Disusun oleh :
MALAHAYAT
I 003011008
1
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) (2017) menyebutkan bahwa penyakit
kardiovaskuler menyumbang sekitar 25% dari angka kematian dan mengalami
peningkatan di negara-negara berkembang. Coronary Artery Disease (CAD)
merupakan penyakit yang mengganggu fungsi jantung yang disebabkan oleh otot
miokard yang kekurangan suplai darah akibat adanya penyempitan dan
tersumbatnya pembuluh darah jantung (Mutarobin, 2019). Penyakit ini masih
menjadi masalah kesehatan yang menakutkan baik di negara maju ataupun
berkembang, yang menjadikanya sebagai penyebab kematian nomor satu di
dunia. Di Indonesia sendiri penyakit jantung dan pembuluh darah terus
meningkat dengan prevalensi penyakit jantung sebesar 1,5% (Riskesdas, 2018).
Menurut Harselia dan Putri (2018) menyatakan bahwa PCI dengan pemasangan
ring/stent dapat mencegah restenosis (penyempitan kembali). Alat ini sudah
digunakan pada 60 sampai 80% dari pasien yang menjalani PCI di seluruh dunia.
1
Riset telah menunjukkan bahwa angka restenosis setelah angioplasti koroner
1
sederhana tanpa stent adalah 30% sampai 40%, tetapi angka restenosis berkurang
sampai 20% bila stent digunakan. Keterlambatan door to needle atau door to
balloon tiap 30 menit akan meningkatkan risiko relative 1 tahun sebanyak 7.5%.
Sehingga segala usaha harus dilakukan untuk mempercepat reperfusi. (May
MRL,2008)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis angkat adalah
“ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Tn. Z dengan
Percutaneus Coronary Intervention (PCI)”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Tn. Z dengan
Percutaneus Coronary Intervention (PCI)
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan perioperatif pada pasien
dengan Percutaneus Coronary Intervention (PCI)
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan perioperatif pada pasien
dengan Percutaneus Coronary Intervention (PCI)
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan perioperatif pada pasien
2
dengan Percutaneus Coronary Intervention (PCI)
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan perioperatif pada pasien
dengan Percutaneus Coronary Intervention (PCI)
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan perioperatif pada pasien dengan
Percutaneus Coronary Intervention (PCI)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
menghasilkan platelet activating factor (PAF). PAF memiliki efek
utama yaitu menghasilkan trombosit. PAF ini akan berdifusi ke otot
polos vaskular di bawahnya dan menyebabkan kontraksi, sehingga
menimbulkan spasme vaskular.
1) Usia
2) Jenis Kelamin
Terjadi tiga kali lebih sering pada pria dibanding wanita. Pria
5
memiliki resiko yang lebih untuk terserang SKA, sedangkan
pada wanita resiko lebih besar setelah masa menopause, ini
terjadi akibat penurunan kadar estrogen dan peningkatan lipid
dalam darah.
1) Merokok
2) Hiperlipidemia
6
utama yang menimbulkan hyperlipidemia.
5) Obesitas
6) Inaktifitas Fisik.
7
a. Nyeri dada (angina pektoris) Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung
terus menerus, terletak dibagian bawah sternum dan perut atas, adalah
gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri akan terasa semakin berat
sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, biasa
menyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri
angina, nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau
gangguan emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa
hari dan tidak akan hilang dengan istirahat maupunnitrogliserin. Pada
beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher.
b. Perubahan pola EKG
1) Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST.
Gelombang T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q
menunjukkan nekrosis
2) Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan kondisi yang
mempengaruhi sensitivitas sel miokard ke impuls saraf seperti
iskemia, ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus sarat simpatis
dapat berupa bradikardi, takikardi, premature ventrikel, contraction
(ventrikel ekstra systole), ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi
c. Sesak napas Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung
dimana jantung tidak mampu memompa darah ke paru-paru sehingga
oksigen di paru-paru juga berkurang.
d. Diaphoresis Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan
katekolamin yang meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi
vasokonstriksi pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi
lembab, dingin, dan berkeringat.
e. Pusing Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak
bisa memompa darah ke otak sehingga suplai oksigen ke otak
berkurang.
f. Kelelahan Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen
akibat penyempitan pembuluh darah.
g. Mual dan muntah Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit
jantung adalah di dada dan di daerah perut khususnya ulu hari
tergantung bagian jantung mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati
bisa merangsang pusat muntah. Area infark merangsang refleks
8
vasofagal
4. Patofisiologi
Perkembangan CAD dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak
pada pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya
disebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein)
darah berlebihan dan menumpuk pada dinding arteri. Plak yang mengandung
lemak dan jaringan fibrosa secara progresif membuat lumen arteri koronaria
semakin sempit sehingga volume darah yang mengalir melalui arteri tersebut
berkurang sehingga terjadi iskemia miokard.
9
akan mengembalikan metabolism aerob yang normal dan kontraktilitas
jantung. Akan tetapi, bila aliran darah tidak dapat dipulihkan, makan terjadi
infark miokardium (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011 dalam Maqfirah 2021).
10
11
12
13
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan ialah pemeriksaan tekanan darah, tes
darah dan tes kadar gula/protein dalam air seni, dll. Pemeriksaan terkait
lainnya mencakup (AHA, 2016):
a. Echo cardiogram
Digunakan untuk mengkaji fraksi ejeksi (normalnya > 50 % ), gerakan
segmen dinding, volume sistolik dan diastolik ventrikel, regurgitasi
katup mitral karena disfungsi otot papiler dan untuk mendeteksi adanya
thrombus mural, vegetasi katup, atau cairan pericardial.
b. Kateterisasi Jantung (Angiografi Koroner)
Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik invasif dimana satu atau
lebih kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu untuk
mengecek aliran darah dan oksigen di berbagai ruang jantung. Saat
kateterisasi jantung, dapat juga dilakukan angiografi koroner
menggunakan pewarna khusus dalam pembuluh darah dan X-ray untuk
menunjukkan bagian dalam pembuluh darah. Hal ini dilakukan untuk
mengkaji patensi arteri koronaria dan mengetahui apakah terdapat
gangguan atau penyempitan pada arteri koroner pasien. Pemeriksaan ini
juga dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang diperlukan mis.
Percutaneus transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau
pembedahan bypass koroner maupun Percutaneous Coronary
Intervention (PCI) bila ada aterosklerosis.
c. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan ekg merupakan pemeriksaan penunjang yang penting pada
SKA untuk menentukan tatalaksan selanjutnya. Berdasarkan gambaran
EKG, pasien SKA dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
Fase Iskemik : Gambaran EKG yang terlihat adalah adanya ST
Depresi atau T inverted pada 2 atau lebih lead
yang berdekatan
Fase injuri : Gambaran EKG yang terlihat adalah adanya ST
elevasi atau LBBB baru
Fase infark : Gambaran EKG yang terlihat adalah Q
patologis yang disertai dengan ST elevasi, ST
14
depresi, T inverted atau ST segmen yang sudah
kembali normal.
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Perubahan enzim jantung, isoenzim, troponin T dan troponin I
a) CK-MB isoenzim yang ditemukan pada otot jantung
meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam,
kembali normal dalam 48-72 jam.
b) LDH meningkat dalam 14 - 24 jam, memuncak dalam 48-72
jam dan kembali normal dalam 7-14 hari
c) Troponin-T, merupakan pertanda baru untuk infark miokard
akut, mulai meningkat 3 - 12 jam, puncak selama 12 jam – 2
hari, kembali normal 5 – 14 hari.
d) Troponin-I mulai meningkat 3 - 12 jam, puncak selama 24 jam,
kembali normal 5 – 10 hari.
2) Peningkatan lipid serum meliputi: Kolesterol >200 mg/dl.
Trigliserida >200 mg/dl, LDL >160mg/dl, HDL <35 (faktor resiko
CAD)
3) Analisa gas darah dan laktat miokard, mungkin meningkat selama
serangan angina
6. Penatalaksanaan Medik
Menurut Themistocleous, Stefanakis, dan Douda (2017) menyatakan bahwa
penatalaksanaan pada pasien CAD, antara lain:
b. Medikamentosa
15
umum diantaranya :
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik
femoral maupun radialis, balon diantar ke segmen arteri jantung yang
menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka
penyempitan. Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk
membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana)
atau memiliki selubung obat (berlapis obat).
16
rute baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai
membangun jalan tol paralel ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah
operasi yang aman, dengan rata- rata resiko kematian sekitar 2%.
Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan di tengah dada, ahli bedah
memilih untuk melakukan prosedur dengan jantung masih berdetak (off
pump) ataupun tidak berdetak (on pump).
17
mempercepat reperfusi.
b. Early PCI : Tindakan yang dilakukan pada akut koroner infark dengan
onset gejala lebih dari 12 jam.
c. Rescue PCI: Tindakan yang dilakukan pada akut koroner infark dengan
onset gejala kurang dari 12 jam setelah mengalami kegagalan terapi
fibrinolitik.
d. Elective PCI: Tindakan yang dilakukan secara terjadwal, sehingga
kemungkinan pasien sudah tidak mengalami keluhan.
3. Indikasi Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
Menurut Dakota (2019) menyebutkan bahwa indikasi PCI, antara lain:
a. Angina pectoris dengan adanya penyempitan pembuluh darah lebih dari
60% (electif PCI)
b. Unstable angina pectoris dengan nyeri yang tidak hilang dengan terapi
farmakologi (early PCI)
c. Pasien yang mengalami ACS dengan ST elevasi (primary PCI)
d. Dapat dilakukan pada beberapa pembuluh darah (LM, oklusi di distal,
pada graft, dan pada chronic total oklusi (CTO),
e. Restenosis setelah tindakan PCI
f. Angina pektoris pada pasien post CABG
g. NSTEMI dengan nyeri secara terus menerus dan tidak hilang dengan
obat ( early PCI)
h. Pada pasien yang gagal trombolitik ( rescue PCI )
4. Kontraindikasi PCI
Kontraindikasi tindakan PCI antara lain gagal jantung yang tidak terkontrol,
klien pasca serangan stroke kurang dari 1 bulan, infeksi berat disertai
demam, Gangguan keseimbangan elektrolit, perdarahan lambung akut yang
disertai dengan anemia, wanita hamil, gagal ginjal, riwayat perdarahan tidak
terkontrol, dan intoksikasi digitalis (Pintaningrum, 2016)
5. Komplikasi PCI
Menurut Pintaningrum (2016) dan Dakota (2019) menyebutkan bahwa
komplikasi PCI yaitu sebagai berikut :
a. Komplikasi Berkaitan Seleksi dan Persiapan Pasien
Seleksi pasien yang tepat dan persiapan yang matang oleh
intervensionist dapat mencegah terjadinya komplikasi dan efek samping
18
saat PCI. Faktor penentu komplikasi antara lain :
1) Reaksi Alergi pada Kontras : Reaksi alergi diklasifikasikan minor
(kemerahan), moderate (urtikaria, bronkospasme), atau berat (rekasi
anafilaktik dengan kolaps hemodinamik).
2) Disfungsi Ventrikel Kiri : Faktor yang dapat menyebabkan
peningkatan resiko kolaps kardiovaskuler selama PCI diantaranya:
LVEF kurang dari 25%, diameter stenosis koroner, CAD
multivessel, dan diffuse disease pada segmen yang sudah
dilebarkan.
3) Acuity of presentation : Risiko kejadian infark miokard post PCI
meningkat pada pasien yang menjalani Primary PCI pada infark
miokard akut dibandingkan dengan angina stabil atau tidak stabil
b. Komplikasi Selama Tindakan
1) Komplikasi Arteri Koroner: Diseksi dan penutupan pembuluh darah
mendadak setelah PCI (acute vessel closure). Kematian pasien saat
PCI elektif kebanyakan berkaitan dengan menutupnya pembuluh
darah secara mendadak sehingga menyebabkan kegagalan fungsi
ventrikel kiri dan hemodinamik tidak stabil. Risiko tersebut
meningkat seiring dengan kompleksitas lesi.
2) Intramural Hematoma
3) Perforasi: Disebabkan oleh balon yang terlalu besar, rupture balon,
terapi laser, rotablasi, atau guidewire yang keluar.
4) Emboli Udara: Terjadinya emboli udara pada PCI cukup berbahaya.
Data retrospektif menunjukkan emboli udara disebabkan tehnik
yang tidak tepat.
5) Stent gagal mengembang (Failure of Stent Deployment) dan stent
thrombosis
6) Spasme Koroner: Vasospasme arteri koroner pada konteks PCI
adalah mengecilnya lumen arteri sementara > 50% dan reversible
serta respon terhadap pemberian nitrat. Spasme koroner yang berat
bisa mengganggu TIMI flow, dan sering berkaitan dengan cedera
pembuluh darah (diseksi, thrombus, perforasi).
c. Komplikasi Setelah Tindakan
1) Kematian
19
2) Prolong angina (angina yang lama)
3) Iskemia tungkai (di bagian distal daerah penusukan)
4) Infark miokard
5) Restenosis
6) Tamponade jantung
7) Stroke
8) Perdarahan
9) Insufisiensi renal / Acute Kidney Injury (AKI): Pasien dengan
fungsi renal terganggu juga resiko tinggi terjadi contrast induced
nephropathy (CIN). Definisi CIN jika terjadi peningkatan serum
kreatinin >0,5 mg/dL post procedural PCI. Kejadian CIN sekitar
2% sampai 40% pada pasien resiko rendah sampai tinggi.
Pencegahan CIN diantaranya memberikan hidrasi secara adekuat
sebelum prosedur, kontras low ionic, hidrasi dengan sodium
bikarbonat, dan N-acetylcysteine. Penggunaan kontras iso-osmolar
lebih sedikit menyebabkan disfungsi renal daripada kontras osmolar
tinggi ada penderita resiko tinggi. Obat-obatan nefrotoksik
diantaranya antibiotik, obat anti inflamasi non steroid, dan
siklosporin harus dihentikan 24-48 jam sebelum dilakukan PCI dan
48 jam setelah prosedur jika memungkinkan. Hidrasi intravena
dengan salin 0,9% atau 0,45% selama 12-48 jam sebelum
pemberian kontras direkomendasikan pada penderita dengan
insufisiensi renal.
6. Prosedur Intervensi PCI
a. Tim PCI
1) Dokter spesialis yang ahli dalam bidang intervensi non bedah
2) Perawat:
a) Scrub Nurse (Perawat Scrub) : Sebagai perawat steril
b) Circular Nurse (Perawat Sirkuler)
Tugas Circular Nurse
(1) Menyiapkan pasien
(2) Memberikan penjelasan tentang prosedure / tindakan yang
akan dilakukan
(3) Mengobservasi tanda-tanda vital
20
(4) Mencatat pemakaian alkes yang terpakai selama tindakan
(5) Membantu segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Dokter dan
Scrub nurse saat tindakan berlangsung.
(6) Stand by untuk menangani saat terjadi kegawatan jantung.
c) Hemodynamic Nurse (Perawat
Hemodinamik) Tugas Perawat Hemodinamik
:
(1) Serah terima pasien lengkap dengan file sesuai check list
pre angiography.
(2) Menyiapkan macam-macam formulir (Cath/PCI)
(3) Input data pasien, Map besar untuk arsip laporan hasil
cath/ PCI, report selama tindakan berlangsung ( pada map
sudah ada tulisan: Nama pasien, umur, Dokter, jenis
tindakan,tanggal dan Nomer ID)
(4) Monitoring pressure dan gambaran EKG
(5) Mencatat semua prosedure dan awal sampai selesai
tindakan, termasuk merekam pressure
d) Petugas Radiologi
Petugas radiologi bertugas untuk mengoperasikan alat cathlab
untuk pengambilan gambar saat injeksi kontras atau pun untuk
capture gambar saat tindakan.
b. Puncture area
Menurut Merriweather & Hoke (2012), area penusukan pada tindakan
PCI terdiri atas:
1) Arteri Femoralis
2) Arteri Brachialis
3) Arteri Radialis
c. Prosedur
(California Pacific Medical Center, 2008)
1) Perawat/teknisi membawa klien ke ruang kateterisasi (cath lab.)
2) Perawat memberikan obat melalui IV line untuk membantu klien
rileks dan nyaman selama prosedur tindakan
3) Perawat membersihkan dan mensterilkan daerah kecil di
pergelangan lengan atau lipat paha klien (tergantung daerah yang
21
akan digunakan). Daerah tersebut kemudian ditutup dengan kain
steril.
4) Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat paha atau
tangan klien. Digunakan anestesi lokal karena klien harus tetap
sadar selama pemeriksaan untuk mengikuti instruksi dokter.
5) Jarum akan ditusukkan ke dalam arteri yang digunakan kemudian
guide wire akan dimasukkan melalui jarum lalu jarum dilepas.
6) Sheat kateter akan dimasukkan melalui guide wire, kemudian sheat
kateter dimasukkan melalui pembuluh darah utama tubuh (Aorta),
ke muara arteri koroner di jantung. Kebanyakan orang tidak
merasakan sakit selama pemeriksaan, karena tidak ada serabut saraf
dalam pembuluh darah, maka klien tidak dapat merasakan gerakan
kateter dalam tubuh.
7) Dokter akan menginjeksikan kontras dengan melihat melalui
gambaran x- ray. Klien mungkin akan merasakan sensasi panas saat
kontras diinjeksikan.
8) Rumus pemberian kontras : 3-6 cc zat kontras x BB klien : kreatinin
klien
9) Pantau keluhan/laporan klien tentang adanya nyeri dada atau
perasaan tidak nyaman selama posedur.
7. Peran perawat dalam PCI
a. Sebelum
tindakan Inform
consent
1) Anjurkan klien untuk puasa 4-6 jam sebelum tindakan (elektif PCI)
2) Observasi dan ukur tanda-tanda vital (perubahan EKG, tekanan
darah, HR, RR, dan saturasi O2)
3) Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium: Cek darah lengkap, GDS, ureum, creatinin,
HBSAg, elektrolit, PT, APTT, BT, dan ACT.
b) Rontgen thorax
4) Cek pulsasi perifer (dorsalis pedis) untuk kateterisasi melalui arteri
femoralis
5) Melakukan Allen test (jika penusukan melalui arteri radialis)
22
6) Obat-obat dilanjutkan sesuai instruksi dokter
23
7) Pada klien dengan nilai creatinin diatas 1,25 mg/dl (nilai normal
0,72-1,25 mg/dl), lakukan loading cairan (1cc/kgBB/jam) diberikan
pre dan post tindakan PCI
8) Memberikan penjelasan prosedur tindakan
9) Pasang iv line tangan kiri
10) Membersihkan area pungtur
b. Selama tindakan
1) Kaji keluhan selama prosedur tindakan berlangsung
2) Melakukan observasi tanda-tanda vital setiap 15 menit
3) Memantau hemodinamik
c. Setelah tindakan
1) Kaji keluhan setelah tindakan
2) Observasi TTV secara ketat : setiap 15 menit pada jam pertama,
setiap 30 menit pada jam ketiga dan setiap jam pada 4 jam
berikutnya
3) Mengobservasi tanda-tanda adanya perdarahan dan hematoma pada
area penusukan Mengobservasi dan mengukur tanda –tanda vital
(tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh, dan saturasi O2)
4) Pemantauan perubahan EKG 12 lead
5) Mengobservasi hasil laboratorium (peningkatan kreatinin
mengindikasikan gangguan ginjal karena zat kontras, sedangkan
peningkatan CKMB menandakan cedera otot jantung)
6) Mengobservasi efek alergi zat kontras (seperti menggigil,
kemerahan, gatal, pusing, mual, muntah, urine tidak keluar, dsb)
7) Mengobservasi gangguan sirkulasi perifer Cek pulsasi arteri
dorsalis pedis, tibialis, radialis. Bila terjadi gangguan (nadi
lemah/tak teraba), beritahu dokter biasanya diberikan obat
antikoagulan bolus atau bisa dilanjutkan dengan pemberian terus
menerus (kontinyu). Observasi kehangatan daerah ekstremitas
kanan dan kiri kemudian dibandingkan.
8) Mengobservasi adanya tanda-tanda hipovolemi pantau urine output
dengan target deuresis 0,5-1cc/kgBB/jam
9) Memberikan hidrasi sesuai kebutuhan
10) Memonitor adanya tanda-tanda infeksi meliputi : Observasi daerah
24
luka dari sesuatu yang tidak aseptik/septic, selalu menjaga
kesterilan area penusukan, observasi adanya perubahan warna, suhu
pada luka tusukan
11) Berikan pendidikan kesehatan pada pasien :
a) Anjurkan untuk tidak mengangkat beban lebih dari 5 kg selama
1 minggu untuk menghindari stertching/ peregangan pada
arteri radialis jika akses melalui arteri radialis
b) Beritahu perawat atau dokter bila terjadi keluhan berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.
c) Buka elastikon dan ganti dengan tensoplast setelah 12 jam
pemasangan elastikon
d) Bila ada hematoma dan perdarahan segera hubungi dokter atau
perawat dan langsung ke rumah sakit.
8. Prosedur pencabutan Sheath dan Pelepasan Nichiband
a. Pencabutan Sheath
Area penusukan di arteri femoralis:
1) 4 jam post tindakan PCI, sheath boleh dicabut/aff oleh dokter jika
nilai ACT (Activating Clohting Time, nilai normal < 100 detik)
2) Dengan menggunakan sarung tangan steril dan prosedur steril,
sheath di aff dan dilakukan penekanan selama kurang lebih 10-15
menit sampai dengan perdarahan berhenti
3) Beritahu kepada klien bahwa prosedur pencabutan sheath akan
dilakukan dan ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk
mencegah terjadinya reflek vagal
4) Observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, saturasi oksigen), pulsasi arteri perifer, dan keluhan
klien selama aff sheath
5) Bila darah sudah tidak keluar, luka pungsi ditutup dengan kasa
steril dan verban elastic lalu diberi bantal steril
6) 6 jam post aff sheath klien baru diperbolehkan mobilisasi
7) Observasi daerah distal ekstremitas dan keadaan umum klien post
aff sheath (tekanan darah, nadi, irama ekg/perubahan gelombang
EKG, saturasi O2, pernapasan, nilai ureum dan kreatinin) dari
adanya komplikasi berupa perdarahan/hematoma, thrombosis,
25
fistula arteriovenosus, dan CIN (Contras Induce Nefropathy).
b. Prosedur Pelepasan Nichiband
Area puncture di arteri radialis
:
1) Pelepasan dilakukan 4-6 jam setelah tindakan PCI
2) Gunakan sarung tangan bersih, letakkan tangan kiri
diatas nichiband, dan beri sedikit penekanan dengan kuat
3) Buka plester nichiband dengan tangan kanan perlahan-lahan sambil
memperhatikan aliran darah yang keluar dari luka insisi/penusukan
4) Bila masih terdapat perdarahan pasang kembali nichiband dan
plester untuk mencegah plester nichiband terlepas
5) Bila tidak terjadi perdarahan lanjutkan membuka nichiband dan
tutup dengan kassa steril diatas luka insisi dan tekan dengan kuat
26
Atau tiba tiba meninggal, pada orang tua dan penyakit diabetes
tidak merasakan nyeri dada yang khas.
27
elevasi, T inverted, dan Q patologis, angiografi (kateterisasi jantung):
Untuk mengetahui lokasi dan persentase oklusi pada arteri coroner,
echokardiogram, dan MSCT koroner.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan CAD
(Coronary Artery Disease) (SDKI, 2017), Antara lain :
a. Nyeri Akut (D.0077)
b. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
c. Penurunan Curah jantung (D.0008)
d. Hipervolemia (D.0022)
e. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
f. Ansietas (D.0080)
g. Resiko Perdarahan (D.0012)
h. Resiko Infeksi (D.0142)
Sedangkan Diagnosa Keperawatan perioperatif yang dapat ditemukan untuk
tindakan PCI (SDKI, 2017), antara lain :
a. Pre PCI
1) Ansietas (D.0080)
b. Intra PCI
1) Resiko Perdarahan (D.0012)
c. Post PCI
1) Nyeri akut (D.0077)
2) Resiko Infeksi (D.0142)
2) Resiko Perdarahan (D.0012)
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Luaran Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Pre PCI
1 Ansietas Tingkat Kecemasan Reduksi Anxietas
(D.0008) menurun (L.09093) (I.09314)
1)Tidak ada perasaan Terapeutik:
gelisah 1) Gunakan pendekatan
2)Tidak ada ketegangan yang tenang dan
28
pada otot dan wajah meyakinkan
3)Dapat mengambil 2) Bantu klien
keputusan mengidentifikasi situasi
4)Dapat menyampaikan yang memicu kecemasan
rasa cemas secara lisan 3)Dukung penggunaan
mekanisme koping yang
sesuai
4)Dorong verbalisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan
5)Lakukan usapan dada
pada punggung/leher
dengan cara yang tepat
6)Instruksikan klien untuk
melakukan teknik
relaksasi seperti tarik
nafas dalam,
mendengarkan music,
dan meditasi.
7)Dorong keluarga untuk
mendampingi klien
dengan cara yang tepat
Pengajaran: Preoperatif
Terapeutik:
1)Kaji riwayat operasi
sebelumnya, latar
belakang, budaya dan
tingkat pengetahuan
terkait operasi
2)Informasikan pada
pasien dan keluarga
untuk menjadwalkan
tanggal, waktu, dan
29
lokasi operasi
3)Informasikan pada
pasien dan keluarga
perkiraan lama operasi
4)Fasilitasi kecemasan
pasien dan keluarga
terkait kecemasannya
5)Jelaskan prosedur
persiapan pre operasi
(misalnya jenis anestesi,
diit yang sesuai,
pengosongan saluran
cerna, pemeriksaan lab
yang dibutuhkan,
persiapan area operasi,
terapi iv, pakaian
operasi, ruang tunggu
keluarga dan lain-lain)
6)Berikan informasi
lengkap pada pasien
mengenai apa saja yang
akan dicium, dilihat,
dirasakan selama proses
operasi berlangsung
7)Diskusikan
kemungkinan nyeri yang
akan dialami
Intra PCI
1 Resiko Tingkat Perdarahan Pencegahan Perdarahan
Perdarahan (L.02017) (I.02067)
(D.0012) 1) Tidak ada kehilangan Observasi:
darah yang terlihat 1)Monitor dengan ketat
2) Tidak ada perdarahan risiko terjadinya
30
pasca pembedahan perdarahan pada pasien
3) Tidak ada penurunan 2)Monitor tanda dan gelaja
tekanan darah pendarahan menetap
4) Tidak ada penurunan (contoh; cek semua
haemoglobin dan sekresi darah yang
hematokrit terlihat jelas maupun
5) Tidak ada kulit dan yang tersembunyi
membrane mukosa pucat 3) Monitor komponen
koagulasi darah
(temasuk Protrombin
time (PT), Partial
Thromboplastin Time
(PTT), fibrinogen,
degradasi fibrin/split
products, dan trombosit
hitung dengan cara yang
tepat
4) Monitor tanda-tanda
vital ortostatik, termasuk
tekanan darah
Terapeutik:
1) Catat nilai hemoglobin
dan hematokrit sebelum
dan sesetelah pasien
kehilangan darah sesuai
indikasi
2) Pertahankan agar pasien
tetap tirah baringg.
Berikan produk-produk
penggantian darah
(misalnya., trombosit
dan Plasma Beku Segar
(FFP)) dengan cara yang
31
tepat
3) Lindungi pasien dari
trauma yang dapat
menyebabkan
perdarahan
4) Hìndarkan pemberian
injeksi (IV, IM atau
Subkutan) dengan
asupan cairan dan
konsumsi pelunak feses)
jika diper- lukan
5) Berikan obat-obatan
(misalnya., Antasida)
jika diperlukan
Edukasi:
1) Beritahu pasien untuk
pencegahan tindakan-
tindakan invasif, jika
tidak dapat dihindari,
monitor dengan ketat
tanda-tanda perdarahan
2) Anjurkan pasien untuk
meningkatkan makanan
yang kaya vitamin K
3) Anjurkan pasien dan
keluarga untuk
memonitor tanda-tanda
perdarahan dan
mengambil tindakan
yang tepat
Post PCI
1 Nyeri Akut Kontrol Nyeri (L8063) Manajemen Nyeri
(D.0077) 1) Mampu mengenali kapan (I.08238)
32
nyeri terjadi Terapeutik :
2)Klien mengetahui 1)Lakukan pengkajian
penyebab terjadinya nyeri nyeri secara
3)Mampu menggunakan komprehensif
analgesic yang 2)Gali bersama pasien
direkomendasikan faktor-faktor yang dapat
4)Mampu menggunakan memperberat maupun
tindakan pengurangan mengurang nyeri
nyeri tanpa analgesic 3)Berikan informasi
5)Mampu melaporkan nyeri mengenai nyeri seperti
yang terkontrol penyebab nyeri dan
berapa lama nyeri akan
dirasakan
4)Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri dan
ketidaknyamanan
5) Pilih dan
implementasikan
tindakan yang beragam
seperti farmakologis dan
non farmakologis untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri
Edukasi:
1) Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis
seperti relaksasi nafas
dalam, aplikasi
panas/dingin dan pijatan
jika memungkinkan.
Kolaborasi:
1) Kolaborasi terapi
33
medikasi sesuai yang
diresepkan
2 Resiko Tingkat Perdarahan Pencegahan Perdarahan
Perdarahan (L.02017) Observasi:
(D.0012) 1) Tidak ada kehilangan 1) Monitor dengan ketat
darah yang terlihat risiko terjadinya
2)Tidak ada perdarahan perdarahan pada pasien
pasca pembedahan 2)Monitor tanda dan gelaja
3)Tidak ada penurunan pendarahan menetap
tekanan darah (contoh; cek semua
4)Tidak ada penurunan sekresi darah yang
haemoglobin dan terlihat jelas maupun
hematokrit yang tersembunyi
5)Tidak ada kulit dan 3)Monitor komponen
membrane mukosa pucat koagulasi darah
(temasuk Protrombin
time (PT), Partial
Thromboplastin Time
(PTT), fibrinogen,
degradasi fibrin/split
products, dan trombosit
hitung dengan cara yang
tepat
4)Monitor tanda-tanda
vital ortostatik, termasuk
tekanan darah
Terapeutik:
6) Catat nilai hemoglobin
dan hematokrit sebelum
dan sesetelah pasien
kehilangan darah sesuai
indikasi
7) Pertahankan agar pasien
34
tetap tirah baringg.
Berikan produk-produk
penggantian darah
(misalnya., trombosit
dan Plasma Beku Segar
(FFP)) dengan cara yang
tepat
8) Lindungi pasien dari
trauma yang dapat
menyebabkan
perdarahan
9) Hìndarkan pemberian
injeksi (IV, IM atau
Subkutan) dengan
asupan cairan dan
konsumsi pelunak feses)
jika diper- lukan
10) Berikan obat-obatan
(misalnya., Antasida)
jika diperlukan
Edukasi:
4) Beritahu pasien untuk
pencegahan tindakan-
tindakan invasif, jika
tidak dapat dihindari,
monitor dengan ketat
tanda-tanda perdarahan
5) Anjurkan pasien untuk
meningkatkan makanan
yang kaya vitamin K
6) Anjurkan pasien dan
keluarga untuk
memonitor tanda-tanda
35
perdarahan dan
mengambil tindakan
yang tepat
3 Resiko Kontrol Risiko : Proses Pengecekan kulit
Infeksi Infeksi (L.01427) Observasi :
(D.0142) 1) Mencari informasi terkait 1) Amati warna,
kontrol infeksi kehangatan, bengkak,
2) Mengidentifikasi faktor pulsasi tekstur
risiko infeksi 2) Periksa kondisi luka
3) Mengetahui perilaku yang operasi, dengan tepat
berhubungan dengan risiko 3) Gunakan alat pengkajian
infeksi untuk mengidentifikasi
4) Mengidentifikasi tanda dan pasien yang berisiko
gejala infeksi mengalami kerusakan
5) Memonitor perubahan kulit (misalnya skala
status kesehatan braden)
6) Melakukan tindakan segera 4) Periksa warna dan suhu
untuk mengurangi risiko kulit
5) Periksa adanya infeksi
Perawatan daerah (area)
sayatan
Observasi:
1) Periksa daerah sayatan
terhadap kemerahan,
bengkak atau tanda-
tanda dehiscence atau
eviserasi
2) Monitor proses
penyembuhan di daerah
sayatanc
3) Monitor sayatan untuk
tanda dan gejala infeksi
Terapeutik:
36
1) Bersihkan daerah sekitar
sayatan dengan
pembersihan yang tepat
2) Bersihkan mulai dari
area yang bersih ke area
yang kurang bersih
3) Gunakan kapas steril
untuk pembersihan
jahitan benang luka yang
efisien, luka dalam dan
sempit
4) Berikan plaster untuk
menutup
5) Berikan salep antiseptic
6)Gunakan pakaian yang
sesuai untuk melindungi
sayatan
Perlindungan Infeksi
Observasi:
1) Monitor adanya tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan local
2) Monitor kerentanan
terhadap infeksic.
Monitor hitung mutlak
granulosit, WBC
Terapeutik:
Tingkatkan asupan nutrisi
yang cukup
Edukasi:
1) Anjuran asupan cairan,
dengan tepat
2) Ajarkan pasien dan
37
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan
kapan harus
melaporkannya kepada
pemberi layanan
kesehatan
38
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Pre Operasi
Tanggal masuk RS : 10 Februari 2023 (21:00 WIB)
Tanggal pengkajian : 11 Februari 2023 (07:00 WIB)
Tempat : Ruang Cathlab Kamar Operasi
RS Hermina Bekasi
Sumber data : Pasien dan status Rekam Medis
Metode : Wawancara dan Pemeriksaan Fisik
a. Identitas Klien
1) Klien
Nama Klien : Tn. Z
No RM 10307587346
Usia : 70 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan :
Menikah
2) Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Usia : 40 Tahun
Pendidikan : Sarjana
Hubungan dengan klien : Anak
Kandung
b. Keluhan Utama
Klien mengatakan belum pernah menjalani tindakan pci. Pasien
mengatakan cemas dikarenakan tidak memahami tentang tindakan yang
akan dilakukan.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan cepat lelah dan sesak saat beraktivitas. Klien
mengatakan bahwa 2 bulan terakhir merasakan nyeri di dada hilang
timbul. Klien mengatakan nyeri memberat pada 6 Februari 2023 nyeri
dirasakan secara terus menerus seperti tertindih benda berat disertai
38
dengan keringat dingin. Klien mengatakan nyeri berkurang saat klien
beristirahat, dan dioleskan salep panas. Pada 7 Februari 2023, klien
konsultasi dengan dr N, kemudian dilakukan echocardioghram
ditemukan adanya pembesaran jantung kiri. Dikarenakan keluhan dan
hasil echo klien direncanakan untuk dilakukan tindakan PCI pada 11
Februari 2023
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 6 tahun
yang lalu terkontrol dengan Amlodipin 10 mg. Klien mengatakan bahwa
klien merupakan mantan perokok, klien sudah berhenti sejak 10 tahun
yang lalu. Klien mengatakan sering mengkonsumsi makanan berlemak
dan santan. Klien mengatakan juga bahwa klien jarang berolah raga.
e. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti yang dialami
oleh klien.
f. Klien Kesehatan Fungsional
1) Anamnesa
a) Oksigenasi : RR 19 x/menit, Sat O2 100%, klien tampak
tidak sesak, klien tampak tidak menggunakan otot bantu
pernapasan dan retraksi dada
b) Sirkulasi : Nadi 114 x/menit, CRT <2 detik, kulit teraba
hangat dan lembab
c) Eliminasi : BAK 3-5 kali sehari, BAB 1-2 kali sehari
konsistensi lunak dan berwarna dan bau khas feses, bising usus
8x/menit.
d) Nutrisi : IMT 27,7 (obesitas). Klien mengatakan tidak
mengeluh mual dan muntah
e) Aman dan Nyaman : Klien mengatakan semalaman belum
tidur dikarenakan kepikiran tentang tidakan yang akan
dilakukan.
f) Pengetahuan : Klien mengatakan bahwa tindakan pci adalah
tindakan operasi pasang ring dijantung. Klien tidak memahami
tentang proses pemasangan ring dijantung. Klien mengatakan
bahwa tindakan pasang ring dengan membedah dada klien.
39
Dikarenakan hal itu klien menjadi cemas dan takut akan proses
dan akibat dari tindakan tersebut. Klien tampak cemas dan
tegang, klien selalu menanyakan tentang proses tindakannya.
2) Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis (GCS 15)
Keadaan Umum : Sakit Sedang
BB/ TB : 80 Kg/ 170 cm
Tanda – tanda Vital : TD 150/80 mmHg, HR 114 x/menit, RR
19 x/menit, Sat O2 100%, Suhu 36.8 oC
a) Kepala : Tidak terdapat pembengkakan pada kepala, .
b) Mata : conjuntiva ananemis, tidak ada edema pada
palpebra,palpebral tertutup, sklera anikterik, pupil isokor.
c) Hidung : simetris, tidak tampak adanya pernapasan dengan
cuping hidung
d) Mulut : Mukosa bibir dan muliu tampak lembab dan tidak
pucat
e) Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjer tyroid dan
tidakada peningkatan vena jugular.
f) Dada : Dada tampak simetris, gerakan sama kiri dan
kanan, tidak ada tampak luka atau lesi, payudara simetris
antara kanan dan kiri. Klien mengagtakan tidak ada
pembengkakan di daerah dada, Sonor di seluruh lapang paru.
Dan Suara nafas vesikuler, irama teratur
g) Ekstremitas : Tidak terdapat edema pada ekstremitas. Akral
hangat. Tidak terdapat luka atau jejas pada ekstremitas.
Capilary refil time <2 detik.
h) Kulit : Warna sawo matang, kulit klien tampak lembab,
temperatur hangat, tidak terdapat cyanosis, pasien tidak tampak
pucat.
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium (07 Februari 2023)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
40
Hb 14.4 14-16 g/dl
Ht 41.5 40-52 %
Leukosit 6.99 3.6 – 10.6 103/ul
Trombosi 310 150-440 103/ul
Hemostatis
PT 12.4 10.8-14.4 Detik
APTT 26.20 12.5-38 Detik
Fungsi Ginjal
Ureum 25 10-43 mg/dl
Kreatinin 1.01 0.6 – 1.2 mg/dl
Kimia Darah
GDS 104 <100 bukan DM Mg/dl
100-199 : Belum
pasti DM
>200
kemungkinan
DM
Elektrolit
Natrium 138,9 mmol/L
Kalium 2.72 mmol/L
Clor 104,3 mmol/L
2) Elektrokardigrafi
Sinus Rhytem dengan ST depresi di Anterior, NStemi
3) Radiologi
- Echokardiografy (07 Februari 2022), Kesan: LVH, LA-LV
dilatasi, EF 53%
- Rontgen Thorak, kesan : Cardiomegali
h. Terapi Medis
Brilinta 2 tablet (60mg/ tab) / Oral
Miniaspi 4 tablet (80 mg/ tab) / Oral
Lovenox 4.000 iu /Sc
2. Pengkajian Intra Operatif
41
PNCP (Perioperatif Nurse Care Plane)
Pasien masuk kamar operasi ruang cathlab pukul 07:30 WIB, Tindakan
dimulai pada pukul 07: 45 WIB.
a. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4 M6 V5)
2) TD : 150/80 mmH, HR : 114 x/menit, Nadi teraba kuat, kulit
teraba hanga, CRT <2 detik, RR : 19 x/menit, SpO2 : 100 %.
3) Jenis Anastesi : Lokal dengan Lidocaine HCL 2 % 40
mg
4) Posisi operasi : Supine
5) Pemakaian Oksigen : Pernapasan spontan dengan oksigen
dengan nasal kanul 2L/menit
6) Skala Nyeri (VAS) 3
7) Perdarahan : Tidak
8) Terpasang Patient Plate : Tidak
9) Terpasang Kateter : Tidak
10) Area Pumcture : Radialis dekstra, tidak tampak adanya
jejas dan kemerahan
11) Lokasi pemasangan IV line : Vena Metacarpal Sinistra
12) Persiapan kulit dibersihkan/cuci menggunakan : Chlorehexidine
2%
3. Pengkajian Post Operasi
PNCP (Perioperatif Nurse Care Plane)
Klien pindah ke RR pada pukul 08:30 WIB
a. Anamnesa
Klien mengatakan area puncture terasa nyeri
3) Brilinta 2x 60 mg
43
4) Aspilet 2 X 2 Tablet
4. Analisa Data
44
No Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
Pre Operasi
1 DS : Kurang Ansietas
- Klien mengatakan belum pernah Pengetahuan
menjalani tindakan pci. Pasien Tentang Proses
mengatakan cemas dikarenakan Pembedahaan
tidak memahami tentang tindakan
yang akan dilakukan.
- Klien mengatakan bahwa
tindakan pci adalah tindakan
operasi pasang ring dijantung.
Klien tidak memahami tentang
proses pemasangan ring
dijantung. Klien mengatakan
bahwa tindakan pasang ring
dengan membedah dada klien.
Dikarenakan hal itu klien menjadi
cemas dan takut akan proses dan
akibat dari tindakan tersebut.
DO :
- Klien tampak cemas dan tegang,
klien selalu menanyakan tentang
proses tindakannya.
- HR : 114 x/menit
Intra Operasi
1 DS : - Efek Agen Resiko Perdarahan
DO : Farmakologis
- Terapi yang telah diberikan (pemberian anti
Brilinta 2 tablet (60mg/ tab) / koagulan dan
Oral dan Lovenox 4.000 iu /Sc antiplatelet)
- terapi yang akan diberikan
berupa Heparin 100 unit/KgBB,
45
dan kemungkinan akan
diberikan Eptifibatide
- Area Pumcture : Radialis
dekstra
Post Operasi
1 DS : agen pencedera Nyeri Akut
P : Klien mengatakan daerah fisik (prosedur
penusukan terasa nyeri operasi : luka
Q : Nyeri seperti tertusuk benda puncture)
tajam
R : Nyeri didaerah penusukan di
tangan dekstra
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri menetap, nyeri bertambah
saat digerakkan
DO :
- Terdapat balutan ditangan
Ichiban dan micropore di
Radialis Dekstra
2 DS : - Efek Agen Resiko Perdarahan
DO : Farmakologis
- Terapi yang telah diberikan (pemberian anti
sebelum tindakan Brilinta 2 koagulan)
tablet (60mg/ tab) / Oral dan
Lovenox 4.000 iu /Sc
- Terapi yang diberikan saat
tindakan Heparin 3.000 iu/ intra
coroner
- Terdapat luka dengan balutan
ichiban dan micropore
- Daerah penusukan tampak
hematome
46
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan perioperative yang ditemukan, antara lain ;
1. Pre PCI
a. (D.0080) Ansietas b. d. Kurang Pengetahuan Tentang
Proses Pembedahaan
2. Intra PCI
a. (D.0012) Resiko Perdarahan b.d Efek Agen Farmakologis (pemberian
anti koagulan dan antiplatelet)
3. Post PCI
a. (D.0077) Nyeri akut b. d. Agen Pencedera Fisik (prosedur operasi : luka
puncture)
b. (D.0012) Resiko Perdarahan b. d. Efek Agen Farmakologis (pemberian
anti koagulan)
47
Obesitas Merokok Hipertensi
Mreangsa
ng Merusak lapisan Penumpukan LDL
Lipoprotei endothel pada endothel
n sbg
Endapan lemak di endothel
LDL
(Low
Density
Lipoprotei
Proses inflamasi
Membentuk ateroma atau plak di endothel
Iskemia
Perubah Gangguan
an kontraktilit
EKG as jantung
48
C. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
Pre Operasi
1 (D.0080) Setelah dilakukan 1) Gunakan 1) Untuk
Ansietas b. d. asuhan pendekatan yang membina
Kurang keperawatan 1 x menenangkan hubungan saling
Pengetahuan 30 menit 2) Jelaskan prosedur percaya
Tentang Proses diharapkan tindakan dan apa 2) Memberikan
Pembedahaan keluhan cemas yang dirasakan gambaran tentang
klien berkurang, selama tindakan prosedur tindakan
dengan kriteria 3) Berikan dan proses
hasil : informasi yang selama tindakan
1) Klien tampak aktual tentang 3) Membuat klien
rileks diagnosa, lebih jelas dan
2) TTV dalam batas tindakan dan tenang
normal prognosis 4) Untuk
penyakit klien mengurangi
4) Ajarkan teknik kecemasan
relaksasi nafas
dalam
5) Libatkan
keluarga dalam
proses perawatan
Intra Operasi
1 (D.0012) Setelah dilakukan 1) Monitor tanda- 1) Mengetahui tanda-
Resiko asuhan tanda vital tanda vitalpasien
Perdarahan keperawatan 1 x pasien 2) Mengetahui
b.d Efek Agen 60 menit tidak 2) Monitor ketat tanda-tanda
Farmakologis terjadi perdarahan, 3) Pertahankan bed perdarahan
(pemberian dengan kriteria rest selama 3) Mencegah
anti koagulan hasil : tindakan terjadinya
dan 1) Tidak ada pembedahan perdarahan
49
antiplatelet) kehilangan darah 4) Kolaborasi 4) Mengganti
yang terlihat pemberian cairan jumlah
2) TTV dalam batas dan produk darah darah yang
normal jika perlu hilang
Post Operatif
1 (D.0077) Setelah dilakukan 1) Lakukan 1) Mengetahui skala
Nyeri akut b. asuhan pengkajian nyeri intensitas,durasi,
d. Agen keperawatan 3 x 24 2) Berikan posisi nyeri
Pencedera jam nyeri klien yang nyaman 2) Memberikan
Fisik berkurang, dengan bagi klien kenyamanan
(prosedur kriteria hasil : 3) Ajarkan teknik bagi klien
operasi : luka 1) Pasien nonfarmakologis 3) Untuk
puncture) mengatakan (relaksasi) mengurangi nyeri
nyeri berkurang 4) Kolaborasi mengurangi
(skala 0 – 3) pemberian nyeri
2) Pasien tidak terapi anti
tampak nyeri.
kesakitan/
menahan nyeri
2 (D.0012) Setelah dilakukan 1) Monitor tanda- 1) Mengetahui tanda-
Resiko asuhan tanda vital tanda vitalpasien
Perdarahan keperawatan pasien 2) Mengetahui
b.d Efek Agen 2 X 4 jam tidak 2) Monitor ketat tanda-tanda
Farmakologis terjadi perdarahan, 3) Pertahankan perdarahan
(pemberian dengan kriteria pergelangan 3) Mencegah
anti koagulan hasil : tangan tetang terjadinya
dan 1) Tidak ada lurus dan perdarahan
antiplatelet) kehilangan darah gerakan 4) Mengganti jumlah
yang terlihat diminamalkan darahyang hilang
2) Tidak ada tanda 4) Jelaskan ke
– tanda klien dan
hematoma diarea keluarga tentang
penusukan atan hal – hal
yang perlu
50
balutan diperhatiakan
3) TTV dalam batas tentang area
normal penusukan
5) Kolaborasi
pemberian cairan
dan produk darah
jika perlu
D. Implementasi Keperawatan
1. Pre Operasi
51
- melalui sheath di radialis kanan dan
masuk hingga ke jantung, divice yang
digunakan berukuran diameter yang
kecil
- Proses pertama yang dilakukan adalah
corangiografy yaitu melakukan diagnosis
dengan menggunakan zat kontras yang
akan di capture oleh alat yang
menggunakan radiasi
- Pemasangan stent atau ring pada stenosis
>70-80 %, dan stenosis >50 % di Left
Mean
- Pembiusan dilakukan secara local diarea
puncture
1 Mengajarkan teknik non farmakologis S : Klien mengatakan
(relaksasi) bersedia melakukan tehnik
relaksasi nafas dalam
O : Klien tampak melakukan
tehnik relaksasi nafas dalam
dan klien tampak lebih tenang
1 Memonitor tanda-tanda vital pasien S : Klien mengatakan
bersedia diukur tanda-tanda
vitalnya
O : TD 140/90 mmHg, HR 87
x/menit, RR 19 x/menit,
Suhu 36,5 OC, SpO2 99%
2. Intra Operasi
Hari/ No. IMPLEMENTASI RESPON KLIEN
Tgl/ Dx
Jam
11 1 Memonitor tanda-tanda vital pasien S:-
Februari O : TD 140/80 mmHg, HR 94
2023 x/menit, RR 19 x/menit, Suhu
52
07:45
53
WIB 36,5 OC, SpO2 100% (oksigen 3
lpm)
Memonitor ketat tanda-tanda perdarahan S : -
O : Perdarahan minimalis
Kolaborasi pemberian cairan S:-
O : Kristaloid 100 cc
3. Post Operatif
Hari/ No. IMPLEMENTASI RESPON KLIEN
Tgl/ Dx
Jam
11 1 Melakukan pengkajian nyeri S : Klien mengatakan nyeri di
Februari abdomen dengan skala 4
2023 O : Klien tampak meringis saat
08:30 menggerakkan tangannya
WIB 1 Memberikan posisi yang nyaman bagi S : Klien mengatakan tampak
klien sedikit lebih nyaman
O : Klien terbaring dengan
posisi supine
1, 2 Memonitor tanda-tanda vital pasien S:-
O : TD 136/80 mmHg, HR 94
x/menit, RR 19 x/menit, Suhu
36,5 OC, SpO2 100%
54
dicabut dan di balut dengan ichiban,
ichiban akan dilepas setelah 6 jam
oleh perawat ruangan
- Selama 6 jam pergelangan tangan
tidak boleh ditekuk, digunakan untuk
menarik ataupun untuk tumpuan.
Dan selama 2 minggu dirumah tidak
boleh mengangkan beban berat dan
melakukan kegiatan yang
memerlukan gerakan pergelangan
tangan yang berlebihan, seperti
membawa kendaraan dan mandi
dengan gayung.
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/ Tgl/ DIAGNOSA EVALUASI
Jam KEPERAWATAN
Pre Operasi
11 Februari (D.0080) Ansietas b. d. S : Pasien mengatakan merasa lebih tenang
2023 Kurang Pengetahuan O : Klien tampak lebih tenang, TD 140/90
mmHg, HR 87 x/menit, RR 19 x/menit, Suhu
36,5 OC, SpO2 99%
56
Post Operasi
11 Februari (D.0077) Nyeri akut b. d. S : Klien mengatakan nyeri tangan
2023 Agen Pencedera Fisik Berkurang
(prosedur operasi : luka O : Klien tampak lebih nyaman, TD 136/80
mmHg, HR 94 x/menit, RR 19 x/menit, Suhu
36,5 OC, SpO2 100%
puncture) A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (1 – 4)
(D.0012) Resiko S:-
Perdarahan b.d Efek Agen O : tidak ada tanda – tanda perdarahan dan
Farmakologis (pemberian hematoma diarea balutan, TD 136/80 mmHg,
HR 94 x/menit, RR 19 x/menit, Suhu 36,5 OC,
SpO2 100%
Evaluasi selama perawatan, klien dirawat di ruang rawat inap selama 1x24 jam
tidak ditemukan adanya keluhan nyeri yang bertambah dan tidak terjadinya
perdarahan. Hal tersebut dibuktikan saat dilakukan pelepasan dressing/ Ichiban,
tidak ditemukan adanya tanda- tanda perdarahan ataupun hemoatome. Sehingga
untuk masalah keperawatan nyeri akut dan resiko perdarahan teratasi. Edukasi
yang diberikan kepada klien untuk perawatan dirumah berupa hal-hal yang tidak
boleh dilakukan oleh tangan yang digunakan sebagai akses tindakan dan juga
perawatan yang dibutuhkan.
57
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
Coronary Artery Disease (CAD) dapat disebabkan oleh bebrapa faktor-faktor,
antara lain: Usia, riwayat penyakit jantung dalam keluarga, penyakit penyerta,
merokok, obesitas, gaya hidup, dan stress. Penyebab terjadinya CAD sesuai
dengan teori di atas, pasien berusia 70 tahun, mempunyai riwayat hipertensi,
obesitas, perokok, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak dan santan.
Selain itu, pasien pun adalah seorang mantan perokok dan jarang berolahraga.
Manifestasi klinis yang dialami pasien saat terjadinya iskemik myocardium sudah
sesuai dengan teori, antara lain, klien mengeluh nyeri dada sebelah kiri menjalar
hingga ke bahu dan nyeri dirasakan secara terus menerus seperti tertindih benda
berat di sertai keringat dingin dan muntah. Masalah penyakit jantung coroner
pada klien telah berlangsung sejak lama, dimana gejalanya hilang timbul.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori diuraikan bahwa masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada
asuhan keperawatan perioperative PCI adalah (1) pre operatif : ansietas,
(2) Intra operatif : risiko perdarahan. (3) Post operatif : nyeri akut dan resiko
perdarahan.
58
ichiban selama 4 jam. Sehingga tidak perlu melakukan perawatan luka yang lebih
lama, melaikan lebih berfokus pada observasi adanya perdarahan dan hematome
C. Perncanaan Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi selama perawatan, klien dirawat di raung rawat inap selama 1x24 jam
tidak ditemukan adanya keluhan nyeri yang bertambah dan tidak terjadinya
perdarahan. Hal tersebut dibuktikan saat dilakukan pelepasan dressing/ Ichiban,
tidak ditemukan adanya tanda- tanda perdarahan ataupun hemoatome. Edukasi
yang diberikan kepada klien untuk perawatan dirumah berupa hal-hal yang tidak
59
boleh dilakukan oleh tangan yang digunakan sebagai akses tindakan dan juga
perawatan yang dibutuhkan.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Coronary Artery Disease (CAD) atau merupakan suatu angguan fungsi jantung
yang disebabkan karena otot miokard kekurangan suplai darah akibat adanya
penyempitan dan tersumbatnya pembuluh darah jantung. Faktor-faktor yang
meningkatkan risiko terjadinya CAD, antara lain: Usia, riwayat penyakit jantung
dalam keluarga, penyakit penyerta, merokok, obesitas, gaya hidup, dan stress.
Penatalaksaan CAD ada beberapa macam, antara lain: pengendalian faktor risiko,
medikamentosa, Percutaneosus Coronary Intervention (PCI), dan Coronary
Artery Bypass Graft (CABG).
61
B. Saran
1. Penulis
2. Rumah Sakit
Asuhan keperawatan pada pasien CAD pro PCI dapat digunakan sebagai
referensi bagi perawat yang baru bekerja dan mengelola pasien dengan CAD.
62
DAFTAR PUSTAKA
50
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpo
p_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf – Diakses 5 Maret 2020.
Rochfika. (2019). Percutaneous coronary intervention. Sidoarjo: Uwais Inspirasi
Indonesia.
Modul Pelatihan Kardiologi Dasar (INKAVIN) 2018.
50