TINJAUAN PUSTAKA
Ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah variasi kadar glukosa darah naik atau turun
2. Penyebab
a. Hiperglikemia:
1) Disfungsi pankreas
2) Resistensi insulin
b. Hipoglikemia:
4) Disfungsi hati
a. Subjektif
Hipoglikemia:
1) Mengantuk
2) Pusing
Hiperglikemia:
b. Objektif
Hipoglikemia:
1) Gangguan koordinasi
Hiperglikemia:
a. Subjektif
Hipoglikemia:
1) Palpitasi
2) Mengeluh lapar
Hiperglikemia:
1) Mulut kering
2) Haus meningkat
b. Objektif
Hipoglikemia:
1) Gemetar
2) Kesadaran menurun
3) Prilaku aneh
4) Sulit bicara
5) Berkeringat
Hiperglikemia:
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian
penyakit metabolik yang bersifat kronik, ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa
darah sebagai akibat dari adanya gangguan penggunaan insulin, sekresi insulin, atau
keduanya. Insulin adalah hormon yang disekresi dari pankreas dan di butuhkan dalam
proses metabolisme glukosa. Insulin tidak bekerja sebagaimana fungsinya maka terjadi
penumpukan glukosa di sirkulasi darah atau hiperglikemia (Wijaya & Putri, 2015).
konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama yang khas, yakni urin yang
berasa manis dalam jumlah yang besar. Istilah “diabetes” berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “shipon”, ketika tubuh menjadi suatu saluran untuk mengeluarkan cairan
yang berlebihan, dan “mellitus” berasal dari bahasa Yunani dan Latin yang berarti
madu. Kelainan yang menjadi defisiensi relatif atau absolut dari hormon insulin. Insulin
merupakan satu-satunya hormon yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah
terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang
normal. Insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes melitus tipe 2
dianggap sebagai noninsulin dependen diabetes melitus itu gangguan metabolik yang
ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin) (Fatimah, 2015).
Diabetes melitus tipe II adalah diabetes melitus yang tidak bergantung insulin, karena
tubuh masih mampu mensekresi insulin namun dalam kondisi kurang sempurna karena
adanya resistensi insulin dan keadaan hiperglikemia. Hiperglikemia dan resistensi insulin
yang terjadi secara berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas koagulasi dari sistem
Mekanisme yang menyebabkan retensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes melitus tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin. Penyebab diabetes melitus tipe II sebagai berikut:
a. Obesitas
Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh, insulin
yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik. Orang
b. Usia
c. Riwayat keluarga
Sesorang yang diwarisi gen penyebab diabetes melitus dari orang tua (Wijaya &
Putri, 2015).
d. Riwayat etnik/genetik
Diabetes melitus tipe II berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental.
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko
emperis dalam hal terjadinya diabetes melitus tipe II akan meningkat dua sampai
enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini
(Fatimah, 2015).
3. Manifestasi klinis
Wijaya & Putri (2015) manifestasi atau tanda dan gejala diabets melitus sebagai berikut:
intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiper osmolariti
penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari
dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan
Glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar. Reaksi
Glukosa tidak dapat di angkut kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan
tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut,
sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi dan penurunan secara
otomatis. Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus
prestasi dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam
darah tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga. Sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel
lemak dan otot, akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga
menajdi kurus.
Lelah dan kelemahan otot akibat gangguan ilmiah darah pada pasien diabetes
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
g. Mata kabur
Mata kabur yang disebabkan oleh katarak atau gangguan refraksi akibat
4. Anatomi fisiologi
Wijaya & Putri (2015) menyebutkan anatomi fiologi pada diabetes melitus yaitu
Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kraniodorsal. Bagian atas kiri
kaput pankreas dihubungankan dengan korpus pankreas oleh leher pankreas yaitu
bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm. Arteri dan vena
mesenterika superior berada di dorsal leher pankreas. Duodenum bagian horisotal dan
bagian dari penonjolan posterior bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut prosesus
Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit dibawah lambung
dan abdomen. Didalam nya terdapat kumpulan sel yang terbentuk seperti pulau pada
peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan
hormon insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah, sel beta
mensekresi insulin yang menurunkan kadar glukosa darah, juga sel delta yang
Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan terdapat
kurang lebih 200.000-1.800.000 pulau Langerhans. Jumlah sel beta dalam pulau
Langerhans normal pada manusia antara 60%-80% dari populasi sel pulau Langerhans.
Pankreas berwarna putih keabuan hingga kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar
majemuk yang terdiri atas jaringan eksokrin dan jaringan endokrin. Jaringan eksonkrin
menghasilkan enzim pankreas seperti amilase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan
2015).
5. Patofisiologi
Wijaya & Putri (2015) menyebutkan sebagian besar gambaran patologik dari
diabetes melitus dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya
insulin sebagai berikut: berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsistensi glukosa darah setinggi 300-1200 mg/dl.
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada
hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa
darah sebesar 160-180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus
renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
bersama urin, maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat
badan menurun serta cenderung terjadi poliphagi. Akibat yang lain adalah asthenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan
oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan
basalis dan perubahan pada saraf perifer. Hal ini akan memudahkan terjadinya
kadar glukosa yang normal, atau toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat, jika
mengeluarkan kemih (poliuria) harus terstimulasi, akibatnya pasien akan minum dalam
jumlah banyak karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami
keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar
Wijaya & Putri (2015) patofisiologi pada diabetes melitus tipe II adalah terdapat
dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Insulin menjadi efektif untuk menstimulasi
Intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes
melitus tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala tersebut sering bersifat ringan dan
dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang sembuh, infeksi
vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit
diabetes membuat gangguan atau komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah
di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua
Wijaya & Putri (2015) tiga masalah utama yang akan terjadi bila kekurangan insulin
Menurut American Diabetes Assoclation (ADA) resistensi insulin pada otot dan
liver serta kegagalan sel beta pankreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan
sentral dari diabetes melitus tipe 2. Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta
terjadi lebih dini dan lebih berat dari pada yang diperkirakan sebelumnya. Organ lain
Defisiensi Insulin
Nyeri
7. Pemeriksaan penunjang
Wijaya & Putri (2015) pemerikasaan penunjang pada diabetes melitus sebagai
berikut:
a. Kadar glukosa
b. Aseton plasma
Gejala diabetes melitus positif jika terjadi salah satu dari gula darah (puasa >140
mg/dl, 2 jam PP >200 mg/dl, random >200 mg/dl) dan apabila tidak terdapat gejala
diabetes melitus tetapi terdapat 2 hasil dari gula darah (puasa >140 mg/dl, 2 jam PP
Wijaya & Putri (2015) mengatakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
a. Komplikasi metabolik
Komplikasi ini terjadi pabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat
1) Ketoadosis diabetik
b. Komplikasi kronis
Adalah komplikasi yang terutama terjadi pada diabetes melitus tipe II seperti
Komplikasi ini berkembang pada penderita diabetes melitus adalah trombosit otak
9. Penatalaksanaan
1) Diet
a) Karbohidrat 60-70%
b) Protein 12-20%
c) Lemak 20-30%
b) Binguad
c) Inhibitor glukosidase
prandial.
Indonesia.
e) Insulin
Indikasi gangguan:
- Diabetes melitus yang mengalami stres berat (infeksi sistemik dan lain-
lain).
Insulin oral atau suntikan dimulai dari dosis rendah, lalu dinaikkan
perlahan, sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil pemeriksaan gula darah
pasien.
3) Latihan
4) Pemantauan
6) Pendidikan kesehatan.
C. Asuhan Keperawatan
pada kegiatan keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, tindakan dan evaluasi.
Proses keperawatan dasar cara berpikir kritis dalam memberikan asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengertian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
perencanaan yang dibuat. Pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat
sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien dapat diidentifikasi (Rohmah &
Walid, 2014).
Tujuannya untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik yang efektif
1) Data dasar
Data dasar adalah seluruh informasi tentang setatus kesehatan klien. Data dasar
ini meliputi data umum, data demografi, riwayat keperawatan, pola fungsi
kesehatan, dan pemeriksaan. Data dasar yang menunjukan pola fungsi kesehatan
efektif atau optimal merupakan data yang dipakai dasar untuk menegakkan
2) Data fokus
Data fokus adalah informasi tentang status kesehatan klien yang menyimpang
dari keadaan normal. Data fokus dapat berupa ungkapan klien maupun hasil
pemeriksaan langsung oleh perawat. Data ini yang nantinya mendapat porsi
hasil pemeriksaan. Pada bayi atau klien yang tidak sadar banyak menekankan
3) Data subjektif
Data yang merupakan ungkapan keluhan klien secara langsung dari klien
maupun tak langsung melalui media orang lain yang mengetahui keadaan klien
4) Data objektif
Data yang diperoleh oleh perawat secara langsung melalui observasi dan
pemeriksaan pada klien. Data objektif harus dapat diukur dan diobservasi, bukan
Menurut Rohmah & Walid (2014) sumber data pada tahap pengakjian meliputi:
Sumber data primer adalah klien. Sumber data primer, bila klien dalam keadaan
tidak sadar, mengalami gangguan bicara atau pendengaran, klien masih bayi,
atau karena beberapa sebab klien tidak dapat memberikan data subjektif secara
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh selain klien, yaitu keluarga,
orang terdekat, teman, dan orang lain yang tahu tentang status kesehatan klien.
Selain itu, tenaga kesehatan yang lain seperti dokter, ahli gizi, ahli fisioterapi,
Rohmah & Walid (2014) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1) Anamnesis
yang digunakan disini adalah komunikasi terapeutik, yaitu suatu pola hubungan
interpersonal antara klien dan perawat yang bertujuan untuk menggali informasi
terjadi.
2) Observasi
3) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi ukuran tubuh, warna,
bentuk, posis, simetris, luka, perubahan yang terjadi pada kulit, dan kelainan
anatomi.
b) Palpasi
Suatu bentuk pemeriksaan dengan cara perabaan. Tangan dan jari-jari adalah
tekstur.
c) Perkusi
jaringan. Perkusi kita membedakan apa yang ada dibawah jaringan (udara,
d) Auskultasi
4) Pemeriksaan penunjang
melakukan pemeriksaan fisik karena biasanya klien mengeluh nyeri daerah perifer,
kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan
bola mata cekung. Penderita mengeluh sakit kepala, mau muntah, kesemutan, lemah
otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung. Pada saat dilakukan pengkajian terkait
riwayat kesehatan lalu biasanya klien diabetes melitus mempunyai riwayat hipertensi,
penyakit jantung seperti infark miokard. Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga
2. Diagnosis keperawatan
a. Pengertian
yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
aktual atau potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal
b. Tujuan
Menurut Rohmah & Walid (2014) tujuan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
memecahkan masalah.
c. Langkah-langkah
1) Klasifikasi data
kebutuhan dasar manusia yang dikelompokan dalam data subjektif dan data
objektif.
2) Interpretasi data
Perawat bertugas untuk membuar interpretasi atas data yang sudah dikelompokan
kemungkinan penyebab.
d. Merumuskan diagnosa keperawatan
Wijaya & Putri (2015) menyebutkan bahwa diagnosis keperawatan yang lazim muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidara fisiologis (misal Inflamasi, iskemia
dan neoplasma)
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (mual muntah).
Ibu diagnose sudah saya cek dan cocokan lagi sama sdki. Hanya diagnose ini saya
tidak dapat di sdki bu, di sdki cuman ada resiko ketidakstabilan volume cairan.
3. Perencanaan keperawatan
menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah &Walid,
yang akan terjadi skala prioritas untuk diselesaikan atau diatasi terlebih dahulu. Tidak
berarti bahwa dalam menyelesaikan masalah, perawat menunggu sampai satu masalah
selesai sampai tuntas baru menyelesaikan masalah lainnya. Prioritas pertama di artikan
bahwa masalah ini perlu mendapat perhatian perawat karena dapat mempengaruhi status
kesehatan klien secara umum dan memperlambat penyelasaian masalah yang lain.
Pelaksanaan prioritas masalah kedua dan seterusnya dapat diatasi secara bersama-sama
dan berkesinambungan. Beberapa teknik membuat skala prioritas antara lain : (Rohmah
1) Pengertian
2) Kriteria tujuan
a) Specific
Tujuan harus spesifik tidak boleh memiliki arti ganda, tujuan dan hasil
difokuskan kepada klien yang mencerminkan perilaku serta respon klien yang
b) Measureable
Tujuan dapat di ukur khususnya pada prilaku klien yang dapat dirasakan,
c) Achievable
Tujuan yang harus dicapai dituliskan dalam istilah yang dapat di ukur
d) Realistic
singkat dan jelas dengan ceeoat dapat memberikan perawat serta klien bisa
merasakan pencapaian
e) Time
Batasan waktu yang dapat membantu perawat dank lien dalam menetukan
Dermawan (2012) yaitu setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang
untuk dicapai, setiap kriteria hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik,
cukup besar atau dapat diukur, kriteria menggunakan kata-kata positif bukan
pada pasien, singkat dan jelas, dapat diobservasi dan dapat diukur, ada batas
simptom.
c) Empat aspek :
pasien dalam mencapai tujuan dan kriteria hasil. Karakteristik rencana tindakan
a) Berdasarkan tujuan.
rencana tindakan pada diagnosis yang terdapat pada SDKI untuk diagnosa yang didapat
imajinasi).
asupan makan.
1. Pelaksanaan keperawatan
Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh data yang
tindakan keperawatan, dan penilaian keperawatan yang disusun secara sistematis, valid,
tidak hanya sebagai persyaratan untuk akreditasi, tetapi juga merupakan catatan
keperawatan meliputi:
a. Teknik naratif, pencatatan tradisonal dan dapat bertahan paling lama serta merupakan
b. Teknik flowsheet (bentuk grafik), cara tercepat dan paling efisien untuk mencatat
informasi
c. Teknik checklist, tinggal mengisi item yang sesuai dengan keadaan pasien dengan
mencentang.
Aziz Alimul (2001) mengemukakan ada lima bentuk format yang lazim digunakan:
a. Format naratif
Format yang dipakai untuk mencatat perkembangan pasien dari hari ke hari dalam
bentuk narasi
b. Format Soapier
Format ini dapat digunakan pada catatan medic yang berorientasi pada masalah
1) S = Data Subjektif
Masalah yang dikemukakan dan dikeluhkan atau yang dirasakan sendiri oleh
pasien.
2) O = Data Objektif
meliputi data fisiologis dan informasi dari pemeriksaan. Data info dapat diperoleh
melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostic
laboratorium.
3) A = Pengkajian (Assesment)
4) P = Perencanaan
Pengembangan rencana segera atau untuk yang akan dating dari intervensi
5) I = Intervensi
6) E = Evaluasi
7) R = Revisi
c. Format fokus/DAR
Semua masalah pasien diidentifikasi dalam catatan keperawatan dan terlihat pada
rencana keperawatan. Kolom focus dapat berisi: masalah pasien (data), tindakan
d. Format DAE
Sistem dokumentasi dengan konstruksi data tindakan dan evaluasi dimana setiap
diagnosa keperawatan.
baru, pemecahan masalah lama, respon pasien terhadap tindakan, kesediaan pasien
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Walid, 2014).
a. Tahap persiapan
b. Tahap intervensi
4) Kompeten.
c. Tahap dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
2. Evaluasi keperawatan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
a. Tujuan evaluasi
kebujakan setempat.
1) Pengertian SOAP
a) S: data subjektif
tindakan keperawatan.
b) O: data objektif
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
c) A: analisis
Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat
kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan data
objektif.
d) P: planning
atau mempunyai alternatif pilihan yang lain yang diduga dapat membantu
baru/sebelumnya tidak ada dapat ditentukan bila timbul masalah baru atau
rencana tindakan yang ada sudah tidak kompeten lagi untuk menyelesaikan
dicapai. Perawat dapat memonitor apa saja yang terjadi selama tahap pengkajian,
diet, dan aktivitas fisik yang akan dilakukan (untuk referensi ini saya dapat jurnal tapi