Kelompok 6 :
Kelas 3B
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Hiperglikemia”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini
dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
kami sebagai manusia biasa.
Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf. Kritik dan saran dari dosen pengajar
maupun dari pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk menyempurnakan makalah ini
terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah suatu gangguan pada metabolisme karbohidrat,
lipid, dan protein dengan berbagai penyebab dan merupakan suatu penyakit yang
kronik. Seseorang dengan DM memiliki kadar glukosa darah yang tinggi atau disebut
hiperglikemia (National Instititues of Health, 2014). Diabetes melitus terbagi menjadi
2 tipe utama, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 dikarakterisasi
dengan ketidakmampuan produksi in-sulin karena kerusakan sel pankreas akibat reaksi
autoimun (Diabetes UK, 2014), sedangkan DM tipe2 merupakan penyakit yang
melibatkan beberapa patofisiologi, termasuk gangguan fungsi pulau Langer-hans dan
resistensi insulin yang menghasilkan gangguan toleransi glukosa dan produksi glukosa
hepatik puasa yang tinggi (World Health Organiza-tion, 2010).
Prevalensi DM diperkirakan pada orang dewasa berusia antara 20 sampai 79
tahun. Jumlah penderita DM pada tahun 2012 di seluruh dunia mencapai 371 juta jiwa,
dimana proporsi kejadian DM tipe 2 adalah 95% dan hanya 5% dari jumlah tersebut
yang menderita DM tipe 1 (Diabetes UK, 2014). Indonesia kini telah menduduki
rangking keempat jumlah penyandang DM terbanyak setelah Amerika Serikat, China,
dan India. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang DM di
Indonesia pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan
penduduk diperkirakan pada 2030 akan ada 20,1 juta penyandang DM dengan tingkat
prevalensi 14,7% untuk daerah urban dan 7,2% daerah rural. Sementara itu Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes DM di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030
(pdpersi, 2011).
Diabetes mellitus menyebabkan peningkatan insiden kesakitan dan kematian di
seluruh dunia akibat komplikasi hiperglikemia. Hiperglikemia merangsang pelepasan
superoksida (O2-) di tingkat mitokondria yang merupakan pemicu awal timbulnya
stresoksidatif pada penderita DM tipe 2. Komplikasi hiperglikemia jangka panjang
berhubungan dengan risiko trombosis, aterosklerosis, dan penyakit kardiovaskuler.
Tujuh puluh sampai delapan puluh persen penderita DM meninggal karena penyakit
vaskuler (Wahyuni, 2011).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hiperglikemia
2. Untuk mengetahui etiologi hiperglikemia
3. Untuk mengetahui klasifikasi hiperglikemia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik hiperglikemia
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hiperglikemia
6. Untuk mengetahui patofisiologi hiperglikemia
7. Untuk mengetahui komplikasi hiperglikemia
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis hiperglikemia
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hiperglikemia
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Hiperglikemi adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau
berlebihan yang artinya akan menjadi penyakit yang disebut diabetus melitus yaitu
suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormon insulin akibatnya glukosa
tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Hiperglikemia
ditandai dengan poliuria, polidipsi dan polifogia serta kelelahan yang parah dan
pandangan yang kabur (Nabyl, 2009).
Hiperglikemia yang tidak dikontrol secara terus menerus akan berkembang
menjadi penyakit diabetus melitus dan merupakan faktor resiko untuk penyakit
metabolik lainnya. Sebagian besar dewasa muda usia 20 – 30 tahun dengan IMT > 23
kg/m2 mempunyai kadar glukosa darah sesaat normal (Kasengke, 2015)
B. Etiologi
1. Predisposisi
a. Disfungsi kelenjar thyroid, adrenal dan pituitary glands
b. Kerusakan sel Beta
c. Pengangkatan pankreas
d. Penyakit intrakranial, ensefalitis, perdarahan otak, meningitis dan tumor
otak (khususnya yang berlokasi didekat pituitary glands)
e. Pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit (tidak cukup)
f. Pankreas memproduksi insulin dalam batas normal, namun sel tubuh tidak
dapat merespon rangsangan dari insulin untuk mengambil glukosa dalam
darah
2. Presipitasi
a. Usia
b. Overweight
c. Hereditas (anggota keluarga yang memiliki riwayat hiperglikemia)
d. Faktor imunologi (respon autoimun, dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap sebagai jaringan asing) (John, Ratery et al,. 2009)
C. Klasifikasi
1. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula darah dalam
level >126 mg/dl untuk gula darah puasa.
