6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
a) Hematologi : Hb, Ht, Leukosit
b) Elektrolit : K, Na, Cl, Mg
c) Enzim Jantung (CK-MB, Troponin, LDH)
d) Gangguan fungsi ginjal dan hati : BUN, Creatinin, Urine Lengkap, SGOT,
SGPT.
e) Gula darah
f) Kolesterol, trigliserida
g) Analisa Gas Darah
b. Elektrokardiografi, untuk melihat adanya :
a) Penyakit jantung koroner : iskemik, infark
b) Pembesaran jantung ( LVH : Left Ventricular Hypertrophy )
c) Aritmia
d) Perikarditis
c. Foto Rontgen Thoraks, untuk melihat adanya :
a) Edema alveolar
b) Edema interstitiels
c) Efusi pleura
d) Pelebaran vena pulmonalis
e) Pembesaran jantung
d. Echocardiogram
- Menggambarkan ruang –ruang dan katup jantung
e. Radionuklir
a. Mengevaluasi fungsi ventrikel kiri
b. Mengidentifikasi kelainan fungsi miokard
f. Pemantauan Hemodinamika (Kateterisasi Arteri Pulmonal Multilumen) bertujuan
untuk :
a) Mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru
b) Mengetahui saturasi O2 di ruang-ruang jantung
c) Biopsi endomiokarditis pada kelainan otot jantung
d) Meneliti elektrofisiologis pada aritmia ventrikel berat recurrent
e) Mengetahui beratnya lesi katup jantung
f) Mengidentifikasi penyempitan arteri koroner
g) Angiografi ventrikel kiri (identifikasi hipokinetik, aneurisma ventrikel, fungsi
ventrikel kiri)
h) Arteriografi koroner (identifikasi lokasi stenosis arteri koroner)
7. Diagnosis
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan pada kriteria utama dan atau tambahan.
1) Kriteria utama :
a. Ortopneu
b. Paroxysmal Nocturnal Dyspneu
c. Kardiomegali
d. Gallop
e. Peningkatan JVP
f. Refleks hepatojuguler
2) Kriteria tambahan :
a. Edema pergelangan kaki
b. Batuk malam hari
c. Dyspneu on effort
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. Takhikardi
Diagnosis ditegakkan atas dasar adanya 2 kriteria utama,atau 1 kriteria utama disertai 2
kriteria tambahan.
8. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah :
a. Mendukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan- bahan
farmakologis
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik , diet dan
istirahat.
d. Menghilangkan faktor pencetus ( anemia, aritmia, atau masalah medis lainnya )
e. Menghilangkan penyakit yang mendasarinya baik secara medis maupun bedah
Terapi non farmakologis meliputi :
- Diet rendah garam ( pembatasan natrium )
- Pembatasan cairan
- Mengurangi berat badan
- Menghindari alkohol
- Manajemen stress
- Pengaturan aktivitas fisik
Terapi farmakologis meliputi :
a. Digitalis, untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Misal : digoxin.
b. Diuretik, untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal serta mengurangi
edema paru. Misal : furosemide ( lasix ).
c. Vasodilator, untuk mengurangi impedansi ( tekanan ) terhadap penyemburan darah
oleh ventrikel. Misal : natrium nitropusida, nitrogliserin.
d. Angiotensin Converting Enzyme inhibitor ( ACE inhibitor ) adalah agen yang
menghambat pembentukan angiotensin II sehingga menurunkan tekanan darah. Obat
ini juga menurunkan beban awal ( preload ) dan beban akhir ( afterload ). Misal :
captopril, quinapril, ramipril, enalapril, fosinopril,dll.
e. Inotropik ( Dopamin dan Dobutamin )
f. Dopamin digunakan untuk meningkatkan tekanan darah , curah jantung dan produksi
urine pada syok kardiogenik.
g. Dobutamin menstimulasi adrenoreseptor di jantung sehingga meningkatkan
kontraktilitas dan juga menyebabkan vasodilatasi sehingga mengakibatkan
penurunan tekanan darah. Dopamin dan dobutamin sering digunakan bersamaan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1 :
Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane kapiler alveolus d/d dispneu, ortopneu,
gelisah, pH darah arteri abnormal, pernafasan abnrmal ,diaforesisi, sakit kepala saat
bangun.
Kriteria tujuan : pertukaran gas lebih efektif ditunjukkan hasil AGD dalam batas normal
dan pasien bebas dari distress pernafasan
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Auskultasi bunyi nafas, krekels, a. Memantau adanya kongesti paru untuk
wheezing intervensi lanjut
Diagnosa 2 :
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan, kelemahan
d/d pasien mengatakan letih terus menerus sepanjang hari, sesak nafas saat aktivitas, tanda
vital berubah saat beraktifitas, perubahan EKG yang mencerminkan aritmia atau iskemia.
Kriteria tujuan : aktivitas mencapai batas optimal , yang ditunjukkan dengan pasien
berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan dan mampu memenuhi kebutuhan perawatan
sendiri.
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Periksa tanda vital sebelum dan a. a.Hipotensi ortostatik dapt terjadi
sesudah beraktivitas dengan aktivitas karena efek obat,
perpindahan cairan, pengaruh
fungsi jantung.
Diagnosa 3 :
Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi, penurunan curah jantung
sekunder terhadap gagal jantung d/d peningkatan berat badan, odema, asites, perubahan
tekanan darah, perubahan pola nafas, dispnea, gelisah, bunyi jantung S3, ortopnea
Kriteria tujuan : Kelebihan volume cairan dapat dikurangi dengan kriteria :
- keseimbangan intake dan output
- bunyi nafas bersih/jelas
- tanda vital dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, RR : 12-20x/menit, Nadi : 60-
100x/menit, S : 36,5-37,50C)
- berat badan stabil
- tidak ada edema
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Pantau haluaran urine, warna, a. Memantau penurunan perfusi ginjal
jumlah
b. Pantau intake dan output selama b. Terapi diuretic dapat menyebabkan
24 jam kehilangan cairan tiba-tiba meskipun
udema masih ada
c. Pertahankan posisi duduk atau c. Posisi telentang meningkatkan filtrasi
semifowler selama masa akut ginjal dan menurunkan produksi ADH
sehingga meningkatkan diuresis
d. Timbang berat badan setiap hari d. Memantau respon terapi.
e. Kaji distensi leher dan e. Retensi cairan berlebihan
pembuluh perifer, edema pada dimanifestasikan oleh pembendungan
tubuh vena dan pembentukan edema
f. Auskultasi bunyi nafas, catat f. Kelebihan volume cairan sering
bunyi tambahan mis : krekels, menimbulkan kongesti paru.
wheezing. Catat adanya
peningkatan dispneu, takipneu,
PND, batuk persisten.
g. Selidiki keluhan dispneu g. Menunjukkan adanya komplikasi
ekstrem tiba-tiba, sensasim sulit edema paru atau emboli paru.
bernafas, rasa panik
h. Pantau tekanan darah dan CVP h. Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan volume cairan
i. Ukur lingkar abdomen i. Memantau adanya asites
j. Palpasi hepatomegali. Catat j. Perluasan jantung menimbulkan
keluhan nyeri abdomen kuadran kongesti vena sehingga terjadi distensi
kanan atas abdomen, pembesaran hati dan nyeri.
k. Kolaborasi dalam pemberian k. Diuretik meningkatkan laju aliran
obat diuretik urine dan dapat menghambat
reabsorpsi natrium dan klorida pada
tubulus ginjal.
l. Tiazid dengan agen pelawan l. Meningkatkan diuresis tanpa
kalium ( mis : spironolakton ) kehilangan kalium berlebihan
m. Kolaborasi untuk m. Menurunkan air total tubuh /
mempertahankan cairan / mencegah reakumulasi cairan
pembatasan natrium sesuai
indikasi
n. Konsultasi dengan bagian gizi n. Memberikan diet yang dapat diterima
pasien yang memmenuhi kebutuhan
kalori dalam pembatasan natrium.
o. Kolaborasi untuk pemantauan o. Menunjukkan perubahan indikasif
foto thorax peningkatan / perbaikan paru
Diagnosa 4 :
Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload, perubahan frekuensi jantung, perubahan
irama jantung d/d aritmia, bradikardi, takikardi, perubahan EKG, palpitasi, edema, keletihan,
murmur, kulit lembab, penurunan nadi perifer, dispnea, batuk, crekels, ortopnea, bunyi
jantung S3 S4, ansietas, gelisah.
Kriteria tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perfusi jaringan perifer
dapat diperbaiki ( adekuat ) dengan kriteria evaluasi :
- Akral hangat dan kering
- Nadi kuat, pengisian kapiler kuat
- Tanda vital normal (TD: 120/80 mmHg, RR : 12-20x/menit, Nadi : 60-100x/menit, S :
36,5-37,50C)
- Tidak sianosis atau pucat
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Pantau tanda vital, capillary a. Mengetahui keadekuatan perfusi
refill, warna kulit, kelembaban perifer
kulit, edema, saturasi O2 di
daerah perifer
b. Tingkatkan tirah baring selama b. Pembatasan aktivitas menurunkan
fase akut kebutuhan oksigen dan nutrisi
daerah perifer.
Diagnosa 5
Nyeri b/d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri d/d penurunan curah jantung,
nyeri pada dada, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi
pernafasan, gelisah, tampak meringis, takikardia.
Kriteria tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x 24 jam diharapkan nyeri
hilang atau berkurang, dengan kriteria evaluasi
- Melaporkan keluhan nyeri berkurang
- Pasien tampak tenang dan rileks
- Skala nyeri 0 dari rentang 0-10 skala nyeri
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Anjurkan pasien untuk a. Perawat dapat mengetahui keluhan
memberitahu perawat tentang nyeri dengan cepat sehingga
nyeri intervensi bisa segera dilakukan
Diagnosa 6 :
Ansietas b/d gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesulitan bernafas dan pengetahuan
bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik d/d cemas, takut, khawatir, stress yang
berhubungan dengan penyakit, gelisah, marah, mudah tersinggung.
Kriteria tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien
tidak merasa cemas dengan kriteria evaluasi :
- Pasien mengatakan kecemasan menurun sampai tingkat yang dapat diatasi
- Pasien menunjukkan keteramplan pemecahan masalah dan mengenal perasaannya.
Diagnosa 7 :
Perubahan pola tidur b/ d sering terbangun sekunder terhadap gangguan pernafasan ( sesak,
batuk) d/d letargi, sulit tidur, sesak nafas dan batuk saat tidur.
Kriteria tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan pasien
bisa tidur dengan lebih nyaman.
Rencana tindakan Rasionalisasi
a. Naikkan kepala tempat tidur 20 a. Aliran balik vena ke jantung
-30 cm. Sokong lengan bawah berkurang, kongesti paru berkurang
dengan bantal dan penekanan hepar ke diafragma
menjadi berkurang serta
mengurangi kelelahan otot bahu.
b. Pada pasien yang ortopnoe , b. Mengurangi kesulitan bernafas dan
pasien didudukkan di sisi megurangi aliran balik ke jantung
tempat tidur dengan kedua kaki
disokong di kursi, kepala dan
diletakkan di meja tempat tidur
dan vertebra lumbosakral
disokong dengan bantal.
Diagnosa 8:
ketidakefektifan pola nafas b/d keletihan otot- otot pernafasan, disfungsi neuromuscular,
sindrom hivoventilasid/d Pasien mengalami perubahan frekuensi pernafasan, pasien terlihat
menggunakan pernafasan cuping hidung, penggunaan otot aksesoris untuk bernafas.
Kriteria tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3X 24 jam diharapkan pasien
tidak sesak nafas lagi dengan kriteria hasil: Tanda vital dalam batas normal (TD: 120/80
mmHg, RR : 12-20x/menit, Nadi : 60-100x/menit, S : 36,5-37,50C), tidak ada suara nafas
tambahan seperti whezing, krekels.
Intervensi Rasional
a. Mengidentifikasi etiologi/faktor pencetus, a. Pemahaman penyebab kolaps paruperlu
contoh kolaps spontan, trauma, untuk pemasangan selang dada yang
keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi tepat dan memilih tindakan terapeutik
mekanik. lain.
d. Auskultasi bunyi napas d. Bunyi napas dapat menurun atau tak ada
pada lobus, segmen paru, atau seluruh
area paru (unilateral). Area atelektasi tak
ada bunyi napas, dan sebagai area kolaps
menurun bunyinya. Evaluasi juga
dilakukan untuk area yang baik
pertukaran ganya dan memberikan data
evaluasi perbaikan pneumotorak.
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah di buat.
5. Evaluasi
Diagnosa 1
Pertukaran gas lebih efektif ditunjukkan hasil AGD dalam batas normal dan pasien bebas
dari distress pernafasan.
Diagnosa 2
Aktivitas pasien mencapai batas optimal , yang ditunjukkan dengan pasien berpartisipasi
pada aktivitas yang diinginkan dan mampu memenuhi kebutuhan perawatan sendiri.
Diagnosa 3
- Keseimbangan intake dan output
- Bunyi nafas bersih/jelas
- Tanda vital dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, RR : 12-20x/menit, Nadi : 60-
100x/menit, S : 36,5-37,50C)
- Berat badan stabil
- Tidak ada edema
Diagnosa 4
- Kulit hangat dan kering
- Nadi kuat, pengisian kapiler kuat
- Tanda vital normal (TD: 120/80 mmHg, RR : 12-20x/menit, Nadi : 60-100x/menit, S :
36,5-37,50C)
- Tidak sianosis atau pucat
Diagnosa 5
- Melaporkan keluhan nyeri berkurang
- Pasien tampak tenang dan rileks
- Skala nyeri 0 dari rentang 0-10 skala nyeri
Diagnosa 6
- Pasien mengatakan kecemasan menurun sampai tingkat yang dapat diatasi
- Pasien menunjukkan keteramplan pemecahan masalah dan mengenal perasaannya.
Diagnose 7
Pasien bisa tidur dengan lebih nyaman.
Diagnosa 8
Tanda vital pasien dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, RR : 12-20x/menit, Nadi :
60-100x/menit, S : 36,5-37,50C), tidak ada suara nafas tambahan seperti whezing, krekels.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylynn E. Dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Harrisom. 2000. Prinsip-prinsip Ilmu Penyuakit Dalam Volume 3 Edisi 13.Jakarta: EGC
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
T. Heather. Herdman. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klarifikasi 2012- 2014.
Jakarta:EGC
Nurarif. Anin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis &