diri
Awal Akhir • Monitor tanda-tanda vital
1 Kesadaran 1 5 Terapeutik
Nilai rata-rata • Fasilitasi memperoleh tes diagnostik
2 2 5
tekanan darah • Interpretasikan hasil tes diagnostik
Keterangan: • Analisis program medis dan pastikan
1 = Memburuk keamanan dan ketepatannya
2 = Cukup memburuk
3 = Sedang Pemberian obat intravena (I02065)
4 = Cukup membaik Terapeutik
5 = Membaik • Lakukan prinsip 6 benar pemeberian
obat
• Pastikan kepatenan dan ketepatan
kateter IV
Berikan obat IV dengan kecepatan yang
tepat

J. Implementasi dan Evaluasi

No
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi TTD
Dx
1 Senin, 09.30 • Mengukur frekuensi napas, pola S: Reca
26/12/2022 WIB napas, bunyi napas tambahan, dan • Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh Imam
SpO2 sesak napas memberat selama 3 hari, pasien batuk Sylvi
sudah 3 hari, pasien menderita sinusitis kronis
O:
• Tampak sinusitis kronis dextra dan mendesak mata
kanan
• SpO2 91%, respirasi 28x/menit, suara napas ronchi,
ada pernapasan cuping hidung, tidak ada retraksi
dinding dada
09.35 S: -
WIB • Memposisikan pasien semi fowler O:
10.10 • Memberikan oksigenasi NRM 10 lpm • Telah diberikan oksigenasi NRM 10 lpm
WIB S: -
• Mengukur frekuensi napas, pola O :
napas, bunyi napas tambahan, dan • RR 28 x/menit, SpO2 99%, bunyi napas tambahan
11.00 SpO2 ronchi, napas cuping hidung
WIB S: -
O:
• Mengukur frekuensi napas, pola • RR 25 x/menit, SpO2 99%, bunyi napas tambahan
12.00 napas, bunyi napas tambahan, dan ronchi, napas cuping hidung
WIB
SpO2 S: -
O:
• RR 22 x/menit, SpO2 99%, bunyi napas tambahan
12.30 • Mengukur frekuensi napas, pola ronchi, napas cuping hidung tidak ada
WIB napas, bunyi napas tambahan, dan • Telah diberikan injeksi ceftazidime 2 gram
SpO2 S: -
• Mengganti oksigen dengan nasal O :
13.00 kanul 4 lpm • RR 22 x/menit, SpO2 97%, bunyi napas tambahan
WIB • Memberikan injeksi obat ceftazidime ronchi
• Mengukur frekuensi napas, pola S: -
napas, bunyi napas tambahan, dan O :
SpO2 • RR 22 x/menit, SpO2 98%, bunyi napas tambahan
ronchi
A: Masalah Bersihan jalan napas tidak efektif b.d
• Mengukur frekuensi napas, pola Infeksi Saluran Pernapasan teratasi
napas, bunyi napas tambahan, dan Outcome
No Indikator
SpO2 Awal Capaian Akhir
Frekuensi
1 2 4 4
napas

P: Hentikan intervensi
(pasien pindah ke bangsal rawat inap)
2 Senin, 09.30 • Memonitor tanda dan gejala S: - Reca
26/12/2022 WIB hipoglikemia O: Imam
• Mengukur GDS • Kedua kaki pasien bengkak Sylvi
• GDS 13 mg/dl
09.35 • Memberikan cairan dekstrose 40% 3 S: -
WIB flash (75 ml) melalui kateter IV O:
dengan syring pump • Telah diberikan cairan dekstrose 40% 3 flash (75
• Memberikan cairan infus D 10% 15 ml) melalui kateter IV dengan syring pump
tpm melalui kateter IV • Telah diberikan cairan infus D 10% 15 tpm melalui
kateter IV
10.10 • Mengukur GDS S: -
WIB O:
• GDS 131 mg/dl
12.00 • Mengukur GDS S: -
WIB O:
• GDS 168 mg/dl
A: Masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d
hipoglikemia teratasi
Outcome
No Indikator
Awal Capaian Akhir
1 Kadar 1 5 5
glukosa
dalam darah

P: Hentikan intervensi
(pasien pindah ke bangsal rawat inap)
3 Senin, 09.30 • Pengkajian primary survey dan S: Reca
26/12/2022 WIB secondary survey • Keluarga pasien mengatakan pasien tidak sadar ak Imam
• Memonitor kemampuan ADL pasien turun dari mobil di depan IGD, sesak nafas Sylvi
• Mengukur tanda-tanda vital memberat selama 3 hari, batuk sudah 3 hari,
sinusitis kronis dextra dan mendesak mata kanan,
tremor sejak 4 bulan, kedua kaki bengkak sudah 1
bulan, nafsu makan dan minum menurun sejak 3
hari,
• Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki
riwayat penyakit jantung dan sinusitis kronis
O:
• Airway: Tidak ada sumbatan jalan nafas, batuk
sudah 3 hari
Breathing: Pasien sesak napas, sinusitis kronis,
SpO2 91%, respirasi 28x/menit
Circulation : TD: 80/54 mmHg, N: 128
x/mnt, ,CRT <2 dtk, akral dingin
Disability : Kesadaran semi coma (E1V2M1),
GDS 13 mg/dl
Eksposure : tidak terdapat luka pada tubuh pasien
• ADL dibantu
• Keadaan Umum : buruk
Kesadaran : semi coma
09.35 • Pemasangan infus Suhu : 36,7 °C
WIB • Pengambilan sampel darah S: -
• Pemasangan kateter urine O:
• Terpasang infus D 10% 15 tpm di tangan kiri
• Telah dilakukan pemeriksaan diagnostik darah
lengkap
• Telah terpasang kateter urine ukuran 16, urine
10.10 • Mengukur tanda-tanda vital keluar lancar ±200 cc
WIB S:-
O:
• KU buruk, semi coma, TD: 101/60 mmHg, N: 123
x/mnt, RR 28 x/menit, SpO2 99%, CRT <2 dtk,
10.36 • Interpretasi hasil tes diagnostik Suhu 36,5°C
WIB S: -
O:
• Ureum tinggi 95 mg/dl
• Creatinin tinggi 3.71 mg/dl
11.00 • Mengukur tanda-tanda vital • Kalium tinggi 6.40 mmol/I
WIB S:-
O:
• KU buruk, semi coma, TD: 106/72 mmHg, N: 108
x/mnt, RR 25 x/menit, SpO2 99%, CRT <2 dtk,
12.00 • Mengukur tanda-tanda vital Suhu 36,5°C
WIB • Memberikan obat vascon 0,05 melalui S:-
kateter IV dengan syring pump O:
• KU sedang, compos mentis, TD: 82/52 mmHg, N:
115 x/mnt, RR 22 x/menit, SpO2 99%, CRT <2
dtk, Suhu 36,5°C
• Telah diberikan obat vascon 0,05 melalui kateter IV
12.15 • Mengukur tanda-tanda vital dengan syring pump
WIB • Memberikan obat vascon 0,1 melalui S:-
kateter IV dengan syring pump O:
• KU sedang, compos mentis, TD: 93/93 mmHg, N:
112 x/mnt, RR 22 x/menit, SpO2 96%, CRT <2
12.30 • Mengukur tanda-tanda vital dtk, Suhu 36,5°C
WIB
• Memberikan kalitake S:-
O:
• KU baik, compos mentis, TD: 106/63 mmHg, N:
13.00 102 x/mnt, RR 22 x/menit, SpO2 97%, CRT <2
WIB • Mengukur tanda-tanda vital dtk, Suhu 36,5°C
S:-
O:
• KU baik, compos mentis, TD: 120/78 mmHg, N:
100 x/mnt, RR 22 x/menit, SpO2 99%, CRT <2
dtk, Suhu 36,5°C
A: Masalah resiko perfusi serebral tidak efektif b.d
hipoglikemia teratasi
Outcome
No Indikator Capaia
Awal Akhir
n
1 Kesadaran 1 5 5
Nilai rata-rata
2 2 5 5
tekanan darah

P: Hentikan intervensi
(pasien pindah ke bangsal rawat inap)

Anda mungkin juga menyukai