2. Hiperglikemia berat
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula darah
puasa setelah terjadi selama beberapa periodik tanpa adanya hypoglikemic
medication. Pada hiperglikemia kronis sudah harus dilakukan tindakan dengan
segera, karena dapat meningkatkan resiko komplikasi pada kerusakan ginjal,
kerusakan neurologi, jantung, retina, ekstremitas dan diabetic neuropathy
merupakan hasil dari hiperglikemi jangka panjang. (Frier, BM et al,. 2004).
D. Manifestasi Klinik
1. Hiperglikemia sedang
Pada hiperglikemia akut belum terlihat tanda dan gejala yang bermakna,
namun seseorang yang memiliki hiperglikemia akut biasanya mengalami
osmotik dieresis. Keadaan ini biasanya terjadi karena kontrol gula darah yang
rendah.
2. Hiperglikemia berat
Pada hiperglikemia kronis, biasanya seseorang sudah memiliki tanda gejala
yang bermakna diantaranya (Jauch Chara K, et al,. 2007). :
a. Polyphagia (Peningkatan frekuensi makan karena sering lapar)
b. Polydipsia (Peningkatan frekuensi minum karena sering haus)
c. Polyuria (Peigkatan urinary)
d. Blurred vision (penglihatan kabur
e. Fatigue (sleepiness) (Kelelahan)
f. Weight loss (Kehilangan berat badan tanpa alasan)
g. Poor wound healing (Proses penyembuhan luka lama)
h. Dry mouth (Mulut kering)
i. Dry or itchy skin (Kulit kering atau gatal)
j. Tingling in feet or heels (Kesemutan pada ekstremitas)
k. Erectile dysfunction (Disfungsi ereksi)
l. Recurrent infections, external ear infections (swimmer's ear) (Rentan
terhadap infeksi)
m. Cardiac arrhythmia (Peningkatan irama jantung)
n. Stupor (Kejang)
o. Coma (Koma)
p. Seizures (Pingsan)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. KGD
2. Bikarbonat serum
3. Ph
4. BUN
5. Hb/ Ht4
F. Patofisiologi
G. Komplikasi
Hiperglikemia akan menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani dengan
tepat.Ketoasidosis merupakan salah satu komplikasi dari hiperglikemia jangka panjang
dimana tanda gejalanya antara lain: nafas pendek, nafas bau buah, mual muntah dan
mulut kering. Selain ketoasidosis, hiperglikemia juga dapat meningkatkan komplikasi
pada gagal jantung dan ginjal. Jika hiperglikemia terjadi lama hal ini dapat
menyebabkan penurunan aliran darah terutama pada kaki dan terjadi kerusakan saraf,
sehingga kaki mudah mendapat luka dan sulit sembuh (Gangren).
H. Pemeriksaan Medis
1. Olahraga (namun jika gula darah diatas 240 mg/dl dan ketika diperiksa
terdapat keton dalam urin maka olahraga harus dihentikan)
2. Diet rendah gula
3. Terapi insulin
4. Hypoglicemic medication
I. Masalah Keperawatan
S:
Glukoneogenesis
Pasien mengatakan mual dan muntah
Pasien mengatakan nyeri abdomen
Pasien mengatakan rasa penuh secara
Lemak
tiba-tiba
O:
Nutrisi Kurang dari
1. Nafas bau aseton Pucat Hb rendah
Ketogenesis kebutuhan tubuh
Penurunan nafsu makan Diare
Bising usus berlebihan
Konjungtiva anemis
Ketonemia
Mual
muntah
Anoreksia
S:
Pasien mengatakan
sering haus Defisiensi
Dehidrasi
Polidipsi
Poliuri
Defisiensi insulin
Hiperglikemi
DS:
Pasien mengatakan nyeri pada luka
Glikosuria
DO:
Difisit imunologi
Leukosit naik
Hemokonsentrasi Kerusakan integritas
Gangguan pada bagian tubuh
kulit
3. Kerusakan lapisan kulit
(dermis) Trombosis
Gangguan pada permukaan kulit
(epidermis)
Turgor kulit (elastisitas) menurun Aterosklerosis
Makrovaskuler
Ekstremitas
Gangren
Kerusakan integritas
kulit
hiperglikemi
S: Hiperglikemia
Pasien mengatakan lelah
Pasien mengatakan tidak tertarik
5. Protein negatif tidak Fatigue
dengan lingkungan
seimbang
Pasien mengatakan
kurang energi
Pasien mengatakan gagguan BB turun namun
konsentrasi polifagia
O:
Pasien tampak penurunan
kemampuan Energi <
Kurang energi
Pasien tampak letih
Fatigue
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
a. Penurunan nafsu makan
b. Faktor biologi
c. Faktor ekonomi
d. Ketidakmampuan mencerna makanan
e. Ketidakmampuan menyediakan nutrisi adekuat
f. Faktor psikologis
g. Faktor kepercayaan
h. Faktor sosial budaya
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan secara aktif
3. Kelelahan b.d
a. Anemia, status penyakit, malnutrisi, kondisi fisik yang buruk dan gagguan
tidur
b. Psikologis: cemas, depresi dan stress
c. Lingkungan: kelembaban, cahaya, kebisingan dan suhu
4. Kerusakan integritas kulit b.d
a. Internal
a). Perubahan status cairan
b). Perubahan pigmentasi
c). Perubahan turgor
d). Ketidakseimbangan nutrisi
e). Penurunan imun
f). Kerusakan sirkulasi
g). Kerusakan sensasi
b. Eksteral
a) Substansi kimia
b) Faktor usia
c) Hipertermi
d) Hipotermi
e) Faktor mekanik
f) Obat-obatan
g) Kelembapan
h) Immobilisasi
i) Radiasi
3. Kelelahan
NOC :
- Toleran aktivitas
- Energy conservation
- Status nutrisi: energi
NIC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kelelahan pasien
teratasi dengan kriteria:
- Kemampuan aktivitas adekuat
- Mempertahankan nutrisi adekuat
- Keseimbangan aktivitas dan istirahat
- Menggunakan teknik energi konservasi
- Mempertahankan interaksi sosial
- Mengidentifikasi faktor fisik dan psikologis yang menyebabkan
kelelahan
Intervensi
No. Rasional
NIC: Energy Management
Monitor dan catat pola dan jumlah Kurang istirahat dapat
1.
tidur pasien menyebabkan kelelahan
Meminimalkan ketidaknyamanan
Monitor lokasi ketidaknyamanan
2. agar pasien tetap dapat
selama beraktivitas
beraktivitas
Status nutrisi yang buruk dapat
3. Monitor intake nutrisi pasien menjadi pemicu penurunan energi
pasien
Mencegah aktivitas yang
Catat aktivitas yang dapat
4. berlebihan agar energi pasien
meningkatkan kelelahan
tidak habis
Instruksikan pasien untuk mencatat tanda dan
5. Mengetahui gejala kelelahan
gejala kelelahan
Tetap melakukan aktivitas namun
Anjurkan manajemen aktivitas
ringan agar tidak terjadi
6. untuk mencegah kelelahan
komplikasi intoleran aktivitas
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini
adalah :
1. Bagi Perawat
Harus berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh klien sehingga
terjadi peningkatan pengetahuan dan dapat membantu mencegah
kompleksitas masalah yang mungkin terjadi karena kurangnya pemahaman
terhadap masalah yang timbul akibat hiperglikemi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar lebih banyak memberikan masukan yang berguna bagi mahasiswa saat
melakukan asuhan keperawatan baik secara konsep teori maupun teknik
pengkajian fisik terfokus persistem terutama sistem endokrin dan
berorientasi pada masalah atau keluhan klien khususnya klien dengan
hiperglikemi mengingat kondisi klien yang cukup kompleks.
DAFTAR PUSTAKA