DOSEN PENGAMPU:
Bapak Julianto, Ns., M. Kep
DI SUSUN OLEH
SYAMSODINOR 1914201110063
2021-2022
A. PENGERTIAN DISEKSI AORTA
Diseksi aorta adalah kondisi ketika lapisan dalam pembuluh darah aorta robek dan
terpisah dari lapisan tengan dinding aorta. Terkadang gejala diseksi aorta mirip gejala
pada penyakit jantung dan stroke. Pembuluh aorta adalah pembuluh darah arteri terbesar
di dalam tubuh yang fungsinya menerima darah kaya oksigen dari jantung. Kemudian
mengalirkannya ke seluruh tubuh melalui cabang-cabang arteri. Jika aorta robek aan bocir
dan mengalir melalui robekan tersebut sehingga membentuk saluran darah palsu pada
dinding aorta.
B. ETIOLOGI
Etiologi diseksi aorta sampai saat ini dipercayai disebabkan oleh adanya riwayat
hipertensi yang tidak terkontrol. 80% dari kasus diseksi aorta didahului dengan adanya
hipertensi. Hipertensi diduga memicu suatu reaksi inflamasi dengan memproduksi sitokin
proinflamasi dalam jumlah banyak dan juga menyebabkan aktivasi makrofag. Adanya
aktivasi sistem imun yang berlebihan menyebabkan degradasi matriks ekstraselular dan
juga degradasi protein dari lapisan dinding aorta.
Etiologi terjadinya diseksi aorta biasanya terkait dengan beberapa jenis perubahan
degeneratif pada dinding aorta, khususnya pada lapisan media. Bahkan jika diseksi
terutama dimulai dengan robekan pada intima, penyebarannya di dalam lapisan media
bervariasi dari hampir tidak ada sampai perkembangan cepat sepanjang seluruh aorta.
Variasi ini terkait dengan kondisi lapisan medial.
Gejala diseksi aorta sering sulit dikenali karena mirip dengan gangguan jantung yang
lain. Pada banyak kasus, umumnya gejala dimulai dengan nyeri dada yang parah secara
tiba-tiba, lalu disertai dengan gejala lain berupa:
Sesak napas
Kesulitan berbicara
Merasa gelisah atau linglung
Keringat dingin
Hilang kesadaran
Denyut nadi lebih lemah pada satu sisi tangan
Kelemahan anggota badan satu sisi tubuh, seperti pada stroke
a. Kelainan Genetik
Kelainan genetik yang terkait dengan kejadian diseksi aorta adalah sindrom Marfan,
kelainan katup aorta, aneurisma familial, dan sindrom Ehlers-Danlos.
Pria dilaporkan lebih sering terkena diseksi aorta dibanding wanita. Wanita yang
terkena diseksi aorta umumnya memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya.
Sedangkan pada pria, dapat terjadi pada kondisi tanpa riwayat penyakit jantung
sebelumnya. Berdasarkan usia, diseksi aorta didapati lebih banyak pada usia >60 tahun,
dengan puncak usia adalah 65 tahun. Pasien dengan diseksi aorta tipe A didapati pada
usia yang lebih muda dibanding pada pasien dengan diseksi aorta tipe B.
c. Merokok
Gejala diseksi aorta mirip dengan gejala penyakit lain, terutama penyakit jantung.
Beberapa gejala tersebut adalah:
Nyeri dada dan nyeri punggung atas yang muncul secara mendadak dan tidak
tertahankan, seperti rasa ditusuk-tusuk yang merambat ke leher dan punggung bawah
Nyeri perut yang terasa hebat dan tiba-tiba jika terjadi penyumbatan pada arteri
mesentrika (pembuluh yang mengalirkan darah ke usus)
Gejala seperti pada stroke, yaitu mendadak sulit bicara, hilang penglihatan, dan
lumpuh pada satu sisi tubuh
Denyut nadi lemah pada satu sisi lengan atau paha dibanding sisi lainnya
Nyeri di tungkai yang dapat disertai kesulitan berjalan atau kelumpuhan
Kesemutan atau mati rasa di jari tangan atau jari kaki
Keringat berlebih
Sesak napas
Pusing
Mual
Pingsan
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala nyeri dada, sesak
napas, atau gejala stroke. Diseksi aorta yang dibiarkan dapat menyebabkan
perdarahan organ dalam dan kerusakan jantung.
D. PATOFISIOLOGI
Aorta merupakan pembuluh arteri terbesar dalam tubuh yang dibagi menjadi 3
bagian, yaitu aorta asendens, aorta desendens, dan aorta abdominalis. Aorta memiliki
3 lapisan dinding yang tersusun dari jaringan ikat dan serat elastin, yaitu lapisan
intima, media, dan adventitia, secara berurutan dari dalam hingga luar. Ketiga lapisan
dinding aorta berperan untuk menjaga integritas dari aorta dan bertanggung jawab
terhadap peregangan aorta saat memompa darah ke seluruh tubuh. Diseksi aorta lebih
sering terjadi pada bagian proksimal dari aorta torakalis, namun juga dapat terjadi
pada daerah distal aorta torakalis ataupun aorta abdominalis.
E. PENATALAKSAAN MEDIS
Tatalaksana diseksi tipe A selalu bedah. Tatalaksana diseksi tipe B bersifat
farmakoterapi dalam banyak kasus dan pembedahan jika terdapat komplikasi
iskemia organ atau perdarahan.
1. Pasang satu atau dua jalur intravena (IV) besar untuk pemberian obat
antihipertensi dan cairan.
2. Lakukan pemeriksaan EKG.
3. Tes darah seperti yang disebutkan di atas.
4. Rontgen thoraks.
5. Berikan oksigen dengan masker.
6. Pertimbangkan injeksi IV analgesik yang kuat, seperti morfin 5-10 mg.
7. Masukkan kateter arteri untuk pemantauan tekanan darah.
8. Mulai administrasi beta-blocker.
Joanna G, Felix S, Arnold E. Acute aortic dissection: pathogenesis, risk factors, and
diagnosis. Swiss Medical Weekly. 2017;147:1-7.
Saw, L., & Cooke, M. (2020). The Surgical Management of Acute Type A Aortic
Dissection: Current Options and Future Trends. Journal of Cardiac Surgery, 35(9),
pp.