1. Definisi
Gangguan pada nodus AV dan/atau system konduksi menyebabkan
kegagalan transmisi gelombang P ke ventrikel (Davey, 2005). AV block
merupakan komplikasi infark miokardium yang sering terjadi (Boswick, 2008).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa AV block adalah gangguan system
konduksi AV yang menyebabkan transmisi gelombang P ke ventrikel dan
ditimbulkan sebagai bagian komplikasi IMA.
2. Klasifikasi
a. AV block derajat pertama
Pada AV block derajat pertama ini, konduksi AV diperpanjang tetapi
semua impuls akhirnya dikonduksi ke ventrikel. Gelombang P ada dan
mendahului tiap-tiap QRS dengan perbandingan 1:1, interval PR konstan
tetapi durasi melebihi di atas batas 0,2 detik.
1, atau bahkan 4 : 1, karena tidak ada gangguan pada nodus sinus, interval PP
teratur. Sering kali ada bundle branch block (BBB) atau blok cabang berkas
yang menyertai sehingga QRS akan melebar.
memacu
ventrikel,
QRS
akan
mengecil.
Pacu
jantung
3. Etiologi
a. AV blok derajat I
Terjadi pada semua usia dan pada jantung normal atau penyakit jantung. PR
yang memanjang lebih dari 0,2 detik dapat disebabkan oleh obat-obatan
seperti digitalis, blocker, penghambatan saluran kalsium, serta penyakit
arteri koroner, berbagai penyakit infeksi, dan lesi congenital.
b. AV blok derajat II
-
4. Manifestasi klinis
a. AV blok sering menyebabkan bradikardia, meskipun lebih jarang
dibandingkan dengan kelainan fungsi nodus SA.
b. Seperti gejala bradikardia yaitu pusing, lemas, sinkop, dan dapat
menyebabkan kematian mendadak
c. AV blok derajat I
-
d. AV blok derajat II
-
Blok Mobitz tipe II merupakan aritmia yang lebih serius karena lebih
sering menyebabkan kompleks QRS menghilang. Penderita blok Mobitz
tipe II sering menderita gejala penurunan curah jantung dan akan
memerlukan atropine dalam dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
GE L O M B A N G
Gelombang P
G A M B A R A N
Depolarisasi atrium
N O R M A L
< 0.12 s dan , 0.3 mV
QRS kompleks
0 . 0 6
0 . 1 2
Gelombang T
Repolarisasi ventrikel
Segmen ST
I s o e l e k t r i s
PR Interval
0 . 1 2
0 . 2 0
QT Interval
0 . 3 8
0 . 4 2
Menghitung HR :
M
K O T A K
B E S A R
K O T A K
K E C I L
IRAMA IREGULER
C a r a
m e n g h i t u n g
5. Patofisiologi (terlampir)
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara
atrium dan venrikel. Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus,
mengikuti jalur internodal menuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik
(interval PR normal); depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama
QRS komplek). Terdapat tiga bentuk blok jantung yang berturut-turut makin
progresif. Pada blok jantung derajatderajat satu semua impuls dihantarkan
melalui sambungan AV, tetapi waktu hantaran memanjang. Pada blok jantung
derajat dua, sebagian impuls dihantarkan ke ventrikel tetapi beberapa impuls
lainnya dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung derajat dua, yaitu Wnckebach
(mobitz I) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang
memanjang progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan.
Jenis kedua (mobitz II) merupakan panghantaran sebagian impuls dengan waktu
hantaran
AV
yang
tetap
dan
impuls
yanglain
tidak
dihantarkan.
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel,
terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun
6. Pemeriksaan diagnostic
a. EKG
Pada EKG akan ditemukan adanya AV blok sesuai dengan derajatnya
b. Foto dada
Dapat ditunjukkan adanya pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel dan katup
c. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dapat
menyebabkan disritmia.
7. Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan sesuai derajat AV blok.
a. Obat antiaritmia
R e s e p t o r K l a s
C atr a
k e r j a
o b a t
Saluran Na+, K+
Saluran Na+
B L i d o c a i n e , P h e n i t o i n-
-adrenergik
Saluran K+
Saluran Ca+
b. AV blok derajat I
-
Tidak ada tindakan yang diindikasikan. Kecuali menghentikan obat jika ini
merupakan agen pengganggu
Tipe ini biasanya tidak diterapi kecuali sering kompleks QRS menghilang
dengan akibat gejala klinis hipotensi dan penurunan perfusi serebrum. Bila
ada gejala ini maka pada penderita bisa diberikan 0,5 sampai 1,0 mg atropine
IV sampai total 2,0 mg.
Atropin (0,5 sampai 1 mg) bisa diberikan dengan dorongan IV. Bila tidak ada
kenaikan denyut nadi dalam respon terhadap atropine maka bisa dimulai
tetesan isoproterenol 1 mg dalam 500 ml D5W dengan tetesan keciluntuk
meningkatkan kecepatan denyut ventrikel. Penderita yang menunjukkan blok
jantung derajat tiga memerlukan pemasangan alat pacu jantung untuk
menjamin curah jantung yang mencukupi (Boswick, 1988).
huruf kedua rongga yang dituju (V, A, atau 0 bila tidak ada)
8. Pengkajian
Pengkajian primer :
a. Airway
Penilaian akan kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan nafas, karena benda asing. Pada klien yang dapat berbicara
dapat dianggap bahwa jalan nafas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya
suara nafas tambahan misalnya stridor
b. Breathing
Inspeksi frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu nafas, adanya
sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi adanya suara nafas
tambahan seperti ronchi, wheezing, kaji adanya trauma pada dada yang dapat
menyebabkan takipnea dan dispnea.
c. Circulation
Dilakukan pengkajian tentang volume darah dan kardiak output serta adanya
perdarahan. Monitor secara teratur status hemodinamik, warna kulit, nadi.
d. Disability
Nilai tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil
Pengkajian sekunder :
Meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik. Anamnesis dapat menggunakan
format
AMPLE
(Alergi,
Medikasi,
Post
illness,
Last
meal,
dan
NOC:
Klien dapat memiliki pompa jantung, sirkulasi, perfusi jaringan & status
tanda vital yang normal. Dengan kriteria hasil: Mendemonstrasikan curah
jantung yang cukup dilihat dari TD, nadi, ritme normal, nadi perifer kuat,
melakukan aktivitas tanpa dipsnea
NIC:
Monitor gejala gagal jantung dan CO menurun termasuk nadi perifer
yang kualitasnya menurun, kulit dingin dan ekstremitas, RR ,
dipsnea, HR, distensi vena jugularis, kesadaran dan adanya edema
Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, ritme, adanya S3&S4&bunyi
baru
Observasi bingung, kurang tidur, pusing
Observasi adanya nyeri dada/ketidaknyamanan, lokasi, penyebaran,
keparahan, kualitas, durasi, manifestasi spt mual&factor yang
memperburuk&mengurangi
Jika ada nyeri dada, baringkan klien, monitor ritme jantung, beri
oksigen, medikasi&beri tahu dokter
Monitor intake&output/24 jam
Catat hasil EKG&XRay dada
Kaji hasil lab, nilai AGD, elektrolit termasuk kalsium
Monitor CBC, [Na], kreatinin serum
Memberi oksigen sesuai kebutuhan
Posisikan klen dalam posisi semi fowler atau posisi yang nyaman
Cek TD, nadi&kondisi sbl medikasi jatung spt ACE inhibitor,
digoxin& bloker. Beritahu dokter bila nadi&TD rendah sebelum
medikasi
Selama fase akut, pastikan klien bedrest&melakukan aktivitas yang
dapat ditoleransi jantung
Berikan makanan rendah garam, kolesterol
Berikan
lingkungan
yang
tenang
dgn
meminimalkan
NOC:
Penghematan energi
-
NIC:
a. Pengelolaan energi
Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,
pucat, frekuensi respirasi)
Pantau respon oksigenasi pasien ( nadi, irama jantung, dan frekuensi
respirasi)
Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan energi
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik menejemen waktu
untuk mencegah kelelahan
Bantu pasien dalam aktivitas fisik secara teratur
Bantu pasien dalam mengidentifikasi pilihan aktivitas
b. Terapi aktivitas
- Kaji kemampuan klien melakukan aktivitas
- Evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktivitas
- Jelaskan pada klien manfaat aktivitas secara bertahap
- Bantu dalam pemenuhan aktivitas perawatan diri jika klien belum
dapat mentoleransi aktivitas tersebut
- Orientasikan klien beraktivitas secara bertahap sesuai toleransi
- Tetap sertakan O2selama aktivitas
- Bantu klien mengidentifikasi pilihan aktivitas
3. Defisit pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi b.d kurangnya
paparan informasi
NOC:
Pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi
-
NIC:
a. Pembelajaran : proses penyakit
-
b. Pembelajaran : prosedur/perawatan
-
Informasikan
klien
waktu
dan
lama
waktu
pelaksanaan
prosedur/perawatan
-
b. Deteksi risiko
-
NIC:
a. Pengendalian infeksi
DAFTAR PUSTAKA