Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERGLIKEMIA

Disusun oleh :

Erni Setiawati
P1337420215024
3A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERGLIKEMIA

A. KONSEP DASAR HIPERGLIKEMIA


1. Pendahuluan
Pergeseran pola penyakit saat ini terus terjadi, dari penyakit infeksi
ke penyakit degeneratif. Hiperglikemi adalah penyakit degeneratif yang
angka kejadiannya cukup tinggi di berbagai negara dan merupakan salah
satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. World Health
Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hiperglikemi
mencapai lebih dari 180 juta jiwa diseluruh dunia. Kejadian ini akan
meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030 (WHO 2006). Menurut
survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan
 jumlah penderita hiperglikemi terbesar di dunia setelah India, Cina, dan
Amerika Serikat. Menurut data Depkes, jumlah pasien hiperglikemi rawat
inap dan rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh
 penyakit endokrin (Depkes RI 2005).
Jumlah orang yang menderita hiperglikemi diperkirakan akan
meningkat dengan cepat dalam 25 tahun, dengan perkiraan peningkatan
sebesar 42 persen terjadi pada negara berkembang. Perkiraan ini didasarkan
 pada perubahan demografi pada masyarakat, tanpa mempertimbangkan
 perubahan gaya hidup. Di negara berkembang angka kejadian kelebihan
 berat badan dan kegemukan terus meningkat dengan cepat karena
menurunnya aktivitas fisik dan banyak makan. Kejadian ini meningkat
dengan cepat pada angka kejadian hiperglikemi(Glumer et al. 2003).
Hiperglikemi merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak
 pada produktivitas dan dapat menurunkan mutu sumber daya manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi juga pada
sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan
dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia
diperkirakan penderita hiperglikemi ini semakin meningkat, terutama pada
kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini
upaya penanggulangan penyakit hiperglikemi belum menempati skala
 prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak
negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada
 penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sistem saraf, hati, mata dan ginjal
(Dirjen Bina Kesmas depkes RI 2003).
Menurut Diabetic Federation, organisasi yang peduli terhadap
 permasalahan diabetes, jumlah penderita diabetes mellitus yang ada di
Indonesia tahun 2001 terdapat 5,6 juta jiwa untuk usia diatas 20 tahun. Pada
tahun 2020 diestimasikan akan meningkat menjadi 8,2 juta, apabila tidak
dilakukan upaya perubahan gaya hidup sehat pada penderita. (Depkes,
2005)
Dengan terjadinya peningkatan jumlah penderita DM, maka jumlah
 peningkatan penyakit hiperglikemia bisa dikatakann meningkat sesuai
dengan angka kejadian diabetes mellitus atau bahkan lebih. Peningkatan
dapat diturunkan dengan melakukan pencegahan, penanggulangan baik
secara medis maupun non medis, baik oleh pemerintah maupun masyarakat
sesuai dengan porsinya masing-masing. Perawat sebagai salah satu tim
kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi
hiperglikemi. diperlukan peran perawat sebagai pelaksana dan pendidik
dengan tidak mengabaikan kolaboratif. Pentingnya peran perawat sebagai
 pendidik agar penderita hiperglikemi mau dan mampu untuk melakukan
latihan jasmani secara teratur dan mengatur pola makannya yang dapat
mencegah terjadinya komplikasi dari hiperglikemi.
2. Pengertian
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi
 pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah (Sujono &
Sukarmin, 2008)
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah
darioada rentang kadar puasa normal 80  –   90 mg / dl darah, atau rentang
non puasa sekitar 140 –  160 mg /100 ml darah (Corwin, 2009).
Hiperglikemia adalah keadaan ketika kadar gula darah melonjak
secara tiba-tiba. Keadaan ini bisa disebabkan antara lain stres, infeksi, dan
konsumsi obat-obatan tertentu. (Saraswati, 2009)
3. Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang
memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan pancreas,
 pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.
Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada
 penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah
 pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggap sebagai jaringan asing (Nurarif dan Kusuma, 2015).
4. Manifestasi Klinis
a. Kadar gula darah sewaktu melebihi angka 200 mg/dl atau kadar gula
darah puasa melebihi 126 mg/dl.
 b. Poliuria (banyak dan sering kencing)
c. Polipagia (banyak makan)
d. Polidipsi (banyak minum)
e. Kelemahan tubuh, lesu cepat lelah tidak bertenaga
f. Berat badan menurun
g. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
h. Infeksi saluran kencing
i. Glukosuria
 j. Luka yang sukar sembuh (ADA, 2009)
5. Patofisiologi
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat
disebabkan oleh proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan
herediter. Insulin yang menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk
kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan lemas dengan kadar glukosa dalam
darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan meningkatkan glucagon
sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan
 penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi
glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel.
Hiperglikemia dapat meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan
dehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi).
Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa memproduksi badan keton
yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan), nafas bau keton
dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.
Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan
meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel
menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat
menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah yang
membentuk plak sehingga pembuluh darah menjadi keras (arterosklerosis)
dan bila plak itu telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus
ini dapat menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
lain (tergantung letak tersumbatnya, misal cerebral dapat menyebabkan
stroke, ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan
miocard infark, mata dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian
(Nurarif & Hardi, 2015).
6. Komplikasi
LeMone, dkk (2011) membagi komplikasi yang dapat terjadi akibat
hiperglikemia, antara lain :
a. Komplikasi akut

