Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DENGAN HIPOGLIKEMIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pengampu : Jamaludin,A.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh:

1. Antika Surya Harsiwi (20201540)


2. Choirunnisa’ (20201545)
3. Devi Nur Aini S (20201546)
4. Emiliana Zulva (20201550)
5. Fitri Setyaningrum (20201554)
6. Handal Aghnia (20201557)
7. Happy Wulandari (20201558)
8. Maulida Ainur Rahmatika (20201562)
9. Maya Yuliana (20201563)
10. Niken Ayu Anggun Safitri (20201566)
11. Rahmawati Shinta Dewi (20201570)

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS

TAHUN AJARAN 2022/2023

Jl.Lingkar Raya Kudus-Pati Km. 5 Jepang Kec. Mejobo, Kudus

Telp (0291)4248655, 4248656 Fax. (0291) 4248657

Website : https://centamaku.ac.id │e-mail : surat@centamaku.ac.id


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayahNya, kami dapat menyelesaikan tugas laporan pendahuluan yang
berjudul "Hipoglikemia” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan
Gawat Darurat dan Manajemen Bencana. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang hipoglikemia bagi para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jamaludin,A.Kep.,M.Kes
selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kudus, 22 September 2022

Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular merupakan kelompok penyakit mematikan
terbesar di Indonesia. Salah satunya diabetes melitus. Diabetes terutama
banyak disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat (Eko, 2012). Federasi
Diabetes Internasional dalam Hartono (2011) menyatakan bahwa satu
orang meninggal karena diabetes setiap 10 detik.
Menurut World Health Organization (WHO, 2006) jumlah penderita
diabetes di Indonesia menempati urutan keempat di dunia, mencapai 5,6
juta pada tahun 2000, 14 juta pada tahun 2006, dan 21 juta pada tahun
2015.
Di antara provinsi-provinsi di Indonesia, Jawa Tengah memiliki prevalensi
diabetes yang cukup tinggi. Prevalensi diabetes mellitus tergantung insulin
di Jawa Tengah sebesar 0,09% pada tahun 2011, meningkat dibandingkan
prevalensi 0,08% pada tahun 2010. Rumah Sakit (RSUD) Dr. Moewardi
dari Januari hingga Juni 2012.
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada
pasien diabetes melitus. Hipoglikemia adalah penurunan kadar gula darah
yang mengakibatkan tidak adekuatnya kebutuhan metabolisme sistem
saraf sehingga menimbulkan berbagai keluhan dan gejala klinis (Admin,
2012).
Hipoglikemia sangat berdampak pada morbiditas, mortalitas dan kualitas
hidup. The Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) melaporkan
bahwa sekitar 2-4% kematian pada orang dengan diabetes tipe 1
disebabkan oleh hipoglikemia. Hipoglikemia juga sering terjadi pada
penderita diabetes tipe 2, dengan prevalensi 70-80% (Setyohadi, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari hipoglikemia?
2. Bagaimana klasifikasi hipoglikemia?
3. Apa manifestasi klinis hipoglikemia?
4. Apa komplikasi hipoglikemia?
5. Apa etiologi dari hipoglikemia?
6. Bagaimana patofisiologi hipoglikemia?
7. Apa pemeriksaan penunjang dari hipoglikemia?
8. Bagaimana penatalaksaan hipoglikemia?
9. Bagaimana pencegahan dari hipoglikemia?
10. Bagaimana pathway dari hipoglikemia?
11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan hipoglikemia?
12. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada kasus hipoglikemia?

C. Tujuan
1. Pembaca diharapkan mengetahui definisi hipoglikemia
2. Pembaca diharapkan mengetahui klasifikasi hipoglikemia
3. Pembaca diharapkan mengetahui manifestasi klinis hipoglikemia
4. Pembaca diharapkan mengetahui komplikasi hipoglikemia
5. Pembaca diharapkan mangetahui etiologi hipoglikemia
6. Pembaca diharapkan mangetahui patofisiologi hipoglikemia
7. Pembaca diharapkan mengetahui pemeriksaan penunjang hipoglikemi
8. Pembaca diharapkan mangetahui penatalaksanaan hipoglikemia
9. Pembaca diharapkan mengetahui konsep askep hipoglikemi
10. Pembaca diharapkan mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada
kasus hipoglikemia
11. Pembaca diharapkan mengetahui penerapan askep pada kasus
hipoglikemia
BAB II

KONSEP DASAR
I. Konsep Medis
A. Pengertian
Hipoglikemia adalah kegagalan kadar gula darah mencapai batas
normal (Kedia, 2011).
McNaughton (2011) Hipoglikemia adalah kondisi kadar gula
darah di bawah 60 mg/dl. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
hipoglikemia adalah kadar gula darah di bawah normal yaitu 60mg/dl.
Hipoglikemia, juga dikenal sebagai gula darah rendah, yang
merupakan kadar gula darah di bawah normal. Hal ini dapat
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara diet, aktivitas fisik dan
obat-obatan yang digunakan, sehingga mengakibatkan penglihatan
kabur, berkeringat dingin, peningkatan denyut jantung dan terkadang
kehilangan kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Hipoglikemia adalah penyakit yang disebabkan oleh rendahnya
kadar gula (glukosa) darah. Dalam keadaan normal, tubuh
mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dl (Aina Abata,
2014).
Menurut (Rudi, 2013) hipoglikemia adalah suatu keadaan
dimana kadar gula darah seseorang berada di bawah normal. Jika kadar
gula darah 60 mg/dl atau kurang atau bergejala klinis 80 mg/dl atau
kurang, maka dapat dikatakan kadar gula darah mengalami penurunan
pada uji GDS. Ketika kadar gula darah dalam tubuh turun, tubuh
merespon, ditandai dengan gejala klinis seperti pusing, kelemahan
tubuh dan tremor, penglihatan kabur dan gelap, keringat dingin,
peningkatan denyut jantung, dan kadang-kadang klien sadar. Situasi
seperti itu terjadi ketika obat atau insulin diberikan dalam jumlah yang
salah, tidak diberikan sesuai kebutuhan, tidak makan cukup, atau
sering melakukan aktivitas berat.Dalam kondisi hipoglikemia berat, di
mana jumlah gula dalam darah kurang dari 10 mg /dl, akibat yang
dialami tubuh bisa menyebabkan kejang dan koma.
B. Klasifikasi
Menurut Setyohadi (2012) dan Thompson (2011), hipoglikemia
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Hipoglikemia ringan: Pasien tidak memerlukan bantuan orang lain
untuk pemberian glukosa oral.
2. Hipoglikemia sedang: Gejalanya dapat diatasi sendiri dan
menyebabkan gangguan pada kehidupan sehari-hari.
3. Hipoglikemia berat: Pasien memerlukan bantuan orang lain untuk
memberikan glukosa, glukagon, atau resusitasi lainnya secara
intravena.
Hipoglikemia berat dapat terjadi dalam berbagai situasi,
diantaranya:
a. Kontrol gula darah terlalu ketat
b. Hipoglikemia berulang
c. Hilangnya respon glukagon terhadap hipoglikemia 5 tahun
setelah terdiagnosis DMTI
d. Neuropati autonom
e. Tidak menyadari hipoglikemia
f. End Stage Renal Disease (ESRD)
g. Penyakit/gangguan hati
h. Malnutrisi
i. Konsumsi alkohol tanpa makanan yang cukup

C. Manifestasi Klinis
Menurut Setyohadi (2012), tanda dan gejala hipoglikemia antara lain:
1. Adrenergik: pucat, keringat dingin, takikardia, tremor, lapar,
cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia, seperti kebingungan, bicara tidak jelas,
perubahan perilaku, kelemahan, disorientasi, penurunan kesadaran,
kejang, dan penurunan respons terhadap rangsang
Menurut (Price dan Wilson, 2012), penderita diabetes tipe 2 tidak
menunjukkan gejala dan diagnosis hanya didasarkan pada tes darah
laboratorium dan tes toleransi glukosa. Gejala dan tanda DM dapat
dikategorikan sebagai berikut:

1. Gejala akut DM
Gejala DM bervariasi dari pasien ke pasien dan mungkin sama
sekali tidak ada menunjukkan gejala samapai saat tertentu.
Kemunculan gejala yang ditunjukkan meliputi banyak (poli):
a. Banyak makan (polifagi).
b. Banyak minum (polidipsi).
c. Poliuria (poliuri).

Kondisi ini jika tidak segera diobati, dapat menyebabkan minum


berlebihan, sering buang air kecil, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan yang cepat (penurunan berat badan 5-10 kg
dalam 2-4 minggu), kelelahan, dan mual jika tidak segera diobati.

2. Gejala Kronis DM Gejala kronis yang umum pada pasien DM


adalah:
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk jarum
c. Rasa tebal dikulit
d. Kram
e. Mudah mengantu
f. Penglihatan kabur
g. Biasanya sering ganti kacamata
h. Gatal-gatal di sekitar alat kelamin, terutama pada wanita
i. Gigi longgar dan mudah lepas
j. Penurunan kemampuan seksual
k. Ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan, atau bayi yang lahir dengan berat lebih dari
4 kg
D. Komplikasi

Komplikasi hipoglikemia pada gangguan kesadaran yang


berubah selalu dapat menyebabkan masalah pernapasan, dan juga
dapat menyebabkan kerusakan otak akut. Bahkan dapat menyebabkan
gangguan neuropsikologis pada otak. Ini karena efek hipoglikemia
berhubungan dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat biasanya
ditandai dengan pola perilaku dan ucapan yang tidak normal (Jevon,
2010). Menurut Kedia (2011), hipoglikemia yang berkepanjangan
menyebabkan kerusakan otak, dan hipoglikemia dapat menyebabkan
koma dan kematian.

Menurut teori (Jevon, 2010) hipoglikemia adalah gangguan


tingkat kesadaran yang dapat berubah sewaktu-waktu, dapat
menyebabkan gangguan pernapasan, dan hipoglikemia juga dapat
menyebabkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia parah yang
berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis,
termasuk perkembangan gangguan neuropsikologis yang parah karena
efek hipoglikemia terkait sistem saraf pusat. Hipoglikemia juga dapat
menyebabkan koma dan kematian.

E. Etiologi
Penyebab hipoglikemia menurut (Kedia, 2011):
1. Pemberian insulin yang tidak tepat
Pengobatan diabetes digunakan untuk mengatur kadar gula darah
agar tetap baik, membuat pasien tetap nyaman, dan mencegah
terjadinya hipoglikemia. Kolaborasi pasien-dokter yang baik
diperlukan untuk mengurangi risiko komplikasi diabetes.
Kombinasi yang dilakukan dalam pemberian insulin sangat
penting, dan dapat diperhatikan ketepatan pemberian insulin sesuai
kebutuhan, tergantung dari keadaan gula darah yang dialami.
2. Asupan karbohidrat yang tidak mencukupi dengan menunda atau
melewatkan makan.
Menunda sarapan pada penderita diabetes dapat menyebabkan
hipoglikemia, atau kadar gula darah yang nilainya terlalu rendah.
Jika tidak diobati, kondisinya bisa menjadi parah, menyebabkan
kebingungan dan pingsan. Hipoglikemia berat dapat menyebabkan
kejang, koma, dan bahkan kematian. Tingkat insulin yang
didapatkan untuk gula dalam darah perlu diimbangi dengan
makanan yang dimakan, tetapi jika tidak makan cukup makanan
dan tidak dapat menyeimbangkan dosis insulin yang didapatkan,
tubuh terganggu dan kadar gula darah turun.
3. Konsumsi Alkohol dalam kondisi fisik normal,
Hati merupakan bagian dari organ yang menyimpan dan
mengeluarkan glukosa ke dalam sel-sel tubuh sebagai penopang
saat seseorang tidak sedang makan. Hati juga berfungsi untuk
mengeluarkan racun dari tubuh (detoksifikasi). Hati tidak dapat
mengeluarkan glukosa dan membuang racun pada saat yang
bersamaan. Oleh karena itu, ketika kondisi hati didetoksifikasi,
organ tersebut berhenti mensekresi glukosa. Organ lain dalam
tubuh kita, seperti pankreas, juga dapat memproduksi insulin,
hormon yang dapat mengatur kadar gula darah dan mengubahnya
menjadi sumber energi bagi tubuh. Produksi insulin mungkin tidak
optimal dan kadar gula darah dapat terganggu.
4. Meningkatkan Pemanfaatan Karbohidrat
Melalui Latihan atau Penurunan Berat Badan Aktivitas fisik dan
olahraga sangat penting dalam mengendalikan diabetes. Namun,
jika berolahraga terlalu banyak, olahraga juga dapat menyebabkan
kadar gula darah turun di bawah kisaran normal. Olahraga sedang
hingga berat dapat menurunkan kadar gula darah 24 jam setelah
berolahraga. Tubuh menggunakan dua bahan bakar untuk energi:
gula dan lemak. Gula yang digunakan diperoleh dari darah, hati,
dan otot. Gula disimpan di hati dan otot dalam bentuk glikogen.
Olahraga dapat menurunkan kadar gula darah dan simpanan
glikogen, memungkinkan tubuh untuk benar-benar mengisi
kembali simpanan glikogen ini. Namun, proses ini membutuhkan
waktu yang singkat, 4-6 jam. Ini bisa memakan waktu 12-24 jam
jika terlalu aktif. Dalam proses pengisian atau pemulihan simpanan
glikogen, penderita diabetes berada pada peningkatan risiko kadar
gula darah rendah.

F. Patofisiologi

Pada diabetes mellitus tipe 2, hipoglikemia disebabkan oleh


kelebihan insulin dan gangguan pertahanan fisiologis, yaitu penurunan
glukosa plasma. Glukosa sendiri merupakan komponen terpenting
dalam tubuh sebagai bahan bakar metabolisme yang diperlukan untuk
otak. Kadar gula darah yang rendah berhubungan dengan sistem saraf
pusat, pencernaan dan peredaran darah.

Kadar glukosa darah normal berkisar antara 70 hingga 110


mg/dl. Penurunan jumlah glukosa dalam darah memicu respons dalam
tubuh, dan ketika kadar glukosa dalam darah turun, kadar insulin
dalam tubuh secara fisiologis menurun, menyebabkan tubuh
kehilangan kesadaran. Oleh karena itu, penurunan jumlah gula yang
disuplai oleh darah pasti mempengaruhi fungsi otak. Saat tubuh ingin
melakukan banyak aktivitas, otak sangat bergantung pada suplai
glukosa yang terus menerus yang dipasok oleh jaringan sistem saraf
pusat. Saat otak kehilangan suplai glukosa yang dibutuhkannya, tubuh
merespon Hilangnya kesadaran secara terus-menerus menyebabkan
pola pernapasan tidak efektif. Ketergantungan otak pada pasokan
glukosa menit demi menit dari sistem peredaran darah disebabkan oleh
ketidakmampuan otak untuk mengimbangi kadar glukosa yang
disimpan sebagai glikogen di otak. Selain itu, otak tidak dapat
mencampur glukosa dan menyimpan simpanan glukosa dalam bentuk
glikogen, meskipun dalam jumlah kecil. Oleh karena itu, fungsi otak
yang normal bergantung pada pengambilan glukosa dan konsentrasi
yang bersirkulasi. (Setyohadi, 2012)

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Gula darah puasa

2. Diuji untuk mengetahui kadar glukosa darah puasa (sebelum


pemberian glukosa 75 gram per oral) dan nilai normal antara 70-
110 mg/dl.

3. Kadar gula darah 2 jam setelah makan

Normal < 140mg/dl/2 jam diuji 2 jam setelah pemberian glukosa

4. HBA1c

Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh


kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat
mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan
kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-
6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.

5. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah


terganggu

6. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

H. Penatalaksanaan
Menurut Kedia (2011) pengobatan hipoglikemia tergantung
pada keparahan hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah
diobatidengan asupan karbohidrat seperti minuman yang mengandung
glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan. Dalam
Setyohadi (2011) pada minuman yang mengandung glukosa, dapat
diberikan larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan).
Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain :
1. Glukagon
Sebagai hormon kontra-regulasi utama terhadap insulin, glukagon
adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk
hipoglikemia berat. Tidak seperti dekstrosa, yang harus diberikan
secara intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas
profesional, glukagon dapat diberikan oleh subkutan (SC) atau
intramuskular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih.
Hal ini dapat mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan
yang dapat dilakukan secara darurat.
2. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena
pingsan, kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan
darurat dapat pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50%
adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan
konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak-anak.

I. Pencegahan
Menurut (KEMENKES, 2018) untuk mencegah munculnya gejala
Hipoglikemi ialah dengan :
a. Makan sesuai dengan aktifitas yang di lakukan sehari-hari
b. Batasi konsumsi minuman keras atau hindari sama sekali tidak
meminumnya
c. Pantau kadar gula secara berkala
d. Kenali gejala-gejala Hipoglikemi yang muncul
e. Selalu siapkan makanan atau obat-obatan pereda gejala di manapun
anda berada
J. Pathway

Reaksi autoimun Usia, obesitas, genetik

DM Tipe 1
DM tipe 2

Sel beta pancreas Sel beta pancreas


hancur
menurun
Anabolisme proses Defisiensi insulin Penurunan glukosa

Kerusakan pada Liposis meningkat Hiperglikemia


antibody
Gliserol asam
Kekebalan tubuh lemak bebas Polifagia Viskolita darah

katogenesi Polidipsi Aliran darah


Neuropati sensori
melambat
perifer
ketonuria Poliuera
Ischemic
Klien merasa sakit jaringan
pada luka ketoasidosis Ketidakstabillan
kadar glukosa
Nyeri abdomen darah
Nyeri akut
Resiko perfusi
Defisit nutrisi perifer tidak
efektif

Sumber : Smeltzel dan Bare 2015


II. Konsep keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas
dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan
nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
a) Chin lift/ Jaw thrust
b) Suction
c) Guedel Airway
d) Instubasi Trakea
b. Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan : 
a) Beri oksigen
b) Posisikan semi Flower 
c. Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah:
a) Cek capillary refill
b) Auskultasi adanya suara nafas tambahan
c) Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik. 
d) Cek Frekuensi Pernafasan
e) Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
f) Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
d. Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar,
hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji
pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi
fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.
Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau
instruksi dokter.
2. Pengkajian Sekunder Hipoglikemia
Data dasar yang perlu dikaji adalah:
a. Keluhan utama:
sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering
hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai
keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
3. Riwayat : 
a) ANC
b) Perinatal
c) Post natal 
d) Imunisasi
e) Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
f) Pemakaian parenteral nutrition 
g) Sepsis
h) Enteral feeding
i) Pemakaian Corticosteroid therapi
j) Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
4. Data Fokus 
Data Subyektif:
a) Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas  
b) Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
c) Rasa lapar (bayi sering nangis)
d) Nyeri kepala
e) Sering menguap
f) Irritabel
Data obyektif:
a) Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor,
kejang, kaku
b) Hight-pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea,
nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar,
menolak makan dan koma
c) Plasma glukosa < 50 mg/dl
5. Pengkajian head to toe 
Data subyektif:
a) Riwayat penyakit dahulu
b) Riwayat penyakit sekarang 
c) Status metabolik intake makanan yang melebihi kebutuhan
kalori, infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang
berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social,
obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa
darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik
oral.
Data Obyektif 
a) Aktivitas / Istirahat
Gejala Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot,
tonus ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda:
Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau
aktifitasLetargi/disorientasi, koma
b) Sirkulasi
Gejala Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi,
kebas dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yanglama, takikardia. Tanda : Perubahan
tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena
jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung
c) Integritas/ Ego 
Gejala: Stress, tergantung pada orang lain, masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda: Ansietas, peka rangsang
d) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia,
rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi). ISK
baru/berulang, nyertekan abdomen, diare. 
Tanda: Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat
berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi
hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi),
abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan
menurun, hiperaktif (diare)
e) Nutrisi/Cairan 
Gejala: Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak
mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat,
penurunan berat badan lebih dari beberapa hari/minggu,
haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda: Kulit kering/bersisik, turgor jelek,
kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid
(peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan
gula darah), bau halisitosis/manis, baubuah (napas aseton) 
f) Neurosensori
Gejala: Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan 
Tanda: Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma
(tahap lanjut), gangguan memori (baru, masa lalu), kacau
mental, refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas
kejang (tahap lanjut dari DKA).
g) Nyeri/kenyamanan
Gejala: Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat
berhati-hati
h) Pernapasan 
Gejala: Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda: Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen,
frekuensi pernapasan meningkat
i) Keamanan
Gejala: Kulit kering, gatal, ulkus kulit 
Tanda: Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi,
menurunnyakekuatan umum/rentang gerak,
parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j) Seksualitas 
Gejala: Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten
pada pria, kesulitan orgasme pada wanita 
k) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke,
hipertensi. Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat
sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau
tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. 
Rencana pemulangan: Mungkin memerlukan bantuan
dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri,
pemantauan terhadap glukosa darah.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Ketidakseimbangan kadar glukosa
c. Defisit nutrisi
d. Risiko perfusi perifer tidak efektif
C. Intervensi
No. Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Nyeri Akut
(L.08066) Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan (I.08238)
tindakan - Identifikasi
keperawatan lokasi,
selama ....x24 jam karakteristik,
diharapkan tingkat durasi, frekuensi,
nyeri menurun kualitas,
dengan kriteria intensitas nyeri
hasil : - Identifikasi skala
1. Keluhan nyeri nyeri
menurun - Berikan teknik
2. Kesulitan tidur non farmakologis
menurun untuk
3. Frekuensi nadi mengurangi rasa
membaik nyeri
4. Pola napas - kolaborasi
membaik pemberian
5. Tekanan darah analgetik jika
membaik perlu

.
3. Risiko defisit nutrisi Status nutrisi Manajemen
(L03030) gangguan makan
Setelah dilakukan (I.03111)
tindakan - Timbang BB
keperawatan secara rutin
selama ...x24jam - Ajarkan
diharapkan status pengaturan
nutrisi membaik diet yang tepat
dengan kriteria hasil: kolaborasi
1. Porsi makan yang dengan ahli
dihabiskan gizi tentang
meningkat target BB,
2. Nafsu makan kebutuhan
membaik kalori dan
3. Frekuensi makan pilihan
meningkat makanan
4.BB membaik Manajemen nutrisi
1. (I.03119)
- Identifikasi
status nutrisi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan (mis.
pereda nyeri,
antiemetik)
DAFTAR PUSTAKA
Abata, Q. ’Aina. (2014). Ilmu penyakit dalam. Madiun: Al-Furqon.
Admin. 2012. Bahaya Tekanan Gula Darah yang Terlalu Rendah. Diakses
tanggal 22 September 2022
Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta :
EGC
Eko, Wahyu. 2012. Penyakit Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia.
diakses tanggal 22 September 2022
Hartono, Andry. 2011. Basic Carb Counting. Diakses tanggal 22
September 2022
Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC
Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental
Practice. Inggris: Wiley Blackwell
Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With
Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press
Journal
Kemenkes RI, 2018. Riset Kesehatan dasar 2018: Jakarata
McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department:
Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes
Nabyl, R.A. (2012). Panduan Hidup Sehat : Mencegah dan Mengobati
Diabetes Mellitus. Yogyakarta : Aulia Publishing.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Price, A. & Wilson, L. M. 2012. Konsep Klinis Proses Proses Penyakit
(Vol.2). Jakarta: EGC.
Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawat daruratan Penyakit Dalam. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Setyohadi, Bambang. 2012. Kegawat daruratan Penyakit Dalam. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Thompson, Gregory. 2011. Hypoglycemia (Low Blood Sugar) in People
Without Diabetes.Diakses tanggal 22 September 2022
WHO. 2006. Diabetes Action Now Booklet.

Anda mungkin juga menyukai