Anda di halaman 1dari 21

HIPOPARATIROID

Disusun sebagai salah satu tugas untuk memenuhi mata kuliah


SISTEM ENDOKRIN

Oleh
MARIA VERONIKA GAA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penderita dengan kelainan hormon paratiroid, tidak tampak jelas pada


kehidupan sehari-hari. Kebanyakan pasien dengan kelainan hormon paratiroid
mengalami gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat. Adapun penyakit
yang disebabkan oleh kelainan hormon paratiroid yakni hipoparatiroid dan
hiperparatiroid. Penyebab kelainan hormon paratiroid sendiri secara spesifik
belum diketahui, namun penyebab yang biasa ditemukan yakni hiperplasia
paratiroid, adenoma soliter dan karsinoma paratiroid.

Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi


ginjal menurun dan absorpsi kalsium oleh usus meningkat. Pada keadaan ini
dapat menyebabkan peningkatan sekresi kalsium sehingga manifestasi klinis
yang terjadi pada kerusakan pada area tulang dan ginjal.

Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia masih jarang


ditemukan, kira kira 100 kasus dalam setahun yang dapat diketahui,
sedangkan di Negara maju seperti Amerika penderita hipoparatiroid lebih
banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Oleh karena itu
penting untuk mengetahui tentang hipoparatiroid.
B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Menjelaskan tentang bagaimana konsep dan pendekatan asuhan


keperawatan pada klien dengan hipoparatiroid.

2. Tujuan khusus

- Dapat menjelaskan anatomi kelenjar hipoparatiroid


- Dapat menjelaskan fisiolohis kelenjar paratiroid
- Dapat menjelaskan definisi hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan etiologi dari hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan patofisiologi dari hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan manifestasi klinis dari hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan klasifikasi dari hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan pada klien hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan penatalaksaan medis pada klien hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan komplikasi dari hipoparatiroid
- Dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hipoparatiroid
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR TEORI

1. DEFINISI
a. Hipoparatiroidisme merupakan suatu keadaan dimana sekresi hormone
paratiroid( parathormone ) oleh kelenjar paratiroid menurun sehingga
terjadi penurunan kadar kalsium darah dan meningkatkan kadar fosfat
sehingga menimbulkan iritabilitas neuromuscular. ( Black, 2009).
b. Hipoparatiroidisme adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak dapat
membuat cukup hormone paratiroid. (Gerysky,2009).
c. Hipoparatiroidisme merupakan adanya sekresi hormone paratiroid
yang kurang adekuat sehingga suplai darah terganggu .
(Brunner & Suddart, 2006).
d. Jadi kesimpulannya adalah Hipoparatiroid kumpulan gejala dari
produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. Yang disebabkan oleh
adanya kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat
operasi paratiroid/tiroid/ tidak adanya kelenjar paratiroid.

2. ANATOMI FISIOLOGI
Kelenjar paratiroid manusia terdiri atas 4 kelenjar terletak dibagian
posterior kelenjar tiroid. Yang 2 tertanam di superior kelenjar tiroid dan 2
nya lagi di inferior. Antara kelenjar tiroid dengan paratiroid dibatasi oleh
jaringan ikat. Kelenjar paratiroid dibatasi oleh jaringan ikat. Kelenjar
paratiroid bewarna merah kecoklatan, panjangnya 6 mm dan lebarnya 3 -4
mm, bentuknya pipih oval. Kelenjar ini terdiri atas 2 jenis sel yaitu chief
sel dan oxyphil sel. Chief sel merupakan sel sel utama yang mengandung
apparatus golgi dan retikulus endoplasma. Sel ini menghasilkan atau
mensekresi hormone paratiroid ( PTH). Sedangkan oxyphil sel tidak
memiliki peran yang jelas.
Hormone paratiroid tersusun atas polipeptida yang mengandung asam
amino. Kadar normal PTH adalah 10 55 pg/mL dengan waktu paruh
sekitar 10 menit dan polipeptida yang disekresikan akan cepat diuraikan
oleh sel kupffer dihari menjadi fragmen tengah dan fragmen terminal
karboksil yang mungkin tidak aktif secara biologis. PTH dan fragmen
fragmen ini kemudian dibersihkan oleh ginjal.
Hormone paratiroid bersama vitamin D3 dan kalsitonin berperan
daalam keseimbangan kalsium fosfat melalui berbagai mekanisme yaitu :
a. Meningkatkan rebsorpsi kalsium dari tulang
Hormone paratiroid berperan dalam meningkatkan rebsorpsi
kalsium dari tulang dan memobilisasi kalsium sehingga akan
meningkatkan kadar kalsium serum. Kalsium dalam tubuh
sebagian besar hamper 99% berada pada tulang berikatan dengan
fosfat membentuk kalsium fosfat ( Ca3(PO4)2). Dengan demikian
tulang menjadi cadangan kalsium utama dan siap dimobilisasi jika
kadar kalsium serum rendah. Ada dua mekanisme efek utama
hormone paratiroid pada tulang yaitu : pertama hormone ini
menginduksi refluks cept kalsium kedalam plasma dari simpangan
labil kalsium yang jumlahnya kecil dicairan tulang. Kedua
merangsang pelarutan tulang yaitu dengan meningkatkan transfer
lambat kalsium dan fosfat dari simpangan stabil mineral tulang
didalam tulang kedalam plasma.
b. Meningkatkan reabsorpsi kalsium ditubulus ginjal
Dibawah pengaruh PTH, ginjal mampu meningkatkan reabsorpsi
kalsium yang difiltasi sehingga kalsium yang disekresikan
berkurang dan akan meningkatkan kadar kalsium serum.keadaan
ini memungkinkan berkurangnya pembentukan ikatan kalsium
dengan fosfat sehingga mengurangi proses pengendapan, dengan
demikian kadar kalsium serum akan tetap meningkat.
c. Mengaktifkan vitamin D3 diusus
Efek PTH di usus adalah dengan mengaktifkan sintesis bentuk
aktif vitamin D ( 1.25 dihydrocholecalciferol). Vitamin D3 ini
berperan dalam menigkatkan absorpsi oleh usus dalam batas
tertentu melalui proses difusi pasis dan transport aktif. Apabila
terjadi kelebihan jumlah kebutuhan kalsium dalam makanan yang
diabsorpsi maka akan dikeluarkan melalui tinja.

Peran kalsium
Kalsium merupakan unsure mineral yang banyak terdapat dalam
tubuh kita, sekitar 1 kg tubuh kita adalah terdiri dari kalsium.
Dalam tulang 99% tersusun atas garam kalsium yang berikatan
dengan fosfat dan lainnya kalsium berada dicairan ekstrasel dan
plasma darah. Pada keadaan normal kadar kalsium total
dipertahankan antara 8.5 10.7 mg%. sebagian besar berikatan
dengan protein dan sebagian kecil dalam bentuk ion kalsium
bebas. Ion kalsium bebas inilah yang berperan penting dalam
proses proses fisiologi tubuh misalnya memperthankan potensial
transmembran sel, tranduksi sinyal reseptor hormone, kontraksi
otot, eksitabilitas neuromuscular, reaksi enzimatik. Mineral
kalsium dlam tubuh diperoleh dari makanan yang kemudian
diabsorpsi diusus, jika terjadi kelebihan absorpsi akan dikeluarkan
bersama tinja dan akan disekresi melalui urin.
Keadaan kalsium dalam darah mg/100ml :
- Kalsium serum total : 9.5
- Terikat pada protein :4
- Tidak terikat pada protein : 5.5
- Terionisasi : 4.5
- Berbentuk kompleks :1

3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Hipoparatiroid dapat berupa hipoparatiroid neonatal, simpel idiopatik
hipoparatiroid, dan hipoparatiroid pascabedah.

a. Idiopatik hipoparatiroid
Pada factor Idiopatik ini misalnya pada penyakit graves, hashimoto
atau mungkin terkait dengan penyakit autoimun.
b. Iatrogenic hypoparathyroidism
Factor Iatrogenik disebabkan karena pemindahan kelenjar paratiroid
selama tiroidektomi, infark kelenjar paratiroid akibat tidak
adekuatnya suplai darah ke kelenjar selama pembedahan, dan adanya
perlengketan kelenjar satu dengan yang lainnya paska operasi.

4. PATOFISIOOGI

Hipoparatiroid merupakan keadaan menurunnya parathormon (PTH),


yang mengakibatkan menurunnya kadar kalsium serum dan meningkatnya
kadar serum fosfat. Pada keadaan normal PTH berperan meningkatkan
resorpsi tulang untuk mempertahankan keseimbangan kadar kalsium
serum dan juga mengatur sekresi fosfat oleh ginjal sehingga terjadi
keseimbangan kadar kalsium dengan fosfat. Tidak adanya atau
berkurangnya PTH mempengaruhi reabsorpsi kalsium dalam tulang dan
terganggunya pengaturan reabsorpsi kalsium ditubulus ginjal. Dengan
demikian jika kadar PTH menurun maka resorpsi tulang menurun dan
kadar kalsium dalam serum juga akan menurun menimbulkan gejala
kekurangan kalsium seperti iritabilitas neuromuscular misalnya terjadi
kejang tetani. Sementara itu penurunn PTH akan berpengaruh terhadap
penurunan sekresi fosfat diginjal, sehingga terjadi peningkatan kadar
fosfat serum.

Rendahnya kadar kalsium serum mengakibatkan gangguan berbagai


proses tubuh, diantaranya adalah gangguan konduksi jantung, dan
neuromuscular. Pada pasien dengan hipoparatiroid dapat mengakibatkan
kematian karena obstruksi pernapasan akibat adanya tetani atau spasme
laring. Tetani merupakan bentuk khusus kejang spastic yang predileksinya
terutama pada otot otot fleksor dan jari jari akibat iritasi saraf periffer
dan ganglion yang berhubungan dengan keadaan hipokalsemia.

5. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala dari hyporparatiroid dapat berupa akut dan kronik dari
berbagai system, diantaranya :

a. Acute hypoparathyroid
Pada acute hypoparatiroid disebabkan oleh kerusakan pada jaringan
paratyhroid yang diakibatkan oleh thyroidectomy. Hal tersebut dapat
dilihat dari berbagai karakteristik, diantaranya :

- System Musculoskletal

Kejang otot

Facial grimacing

Tetany atau kejang

- Integument

Brittle nails

Hair loss

Dry, scaly skin

- System persarafan

Parestesia ( bibir, tangan dan kaki )

gangguan mood (iritability, depresi, kecemasan)

reflex hiperaktif

psychosis ( gangguan kejiwaan )

peningkatan tekanan intracranial

- System kardiovaskuler
Dysrhytmia

- Tanda lain

Adanya Chvosteks sign yaitu danya spasme pada otot


muka, kram pada satu sisi kerena hiperiritabilitas pada
saraf facial.

Adanya Trousseaus sign, yaitu adanya spasme karpal


pada jari jari tangan setelah dilakukan pembendungan
tekanan darah pada lengan selama tiga menit.

b. Chronic Hypoparatiroidism

Pada chronic hypoparatiroid ini lebih banyak terjadi pada factor


Idiopatic.hal tersebut dapat dilihat pada system :

- System integument

Brittle nails ( kerapuhan kuku )

Rambutnya mudah rontok

Kulit kering dan bersisik

- Hal yang tak terduga kalsifikasi muncul pada gangguan


penglihatan dan basal ganglia.hingga cataracacts

- Pada system persarafan mengalami kerusakan otak permanen,


disertai dengan psikosis atau kejang-kejang
- System kardiovaskuler, adanya hypokalsemia mempengaruhi
jantung yang menyebabkan disritmia pada akhirnya akan
mengalami gagal jantung.

6. TEST DIAGNOSTIC
a. Laboratorium
Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari 5
6 mg/dl ( 1,2 hingga 1,5 mmol/L) atau lebih rendah lagi.
Nilai normalnya ( 8,5 10,7 mg/dl).
- Serum fosfat terjadi peningkatan
( normal : 2.5 4.5mg/100 ml)
b. Pemeriksaan urin
- Rendah atau tidak ada kalsium
c. CT ( Computed tomography ) untuk menunjukkan kalsifikasi otak,
dan menunjukkan hipokalsemia kronis.
d. Pemeriksaan Ophthalmic menunjukan adanya kalsifikasi lensa okuler,
yang dapat menyebabkan pembentukan cataract.
e. Pemeriksaan X Ray
- Adanya kalsifikasi pada basal ganglia di otak
- Kadang kadang terjadi kalsifikasi pada serebelum dan fleksus
koroid
- Densitas dari tulang dapat bertambah

7. KOMPLIKASI
Jika pengobatan tidak dimulai dengan cepat pada hypoparatiroid akut
dapat mengakibatkan obstruksi pernapasan sekunder tetani dan
laringospasms.Pada hypoparatiroidisme kronis, komplikasinya adalah
kalsifikasi di mata dan ganglia basal.

8. PENATALAKSANAAN
a. Terapi utama adalah untuk menaikan kadar kalsium serum sampai 9
10 mg/dL ( 2,2 2,5 mmol/L) dan menghilangkan gejala
hipoparatiroidsme serta hipokalsemia.
b. Apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus paskatiroidektomi, terapi
yang harus seger dilakukan adalah pemberian kalsium glukonas
intravena. Jika terapi ini tidak segera menurukan iritabilitas
neuromuskuler dan serangan kejang, preparat sedative seperti
pentobarbital dapat diberikan.
c. Pemberian preparat parathormon parenteral dapat dilakukan untuk
menagatasi hipoparatiroidisme akut disertai tetanus. Namun demikian,
akibat tingginya insidens reaksi alergi pada penyuntikan parathormon,
maka penggunaan preparat ini dibatasi hanya pada hipokalsemia akut.
Pasien yang mendapatkan parathormon memerlukan pemantauan akan
adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi.
d. Akibat adanya iritabiliats neuromuscular, penderita hipokalsemia dan
tetanus memerlukan lingkungan yang bebas dari suara bising,
hembusan angin yang tiba tiba, cahaya yang terang atau gerakan
yang mendadak.
e. Trakeostomi atau ventilasi mekanis dibutuhkan bersama dengan obat
obat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernapasan.
f. Terai bagi penderita hipoparatiroidisme kronis ditentukan sesudah
kadar kalsium serum diketahui. Diet tinggi kalsium rendah fosfor
diresepkan. Meskipun susu, kuning telur merupakan makanan yang
tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena kandung
fosfornya yang tinggi. Bayam juga perlu dihindari karena mengandung
oksalat yang akan membentuk garam kalsium yang tidk larut. Table
oral garam kalsium, seperti kalsium glukonat, dapat diberikn sebagai
suplemen dalam diet. Gel aluminium hidrosida atau aluminium
karbonat ( gelusil, amphojel) diberikan sesudah makan untuk mengikat
fosfat dan meningkatkan ekskresinya lewat traktus gastrointestinal.
g. Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol (AT
10 atau Hytakerol), atau ergikal siferol (vitamin D2) atau
kolekalsiferol (vitamin D3) diperlukan dan akan meningkatkan
absorpsi kalsium dari trakstus gastrointestinal.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Riwayat penyakit
- Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala
hipoparatiroidisme dan tindakan yang sudah dilakukan untuk
mengatasi gejala tersebut
- Apakah perna mengalami operasi khususnya pengangkatan
kelenjar tiroid atau paratiroid
- Apakah pasien perna mengalami tindakan penyinaran pada
daerah leher
- Apakah ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama
dengan pasien
b. Keluhan utama pasien saat ini
- Adakah kelainan bentuk tulang
- Kejang
- Kesemutan pada bibir dan jari jari tangan
- Kram kaki dan perasaan kaku pada kedua tangan dan kaki

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan integument
- Kulit kering dan kasar
- Kuku mudah rapuh

b. Muskuloskletal
- Kelemahan otot
- Kelainan bentuk tulang
- Kejang otot ( tetani )
- Tanda Chvosteks positif
- Tanda Trausseaus positif
- Adanya kesemutan, paresthesia dank ram ekstremitas
- Kejang dan nyeri otot, tangan dan kaki
c. System persarafan
- Menurunnya kesadaran
- Kehilangan memori
- Nyeri kepala
- Parestesia pada jari jari tangan dan kaki
d. System pernapasan
- Kesulitan bernapas
- Adanya tanda tanda bronkospasme dan spasme laring
e. System kardiovaskuler
- Hipotensi
- Aritmia jantung
- Perubahan EKG.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


a. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan
kompresi trachea atau obstruksi
Tujuan : jalan napas pasien paten
Criteria hasil :
- Pasien mengatakan tidak sesak napas
- Jalan napas bersih slem tidak ada
- Pola napas normal

Data yang mungkin muncul

- Pasien mengungkapkan sesak napas


- Pasien kelihatan sulit bernapas
- Slem produktif kadar kalsium serum rendah
- Kadar fosfat serum tinggi
- Adanya tetani
- Adanya spasme laring

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Monitor jumlah pernapasan, Pernapasan yang cepat dapat
kedalaman dan kerja berkembang menjadi kegagalan
pernapasan pernapasan, dan dapat terjadi karena
kompresi sdema atau perdarahan
2. Auskultasi bunyi napas, catat Ronkhi indikasi adanya obstruksi
adanya ronkhi jalan napas atau adanya akumulasi
slem
3. Kaji adanya dispnea, stridor, Indicator adanya obstruksi trachea
sianosis dan catat kualitas atau spasme laring, data dibutuhkan
suara untuk intervensi lebih lanjut.
4. Hati hati dengan mobilisasi Mengurangi regangan dan tarikan
dan kelenturan leher, sokong luka operasi
dengan bantal
5. Bantu pasien posisi yang Mempertahankan jalan napas dan
nyaman, latihan napas dalam ventilasi, batuk mengeluarkan slem
dan batuk sesuai kondisi
6. Lakukan suction mulut dan Edema atau nyeri dapat
trachea sesuai indikasi, catat memyebabkan ketidakmampuan
warna dan karakteristik melakukan batuk dan pengeluaran
spuntum/slem spuntum
7. Kolaborasi dalam pemberian Mengurangi edema dan
terapi inhalasi melonggarkan jalan napas.

b. Resiko terjadi tetani berhubungan dengan menurunnya kadar kalsium


Tujuan : tetani tidak terjadi
Criteria hasil :
- Pasien mengatakan tidak mengalami kejang, kram pada tangan
dan jari jari
- Pola pernapasan normal
- Kadar kalsium darah normal

- Kadar hormone paratiroid dalam batas norml Paresthesia

Data yang mungkin muncul

- Kadar kalsium serum rendah


- Adanya riwayat tetani
- Kadar fosfat serum tinggi
- Kadar PTH rendah

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Kaji kembali riwayat adanya tetani Riwayat tetani
memberikan petunjuk
rentannya kejadian
berulang
2. Observasi tanda tanda awal terjadinya Deteksi dini terjadinya
tetani seperti kram, kesemutan tetani
3. Monitor tanda tanda vital Pernapasan cepat dan
kesulitan bernapas dapat
terjadi pada tetani
4. Monitoring kadar kalsium, phosfat dan Kalsium berperan penting
hormone PTH dalam proses terjadinya
tetani
5. Berikan diet kalsium dan rendah phosfat Meningkatkan kadar
kalsium darah
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi : Meningkatkan kadar
- Vitamin D seperti
kalsium daraj
Dihydrotachysterol,
ergocalciferol,
cholecalciferol.
- Tablet oral garam kalsium
seperti calcium gluconate,
aluminum hydroxide gel
atau aluminum carbonate.
7. Siapkan alat alat dalam keadaan stand Hipoparatiroid berisiko
by seperti endotracheal tube, terjadinya spasme laring
laryngoscope, tracheastomy set, obat dan obstruksi jalan napas.
intraena calcium gluconate

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan diagnose dan pengobatan


Tujuan : pasien mengerti tentang diet dan terapi yang diberikan
Criteria hasil :
- Pasien mengatakan tidak mengerti diet dan terapi diberikan
- Pasien kooperatif selama perawatan
- Pasien menunjukan minat untuk belajar
- Pasien tidak tampak adanya kecemasan

Data yang mungkin muncul

- Pasien dan keluarga menanyakan penyakitnya


- Pasien dan keluarga menanyakan tentang perawatan selama
dirumah sakit
- Pasien kurang kooperatif dalam perawatan
- Salah dalam melaksanakan instruksi dari tim kesehatan
- Pasien tampak gelisah, cemas
- Pasien kesulitan tidur.