Perubahan kadar glukosa darah meliputi Hipoglikemia dan

Hiperglikemia. Hipoglikemia sering kali disebut syok insulin, reaksi

insulin, atau “penurunan” pada pasien DM tipe 1 yang disebabkan oleh

ketidaksesuaian antara asupan insulin (misal kesalahan dosis insulin),

ativitas fisik, melewatkan makan, dll. Sedangkan Hiperglikemia adalah


meningkatnya kadar glukosa di dalam darah. Masalah utama akibat

hiperglikemia adalah Ketoasidosis Diabetik (DKA) dan HHS.

1) Ketoasidosis diabetik, terjadi bila terdapat kekurangan insulin,

 produksi berlebihan beta-hidroksibutirat dan asam asetoaset at (badan

keton) oleh hati menyebabkan peningkatan konsentrasi keton dan

 peningkatan pelepasan asam lemak bebas. Sebagai akibat dari

kehilangan bikarbonat (yang terjadi bila terbentuk keton), penyangga

 bikarbonat tidak terjadi dan terjadi asidosis metabolik yang disebut

DKA.

2) Hyperosmolar Hyperglicemic State (HHS), ditandai dengan

osmolaritas plasma 340 mOsm/L atau lebih (kisaran normal adalah

280-300 mOsm/L), naiknya kadar glukosa darah dengan cepat (lebih

dari 600 mg/dl dan sering kali 1000-2000 mg/dl) dan dengan

 perubahan tingkat kesadaran yang berat.

 b. Komplikasi kronis

1) Perubahan pada sistem kardiovaskular meliputi, penyakit arteri

koroner yang merupakan faktor risiko utama terjadinya infark

miokard, kemudian ada hipertensi dan stroke (cedera

serebrovaskular).

2) Penyakit vaskular perifer, menyebabkan insufisiensi vaskular perifer

dengan klaudikasi (nyeri) intermiten di tungkai bawah dan ulkus

 pada kaki.
4. Evaluasi
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi, kehilangan cairan aktif berlebih dapat teratasi.
 b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis dapat teratasi.
c. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah berhubungan dengan
manajemen diabetes tidak tepat dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes, Assosciation, Diagnosis and Classification Of DM.


2009 . http.// Care Diabetes Journalis org /content / 27/ suppl.1/55. Full.
LeMone, P., Burke, K. M., Bauldoff, G. (2011).  Buku ajar keperawatan medikal

bedah. Terjemahan oleh Bhetsy Angelina, dkk. 2015. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. (2009).  Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Terpadu, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A, dkk. (2007).  Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1, Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius.
 Nurarif, A. H. &, Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan

diagnosa medis dan nanda nic-noc.  Yogyakarta: Penerbit Mediaction Jogja.

Saraswati, sylvia. (2009).  Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat Diabetes
 Hipertensi dan Stroke. Yogyakarta : A Plus.
Sujono, Sukarmi. (2008).  Askep pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan
 Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai