Penurunan toleransi aktifitas fisik Bayi tidak mampu menghisap susu dengan baik,
antara lain terlihat capai, nafas memburu dan berkeringat saat mengisap susu sehingga
sering berhenti-henti menghisap. Pada anak yang lebih besar terlihat cepat capai atau
sesak nafas bila bermain, berlari atau berjalan agak jauh.
Infeksi saluran pernafasan berulang Sering sakit infeksi paru akibat aliran darah keparu
yang berlebihan pada jenis PJB tertentu dan daya tahan tubuh yang rendah akibat asupan
susu dan makanan yang tidak adekwat.
Gagal tumbuh kembang
Pertambahan berat badan lambat atau tidak ada sama sekali akibat asupan susu atau
makanan yang tidak adekwat dan kerja jantung yang meningkat. Riwayat
perkembangannya juga lambat dibandingkan dengan anak pada umumnya.
Biru pada bibir dan kuku jari tangan dan kaki.
Biru terlihat dibibir dan kuku jari tangan dan kaki yang menetap sejak lahir atau sejak
usia bayi dan mungkin akan bertambah berat secara progresif dengan bertambahnya
usia. Biru akan terlihat makin nyata saat menangis atau melakukan aktivitas fisik. Anak
terlihat cepat capai dan nafas memburu saat berjalan agak jauh sehingga harus jongkok
istirahat beberapa saaseusianya.
C. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab PJB tidak diketahui. berbagai jenis obat,
penyakit ibu, terpapar terhadap sinar Rontgen, diduga merupakan penyebab eksogen
penyakit jantung bawaan. Penyakit rubela yang diderita ibu pada awal kehamilan dapat
menyebabkan PJB pada bayi. Di samping faktor eksogen terdapat pula faktor endogen yang
berhubungan dengan kejadian PJB. Berbagai jenis penyakit genetik dan sindrom tertentu
erat berkaitan dengan kejadian PJB seperti sindrom Down, Turner, dan lain-lain.
D. Patofisiologi
Penyakit jantung bawaan dengan proses perkembangan jantung sejak masa embrio.
Penyakit jantung bawaan sianotik terjadi bila terdapat hubungan pirau sehingga darah
mengalir dari bilik jantung bawaan asianotik, hubungan pirau terjadi dari kiri ke kanan.
E. Embriologi Jantung
Perkembangan embriologi kardiovaskular dimulai dengan migrasi sel-sel progenitor
jantung di epiblast. Sel-sel progenitor ini akan berkembang menjadi mioblas jantung. Pada
bagian dalam lapisan splanknikus yang sama dari mesoderm, terdapat "pulau darah" yang
akan mengalami vaskulogenesis untuk membentuk struktur vaskular.
Penggabungan pulau darah akan membentuk area yang dikenal sebagai bidang
kardiogenik. Bidang kardiogenik awalnya berbentuk tapal kuda dan dikelilingi oleh mioblas
jantung lalu akan berkembang menjadi ventrikel primitif. Bidang kardiogenik kemudian
mengalami rotasi sefalokaudal dan membentuk tabung jantung primitif yang bersambung
dengan struktur vaskular.
F. Patofisiologi Penyakit Jantung Bawaan Sesuai Klasifikasinya
Secara umum, penyakit jantung bawaan dibagi menjadi penyakit jantung asianotik
dan sianotik. Namun, berdasarkan pedoman American Heart Association, penyakit jantung
bawaan juga bisa diklasifikasikan menjadi lesi pirau, lesi obstruktif sisi kiri, lesi sisi kanan,
dan lesi kompleks.
