Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa :
Maelanie Handayani
Kasus/Diagnosa Medis:
Jenis Kasus : Non Trauma
(Aneurisma Aorta)
Ruangan : CICU
Kasus ke : 1
KOREKSI I KOREKSI II
(………………………..……...
(………………………………………………………) ………………………….)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT UNIVERSITAS FALETEHAN
1. Definisi Penyakit
Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah, yang
didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media dan
tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan/balon, Aneurisma adalah suatu
penonjolan (pelebaran, dilatasi) pada dinding suatu arteri. Aorta adalah arteri terbesar
dalam tubuh. Aorta berasal dari jantung dan memasok darah ke seluruh tubuh melalui
cabang arteri. Penyakit dalam aorta dapat menyebabkan penyempitan dan
penggelembungan arteri yang abnormal. Penyakit ini meliputi Aneurisme Aorta dan
Diseksi Aorta. Aneurisma aorta dada atau aneurisma aorta thoracalis (Thoracic aortic
aneurysms/Syphilitic aneurysm) terjadi pada bagian dari aorta yang melewati dada.
Aneurisma aorta merupakan dilatasi dinding aorta yang sifatnya patologis,
terlokalisasi dan permanen (irreversible). Jadi kesimpulannya anorisma aorta adalah
pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah, yang didasarkan atas
hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media dan tunika intima,
sehingga menyerupai tonjolan/balon pada arteri terbesar dalam tubuh yang berasal
dari jantung dan memasok darah ke seluruh tubuh melalui cabang arteri.
Pada salah satu bentuk aneurisma torakalis yang khusus, pelebaran aorta terjadi
ditempatnya keluar dari jantung. Pelebaran ini bisa menyebabkan kelainan fungsi
katup antara jantung dan aorta (katup aorta), sehingga pada saat katup menutup, darah
kembali merembes ke jantung. Dinding aorta yang mengalami aneurisma lebih lemah
daripada dinding aorta yang normal. Oleh karena itu, karena tekanan yang begitu besar
dari darah menyebabkan dinding aorta menjadi melebar
2. Etiologi
Aneurisma aorta disebabkan oleh melemahnya dinding pembuluh aorta. Pada keadaan
yang normal, aorta memiliki dinding yang tebal. Tebalnya dinding aorta ini berguna
untuk menahan tekanan darah yang keluar dari jantung. Akan tetapi, pada beberapa
keadaan dinding aorta bisa melemah dan akhirnya mengalami penggembungan.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
Hingga saat ini, penyebab melemahnya dinding aorta belum diketahui dengan pasti.
Namun, terdapat beberapa faktor yang diduga dapat memicu pelemahan tersebut,
yaitu:
Pengerasan arteri (aterosklerosis)
Penyakit peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis), seperti giant cell arteritis
dan Takayasu arteritis
Penyakit infeksi, seperti sifilis yang tidak diobati
Cedera pada aorta
Selain faktor pemicu, terdapat juga faktor yang berisiko menyebabkan seseorang
terkena aneurisma aorta, yaitu:
Memiliki kebiasaan merokok
Berusia di atas 65 tahun
Menderita hipertensi
Memiliki anggota keluarga yang menderita aneurisma aorta
Berjenis kelamin pria
Menderita penyakit aneurisma di pembuluh darah lain
Menderita kelainan genetik, seperti sindrom Marfan
3. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda dari penyakit ini dapat berupa :
1. hipotensi
2. syncope
3. disfungsi urin
4. disfungsi ginjal
5. nyeri di perut yang dapat menjalar ke punggung.
Manifestasi klinis umum pada aneurisma, terlepas dari tipe dan sisi:
a) Hipertensi dengan pelebaran tekanan nadi
b) Tekanan darah pada paha bawah lebih rendah dari pada tekanan darah pada
lengan. Normalnya, TD pada paha lebih tinggi dari lengan
c) Nadi perifer lemah atau asimetris
Aneurisma ini biasanya ditemukan saat pemeriksaan fisik rutin. Lebih sering
aneurisma asimptomatik ditemukan sebagai penemuan incidental saat
pemeriksaan USG abdomen atau CT scan. Denyut perifer biasanya normal,
tetapi penyakit arteri oklusif pada renal atau ekstremitas bawah sering
ditemukan pada 25% kasus. Aneurisma arteri popliteal terdapat pada 15%
kasus pasien dengan aneurisma aorta abdominalis.
b) Aneurisma simptomatik
Nyeri mid-abdominal atau punggung bawah atau keduanya dan adanya pulsasi
aorta prominen dapat mengindikasikan pertumbuhan aneurisma yang cepat,
ruptur, atau aneurisma aorta inflamatorik. Aneurisma inflamatorik
terhitung kurang dari 5% dari aneurisma aorta dan retroperitoneal
dengan sebab yang belum diketahui. Pada pasien ini terdapat demam
ringan, peningkatan laju endap darah, dan riwayat infeksi saluran pernapasan
atas yang baru saja; pasien sering sebagai perokok aktif. Infeksi aneurisma
aorta (baik dikarenakan oleh emboli septik atau kolonisasi bakteri aorta normal
dari aneurisma yang ada) sangat jarang terjadi tetapi harus diperkirakan pada
pasien dengan aneurisma sakular atau aneurisma yang bersamaan dengan fever
of unknown origin.
c) Ruptur aneurisma
Gejala ruptur antara lain:
Sensasi pulsasi di abdomen
Nyeri abdomen yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan. Nyeri dapat
menjalar ke selangkangan, pantat, atau tungkai bawah.
Nyeri pada punggung bawah yang berat, tiba-tiba, persisten, atau konstan,
dapat menjalar ke selangkangan, pantat, atau tungkai bawah
Anxietas
Nausea dan vomiting
Kulit pucat
Shock
Massa abdomen
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
4. Deskripsi Patofisiologi
Aneurisma terjadi karena pembuluh darah kekurangan elastin, kolagen, dan matriks
ekstraseluler yang menyebabkan melemahnya dinding aorta. Kekurangan komponen
tersebut bisa disebabkan oleh faktor inflamasi (aterosklerosis). Sel radang pada
dinding pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis mengeluarkan matriks
metalloproteinase. Matriks metalloproteinase akan menghancurkan elastin dan
kolagen, sehingga persediaannya menjadi berkurang. Selain matriks metalloproteinase,
faktor lain yang berperan terjadinya aneurisma adalah plasminogen activor, serin
elastase, dan katepsin. Aneurisma akan mengakibatkan darah yang mengalir pada
daerah tersebut mengalami turbulensi. Keadaan itu menyebabkan deposit trombosit,
fibrin, dan sel – sel radang. Akibatnya, dinding aneurisma akan dilapisi trombus. Lama
kelamaan trombus berlapis tersebut akan membentuk saluran yang sama besar dengan
saluran aorta bagian proksimal dan distal. Selain itu, interaksi dari banyak faktor lain
dapat menjadi predisposisi pembentukan aneurisma pada dinding aorta. Aliran
turbulen pada daerah bifurkasio dapat ikut meningkatkan insiden aneurisma di tempat
– tempat tertentu.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
Suplai darah ke pembuluh darah melalui vasa vasorum diduga dapat terganggu pada
usia lanjut, memperlemah tunika media dan menjadi faktor predisposisi terbentuknya
aneurisma. Apapun penyebabnya, perkembangan aneurisma akan selalu progresif.
Tegangan atau tekanan pada dinding berkaitan langsung dengan radius pembuluh
darah dan tekanan intraarteri. Dengan melebar dan bertambahnya radius pembuluh
darah, tekanan dinding juga meningkat sehingga menyebabkan dilatasi dinding
pembuluh darah. Sehingga angka kejadian ruptur aneurisma juga meningkat seiring
meningkatnya ukuran aneurisma. Selain itu, sebagian besar individu yang mengalami
aneurisma juga menderita hipertensi sehingga menambah tekanan dinding dan
pembesaran aneurisma
1. True aneurysms
True aneurysms melibatkan pelebaran semua 3 lapis dinding pembuluh darah,
intima, media, dan adventitia
2. False aneurysms
Karena malforasi kongenital, infeksi atau hypertension, juga disebut sebagai
pseudoaneurysm, melibatkan pelebaran hanya adventitia
3. Pseudoaneurysms dapat karena trauma melibatkan intima pembuluh darah dan
sebagai komplikasi prosedur arteri percutaneuous.
6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan foto rontgen akan memperlihatkan pelebaran dari bayangan aorta
torakalis.
2) Pemeriksaan CT – Scan terutama spiral CT – Scan merupakan pemeriksaan
penting dalam mendiagnosis aneurisma aorta.
3) MRI atau USG transesofageal digunakan untuk menentukan ukuran yang pasti dari
aneurisma.
4) Aortografi biasanya digunakan untuk membantu menentukan jenis pembedahan
yang perlu dilakukan. Angiography juga menggunakan pewarna khusus
menyuntikkan ke dalam aliran darah unutk membuat dalam dari arteri muncul pada
gambar x-ray. Sebuah angiogram menunjukan jumlah kerusakan dan halangan
dalam pembuluh darah.
5) EKG, enzim jantung, dan ekokardiogram dilakukan untuk mengesampingkan
penyakit jantung sebagai penyebab nyeri dada.
6) Aortogram memastikan diagnosa aneurisma.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
8. Penatalaksanaan Medis/Operatif
Pembedahan bila terapi obat gagal untuk mencegah pembesaran aneurisma atau
pasien menunjukan gejala-gejala distress akut. Pembedahan meliputi eksisi dan
pengangkatan aneurisma dan pengantian dengan graf sintetik untuk memperbaiki
kontinuitas vaskular.
Bedah terbuka
Operasi ini dilakukan dengan cara membuang bagian aorta yang menggelembung
dan menggantinya dengan pembuluh darah yang baru (graft).
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
Bedah endovascular
Prosedur ini lebih tidak invasif. Operasi endovascular dilakukan dengan cara
memasang stent atau ring di bagian aneurisma dengan menggunakan kateter. Stent
berfungsi menguatkan dinding pembuluh aorta yang lemah dan mencegah
pecahnya pembuluh tersebut.
9. Terapi Farmakologis
Farmako terapi :
Antihipertensif untuk mempertahankan tekanan sistolik pada 120mmHg atau
kurang. Misalnya labertol, nitropusid
Propanolol (inderal) untuk menurunkan kekuatan pulsasi dalam aorta dengan
menurunkan kontraktilitas miokard.
Terapi dengan obat (beta blocker) diberikan untuk mengurangi denyut jantung dan
tekanan darah sehingga akan mengurangi resiko pecahnya aneurisma.
Pengkajian
Aneurisma membesar
kelelahan Nyeri akut
Terjadi ruptur
Intoleransi
Terjadi perdarahan aktivitas
Kematian
13.
Hipertensi
aterosklerosis Cedera kepala
MAV (Malformasi
Arteriovenosa)
↑ aliran darah
Patoflow Kerusakan ↓ autoregulasi di otak
dinding PD Arteri menerima darah dalam
Menekan dinding jumlah yang besar
pembuluh darah ↑ Volume darah di otak
Kelemahan pada
dinding PD
↓ Elastisitas
pembuluh darah
Arteri berdilatasi
Aneurisme
Aneurisme pecah
Stroke Hemoragik
PK ↑ TIK ↑ TIK
↑ tahanan vaskuler
Menghalangi
aliran darah
↓ aliran darah ↓ suplay O2 di
serebral
serebral otak
Metabolism
↓ perfusi jar. Perubahan Perfusi anaerob
otak Serebral
↑ Akumulasi
Iskemia jar. otak asam laktat
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
Deficit Risiko
neurologik cedera
Perubahan
sensori/persepsi
15. Analisa Data
nyeri akut
intoleransi aktivitas
Pengaturan posisi
monitor status oksigenasi sebelum dan Agar oksigenasi tetap dalam kondisi
tempatkan pada matras dan posisi yang Agar pasien nyaman dan mengurahi
ubah posisi setiap 2 jam Agar tidak terjadi luka decubitus saat
klien tidak dapat mengubah posisi
secara mandiri
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi
bd keperawatan selama 3x24 jam Monitor kelelahan fisik dan emosional Untuk mengetahui bagaimana kondisi
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
ketidakseimbangan maka toleransi aktivitas meningkat klien saat lelah dan tidak dapat
antara suplai dan dengan kriteria hasil : melakukan kegiatan, dan mengetahui
kebutuhan oksigen Frekuensi nadi meningkat kondisi emosional klien agar
ditandai oleh : Saturasi oksigen meningkat emosional klien tetap stabil
DS : Jarak berjalan meningkat
Monitor pola dan jam tidur
Untuk mengetahui jam tidur dan pola
Mengeluh lelah Keluhan lelah menurun
Dyspnea setelah tidur pasien terganggu atau tidak dan
Dyspnea menurun
aktivitas terpenuhi istirahatnya atau tidak
Merasa tidak Perasaan lemah menurun
nyaman setelah Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Tekanan darah membaik
beraktivitas Untuk mengetahui saat pasien merasa
Merasa lemah Frekuensi napas membaik selama melakukan aktivitas
tidak nyaman selama melakukan
DO : aktivitas dan mengalihkan ke hal lain
Frekuensi jantung
meningkat untuk meningkatkan kenyamanan
Tekanan darah
berubah >205 dari
kondisi istirahat
Gambaran EKG
bukan normal
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2019-2020
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keparawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Marry, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta :
EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular : Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI