Anda di halaman 1dari 19

BEDAH JANTUNG

Sejarah bedah jantung :


1. 1896 ahli bedah jerman, Ludwig Rehn, menolong korban luka tusuk jantung dan
dilakukan jaitan jantung. (Sjamsuhidayat 1987).
2. 1925 Amerika serikat tindakan perbaikan stenosis katup jantung dan berhasil.
3.   1953 mesin jantung paru sebagai pengganti kerja jantung paru selama
pembedahan.
4.   1967 Indonesia penanganan kasus jantung koroner.
 Iptek timbulkan dampak +/- kes
 Negatif: penyakit akibat kurang gerak.
 Positif membantu pengobatan
 Jantung bekerja seumur hidup dan berhenti berarti mati : jaga dan dipelihara.
 Jantung tak sehat, aktivitas turun dan berhenti.
 Sakit janttung dibedakan bawaan dan dapatan.
b. Indikasi bedah jantung.
Jenis jantung bawaan :
a.  Ductus arteriosus batolli (Pattren ductus
arteriosus) PDA.
b.  Obstruksi (Stenosis katup paru & aorta)
c.       Atrium septal defek.
d.       Ventrikel septal defek
e.       Tetralogi fallot.
f.        Tranpormasi pembuluh darah besar.
Penyebab PJB.
 Sering tak dapat diterangkan penyebabnya.
 Faktor yang mempengaruhi PJB: infeksi virus campak (rubela) pada ibunya,
konsumsi obat, jamu penghambat pertumbuhan, alkohol.
 Keturunan (kelainan genetik).
 Sindroma Down (mongolism).
 Merokok saat hamil (lahir prematur).
Penyakit jantung bawaan dan penanganan medis.
Berdasarkan penampilan fisik pjb dibedakan menjadi:
1. PJB tidak sianosis (tidak biru).
2. PJB sianosis (biru).
Berdasarkan anatomi dapat dibedakan
Stenosis atau penutupn total di katup atau diluar jantung. Penyempitan ini
menimbulkan gangguan aliran darah bahkan sampai berhenti total dan
membebani kerja jantung.

1. Stenosis (penyempitan) katup pulmonal.


Terjadi pembebanan jantung kanan dan dapat menimbulkan kegagalan jantung
kanan. Makna ini bukan jantung gagal berdenyut, tetapi jantung tak mampu
memompa darah sesuai kebutuhan tubuh atau darah balik tak sesuai.
Tanda-tanda:
1. Pembengkaan kelopak mata, tungkai, hati dan penimbunan cairan di rongga perut.
2. Penanganan medis dilakukan pelebaran katup yang menyempit dengan balon (Ballon
pulmonal valvotomy =BPV).

Stenosis katup aorta.


Terjadi pembebanan jantung kiri yang pada akhirnya dapat mengakibatkan
kegagalan jantung kiri yang ditandai dengan:
1. Sesak nafas, batuk kadang-kadang berdahak darah (akibat pecahnya pembuluh
darah halus).

Tindakan medis pada penyakit jantung bawaan.


Pendahuluan.
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan penyakit jantung yang dibawa sejak lahir,
terjadi ketika bayi masih dalam kandungan.
Pada kehamilan akhir minggu ke 7 pembentukan jantung sudah lengkap, jadi
pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan.
 Penyakit jantung bawaan:
1. Atrium septal defek
2. Ventrikel septal defek
3. Stenosis
4. Tetralogo fallot
5. Patern ductus arterisusu dll.

 Penyakit jantung dapatan :


1. Jantung koroner,
2. Demam rematik,
3. MCI (myocardic infark).
4. Cardiopulmonal
 Salah satu tindakannya: bedah jantung
Jenis jantung dapatan
a.      Kelainan katup (indokarditis),
katup mitralis atau katup aorta.
b.      Arterioskerosis (a. koronaria).
c.       Tumor.
d.      Perikarditisinfeksi
e.      Aneurisma dll.

PDA.
1.      Hubungan antara aorta dan arteria pulmonalis yang hanya ada pada janin,
hilang saat lahir, bila hubungan masih ada saat anak, akibatnya darah kaya
O2 di aorta masuk lagi ke arteria pulmonalis kaya CO2 menuju paru.
 Darah aorta ke tubuh berkurang baik volume maupun O2 nya.
 Akibatnya Pasien cyanosis berat atau ringan tergantung besar kecilnya lumen
PDA nya.
Obstruksi (Stenosis katup pulmonaris dan aorta).
 Katup pulmonalis/aorta menyempit saat darah dipompakan ventrikel ke
paru/tubuh darah sulit ngalir akibatnya Stroke volume / COP turun baik ke paru/
tubuh .
 Tubuh kurang darah(O2) Cyanosis atau paru kurang darah ke atrium kiri (turun)
sehingga kemampuan tubuh menurun.
 Akibatnya ventrikel kiri membesar untuk kompensasi kekurangan darah(O2)
dengan menambah frekuensi denyut
 akibatnya myocardium kekurangan O2 dan nutresi.

Atrium septal defek Ada hub atrium d dan s akibat gagal pembentukan sekat
Jenisnya:
1. Defek sinus venopsus dekat vena kava sup
2. Defek foramen ovale harusnya nutup stl lahir
3. Defek septum sekundum.
4. Defek septum Premum dekat sekat antar ventrikel pada bantalan endocard
 Akibatnya darah mengalir sebagian dari kiri ke kanan, tapi bila kebalikannya
keadaan lebih sulit dikatakan kontra indikasi pembedahan.

Ventrikel septal defek


 Hubungan antara ventrikel D/S pada sekat
ventrikel Jenisnya :
 Defek diatas atau dibawah krista supra ventrikularis, daerah katup trikus pidalis
tak banyak timbul gejala, tapi dibawah krita supraventrikularis dapat
menimbulkan gejala Eisenmenger dan dpt merupakan konntra indikasi bedah.
kontra indikasi lain bila hipertensi pulmonal. Pembedahannya menutup defek
sekat ventrikel dengan bedah jantung terbuka. 

Tetralogi fallot
 Gejala klinis bayi biru .
 Ada empat kelainan yaitu:
(1) Defek sekat ventrikel.
(2) Stenosis pulmonal.
(3) Muara aorta tergeserr kekanan.
(4) Hypertropi ventrikel kanan.
(5) Insiden 12% dari kelainan jantung bawaan.
(6) Tindakan pembedahan terbuka dengan koreksi total dapat dilakukan bila umur
penderita dan berat badannya sudah dianggap cukup untuk dapat menerima tindakan
bedah besar.
(7) Memenuhi syarat hukum
(8) Berat badan minimal 5 Kg.
(9) Umur 10 minggu.

Tranpormasi pembuluh darah besar


 Menyebabkansyanosis berat & gagal jantung
 Tertukarnya aorta dan a. pulmonalis.
 Darah dari ventrikel kanan ke aorta dan sebaliknya darah dari ventrikel kiri ke
paru.
 Anak no oksigen kecuali duktus arterisus terbuka (defek atrioventri kularis).
 Tindakan sementara Septostomi buat lobang di sekat atrium dengan balon seharus
nya menukar tempat aorta dengan
 a. pulmonalisnya dengan bedah terbuka.

Jenis kelainan jantung dapatan.


1.      Katup (indokarditis), katup mitralis atau katup aorta terganggu
 Deman rematik (endokarditis reumatik) dapat menimbulkan komplikasi cacat
katup jantung. Cacat biasanya insulfisiensi atau stenosis. Pada stenosis katup
mitralis maupun katup aorta dapat dilakukan bedah terbuka denga tindakan
Komisurotomi bila stenosis murni, atau denga rekuntruksi bentuk lain misalnya
pemasangan katup mekanik yang tahan 8-10 tahun.

Kelainan pembuluuh koroner.(Arterioskerosis a. koronaria).


1.     Penyakit jantung koroner merupakan sindrom yang melanda kehidupan
modern yang penuh stres dan rokok dengan pola makan kaya kolesterol.
Penyempitan arteria koronaria akan menimbulkan iskemia atau Myocard infark
(MCI).
2. Tanda dan gejalanya : Nyeri angina pektoris disertai kelainan gambaran EKG.

Kelainan pembuluuh koroner.(Arterioskerosis a. koronaria).


 Diagnosa yang baik dibantuan angiografi untuk menentukan penyumbatan dan
penyempitan serta fungsi ventrikel kiri untuk menentukan tindakan bedah.
 Pembedahan umumnya berupa bedah pintas koroner dengan menggunakan v.
safena magna, arteria mammaria interna. Hasil bedah ini sangat baik karena bila
dua arteria dibuat pintas diperkirankan mempunyai kemampuan sampai 20 tahun.

Trauma jantung
Trauma jantung dapat berupa taruma tumpul atau tajam, tetapi pada
umumnya berupa tusuk. Keduanya dapat mengakibatkan: memar otot jantung,
Perdarahan ventrikel, MCI atau defek sekat atrium maupu ventrikel. Yang paling
sering kena tusuk ventrkel kanan karena letaknya bagian depan. Luka tusuk perlu
bedah darurat.

Perikarditis infeksi
Akibat perikarditis akan meninggalkan jaringan ikat pada myocad sehingga
kelenturan ventrikel terganggu atau stroke volume dan COP rendah. Tidakan
pembedahan perlu dilakukan untuk memperbaiki ventrikel yang tidak fleksibel.

Aneurisma
Aneurisma Robeknya pembuluh darah aorta sehingga dapat menyumbat aliran
darah.
 Sistem sirkulasi aorta dengan adanya gelembung darah pada lapisan
pembuluh darah, Sehingga perlu pembedahan untuk –perbaikan pembuluh
darah aorta.
Fisioterapi Sebelum operasi (Prae ops)
Problem yang mungkin terjadi
1. Tanda-tanda vital: HR > 80/min, RR> 20/min BP: <80/60 >120/90 mmHg
2.    Gangguan jalan nafas Seperti adanya sputum.
3.    Ventilasi rendah
a.   Bentuk thorak (barel chest, dada burung).
b.  Gerakan nafas (ritmis cepat, tidak ritmis antara cepat dan dalam)
c.   Terbatasnya ROM thorak.
4. Gangguan sirkulasi: Cyanosis saat aktivitas ringan sampai sedang.
5. Sesak nafas (ventilasi rendah )
6. Pengetahuan tentang penyakitnya dan kesehatan kurang.
a. Tidak tahu tentang penyakitnya.
b. Tidak tahu rencana operasinya.
c. Tidak tahu apa yang harus dipersiapkan.
d.Tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah operasi.
7. Ketidak tahuannya timbulkan gangguan psikis.
a.  Cemas/ kawatir operasi berbahaya dan berat.
b.  Tidak nyaman fisik/psikis, gangguan tidur
c. Tidak nyaman karena kematian.
8. Gangguan gerak dan fungsi :
a.Kemampuannya rendah/ cepat lelah/ tidak mampu kerja .
b. Perkembangan anak lamban.
c. Vital sign banyak menyimpang.
d.Ketidak mampuan penyedian oksigen sesuai kebutuhan.

Assesment.
 Anamnesa.
 Jam: Tanggal, bulan th pemeriksaan.
 Identitas Pasien.
 Riwayat keluhan.
 Provokator dan yang mengurangi keluan.
 Lingkungan.
 Sosial
 Pekerjaan.

Examination
1.      Tanda-tanda vital.
a.   HR
1). Palpasi nadi radialis 30 detik X2 atau 60 detik.
2). Auskultasi jantung dengan stetoskop 30 detik x2 (60 detik).
3). Membaca monitor EKG, Puls meter.
4). Membaca kertas EKG Bila kecepatan kertas 25 mm/detik
a). Bila EKG ritmis Hitung jarak R ke R untuk membagi 1500 mm.
b). Bila tidak ritmis Hitung jumlah R sepanjang kertas 150 mm X 10
Yang perlu diperhatikan Ritmis atau tidak. Atau bentuk pernafasan.
a. BP lebih rendah dari 80/60 mmHg atau lebih tinggi 120/90 mmHg.
b. RR > 20/min atau < 10.
Bila dng stetoskope tak dapat didengar enya gunakan Palpasi hasil systole saja.
2.      Gangguan jalan nafas Seperti adanya sputum.
Dengarkan dengan stetoskope daerah mana (segmen) yang ada wizeing.
Perhatikan sputum (lihat makalah PPOM).
3.      Ventilasi rendah
a.      Bentuk thorak (barel chest, dada burung).
b. Gerakan nafas (ritmis cepat, tidak ritmis antara cepat dan dalam)
c.       Terbatasnya ROM thorak.
Lihat makalah PPOM.

4.  Gangguan sirkulasi.
Cyanosis saat aktivitas ringan
sampai sedang.
a.  Inspeksi warna kulit pucat .
b. Periksa hasil Lab : Hb kurang
dari 10, Lihat Analisa gas
darah.
5.      Sesak nafas.
a.      Tanda vital
b.      Gangguan jalan nafas.
c.       Ventilasi rendah.
d.      Gangguan sirkulasi
Analisa gas darah. (Cukup jelas).

6.  Pengetahuan penyakit kurang.


a. Tidak tahu penyakitnya.
minta pasien cerita penyakitnya untuk
diukur pengetahuannya
b.  Rencana operasinya.
c. Apa yg harus dilakukan untuk persiapan
operasi.
d. Yang harus dilakukan setelah operasi.

7. Karena ketidak tahuannya tersebut menimbulkan gangguan psikis.


a.  Cemas/ kawatir operasinya berbahaya dan operasi berat.
b. Tidak nyaman baik fisik atau psikis, kurang tidur atau tidak bisa tidur.
c.  Tidak aman karena tidak tahu di poin 4 merasa deserang penyakit dan
akan segera mati .
Perhatikan foktor-faktor yang mendukung kecemasan, tidak nyaman dan
tidak aman seperti: Gelisah, tidak bisa tidur, mengeluh takut dsb.
Lihat Tingkah laku orang cemas,takut dan gelisah.

8.      Kemampuannya rendah/ cepat lelah/ tidak mampu kerja sedang / berat.
a.      Perkembangan anak lamban.
Periksa tumbuh kembang anak BB/TB sesuai umur.
b. Vital sign tidak normal.
Cukup jelas.
c.  Ketidak mampuan penyedian oksigen sesuai kebutuhan.
Gunakan test 6 menit jalan seperti di PPOM atau Dinamik Endurance test.

Evaluasi (menilai dengan standart normal).


A.     Analisa masalah.
lihat hasil kajian anda dan bandingkan dengan standart normal dimana
ada penyimpangan kumpulkan penyimpangan-penyimpangan itu. Susun
secara sistematis mulai yang vital sampai fungsional.

List of problem.
Susun masalah dan pilih penyebab vital.
Misal problem sesak nafas:
Cari penyebab sesak nafas :
1. jalan nafas tergangggu karena spame bronkus, dahak, jalan nafas tidak
terbuka (posisi kepala)
2. Ventilasi rendah:
a. Pengembangan thorak ( otot, ROM atau nyeri)
b. pleurae terganggu fungsinya.
3. SIRKULASI.
a. Kadar Hb, darah Astrup (PaO2) dan saturasi Kemampuan ikatan darah
terhadap oksigen 100% ?.
b. Fe
c. SGPT, SGOT.
d. Asidosis, alkalosis
e. Tekanan darah.
Diagnosa fisioterapi Contoh
1. HR> 80/min, RR> 32 /min karena kompensasi jaringan kekuranga O2.
2. Sesak nafas , pucat, HR,RR tinggi potensial gagal nafas.
3.  Pengetahuan penyakitnya rendah karena belum pernah tahu dan
mendengar,.
4.  Cemas karena takut operasinya gagal.
5. Kemampuan fisiknya rendah karena jaringan kekurangan oksigen. Dll
TUJUAN.
1.Persiapkan operasi.
a.Meningkatkan kemampuan paru.
Tingkatkan ventilasi, kebersihan jalan nafas, cara batuk efektif, cara nafas
dalam, cara menahan daerah operasi saat bernafas atau batuk agar tidak
sakit.dan manfaat latihan.
b. Peningkatan pengetahuan tentang penyakitnya, singkat operasi, apa
yang harus dilakukan sebelum dan sesudah operasi meningkat.
c.   Kurangi rasa takut, cemas ,
gelisah , tidak nyaman & aman.
d.   Tahu cara = suplai dan diman
e.    Pasien tahu sikap yang baik
untuk mencegah pusture yang
jelek.
Rencana pelaksanaan.
a. Meningkatkan kemampuan paru dengan melatih/ mengajarkan:
1). Pengaturan posisi yang menguntungkan dan efisien.
2). Deep , Pursed lips , lokal , diaprahgmatik breathing.
3). Latihan batuk efektif.
4). Pemberian tahanan saat batuk dan nafas pada daerah operasi.
Dosis.
1. Frekuensi tiap hari.
2. Intensitas HR naik 10-20 dari rest.
3. Time ((Waktu) 5- 15 menit.
4. Tipe : Posisioning, bantuan nafas, latihan aerobik dll.
5. Repetisi: Satuan/min(irama normal).
Repetisi breathing 12-20/menit.
Education.
b.      Edukasi : Tentang penyakit, tehnik operasi, yang harus dilakukan
sebelum /sesudah ops serta yang tidak boleh
c.       Mobilisasi torak : Frekuensi, durasi, intensitas lihat (a).
Ripitasi20-30/min
d.      Suport mental cukup jelas.
e.      Jelaskan cara suplai dan dimanO2
f.      Jelaskan sikap yang baik untuk mencegah posture yang jelek.

Macam bedah jantung.


Pada dasarnya bedah jantung dibedakan dua macam :
A.     Bedah jantung tertutup bila jantung tidak dibuka atau tanpa
menghentikan fungsi jantung dan paru misalnya pada kondisi: PDA,
stenosis aorta..
B.     Bedah jantung terbuka bila perlu menghentikan fungsi jantung dan
paru misal-
Nya pada kasus: Perbaikan septal defek, tetralogi fallot, Koronaria by past.
C.     Bentuk insisi:
          1. Vertikal media sternum .
2. Tranversal setinggi iga 3 –4.
3. Antero lateral/ postero lateral.
D. Kateterisasi.

Problem Post bedah.


1.      Tanda-tanda vital ada perubahan dari normal.
a.      HR > 90/min ( tachicardia, fibrilasi bahkan kardiak arest).
HR< 50 ( bradicardia, kardiak arest).
b.      RR kurang dari 12 atau lebih dari 24 /min.
c.       BP kurang dari 120/90 mmHg bahkan sintole dibawah 60 mm Hg.
d.      Suhu lebih tinggi dari 36,5 derajat C ( demam atau panas).
2.      Luka insisi yang tidak enak ( sakit diam saat bernafas, bergarak).
3.      Adanya alat batu yang membuat tidak nyamam sepert: Sande, tube,
slang oksigen, darinage, alat monitor jantung, alat bantu respirasi dll.

1.      Sputum yang bertambah.


2.      Penurunan fungsi paru dan jantung.
3.      Gerakan nafas dan fungsi nafas.terganggu.
4.      Ventilasi thorak menurun.
5.      Gerakan sendi thorak menurun.
6.      Gelisah,cemas, takut bergerak atau bernafas bebas bahkan merasa
tidak aman.
7.      Pengetahuan latihan yang menurun, yang memperberat dan
memperingan keluan.
8.      Kemampuan aktivitas : Self care, self dreesing, ADL menurun.
9.      Komplikasi : a). Gagal nafas, insulfisiensi
b). cardiac arest
c). Aritmia
d. Infeksi.
e). Gagal ginjal.
f). Penurunan fungsi syaraf.
g). TIA.
h). Emboli paru/ pembuluh darah.
i). Tidak stabilnya tulang sternum.

A.     Pengkajian:
1.      Vital sign Cukup jelas.
2.      Inspeksi : apakah ada perdarahan atau bersih pada penutup luka.
3.      Perhatikan alat-alat : Draenage, Osigenasi( respirator), Monitor EKG berfungsi
dengan baik.
4.      Timbulnya koomplikasi Infeksi, deep vena thrombosis, udem tungkai, cardiac
arest, gagal nafas (demam, bengkak tungkai, Vital sign).
5.      Dahak : Lakukan auskultasi.
Penurunan fungsi paru dan jantung (Vital sign) ritme dan frekuensinya.
Lanjutan :
1.      Penurunan kemamuan berfikir.
2.      Gerakan nafas dan fungsi nafas (lihat di PPOM dan Prae ops).
Terutama lihat hasil analisa gas darah bila ada.
3.      Ventilasi Cukup jelas).
4.      Gerakan sendi thorak sudah jelas.
5.      Psikis cukup jelas.
6.      Kemampuan fungsional Lihat PPOM atau test denga dinamik endurance test.

A.     Perencanaan:
Ft direncanakan untuk empat tahap:
Tahap I. Masa akut hari ke dua sampai 5.
Tahap II. Masa penyembuhan 5 s/d 14 hari.
Tahap III. Masa dirumah 15 – 2 bulan).
Tahap IV. Masa pemeliharaan dan penyesuaian kerja. Setelah 2 bulan.

Dosis
Dosisi latihan.

Prinsip latihan.
1. Tahap I.(masa akute) ICCU (ICU).
a.  Latihan daya tahan jantung paru.
b.  Prinsip latihan progresif.
c. Buat dosis lat & monitor selama latihan.
d. Cukup tidur dan Cermati obat yang menurunkan frekuensi nadi (Beta blok, obat
analgetik.
e. Monitor Vital sign, gejala yang muncul sebelum, selama,sesudah (2min) latihan.
A. Pelaksanaan fisioterapi.
A. Pase I ICCU (ICU). Lihat perencanaan.
1.      Bebaskan jalan nafas.
Bersihkan dari sputum dengan suction atau posisikan semi ektensi dan
rotasi leher, bila mungkin pengasatan dan latihan batuk dengan menahan
daerah sakit. Dilakukan pada hari kedua setelah ops.
2.      Lakukan pasif movemen dari sedi proksimal baru distal dan usahakan banyak
sendi bergerak.
3.      Sedangkan latihan aktif dimulai dari distal baru sendi proksimal. Bila latihan
nafas dari diaprahgmatik breathing baru segmental.
Tujuan :
a. Bebaskan jalan nafas.
b. Mencegah komplikasi: infeksi, Deep vena trombosis, cardiac arest, atau gagal
nafas
c. Menyesuaikan aktivitas dengan kemampuan fungsi paru dan jantung.
d. Mengingatkan cara yang telah diajarkan sebelum operasi.
e.  Melatih mobilisasi dan ambulasi sampai mampu berdiri.
f.   Edukasi.

Pelaksanaan fisioterapi.
A. Pase I ICCU (ICU). Lihat perencanaan.
1.Bebaskan jalan nafas.
Bersihkan dari sputum dengan suction atau posisikan semi ektensi dan rotasi
leher, bila mungkin pengasatan dan latihan batuk dengan menahan daerah
sakit. Dilakukan pada hari kedua setelah ops.
2.Lakukan pasif movemen dari sedi proksimal baru distal dan usahakan banyak
sendi bergerak.
3.Sedangkan latihan aktif dimulai dari distal baru sendi proksimal. Bila latihan
nafas dari diaprahgmatik breathing baru segmental.
4. Menyesuaikan aktivitas dengan kemampuan fungsi paru dan jantung.
Bila diberikan latihan breathing nadi naik tidak lebih 20 dari nadi awal pada
hari ke dua sudah boleh duduk, lakukan gerak dinamik dan mulai dari distal
menuju pproksimal dengan metode 10 macam gerakan masing-masing lima
gerakan.
Latihan dihentikan apabila:
1). Ada aritmia lebih dari 6 x /min.
2). Tanda vital mencapai target.
3). Ada keluhan didukung tanda vital.

5. Melatih mobilisasi : Pada hari ke 3 sudah boleh dudu bahkan bila target belum
ada gangguan sudah boleh berdiri dengan bantuan.
6.Berikan bantuan suport agar pasien perjaya diri, tampa mengabaikan keluan
sakit.
7. Edukasi tentang yang yang memperingan dan memperberat kondisinya.

Phase II.
1.  Bentuk pada Phase I dapat dipakai, perhatikan.
2.  Tingkatkan ke phase II secara progresif dengan dosis phase II.
3.   Modivikasi bentuk latihan misalnya latihan deep breathing dengan jumlah
latihan nafas ditambah atau ripitasi latihan lebih sedikit atau lebih dalam
dengan ekspirasi lebih lama.
4.   Jumlah gerakan sendi ditingkatkan dan perhatikan prinsif bernafas jangan
menimbulkan latihan dengan menahan nafas. Pada prinsipnya semua gerakan
yang menimbulkan kompresi thorak disertai ekspirasi dan gerakan yang
mingkatkan ventilasi disertai inspirasi. Contoh:
a.   Pasien tidur terlentang gerak pasif abd bahu disertai inspirasi dan saat ADD
disertai
ekspirasi.
b.  Saat fleksi sendi bahu inspirasi dan saat ektensi ekspirasi.
c.    Saat hip fleksi, knee fleksi ekspirasi dan saat ektensi inspirasi.
5.      Hindarkan kontraksi isometrik dan tahan nafas.
6.      Pasien boleh pulang bila dengan latihan 5-10 menit mampu menaikna nadi
sampai 110-120 / min tampa menimbulkan keluhan.
7.      Pasien boleh hubungan suami istri bila pasien sudah mampu latihan 10 menit
nadi mencapai 120 /min tanpa menimbulkan keluhan.
8.      Anjuran dalam melakukan hubungan sedapat mungkin hemat energi atau
dilarang melawan gerak gravitasi {gerak dibidang hori zontal (nilai otot
2).atau diam}.
9.      Anjurkan datang ke fisioterap 3-5 kali seminggu selama istirahat dirumah.
10.      Hubungi fisioterapi atau bagian bedah sewaktu-waktu ada keluan yang tidak
lazim.
Sebelum pulang lakukan test kemampuan fungsional (toleransi test)

Phase III
1.      Latihan di klinik 3 x seminggu untuk latihan bersama, sesama kundisi bedah
jantung untuk lebih percaya diri.
2.      Didik untuk dapat memahami latihan dengan benar dan dilakukan dengan
baik.
3.      Latihan disesuaikan dengan aktivitas kerjanya dan dosis latihan lihat kolom
diatas serta. Hindarkan faktor pemberat dan lakukan yang memperbaiki
kondisi fisik dengan teratur dan terukur.
4.      Atur jadwal latian dan anjurkan masuk kelompok senam jantung.datang.
5.      Didik latihan aerobik yang benar, teratur, terukur.
6.      Hindarkan emosional pengin cepat kuat kembali dengan latihan over dosis,
bahaya lebih besar dan sangat fatal.

Phase IV
1. Phse setelah dua bulan dirumah atau masa pemeliharaan.
2. Dalam kelompok ini dibedakan tiga tahap terutama bedah jantung koroner,
karena untuk
3. bedah jantung bawaan biasanya anak berkembang sesuai pertumbuhanya.
4. Kelompok I. Kelompok kemampuannya baik dan memeng sudah terlatih..
5. Kelompok II. Kelompok kemapuan sedang karena baru pulang rawat.
6. Kelompok III. Kelompok kurang baik , karena kemappuannya menurun oleh usia
atau
7. faktor lain.
8. Latihan senam aerobik, permainan, renang, atau rekreasi.
9. Dosis latihan lihat kolom diatas.
10. Latihan harus memegang prinsip latihan : ada pemanasan, latihan inti dan
pendinginan.

Rumus tes 6 menit jalan


(0,06Xjarak tempuh(meter)-(0,104 X Usia(th) +(0,052X Berat Badan(kg) + 2,9 : 3,5 =
0,06 jarak tempuh – 0,104 usia +0,052 BB +2,9 : 3,5 = mets.
Contoh: Tuan A.
Umur :61 th, B B :71,5 Kg, TB: 170 Cm
Jarak tempuh selama 6 menit= 523 m
(0,06x523)-(0,104x61)+(0,052X71,5)+2,9 = 9,04 Mets.
3,5

Anda mungkin juga menyukai