1. Lesi Pirau
Pada penyakit jantung bawaan dengan pirau dari bilik kiri ke kanan,
tidak terjadi gangguan saturasi oksigen yang dialirkan ke sirkulasi sehingga
pasien asianotik. Sementara itu, pada penyakit jantung bawaan dengan pirau
dari bilik kanan ke kiri, terjadi gangguan saturasi oksigen sehingga pasien
mengalami sianosis. Lesi pirau dapat meliputi:
ASD (atrial septal defect) di mana terdapat defek septum atrium sehingga
terjadi pirau dari kiri ke kanan
VSD (ventricular septal defect) di mana septum ventrikel mengalami defek
AVSD (atrioventricular septal defect) parsial atau komplit
PDA (patent ductus arteriosus) di mana duktus arteriosus tidak menutup
sehingga sebagian darah dari ventrikel kanan dan dari aorta bercampur[1]
2. Lesi Obstruktif Sisi Kiri
Lesi obstruktif sisi kiri dapat berupa stenosis mitral kongenital,
stenosis aorta, atau koarktasio aorta. Stenosis aorta sendiri dapat berupa
stenosis pada katup aorta maupun pada bagian superior dari katup aorta.[1]
3. Lesi Sisi Kanan
Lesi sisi kanan dapat berupa tetralogi Fallot, stenosis pulmonal,
maupun anomali Ebstein. Tetralogi Fallot merupakan gabungan empat
kondisi, yaitu VSD yang lebar, obstruksi output ventrikel kanan yang
biasanya disebabkan oleh stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi
ventrikel kanan. Sementara itu, anomali Ebstein merupakan malformasi
katup trikuspid dan ventrikel kanan, yang umumnya terjadi bersamaan
dengan ASD, VSD, dan stenosis pulmonal.[1]
4. Lesi Kompleks
Lesi kompleks pada penyakit jantung bawaan dapat meliputi:
TGA (transposition of great arteries) di mana aorta muncul dari ventrikel
kanan dan arteri pulmonal muncul dari ventrikel kiri, serta sering disertai
dengan PDA ,PTA (persistent truncus arteriosus). Kondisi hypoplastic left
heart yang biasanya disertai atresia mitral dan aliran darah ke aorta dari arteri
pulmonal melalui duktus arteriosus. Anomali arteri koroner yang dapat
terjadi pada left main coronary artery dari arteri pulmonal, left main coronary
artery dari sinus Valsalva kanan, dan right main coronary artery dari sinus
Valsalva kiri.
G. Penatalaksanaan CHD
1) Penatalaksanaan klinis
a. Berobat Jalan
Pasien dengan penyakit jantung bawaan yang memiliki tanda vital stabil, defek
minimal, dan tidak memiliki komplikasi bisa berobat jalan. Namun, harus diingat bahwa
penatalaksanaan utama penyakit jantung bawaan adalah tetap tata laksana korektif.
b. Persiapan Rujukan
Pasien dengan penyakit jantung bawaan harus dirujuk ke ahli kardiologi atau ahli
bedah jantung untuk tindakan korektif maupun paliatif. Prinsip penanganan penyakit
jantung bawaan adalah intervensi sedini mungkin.
c. Medikamentosa
Penatalaksanaan medikamentosa pada penyakit jantung bawaan umumnya
bersifat sekunder untuk komplikasi dari penyakit jantungnya sendiri atau akibat kelainan
lain yang menyertai. Dalam hal ini, terapi medikamentosa diberikan untuk meringankan
gejala dan mempersiapkan operasi.
2) Penatalaksanaan lanjutan
a. Ekokardiografi (USG jantung) :untuk melihat anatomi dan kelainan yang ada pada
rongga dan dinding serambi serta bilik jantung, sekat serambi dan bilik jantung,
katup-katup jantung, dan pembuluh darah baik yang masuk kedalam jantung
maupun yang keluardari jantung.Adanya lubang pada sekat jantung atau
penyempitan dan kebocoran katup dapat terdeteksi dengan jelas.
b. Test Treadmill (uji latih jantung dengan beban) : bejalan di ban berjalan yang diberi
beban untuk menilai secara obyektif kemampuan fisik, ada tidaknya gangguan pada
otot jantung dan ada tidaknya gangguan irama jantung yang timbul saat aktivitas
fisik.
c. Multi-sliced Computed Tomography (MSCT) scan jantung dan
pembuluh darah : untuk melihat kelainan jantung yang tidak tervisualisasi dengan
pemeriksaan ekokardiografi
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI) : pemeriksaan tanpa paparan radiasi untuk
melihat atau menilai anatomi jantung dan fungsi pompa jantung.
e. Kateterisasi jantung dan angiografi: merupakan pemeriksaan invasif dengan cara
memasukan kateter kedalam jantung dan pembuluh darah untuk melengkapi
diagnosis yang tidak atau belum terdeteksi oleh pemeriksaan-pemeriksaan diatas,
mengukur tekanan dalam rongga-rongga jantung dan pembuluh darah serta
mengukur tahanan pembuluh darah paru. Juga dilakukan saat akan dilakukan
tindakan non bedah, misalnya penutupan lubang di sekat jantung.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Ekokardiografi
Pemeriksaan dasar :
Retensi Na&H2O
Peningkatan TD vasokontraksi
Perifer