INTERVENSI KEPERWATAN RASIONAL


1. Tentukan siapa yang akan Pasien, keluarga, orang penting lainnya
menjadi sasaran belajar atau pengasuh. Sasaran penting untuk
menentukan metode dn topic yang akan
dipilih
2. Nilai motivasi dan kemauan Orang dewasa harus melihat kebutuhan
pasien dan pengasuh atau orang atau tujuan untuk belajar, beberapa
tua untuk belajar pasien siap untuk belajar segera setelah
mereka didiagnosis, orang lain mengatasi
lebih baik ddengan menolak atau
menunda kebutuhan untuk belajar.
Belajar juga membutuhkan energy, yang
pasien mungkin tidak siap untuk
digunakan. Pasien juga memiliki hak
untuk menolak layanan pendidikan.
3. Nilai kemampuan untuk belajar Sebagai contoh, mini mental status test
atau melakukan yang dikehendaki dapat digunakan untuk mengidentifikasi
perawatan kesehatan terkait, masalah memori yang akan mengganggu
gangguan kognitif perlu belajar, keterbatasan fisik seperti tuna
diidentifikasikan sehingga rungu atau penglihatan, atau cacat tangan
rencana pengajaran yang sesuai juga bias kompromi untuk belajar dan
dapat dirancang harus dipertimbangkan ketika merancang
pendekatan pendidikan. Pasien dengan
akomodasi lensa menurun mungkin
memerlukan alat bantu pembesar.
4. Identifitas prioritas kebutuhan Orang dewasa belajar materi yang
belajar dalam keseluruhan penting bagi mereka
rencana perawatan
5. Tanyakan pasien tentang Pengalaman hidup orang dewasa
pengalaman pengetahuan sebelum membawa banyak setiap sesi belajar.
Orang dewasa belajar paling baik ketika
mengajar didasarkan pada pengetahuan
sebelumnya atau pengalaman.
6. Identifikasi setiap Ini memberikan titik awal yang penting
kesalahpahaman yang ada tentang dalam pendidikan
bahan yang akan diajarkan
7. Tentukan pengaruh budaya pada Menyediakan iklim penerimaan
pengajaran kesehatan memungkinkan pasien untuk menjadi diri
mereka sendiri dan memegang
kepercayaan mereka sendiri yang sesuai
8. Tentukan gaya belajar pasien, Beberapa orang mungkin lebih suka
terutama jika pasien telah belajar ditulis atas bahan visual, atau mereka
dan mempertahankan informasi mungkin lebih memilih kelompok versus
baru dimasa lalu belajar individu. Pencocokan gaya
pilihan para peserta dengan metode
pendidikan akan memfasilitas
keberhasilan dalam penguasaaan
pengetahuan.
9. Tentukan pasien atau diri pengajar Pencapaian tujuan belajar
untuk belajar dan menerapkan
pengetahuan baru
10. Efektivitas diri mengacu pada Langkah pertama dalam mengajar
keyakinan seseorang dalam mungkin mendorong peningkatan
kemampuan untuk melakukan efektivitas diri dalam kemampuan pelajar
perilaku. untuk mempelajari informasi atau
ketrampilan yang diinginkan.
11. Berikan pendidikan kesehatan Materi mudah dicerna dan dipamai
tentang penyakit pasien, diet dan
obat obatan yang diberikan
dengan bahasa yang mudah
dipamami dan jelas
12. Berikan kesempatan pasien untuk Memperjelas masalah
bertanya hal yang tidak jelas
13. Lakukan evaluai pembelajaran Pasien merasa dihargai dan
dan berikan pujian jika pasien meningkatkan motivasi.
dapat melakukan dengan benar.

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Hormon paratiroid dapat mempengaruhi banyak sistem didalam tubuh
manusia. Efek utama mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat dalam
tubuh. Kelainan hormon paratiroid banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti tumor jinak (adenoma soliter), paratiroid carsinoma, dan
hiperplasia pada sel kelenjar paratiroid yang dapat mengakibatkan
terjadinya hiperparatiroidisme. Hipoparatiroid terjadi apabila kelenjar
paratiroid memproduksi hormon paratiroid lebih sedikit dari biasanya.

2. SARAN
Melihat dari kasus kelainan pada kelenjar paratiroid, maka diharapkan
para tenaga medis dan perawat harus lebih profesional dan
berpengalaman dalam mengkaji seluruh sistem metabolisme yang
mungkin terganggu karena adanya kelainan pada kelenjar paratiroid.
Karena penanganan dan pengkajian yang tepat akan menentukan
penatalaksanaan pengobatan yang cepat dan tepat pula pada kelainan
kelenjar paratiroid.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3.


Jakarta : EGC.

Lewis, Sharon Mantik. (2006). Medical Surgical Nursing : Assessment and


Management of Clinical Problems. Fifth edition. Missouri : Mosby Inc.

Price, Wilson. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi


4. Jakarta : EGC.

Tarwoto. 2012. Keperawatan Medikal Bedah : Gangguan system Endokrin.


Jakarta : Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai