BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.................................................................................................4
A. Definisi Ulkus Venous..............................................................................4
B. Definisi Ulkus Arterial..............................................................................6
C. Definisi Mix Venous/Arterial..................................................................12
D. Etiologi....................................................................................................12
E. Patofisiologi.............................................................................................14
F. Manifestasi klinis........................................................................................14
G. Pemeriksaan fisik....................................................................................15
H. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka..........................15
I. Manajemen perawatan luka untuk luka Mixed arteri/vena :.......................21
BAB III..................................................................................................................25
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................25
BAB IV..................................................................................................................36
PENUTUP..............................................................................................................36
A. Kesimpulan..............................................................................................36
B. Saran........................................................................................................36
Daftar Pustaka........................................................................................................37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ulserasi tungkai kronis mempengaruhi 1% -2% populasi. Ini adalah
penyebab utama morbiditas yang berkepanjangan dan umumnya dikaitkan
dengan penyembuhan yang tertunda dan beberapa kekambuhan. Penyakit
vena yang signifikan ada di lebih dari 70% anggota tubuh yang mengalami
ulserasi, tetapi berbagai etiologi lain telah diidentifikasi. Penyakit arteri dapat
hidup berdampingan dengan disfungsi vena, tetapi prevalensi yang tepat dari
MAVLU sulit untuk diketahui dan mungkin diremehkan. Jika indeks
pergelangan kaki brakialis (ABI) <0,8 digunakan sebagai kriteria untuk
menentukan prevalensi MAVLU, nilainya 15% menurut Marston.Dalam seri
yang dilaporkan oleh Bohannon et al, pasien dengan MAVLU mewakili
0,08% dari semua debit di dua rumah sakit perawatan tersier besar selama
periode 10 tahun. Penentuan yang benar dan tepat dari setiap kelainan
vaskular sangat penting karena memungkinkan pendekatan logis untuk
manajemen MAVLU.
Prognosis ulkus vena secara keseluruhan buruk, sering terlambat dalam hal
penyembuhan dan terjadi kekambuhan ulkus. Lebih dari 50% ulkus vena
memerlukan terapi hingga lebih dari 1 tahun. Ketidakmampuan terkait ulkus
vena dapat menyebabkan hilangnya jam kerja produktif, diperkirakan 2 juta
hari kerja/tahun.Angka kejadian luka setiap tahun semakin meningkat, baik
luka akut maupun luka kronis. Sebuah penelitian terbaru di Amerika
menunjukkan prevalensi pasien dengan luka adalah 3.50 per1000 populasi
penduduk. Mayoritas luka pada penduduk dunia adalah luka
karenapembedahan/trauma (48.00%), ulkus kaki (28.00%), luka dekubitus
(21.00%). Pada tahun 2009,Med Market Diligence, sebuah asosiasi luka di
Amerika melakukan penelitian tentang insiden lukakronis di dunia
berdasarkan etiologi penyakit. Diperoleh data untuk luka bedah ada 110.30
jutakasus, luka trauma 1.60 juta kasus,luka lecet ada 20.40 juta kasus, luka
bakar 10 juta kasus, ulkusdekubitus 8.50 juta kasus, ulkus vena 12.50 juta
1
2
Kejadian ulkus vena lebih umum terjadi, yaitu sekitar 70% sampai 90%
dari seluruh ulkus/luka kaki (WOCN Society,2005). Adanya ulkus vena dapat
mempengaruhi kehidupan seseorang karena dapat menyebabkan seseorang
tidak mampu bekerja, isolasi sosial, dan perlu sering berkunjung ke klinik
atau rumah sakit.Ulkus vena juga dapat menimbulkan dampak ekonomi
akibat kehilangan produktivitas, biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
kebutuhan balutan (dressing) dan perawatan kesehatan.Penatalaksanaan
pasien dengan ulkus vena harus meliputi tindakan-tindakan untuk
mengoptimalkan penyembuhan luka melalui penurunan edema, pencegahan
komplikasi, dan terapi topical yang tepat untuk meningkatkan penyembuhan
(de Araujo et al, 2003).Setelah ulkus sembuh setelah pelaksanaan yang
membutuhkan perawatan jangka panjang, maka penting ditekankan perlunya
tindakan pencegahan agar tidak terjadi kekambuhan berkaitan dengan ulkus
vena ini.
Arterial ulcer biasa juga disebut ischemic ulcer merupakan luka pada kaki
yang disebabkan oleh tidak adekuatnya perfusi pada kaki. Hal ini disebabkan
oleh sumbatan partial atau total artery yang menyuplai darah ke extrimitas
inferior. Penyakit paling umum yaitu arteriosclerosis dimana dinding arteri
menjadi menebal, biasa juga disertai dengan atherosclerosis dimana terjadi
pembentukan plak pada lapisan terdalam dari pembuluh darah.Arterial ulcer
biasa juga disebut ischemic ulcer merupakan luka pada kaki yang disebabkan
oleh tidak adekuatnya perfusi pada kaki.Daerah yang mengelilingi ulkus
biasanya bewarna kuning coklat atau hitam.
Hal ini disebabkan oleh sumbatan partial atau total artery yang menyuplai
darah ke extrimitas inferior. Penyakit paling umum yaitu arteriosclerosis
dimana dinding arteri menjadi menebal, biasa juga disertai dengan
atherosclerosis dimana terjadi pembentukan plak pada lapisan terdalam dari
2
3
pembuluh darah. Jenis infusiensi arteria paling umum ditemukan pada laki-
laki berusia diatas 50 tahun ( Dealey, 2005 ).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, bagaimana cara perawatan luka
pada luka Mix Venous/Arterial dan bagimana cara penanganan ?
C. Tujuan
1. Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada luka Mix Venous/Arterial
2. Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian pada perawatan
b. Untuk mengetahui diagnosa yang sering muncul pada perawatan luka
mixVenous/Arterial
c. Untuk mengetahui intervensi pada perawatan luka mix Venous/Arterial
d. Untuk mengetahui evaluasi pada perawatan luka mix Venous/Arteri
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Uklus venosus adalah uklus yang paling sering dijumpai pada eksternitas
bawah. Kelainan ini disebabkan oleh tingginya tekanan pada pembuluh darah
vena yang berlangsungan terus-menerus karena insufisiensi pembuluh darah
vena trombosis vena dalam , insufisiensi vena kronis, kelemahan pompa otot
dinding pembuluh darah, fistel arteriovenosus, obesitas, adanya riwayat
fraktur atau trauma minor pada ekstremitas bawah, usia tua, dan imobilitas.
Persentase kekambuhan uklus venosus mencapai 70% pad individu yang
memiliki faktor risiko yang telah disebutkan sebelumnya.
Insufisiensi vena kronis terjadi karena adanya tekanan tinggi pada
pembuluh darah vena secara terus-menerus yang disebabkan oleh
inkompetensi katup vena inkompetensi katup perforator, trobosis vena, atau
gabungan ketiga kelainan tersebut. Tekanan pada pembuluh darah vena yang
tinggin menyebabkan terjadinya, pembendungan darah sehingga dapat
dijumpai perubahan pada jaringan sekitar seperti hiperpigmentasi, fibrosis
subkutis, dan ulserasi. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan pelebaran
pembuluh darah vena, kaki yang bengkak dan nyeri, perubahan kulit, atau
ulserasi (dengan tepi luka yang tidak tegas dan lembap).
Sebagaimana yang telah diketahui, sistem pembuluh darh vena disebut
sebagai sistem pembuluh darah balik karena ia mengalirkan darah kembali ke
dalam jantung. Pada dinding pembuluh darah vena terdapat katup-katup yang
4
5
Ulkus arterial adalah ulkus yang disebabkan karena ganggiuan aliran darah
pada pembulu darah arteri dan paling sering disebabkan oleh arterosklerosis.
Penyebab lainnya adalah ulkus diabetikum, vaskulitis, thalasemia,
gangrenosum pioderma, atau penyakit sel sabit. Kelainan-kelainan tersebut
mengakibatkan berkurangnya aliran darah sehingga terjadi iskemia dan
penurunan perfusi darah yang menyebabkan kerusakan jaringan dan ulserasi.
Ulkus dapat terbentuk melalui 3 mekanisme: (1) stragulasi ekstramural, (2)
penebalan dinding otot dan (3) restiksi aliran darah intramural. Faktor risiko
terjadinya ulkus arterial adalah usia di atas 45 tahun, adanya riwayat penyakit
arterosklerotik pada keluaraga, merokok, hipertensi, diabetes, hiperlipidemia,
dan imobilitas. Selain itu, individu yang menderita penyakit vaskuler seperti
infark miokard, angina, stroke, dan klaudikasio intermiten dikatakan lebih
berisiko mengalami ulkus arteeial.
Ankle Brachial Index (ABI) - Angka numerik yang menunjukkan jumlah
aliran darah arteri ke ekstremitas;ditentukan dengan menggunakan USG
Doppler genggam atau otomatis dengan membandingkan tekanan sistolik
pergelangan kaki & tekanan sistolik brakialis dengan ABI menjadi rasio
keduanya
7
diabetes),gagal ginjal atau perokok berat. Nilai ABPI di bawah 0,9 atau
di atas 1,3 harus diselidiki lebih lanjut.
Istirahat ABPI tidak sensitif terhadap PAD ringan.Tes Treadmill (6 menit)
kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan sensitivitas ABPI,tetapi
ini tidak cocok untuk pasien yang mengalami obesitas atau memiliki
komorbiditas seperti aneurisma Aorta, dan meningkatkan durasi
penilaian.
Kurangnya standarisasi protokol,yang mengurangi keandalan intra-
pengamat.
Operator yang terampil diperlukan untuk konsisten dan akurathasil yang.
Ketika dilakukan di laboratorium diagnostik terakreditasi, ABI adalah
ujian cepat, akurat, dan tidak menyakitkan, namun masalah ini telah membuat
ABI tidak populer di kantor perawatan primer dan pasien bergejala sering
dirujuk ke klinik khusus karena dirasakan kesulitan. Teknologi muncul yang
memungkinkan untuk perhitungan osilometrik ABI, di mana pembacaan
simultan tekanan darah pada tingkat pergelangan kaki dan lengan atas diambil
menggunakan mesin osilometrik yang dikalibrasi khusus.
Interpretasi hasil: Dalam sebuah subjek yang normal tekanan pada
pergelangan kaki sedikit lebih tinggi dari pada siku (ada refleksi dari tekanan
nadi dari tempat tidur vaskular kaki, sedangkan pada siku arteri terus pada
beberapa jarak ke pergelangan tangan).ABPI adalah rasio tekanan arteri
pergelangan kaki dan brachialis tertinggi. ABPI antara dan termasuk 0,90 dan
1,29 dianggap normal (bebas dari signifikan PAD), sementara yang lebih
rendah dari 0,9 menunjukkan penyakit arteri. Nilai ABPI 1,3 atau lebih besar
juga dianggap tidak normal, dan menunjukkan kalsifikasi dinding arteri dan
pembuluh darah yang tidak dapat dimampatkan, yang mencerminkan parah
penyakit pembuluh darah perifer.
nilai Sifat ulkus, jika
Interpretasi Tindakan
ABPI ada
PVD kaki
1.0 -
Kisaran normal
1.2
Tidak ada penuh pembalut
0.90 - kompresi
Dapat diterima
0.99
borok Mixed
0.50 - rutin spesialis menggunakan
Sedang arteri penyakit
0.79 rujukan berkurang
kompresi perban
di arteri ulkus
Urgent spesialis
bawah penyakit arteri parah ada kompresi
rujukan
0,50 perban digunakan
Ulkus arteria sering dijumpai didaerah dorsum pedis, ibu jari kaki, tumit,
dan daerah-daerah yang menonjol pada kaki. Tanda-tanda klinisnya berupa
tepi luka yang menonjol dan berbatas tegas, kulit tampak pucat, ulkus dalam,
eksudat minimal, biasanya pada dasar ulkus terdapat jaringan nekrotik. Pada
perabaan teraba penurunan atau menghilangnya pulsasi arteri dorsalis pedis
dan arteri tibialis posterior. Terdengarnya bruit di proksimal arteri
mengindikasikan adanya arterosklerosis.
Perbedaan antara ulkus venous dan arterial
Karakteristik Ulkus Venous Ulkus Arterial
Riwayat penyakit Adanya riwayat kelainan Adanya klaudikasio
pembuluh darah vena intermiten atau nyeri
seperti varises, thrombosis saat beristirahat dan
vena dalam atau faktor-faktor risiko
insufisiensi vena lainnya seperti kencing
manis, hipertensi,
merokok, dan obesitas
Daerah predileksi Daerah diantara Ibu jari kaki, tumit,
pergelangan kaki dan daerah-daerah yang
betis, biasanya pada sisi menonjol
10
Terdapat berbagai jenis sistem verban yaitu verban elastis yang berlapis-
lapis atau lapis tunggal, short strech bandage, elastic tubular bandage, dan
kompresi dengan alat pneumatik. Pada dasarnya, materi sistem kompresi
terdiri darimateri yang bersifat elastis, tidak elastis, atau keduanya. Materi
yang bersifat elastis adalah materi yang dapt direngangkan 100% melebihi
ukuran awalnya sedangkan materi yang bersifat tidak elastis adalah
kebalikannya. Alat kompresi yang paling sering digunakan adalah alat yang
berbentuk verban dan stoking.
Tujuan terapi kompresi adalah agar tekanan pada pembulu darah vena
superfisial lebih tinggi dari pada tekanan vena dalam. Tekanan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut berkisar 20 mmHg pada posisi
berbaring dan 50-70 mmHg pada posisi berdiri. Agar dapat menerapkan
terapi kompresi denganbaik, kita perlu mengerti tentang static stiffiness index
(SSI) yang merupakan perbedaan teknan pembuluh darah vena superfisial
saat posisi berbaring dan berdiri. Nilai SSI yang tertinggi berarti perbedaan
terkanan antara posisi berbaring dan berdiri semakin tinggi dan hal tersebut
baik untuk terapi. Materi yang tidak elastis memberikan SSI yang lebih
tinggi. Maka dari itu, materi yang tidak elastis dapt mengurangi refluks pada
pembulu darah vena lebih baik dibandingkan materi yang elastis. Pemakaian
verban yang berlapis-lapis akan meningkatkan kekakuan sistem kompresi
mencapai SSI yang lebih tinggi dari pada verban lapis tunggal.
D. Etiologi
1. Insufisiensi vena kronis
Insufisiensi vena kronis adalah gangguan aliran balik darah dari tungkai ke
jantung yang bersifat menahun. Insufisiensi vena kronik merupakan kondisi
yang mempengaruhi sistem vena ekstremitas bahwa (tungkai) yang dapat
menyebabkan berbagai patologi, meliputi nyeri, bengkak, perubahan kulit,
dan ulserasi.
a. Gejala
Insufisisnsi vena kronik sering terjadi pada tungkai atas, yang muncul
pada tekanan tinggi saat berdiri. Dengan gejala dan tanda meliputi
tungkai terasa nyeri da berat (sering lebih buruk pada malam hari dan
setelah latihan atau berdiri lama), terjadi pelebaran vena dekat
permukaan kulit, pergelangan kaki bengkak terutama pada malam hari,
perubahan warna kuliat menjadi kuning kecoklatan yang mengkilap di
dekat pembuluh darah yang terkena dan lainnya. Gejala lain bisa meliputi
kram, dan jika terjadi cedera ringan pada daerah yang terkena dapat
menyebabkan perdarahan yang lebih banyak dari normal.
b. Penyebab
Insufisiensi vena kronik atau CVI (Chronic Venous Insufficiency) terjadi
jika katup vena tidak berfungsi dengan baik, dan terjadi gangguan
sirkulasi darah pada vena tungkai. CVI sering dikaitan dengan varises,
yaitu kondisi vena tampak membesar, berliku-liku, dan kebiruan di
bawah permukan kuliat
13
c. Penanganan
Gejala-gejala dari insufisiensi vena kronik bisa dikontrol dengan cara
konservatif seperti mengangjkat tungkai untuk mengurangi edema dan
tekanan, olahraga teratur seperti berjalan untuk memulihkan fungsi
pompa otot betis, penggunaan stocking kompresi yang merupakan
aandalan terapi konservatif terbukti mampu memperbaiki pembengkakan,
mikrosirkulasi dan mengurangi rasa nyeri.
2. Insufisiensi arteri
a. Penyebab
Salah satu penyebab paling umum dari insufisiensi arteri adalah
aterosklerosis atau pengerasan pembbuluh darah. Bahan berlemak
(disebut plak) menumpuk di dinding arteri anda ini menyebabkan
mereka menjadi sempit dan kaku. Akibatny sulit bagi darah untuk
mengalir malalui arteri.
b. Gejala
Gejala tergantung pada tempat penyempitan pembuluh nadi :
Jika ini mempengaruhi arteri jantung anda mungkin mengalami
nyeri dada atau seranga jantung.
Jika itu mempengaruhi arteri atak anda mungkin mengalami stroke
Jika ini mempengaruhi arteri yang membawa darah ke kaki anda,
anda mungkin sering mengalami kram kaki saat berjalan.
Jika itu mempengaruhi arteri di daerah perut anda mungkin merasa
sakit setelah makan.
E. Patofisiologi
Patofisiolagi dari MAVLU dapat dikaitkan dengan kombinasi hipertensi
ventrikel, primer atau rethrombotic venous reflux dan atau sumbatan dan
penurunan dalam aliran darah yang disebabkan oleh penyakit arteri.
Mekanisme kerusakan jaringan melibatkan sebagian kecil tekanan oksigen
dan pengaktifan jalur inflamasi. Kesulitan dalam menentukan komponen
14
F. Manifestasi klinis
1. ABI antara 0,5 dan 0,8 seharusnya dapat disembuhkan tergantung pada
morbiditas lain
2. Gejala-gejala pada penyakit vena tetapi nyerinya berbeda
3. Klaudikasi intermiten (awal)
4. Nyeri pada saat istirahat di malam hari (penyakit di akhir)
5. Nyeri pada saat kaki ditinggikan
6. Mungkin kulit terasa dingin
7. Mungkin edema
8. Kuku ynag tebal
9. Kemungkinan pucat (saat elevasi)
10. Luka mungkin memiliki gejala dari kedua jenis penyakit
11. Bentuk dan lokasi vena atau luka mungkin sirkumferensial
12. Kuning/hitam pada dasar jaringan
13. Dasar luka mungkin kering
G. Pemeriksaan fisik
Diagnosisi ulkus sangat jelas, tetapi tidak menyediakan informasi yang
andal mengenai etiologi dan fisiolagi. Meskipun demikian, beberapa
informasi bisa diperoleh dari meninjau keluarga pasien dan riwayat medis
pasien, serta dengan melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan
berbagai lokalisasi luka, adanya varises atau perubahan warana vena dan
tidak adanya denyut femoral, popliteal atau tibia.
H. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
Pada umumnya luka dapat sembuh dengan sendirinya. Luka akan
mengealami kegagalan penyembuhan jika ada faktor yang menghambat
sehingga luka yang awalnya biasa menjadi luar biasa sulit untuk sembuh. Ada
beberapa faktor yang sangat berperan dalam mendunkung penyembuhan luka,
yaitu faktor lokal dan faktor umum.
15
a. Faktor lokal
Yang dapat mendukung penyembuhan luka adalah kondisi luka, seperti
hidrasi luka, penatalaksanaan luka (aplikasinya), temperatur luka, adanya
tekanan, gesekan, atau keduannya, adanya benda asing dan adanya tidak
infeksi.
b. Faktor umum
Yang dapat menghambat penyembuhan luka adalah kondisi pasien secara
umum, seperti faktor usia, penyakit penyerta, vaskularisasi, nutrisi, dan obat-
obatan.
Jika faktor umum dan lokal tidak dapat diatasi dengan baik, luka akan sulit
sembuh. Apakah luka dapat sembuh? Tentu saja luka dapt sembuh dengan
penanganan yang tepat. Faktor tersebut hanya memperlambat proses
penyembuhan. Misalnya, luka seharusnya menutup (sembuh) dalam waktu 21
hari. Namun terhambat hingga lebih dari 60 hari (tergantung pada tingkat
penghambatannya), dan faktor penyakit yang menghambat luka untuk
sembuh harus dikaji.
Faktor Luka
Faktor lokal yang dapat mendukung atau justru menghambat
penyembuhan luka adalah hidrasi luka, penatalaksanaan luka (aplikasinya),
temperatur luka, adanya tekanan, gesekan, atau keduanya, adanya benda
asingm dan adanya tidaknya luka.
a. Hidrasi luka
Hidrasi luka atau pengairan pada luka adalah kondisi kelmebaban pada
luka yang seimbang yang sangat mendukung penyembuhan luka. Luka
yang terlalu keringatau basah kurang mendukung penyembuhan luka.
Luka yang terlalu kering menyebabkan luka membentuk fibrin yang
mengeras, terbentuk scah (keropeng), atau nekrosis kering. Luka yang
terlalu basah menyebabkan luka cenderung rusak dan merusak sekitar
luka.Perawatan luka tradisional menekankan perawatan luka dengan
perinsip kering atau basah. Di indonesia perawatan luka dengan konsep
lembap yang seimbang belum dikembangkan hingga tahun 1995. Sejak
16
tahun 1962. Winter membuktikan luka lehih baik dan lebih cepat
sembuh pada kondisi lembap. Perawatan modern atau dikenal juga
istilah evidence based wounf care adalah perawatan terkini yang
mempertahankan perinsip lembap yang seimbang pada luka.Perawatan
lika modern atau berdasarkanbukti dan data klinis (evidence based)
merupakan perawatan luka terkini yang mulai berkembang di indonesia
sejak tahun 1997 ketika mulai ada perawat spesialis luka, stoma, dan
kontinesia pertama di indonesia, yaitu enterostomal therapy nurse (ETN)
atau wound ostomy continence nurse (WOCN).
Keunggulan meperawatan luka ini adalah sebagai berikut :
a. Kenyamanan pasien yaitu nyeri minimal saat penggantian balutan
dan frekunsi penggantian balutan tidak setiap hari atau sehari 2-3
kali.
b. Cost-effencife yaitu jumlah pemakaian alat, fasilitis, waktu, dan
tenaga karena tidak harus setiap hari dan tidakan pembedahan mayor
minor minimal.
c. Infeksi minimal karena menggunakan konsep balutan oklusif atau
tertutup rapat.
d. Mempercepat penyembuhan luka dengan konsep lembap (lihat kotak
4-1
Konsep yang dikenalkan adalah merawat luka “mudah”,
denganmemahami anatomi kulit, prtoses penyembuhan luka , faktor
yang mempengaruhi penyembuhan luka, pengkajian yang tepat,
perencanaan perawatan yang efektif dan efesien, persiapan dasar
luka, pemiliihan balutan atau terapi topikal yang tepat, dan
waktu/lama penggantian balutan.
b. Penatalaksanaan luka
Penatalaksanaan luka yang tidak tepat menghambat penyembuhan
luka. Tenaga kesehatan harus memahami proses penyembuhan luka
dan kebutuhan pada setiap fasenya. Kebersihan luka dan sekitar luka
harus diperhatikan, kumpulan lemak dan kotoran pada luka harus
17
Faktor Umum
Faktor umum yang dapat menghambat penyembuhan luka dalah
faktor usia, penyakit penyerta, vaskularisasi, nutrisi, kegemukan,
gangguan sensasi dan pergerakan, status psikologis, terapi radiasi, dan
obat obatan. Faktor umum yang tidak teratasi dengan baik dapat
menyebabkan luka akan menjadi kronis.
Faktor usia
Pada usia lanjut terjadi penurunan fugsi tubuh fugsi sehingga dapat
memperlambat waktu penyembuhan luka. Jumlah dan ukuran
fibroblas menunrun, begitu pula kemampuan ploriferasi sehingga
terjadi penurunan respons terhadap growth factor dan
hormon0hormon yang dihasilkan selama penyembuhan luka
(brown,2014). Jumlah dan ukuran sel mast juga menuru (Norman,
2004). Kondisi kulit yang cenderung kering
Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering mempengaruhi penyembuhan luka
adalah penyakit diabetes, jantung, ginjal, dan gangguan pembuluh
darah (penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah arteri
dan vena). Kondisi penyakit tersebut memperberat kerja sel dalam
memperbaiki luka sehingga pentimg sekali melakukan tindakan
kolaborasi untuk mengatasi penyebabnya dan penyulit penyembuhan.
Pada diabetes, kondisi hiperglikemia menyebabka lambatnya aliran
darah ke sel, gagal jantung juga memperlambat aliran darah, pada
gangguan ginjal, cairan yang mengisi rongga intraselular menghambat
pertumbuhan sel yang baru. Oksigen dan nutrisi sangat dibutukan
selama proses penyembuhan luka.
Vaskularisasi
Vaskularisasi yang baik dapat menghantarkan oksigen ke nutrisi ke
bagian sel terujung. Pembukuh darah arteri yang terhambat dapat
menurunkan asupan nutrisi dan oksigen ke sel untuk mendukung
penyembuhan luka sehingga luka cenderung nekrosis. Gangguan
19
didapatkan dari minyak sayur, minyak kacang dan minyak zaitun. Major trace
element seperti kalsium dan fosfor dibutuhkan untuk pembentukan tulang,
kalsium didapat dari salmon dan sarden. Fosfor didapat dari keju, ayam, dan
tuna. Besi yang penting untuk sintesis kolagen, hemoglobin, dan oksigenasi
jaringan didapat daridaging, bayam, rooti, dan hati. Magnesium untuk sintesis
kolagen dan saraf didapat dari sayuran hijau, kacang-kacangan, dan seafood,
jamur, dan sereal. Selenium sebagai antioksidan dan fungsi makrofag, didapat
dari sereal dan udang. Manganese yang mengandung aktivitas enzim didapat
dari teh pekat.
Kegemukan
Obesitas atau kegemukan dapat menghambat penyembuhan luka, terutama
luka dengan tipe penyembuhan primer (dengan jahitan) karena lemak tidak
memiliki banyak pembuluh darah. Lemak yang berlebihan dapat
memengaruhi aliran darah ke sel.
Gangguan sensasi dan pergerakan
Gangguan sensasi dapat memperburruk kondisi luka karena tidak ada rasa
sakit atau terganggu terhadap luka terseebut, begitu pulak gangguan
pergerakan dapat menghambat aliran darah dari dan ke perifer. Sering
sekali pemilik luka tidak menyadari bahwa lukanya membuuruk.
Status psikologis
Stres, cemas, dan depresi menurunkan efisinsi kerrja sistem imun tubuh
sehingga penyembuhan luka terhambat.
Terapi radiasi
Terapi radiasi tidak hanya merusak sel kanker, tetapi juga merusak sel-sel
di sekitarnya komplikasi yang sering muncul adalah penurunan asupan
nutrisi karena mual dan muntah dan kerusakan/efek lokal (kulit rentan,
kemerahan, dan panas) pada daerah sekitar luka.
Obat
Obat-obatan yang menghambat penyembuhan luka adalah nonsteroidal
anti-inflammatory drug/NSAID (menghambat sintesis prostaglandin), obat
sitotoksik (merusak sel yang sehat), kortikosteroid (menekan produksi
21
3) Menggunakan posisi netral atau tergatung unutk kaki dan duduk tanpa
menyilangkan kaki
4) Menghindari pakaian yang membatasi
5) Memberikan redistrubis tekanan untuk tumit,jari kaki,dan penonjolan
tulang lainnya sebagaimana diperlukan
6) Menghindari panas dan dingin ekstrim
7) Memiliki perawatan kuku dan kaki rutin yang diberikan oleh seorang
professional
C. Khusus untuk luka Vena, ajarkan klien dan keluarga tentang :
1) Manfaat terapi kompres dan peningkatan kaki setiap hari dan
kebutuhan untuk kompresi seumur hidup
2) Latihan pasif dan aktif untuk mempromosikan aktivasi pomps otot
betis.
3) Fleksi pergelangan kaki untuk meningkatkan fungsi sendi pergelangan
kaki atas
4) Perawatan dan penerapan stoking kompresi, termasuk kebutuhan untuk
mengganti stoking setiap 6 bulan jika dipakai
5) Kebutuhan untuk mengulang penilaian kaki dibagian bawah dan ABI
dengan pembelian stoking baru
6) Tanda-tanda infeksi,selulitis, DVT,dan kontraktur sendi
7) Menghindari produk yang mengandung allergen umum seperti krim
wangi dan lanolin
D. Untuk luka campuran
1) Pendidikan didasarkan pada etiologi dominan (lihat di atas ) dan
kebutuhan klien/ keluarga untuk informasi
E. Ajarkan klien atau keluarga tentang peren anggota interdispliner tim
perawatan luka
F. Berikan bahan tertulis apa pun yang akan mendukung atau memperkuat
pengajaran
Perencanaan lanjutan
23
No Riwayat Keterangan
Karakteristik nyeri
25
26
Pemeriksaan fisik
No Tindakan Keterangan
Perubahan warna
Paresthesia
26
27
Dalam luka
Tunneling/ terowongan
Undermining (goa)
Slough
Granulasi
Epitelisasi
Berlubang
Lunak
Undermining
Indurasi
Edema setempat
6 Eksudar Warna
Jumlah
27
28
Bau
Konsistensi
7 Lokasi luka yang Antara jari – jari kaki atau pada ujung jari – jari
khas kaki
Edema terlokalisir
Osteomielitis
Purpura
Rambut rontok
28
29
Thrombofilia
Antibody antikardiopilin
Phlebitis/ DVT
Emboli pulmonal
Obesitas
Peningkata usia
Riwayat luka
Gambaran luka
Lamanya luka
Tindakan sebelumnya
Riwayat kekambuhan
29
30
Pemucatan atrofi
Vena varises
Lipodermatosklerosis
Jumlah eksudat
9 Periksa hasil
pemeriksaan
laboratorium
30
31
balutan
12 Kaji/ evaluasi
penyembuhan
31
32
32
33
33
34
34
35
Kaloborasi
35
36
36
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejadian ulkus vena lebih umum terjadi, yaitu sekitar 70% sampai 90%
dari seluruh ulkus/luka kaki (WOCN Society,2005). Adanya ulkus vena dapat
mempengaruhi kehidupan seseorang karena dapat menyebabkan seseorang
tidak mampu bekerja, isolasi sosial, dan perlu sering berkunjung ke klinik
atau rumah sakit.Ulkus kaki (Leg Ulcers) adalah luka kronis yang terjadi pada
kaki dengan sirkulasi yang buruk dan katup vena tidak bekerja baik, sehingga
proses penyembuhan tidak berjalan selama empat minggu atau lebih. Ulkus
kaki dapat dibedakan menjadi 4 tipe yaitu venous ulcers, arteri ulcers, mixed
ulcers dan neuropati ulcers (Carville, 2007). Tipe ulkus venous paling banyak
terjadi sekitar 70 % dari pada ulkus mixed (15%), ulkus arteri (10%) dan
ulkus neuropati (5%) (Gottrup dan karismark, 2005; Agale, 2013).
Mix venous/arterial dikenal sebagai gabungan arteri dan luka vena. Meskipun
demikian, ada kesepakatan bahwa pasien yang menderita Mixed Arterial and
Venous Leg Ulcers (MAVLU) menggabungkan chronic occlusive disease
(CVI) dan peripheral arterial acclusive disease (PAOD). Ulkus campuraan
(mixed) adalah gabungan dari ulkus arteri dan venous.
B. Saran
Kami menyadari bahawa kami sebagai penulis makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk saran pada
pembaca bisa berisi kritik, atau saran terhadap penulisan juga atau untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
36
Daftar Pustaka
Agale. S. V. (2013). Chronic leg Ulcer: Epidiology, Aetiopthogenesis, and
Management Ulcer, volume 2013, 1-9
37