TINJAUAN TEORITIS
2. Anatomi Fisiologi
Aorta adalah arteri utama dalam tubuh. Aorta adalah pembuluh darah
yang besar yang keluar dari jantung dan membawa darah keseluruh
tubuh. Aorta berpangkal pada aortic valve pada jalan keluar dari bilik
jantung kiri.
Aorta terdiri dari aorta thoracica di dalam dada dan aorta abdominalis
di dalam abdomen.
a. Aorta thoracica, dimulai pada orificium aorta ventrikel kiri. Terdiri dari tiga
bagian:
Aorta ascendens: panjang sekitar 5cm dan berjalan kea rah atas dank e
kanan
Arcus aorta: melengkung ke belakang dan ke kiri melewati broncus kiri
dan mencapai sisi kiri vertebrae thoracica IV
Aorta descenden berjalan ke bawah pada bagian belakang thoraks, di
antara jantung dan columna vertebralis pars thoracica; berjalan melalui
hiatus aorticus diafragma dan menjadi aorta abdominalis.
b. Aorta abdominalis
Dimulai pada hiatus aorticus dan berjalan ke bawah pada bagian depan
columna vertebralis pars lumbalis berakhir di bagian depan corpus vertebrae
lumbalis IV dengan membagi menjadi arteri iliaca communis dextra dan
sinistra.
(Sumber: http://ilmu1muda.wordpress.com/)
9. Komplikasi
a. Obstruksi arteri karotis yang menyebabkan gejala neurologis seperti
kelemahan dan kelumpuhan.
b. Ischemic atau infark dari myocardium, ginjal, atau usus.
c. Regurgitasi aorta : terlibatnya ujung awal aorta menyebabkan
rusaknya cincin katup aorta, sehingga terjadi kebocoran katup. Bisa
dijumpai murmur diastolik dini.
d. Ruptur ; nyeri luar biasa, hipotensi, dan kolaps. Seringkali fatal, namin
bisa tertahan dengan menurunnya TD. Terjadi pada rongga
retroperitoneal, mediastinum, atau rongga pleura kiri.
10. Prognosa
Diseksi tipe A memiliki tingkat mortalitas segera yang sangat tinggi,
namun bila pasien tidak mempunyai komplikasi yang mengancam jiwa
(seperti stroke, paraplegia) keadaan pasien setelah pembedahan yang
berhasil biassanya baik. Keadaan setelah terapi pada diseksi tipe B lebih
baik, walaupun bisa terdapat komplikasi lanjut, di antaranya
pembentukan dan ruptur aneurisma.
11. Penatalaksanaan
a. Obat-obatan
Aneurisma aorta thoraks memerlukan terapi betablocker jangka
panjang dan obat antihipertensi tambahan untuk mengontrol detak
jantung dan tekanan darah .Klien dengan diseksi aorta pada awalnya
diobati dengan intravena beta blockers seperti propanolol (inderal),
metaprolol (Lopressor ) , labetalol ( normodyne ) , atau esmolol (
brevibloc ) untuk mengurangi denyut jantung sampai sekitar 60 BPM .
Infus sodium nitroprusside (nipride ) dimulai bersamaan untuk
mengurangi tekanan sistolik 120 mmHg . Calcium channel blockers juga
dapat digunakan. Vasodilator langsung seperti diazoxide ( hyperstat )
dan hydralazine ( Apresoline ) dihindari karena mereka benar-benar
dapat memperburuk diseksi . Memonitor tanda-tanda vital , tekanan
hemodinamik untuk pemantauan tekanan hidrostatik hemodinamik ) ,
dan output urine sangat penting untuk memastikan perfusi memadai
organ vital .
b. Pembedahan
Diseksi aorta merupakan kegawatdaruratan medis dan harus diobati
dengan prioritas tinggi. Pertimbangan segera yang harus diperhatikan
pada tipe A maupun tipe B adalah menurunkan tekanan darah sampai
sistolik kurang dari 100 mmHg untuk mencegah diseksi atau ruptur lebih
lanjut, menggunakan analgesik opiat dan penyekat beta intravena.
Pasien yang mengalami hipotensi akibat perdarahan harus diresusitasi
untuk mempertahankan TD dalam level cukup. Terapi spesifik tergantung
pada asal flap.
Diseksi tipe A : risiko komplikasi yang berbahaya, kususnya ruptur ke
perikardium, sangat tinggi, dengan rata-rata kematiam per jam 2%.
Pasien harus dipindahkan dengan ambulans lampu biru/udara ke pusat
pelayanan kardiotoraks sesegara mungkin, pada waktu kapanpun, dan
segera dilakukan pembedahan untuk mengganti ujung aorta, dengan
atau tanpa kelainan katup aorta sebagai penyerta.
2. Etiologi
a. Aterosklerosis
b. Trauma dinding arteri
c. Infeksi (piogenik atau sifilitika) dan defek kongenital di dinding
arteri
3. Patofisiologi
Aneurisma aorta juga meliputi arkus aorta, aorta thoraks, dan
aorta abdominal. Pasien mungkin memiliki aneurisma lebih dari satu
lokasi. Tingkat pertumbuhan aneurisma tidak dapat diprediksi, tetapi
semakin besar aneurisma, semakin besar resiko untuk pecah. Dinding
aorta melebar, dilapisi dengan trombus yang dapat menyebabkan
emboli, dan menyebabkan gejala akut iskemik pada cabang distal.
Plak aterosklerosis berada di lapisan bawah intima (lapisan paling
dalam dari dinding arteri). Pembentukan plak diduga menyebabkan
perubahan degeneratif di media (lapisan tengah dinding arteri), yang
menyebabkan hilangnya elastisitas, melemah, dan akhirnya terjadi
pelebaran aorta. Pada pria merokok hal ini menjadi faktor resiko yang
kuat untuk AAAs dari aterosklerosis daripada hipertensi dan diabetes.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa genetic merupakan
faktor yang kuat dalam pengembangan AAAs. Faktor keluarga dalam
perkembangan aneurisma adalah terkait dengan sejumlah kelainan
kongenital , termasuk cacat spesifik dalam kolagen. (misalnya, Ehlers
Danlos syndrome) dan degenerasi dini dari jaringan elastis pembuluh
darah (sindrom Marfan). Penyebab umum dari pembentukan aneurisma
termasuk penetrasi atau trauma tumpul akibat kecelakaan kendaraan
bermotor (mekanik), aortitis inflamasi, dan aortitis menular (misalnya,
sifilis, salmonella, infeksi HIV).
4. Patoflow
Sumber:http://www.cardio-chirurgia.com/public/IT/aneurisma-aortico
Sumber: http://www.springerimages.com/Images/MedicineAndPublicHealth
c. Dissecting aneurysm, disebabkan robeknya intima yang menimbulkan
akumulasi darah diantara intima dan media.
Sumber : http://www.pianoveinvascular.com/aneurysms/
8. Komplikasi
a. Ruptur arteri
b. Perdarahan
c. Kematian
9. Prognosa
Prognosis pada jenis aneurisma (rupture atau unrupture), bentuk
aneurisma, lokasi, waktu penanganan dan kondisi pasien saat
dilakukan pengobatan (usia,gejala klinis, kesadaran dan adanya
penyakit lain seperti penyakit jantung). Prinsipnya semakin cepat
ditemukan aneurisma mempunyai kemungkinan kesembuhan yang
baik.
10. Penatalaksanaan Medis
a. Aorta torakalis
b. Aorta Abdominalis
Penatalaksanaan Medis
Operasi tidak dilakukan pada pasien dengan asymptomatic
Aneurisma aorta abdominal yang lebih kecil dari 4-5 cm. Setiap 6
bulan, dilakukan pemeriksaan ultrasonography sebagai indikasi untuk
menentukan setiap perubahan yang terjadi pada ukuran aneurisme.
Penatalaksanaan Bedah
Reseksi bedah dari aneurisma dan membuat arteri baru merupakan
pengobatan untuk aneurisma. Ada 2 tipe bedah yaitu endovascular
surgery dan traditional surgery melalui sayatan pada bagian perut.
11. Penatalaksanaan keperawatan
a. Pre operatif
Menjelaskan proses penyakit dan rencana prosedur operasi, dan
persiapan pengosongan usus ( pemberian laksatif, enema, dan
mempersiapkan psien untuk mandi dengan sabun antimicroba
sebelum operasi). Jika pasien direncanakan pindah ke ICU setelah
operasi, orientasikan pasien atau keluarga ke ICU sebelum tindakan
operasi.
b. Post operatif
Fokus penatalaksaan keperawatan post operasi adalah untuk
menjaga keadekuatan fungsi pernafasan, kesimbangan cairan dan
elektrolit dan control nyeri. Perawat harus memonitor posisi graft dan
perfusi renal. Perawat juga memonitor untuk membatasi dan
mengobati dysritmia, infeksi, dan komplikasi neurologi.
a. Resiko perfusi jaringan tidak efektif b.d rupture aneurisma yang menghasilkan perdarahan dan kurangnya aliran
darah ke jaringan distal.
Tujuan Intervensi Rasional
Pasien menunjukkan perfusi 1. Laporkan segera tanda-tanda dari rupture 1. Ekspansi cepat mengindikasikan resiko dari
jaringan adekuat yang akan terjadi, ekspansi, atau diseksi dari rupture, dengan menghasilkan perdarahan,
Dengan kriteria: aneurisma: meningkatnya nyeri, adanya syok, dan kemungkinan kematian. Perencanaan
- Teraba nadi distal perbedaan tekanan darah dan nadi nadi operasi segera untuk mencegah komplikasi
- Akral hangat perifer antara ekstremitas atas dan bawah,
- Capillary refill < 5 detik. meningkatnya ukuran massa, perubahan
- Tidak adanya mati rasa fungsi motorik dan sensorik.
atau kesemutan.
- BUN dan kreatinin 2. Lakukan upaya untuk menurunkan resiko 2. Aktivitas, stress, dan valsalva maneuver
dalam batas normal. rupturnya aneurisma: meningkatkan tekanan darah, meningkatkan
- Teraba nadi distal/ tibia a. Pertahankan posisi bedrest dengan kaki resiko dari rupture.
anterior dan posterior. datar Mengelevasikan kaki akan membatasi aliran
- Tidak ada distensi b. Jaga lingkungan yang tenang, untuk darah perifer dan meningkatkan tekanan di aorta
abdomen. mengurangi stress psikologis atau arteri iliaka.
- Haluaran urine c. Cegah mengejan selama defekasi Beta bloker dan antihipertensi diberikan untuk
1cc/KgBB/jam. d. Kolaborasi untuk memberikan th/ beta mengurangi tekanan pada vena yang terdilatasi
bloker dan antihipertensi sesuai yang
diresepkan.
3. Laporkan manifestasi thrombosis arteri atau 3. Aliran darah lambat pada aneurisma disebabkan
emboli; tidak adanya nadi perifer; pucat atau karena adanya thrombus. Trombus ini dapat
sianosis, ekstremitas dingin; nyeri abdomen; terlebas, menjadi emboli yang dapat menutup
peningkatan nyeri pada pangkal paha, arteri perifer atau arteri pada ginjal dan
lumbal, atau ekstremitas bawah. mesenterium. Oklusi arteri mungkin
mengharuskan operasi segera untuk
mengembalikan aliran darah dan mengurangi
infark jaringan atau gangren.
4. Monitor secara terus-menerus ritme jantung. 4. Identifikasi dan pengobatan cepat dapat
Laporkan jika ada keluhan nyeri atau mengurangi resiko kematian
perubahan pada gambaran EKG. Beri
Oksigen sesuai indikasi.
5. Segera laporkan akan adanya perubahan 5. Meluasnya aneurisma atau diseksi dapat
status dan gejala dari gangguan neurologis mempengaruhi aliran darah carotis dan cerebral,
perifer. atau perfusi sinal cord, penting untuk gejala
neurologis. Pengendalian segera dari aliran
darah adalah penting untuk mencegah deficit
gangguan neurologis permanen.
Diagnosa Resiko terjadinya injuri atau perdarahan b.d rupture aneurisma
Tujuan Tidak terjadi injuri atau perdarahan
Kriteria Hasil
- Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal
- Klien tidak mengalami episode perdarahan
- Tanda-tanda vital berada dalam batas normal
(TD:1 20/ 80 mmHg, Nadi: 60 100 x / menit, RR: 16 20 x /
menit, Suhu: 36 37C)
Intervensi 1. Monitor secara terus menerus parameter hemodinamik seperti
tekanan arteri, tekanan pulmonalis dan Cardiac Output
R/ untuk memastikan keadekuatan dari perfusi jaringan
2. Monitor nilai Ht dan Hb
i.
ii.
5. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan berguna untuk mempersiapkan klien dan keluarga pada perawatan dirumah tergantung
pada rencana pengobatan.
d. Pre Operasi
- langkah-langkah untuk mengontrol hipertensi, termasuk gaya hidup dan obat-obatan yang diresepkan.
- manfaat dari berhenti merokok
- Tanda dan gejala akan meningkatkan ukuran aneurisma atau komplikasi untuk segera melaporkan kepada
dokter.
e. Post Operasi
setelah operasi diskusikan topic-topik ini untuk mempersiapkan klien dan keluarga untuk perawatan di rumah
antara lain:
- Perawatan luka dan mencegah infeksi, tanda & gejala penyembuhan, gangguan atau infeksi harus dilaporkan.
- Resepkan obat anti hipertensi dan obat-obatan antikoagulan dan efek yang diharapkan dan diinginkan.
- Pentingnya istirahat dan nutrisi yang memadai untuk penyembuhan.
- Mencegah terjadinya sembelit (seperti meningkatkan cairan dan serat dalam diet)
- Pentingnya menghindari lama duduk, mengangkat benda berat, terlibat dalam olahraga berat, dan melakukan
hubungan seksual sampai disetujui oleh dokter (biasanya 6 sampai 12 minggu)
- Tanda dan gejala dan komplikasi untuk melaporkan kepada dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, John. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat.Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C.2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC
Lemon, P. 2004. Medical surgical nursing: critical thinking in clien care II. New
Jersey : Pearson Education.
Lewis, S. 2007. Medical surgical nursing : Assesment and management of clinical
problems. China : Mosby Elsevier.
Ignatavicius, D, Workman, L. 2006. Medical Surgical Nursing Critical Thinking For
Collaborative Care. Elsevier Saunders
Price, S. 2005. Patofisologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Robbins. 2008. Buku saku dasar patologis penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth Vol 2.
Jakarta : EGC
Walsh, Richard.A. 2013. Hursts the heart. Singapore : Mc Graw hill.