Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER : ATRIAL SEPTAL DEFEK


(ASD)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners Stase
GADAR Kritis (CVCU)

Disusun Oleh :

Erat Sumarni

J.0105.22.061

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER : ATRIAL SEPTAL DEFEK
(ASD)

1. DEFINISI
Atrial septal defect ( ASD) merupakan kebocoran pada septum atrium
ataud i n d i n g y a n g m e m b a t a s i a n t a r a a t r i u m k a n a n d a n k i r i . D e f e k
i n i a k a n menyebabkan pirau dari kiri ke kanan karena tekanan di atrium kiri
lebih besardaripada atrium kanan. Hal ini menyebabkan kelebihan volume pada
ventrikelkanan, sehingga ventrikel kanan dan atrium terdilatasi dan
hipertrofi serta arteri pulmonal juga ikut terdilatasi (putra, 2016).
Atrial septal defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek)
pada septum interatrial yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial
semasa janin.

Gambar 1.1 Jantung dengan kelainan ASD

2. ETIOLOGI
Kelainan jantung ASD merupakan penyakit congenital yang penyebabnya tidak
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai
pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD. Adapun faktor yang
mempengaruhi yaitu :
a. Faktor prenatal
Ibu menderita infeksi rubella, Ibu alkoholis, Umur ibu pada saat kehamilan
> 40 tahun, Ibu dengan IDDM, Ibu meminum obat-obatan penenang atau
jamu saat kehamilan.
b. Faktor Genetik
Anak yang lahir sebelumnya menderita Penyakit Jantung Bawaan, Ayah dan
Ibu menderita Penyakit Jantung Bawaan , Kelainan kromosom (down
syndrome), Lahir dengan kelainan bawaan lain.

3. PATOFISIOLOGI (PATHWAY)
Pada ASD, aliran darah yang berada di atrium sinistra bocor ke atrium dextra
karena ada defect di septum interatrial nya yang disebabkan oleh gagalnya
menutup sebuah septum maupun karena adanya gangguan pertumbuhan. Karena
tekanan di ventrikel sinistra yang notabene memompa darah ke seluruh tubuh
lebih besar maka darah dari atrium dextra tidak dapat masuk ke atrium sinistra
sehingga dapat dikatakan darah jalan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah ( dari
atrium sinistra ke atrium dextra). Karen adanya penambahan beban yang terus
menerus pada arteri pulmonalis, maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan
tekanan ventrikel kanan yang permanen. Di atrium dextra dan ventrikel dextra
terjadi oveload darah yang mengakibatkan hipertropi atrium dan ventrikel dextra.
Arah shunt pun bisa berubah dari kanan ke kiri sehingga sirkulasi darah sistemik
banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan
sianosis, Darah kemudian masuk ke arteri pulmonalis melalui katup pulmonal,
yang otomatis terlalu sempit untuk jalan darah yang begitu banyak. Hal ini disebut
stenosis pulmonal relative. Akibatnya arteri pulmonalis menjadi dilatasi.
Selanjutnya terjadi turbulensi disana yang menyebabkan terjadinya bunyi
murmur systole.
PATHWAY
4. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala (asimptomatik) pada
masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi gagal
jantung di tahun pertama kehidupan pada sekitar 5% penderita. Kejadian gagal
jantung meningkat pada dekade ke-4 dan ke-5, dengan disertai adanya
gangguan aktivitas listrik jantung( aritmia).
Gejala yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi
saluran nafas bagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluhan batuk dan
panas hilang timbul ( tanpa pilek). Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD
besar) dapat berupa sesak napas, kesulitan menyusu, gagal tumbuh kembang
pada bayi atau cepat capek saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar.
Selanjutnya dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti
elektro-kardiografi (EKG), rontgent dada dan echo-cardiografi, diagnosis ASD
dapat ditegakkan.
Gejalanya bisa berupa:
a. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
b. Dispneu (kesulitan dalam bernafas)
c. Sesak nafas ketika melakukan aktivitas
d. Jantung berdebar-debar (palpitasi)
Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang, mungkin sama sekali tidak
ditemukan gejala atau gejalanya baru timbul pada usia pertengahan.

5. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi lubang, diklasifikasikan dalam 3 tipe Yaitu :
a. ASD sekundum, bila lubang terletak pada daerah fosa ovalis (letak lubang
dibagian tengah septum).
b. ASD primum, bila lubang terletak di daerah ostium primum ( letak lubang
dibagian bawah septum), yang mana ini termasuk salah satu bentuk Atrio
Ventricular Septal Defeck (AVSD)
c. Sinus Venosus Defect (SVD) bila lubang terletak di daerah sinus venosus
dekat muara vena kava superior dan atrium kanan.

5
6. PENGKAJIAN

a. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, umur, agam, suku, No. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, Diagnosa medis, alamat, penanggung jawab klien.
b. Keluhan utama
Pada umum nya klien mengeluh sesak nafas , gelisah dan merasa cepat lelah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada pasien ASD, biasa nya akan diawali dengan tanda-tanda dispneu, sesak
nafas, berkeringat, dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung
pada derajat dari defek yang terjadi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
 Prenatal history : diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu
(infeksi virus rubela) adanya riwayat penggunaan alkoholdan obat-obatan
serta penyakit DM pada ibu.
 Intranatal : riwayat kehamilan biasanya normal dan di induksi.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang
sama. ASD muncul karena adanya faktor genetik. Adanya penyakit kelainan
jantung bawaan.
f. Riwayat pengobatan
Mengkaji riwayat pengobatan apabila pernah mengalami sakit sebelumnya.
g. Riwayat alergi
Apakah terdapat riwayat alergi dalam keluarga.
h. Riwayat pembedahan
Mengkaji klien pernah melakukan proses pembedahan atau tidak.
i. Riwayat Psikososial
Biasanya sering timbul kecemasan, cepat lelah jika melakukan aktfitas, dan
perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-masalah psikologis
yang timbul akibat proses dan efek penyakit yang menyertainya.
j. Aktivitas atau mobilitas fisik
Mengalami kelemahan fisik, letih dan lelah
k. Keadaan nutrisi
Terkadang mengalami anoreksia, mual dan muntah.
6
l. Istirahat Tidur
Mengalami gangguan tidur karena sesak.

7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap
jantung, meliputi :
 Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada
 Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang
Abnormal. Bisa terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah yang
melalui katup pulmonalis
 Tanda-tanda gagal jantung : Jika shuntnya besar, murmur juga bisa
terdengar akibat peningkatan aliran darah yang mengalir melalui katup
trikuspidalis
b. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
c. Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi
 Inspeksi
 Status nutrisi : Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang
buruk berhubungan dengan penyakit jantung.
 Warna : Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung
kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang sering
menyertai penyakit jantung.
 Deformitas dada : Pembesaran jantung terkadang mengubah
konfigurasi dada.
 Pulsasi tidak umum : Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
 Ekskursi pernapasan– Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea,
dispnea, adanya dengkur ekspirasi).
 Jari tubuh : Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung
kongenital.
 Perilaku : Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri
khas dari beberapa jenis penyakit jantung.
 Palpasi dan perkusi
 Dada : Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan
karakteristik lain (seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan pemeriksaan
saat palpasi)
 Abdomen : Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat
7
 Nadi perifer : Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan)
dapat menunjukkan ketidaksesuaian.
 Auskultasi
 Jantung : Mendeteksi adanya murmur jantung
 Frekwensi dan irama jantung : Menunjukkan deviasi bunyi dan
intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek jantung.
 Paru-paru : Menunjukkan ronki kering kasar, mengi.
 Tekanan darah : Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung
(mis; ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan bawah)
 Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya : EKG,
radiografi, echokardiografi, fluoroskopi, ultrasonografi, angiografi,
analisis darah (jumlah darah, haemoglobin, volume sel darah, gas
darah), kateterisasi jantung.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan radiologi
 Rontgen dada
Kardiomegali akibat pembesaran atrium dan ventrikel kanan, Penonjolan
segmen pulmonal, Gambaran vaskularisasi paru yang plethora,
Gambaran vaskuler paru yang berkurang didaerah tepi pada Hipertensi
Pulmonal yang sudah terjadi penyakit vaskuler paru (PVP)
 Ekokardiografi
Deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada
ASD Secundum, RBBB, RVH. EKG menunjukkan adanya fibrilasi
atrium atau pembesaran atrium kanan.
 Kateterisasi jantung
Kateterisasi dilakukan untuk melihat tekanan pada masing-masing ruang
jantung. Bila terdapat hipertensi pulmonal pada keteterisasi jantung
terdapat peningkatan saturasi O2 di atrium kanan dengan peningkatan
ringan tekanan ventrikel kanan dan kiri.
 Angiografi koroner (untuk penderita diatas 35 tahun)
 TEE (Trans Esophageal Echocardiography)

8
9. PENATALAKSANAAN KLINIS
Menutup ASD pada masa kanak-kanak bisa mencegah terjadinya kelainan yang
serius di kemudian hari. Jika gejalanya ringan atau tidak ada gejala, tidak perlu
dilakukan pengobatan. Jika lubangnya besar atau terdapat gejala, dilakukan
pembedahan untuk menutup ASD.
Seluruh penderita dengan ASD harus menjalani tindakan penutupan pada defek
tersebut, karena ASD tidak dapat menutup secara spontan, dan bila tidak ditutup
akan menimbulkan berbagai penyulit di masa dewasa. Namun kapan terapi dan
tindakan perlu dilakukan sangat tergantung pada besar kecilnya aliran darah
(pirau) dan ada tidaknya gagal jantung kongestif, peningkatan tekanan pembuluh
darah paru (hipertensi pulmonal) serta penyulit lain.
a. Terapi Bedah
Bila tidak ada tanda-tanda hipertensi pulmonal operasi closure ASD dilakukan
secara elektif, pada anak dianjurkan usia pra sekolah. ASD closure adalah
penutupan dengan dakron pacth pada lubang defek Atrium. Bila pada
pemeriksaan echokardiografi lubang ASD sudah cukup jelas dengan flow rasio
lebih dari 1,5 mm, maka penutupan operasi ASD closure. Operasi dapat
dilakukan tanpa pemeriksaan sadap jantung (kateterisasi jantung). Komplikasi
yang terjadi pada pasien post operasi yaitu perdarahan, tamponade jantung,
hemolisis, kegagalan pernafasan, gangguan irama jantung, henti jantung, curah
jantung rendah, kegagalan ginjal, infeksi luka, sepsis, gangguan neorologi dll.

b. Terapi Intervensi Non Bedah


ASO adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe sekundum
secara non bedah yang dipasang melalui kateter secara perkutaneus lewat
pembuluh darah di lipat paha (arteri femoralis). Alat ini terdiri dari 2 buah
cakram yang dihubungkan dengan pinggang pendek dan terbuat dari anyaman
kawat Nitinol yang dapat teregang menyesuaikan diri dengan ukuran ASD. Di
dalamnya ada patch dan benang polyester yang dapat merangsang trombosis
sehingga lubang/komunikasi antara atrium kiri dan kanan akan tertutup
sempurna. Kriteria penderita ASD yang akan dilakukan pemasangan ASO :
 ASD sekundum
 Diameter kurang atau sama dengan 34 mm
 Flow ratio lebih atau sama dengan 1,5 atau terdapat tanda-tanda beban
volume pada ventrikel kanan

9
 Mempunyai rim minimal 5 mm dari sinus koronarius, katup atrio-
ventrikular, katup aorta dan vena pulmonalis kanan
 Defek tunggal dan tanpa kelainan jantung lainnya yang memerlukan
intervensi bedah
 Muara vena pulmonalis normal ke atrium kiri
 Hipertensi pulmonal dengan resistensi vaskuler paru (Pulmonary Artery
Resistance Index = PARi) kurang dari 7 - 8 U.m 2
 Bila ada gagal jantung, fungsi ventrikel (EF) harus lebih dari 30%.

10. ANALISA DATA


Masalah
NO Data Senjang Etiologi
Keperawatan
1. DS : ASD Penurunan
1. Perubahan irama jantung Curah Jantung
(palpitasi) Tekanan Atrium
2. Perubahan preload (Lelah) Dextra Sinistra >
3. Perubahan afterload tekanan atrium
(Dipsneu) dextra
4. Perubahan kontraktilitas
(PND, ortopneu, batuk) Aliran darah dari
DO : atrial sinistra ke
1. Perubahan irama jantung : atrial dextra
 Bradikardi/ takikardi
 Gambaran EKG aritmia Volume atrium
atau gangguan sinistra menurun
konduksi
2. Perubahan preload : Volume sekuncup
 Edema menurun
 Distensi vena jugularis
 Central venous pressure Penurunan
meningkat atau Curah Jantung
menurun
 Hepatomegali
3. Perubahan afterload :
 Tekanan darah
meningkat atau
menurun
 Nadi perifer teraba
lemah
 CRT > 3 detik
 Oliguria
 Warna kulit pucat dan
atau sianosis
10
4. Perubahan kontraktilitas :
 Terdengar suara
jantung S3 dan atau S4
 Ejection fraction (EF)
menurun
2. DS : ASD Gangguan
1. Dispneu Pertukaran Gas
2. Pusing Tekanan Atrium
3. Penglihatan kabur Dextra Sinistra >
DO : tekanan atrium
1. PCO2 meningkat dextra
/menurun
2. PO2 menurun Aliran darah dari
3. Takikardia atrial sinistra ke
4. pH arteri meningkat/ atrial dextra
menurun
5. Bunyi nafas tambahan Volume atrium
6. Sianosis dextra meningkat
7. Diaforesis
8. Gelisah Volume ventrikel
9. Nafas cuping hidung dextra meningkat
10. Pola nafas abnormal
(reguler/ireguler, Peningkatan
dalam/dangkal) aliran darah
11. Warna kulit pulmonal
abnormal(pucat, kebiruan)
12. kesadaran menurun Edema paru

Volume paru
menurun

Gangguan
Pertukaran Gas

3. DS : ASD Intoleransi
1. Mengeluh lelah aktivitas
2. Dipsneu saat/ setelah Tekanan Atrium
aktivitas Dextra Sinistra >
3. Merasa tidak nyaman tekanan atrium
setelah beraktivitas dextra
4. Merasa lemah
Aliran darah dari
DO : atrial sinistra ke
1. Frekuensi jantung atrial dextra
meningkat > 20% dari
kondisi istirahat Volume atrium
11
2. Tekanan darah berubah > sinistra menurun
20 % dari kondisi istirahat
3. Gambaran EKG Volume sekuncup
menunjukan aritmia saat/ menurun
setelah aktivitas
4. Gambaran EKG Suplai oksigen
menunjukan iskhemia menurun
5. Sianosis
Hipoksia jaringan

Lemah, letih,
lemas

Intoleransi
aktivitas

4. DS : - ASD Gangguan
DO : Pertumbuhan
1. Tidak mampu melaukan Tekanan Atrium dan
keterampilan atau perilaku Dextra Sinistra > Perkembangan
khas sesuai usia (fisik, tekanan atrium
bahasa, motorik, dextra
psikososial)
2. Pertumbuhan fisik Aliran darah dari
terganggu atrial sinistra ke
3. Tidak mampu melakukan atrial dextra
perawatan diri sesuai usia
4. Afek datar Volume atrium
5. Respon sosial lambat sinistra menurun
6. Kontak mata terbatas
7. Nafsu makan menurun Volume sekuncup
8. Lesu menurun
9. Mudah marah
10. Regresi Penurunan Curah
11. Pola tidur terganggu Jantung

Suplai oksigen
dan nutrisi ke
jaringan menurun

Gangguan
Pertumbuhan
dan
Perkembangan

12
11. DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS
Diagnosa keperawatan pada pasien Atrial Septal Defect yaitu :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama,
konduksi jantung, menurunnya preload
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan volume paru menurun
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan hipoksia jaringan
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuat nya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan

13
12. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatan (SIKI) Rasional
hasil (SLKI)
1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Perawatan Jantung Perawatan Jantung
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi Observasi
perubahan dalam rate, selama 3x 24 jam maka 1. Identifikasi tanda primer penurunan 1. Mengetahui adanya indikasi
irama, konduksi jantung, curah jantung meningkat curah jantung terjadinya penurunan pada
menurunnya preload dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi tanda /gejala sekunder curah jantung
1. Palpitasi menurun 2. Mengetahui adanya indikasi
DS : penurunan curah jantung (meliputi
2. Bradikardi dan yang menyebabkan
1. Perubahan irama takikardia menurun peningkatan berat badan,
penurunan curah jantung
jantung (palpitasi) 3. Dispneu menurun hepatomegali distensi vena jugularis,
3. Mengontrol Tekanan Darah
2. Perubahan preload 4. Lelah menurun palpitasi, ronkhi basah, oliguria, klien
(Lelah) 5. CRT membaik batuk, kulit pucat)
3. Perubahan afterload 4. Mengontrol asupan cairan
3. Monitor tekanan darah (termasuk intake dan output dalam
(Dipsneu)
tekanan darah ortostatik, jika perlu) perharinya
4. Perubahan kontraktilitas
(PND, ortopneu, batuk) 4. Monitor intake dan output cairan
DO : Terapeutik
Terapeutik 1. Memberikan kenyamanan
1. Perubahan irama jantung
: 1. Posisikan pasien semi-fowler atau pada klien
 Bradikardi/ takikardi fowler dengan kaki kebawah atau 2. Mengontrol asupan
 Gambaran EKG posisi nyaman makanan klien agar tidak
aritmia atau 2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. memperparah kondisi
gangguan konduksi Batasi asupan kafein, natrium, 3. Tidak memperparah kondisi
klien
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
2. Perubahan preload : 4. Agar pasien dan keluarga
3. Gunakan stocking elastis atau
 Edema mampu untuk memodifikasi

14
 Distensi vena pneumatik intermiten, sesuai indikasi hidup sehat untuk kesehatan
jugularis 4. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk jantung dan tidak
 Central venous modifikasi hidup sehat menurunkannya pada
pressure meningkat generasi selanjutnya
atau menurun Edukasi : -
 Hepatomegali Edukasi : -
3. Perubahan afterload : Kolaborasi
 Tekanan darah 1. Kolaborasi pemberian anti aritmia, jika Kolaborasi
meningkat atau perlu 1. Memberikan obat penanganan
menurun 2. Program rehabilitasi jantung antiaritmia
 Nadi perifer teraba 2. Mengontrol perawatan jantung
lemah Intervensi Pendukung: klien
 CRT > 3 detik Code manajemen, Insersi intravena,
 Oliguria Manajemen aritmia, Manajemen cairan,
 Warna kulit pucat Manajemen elektrolit
dan atau sianosis
4. Perubahan
kontraktilitas :
 Terdengar suara
jantung S3 dan atau
S4
 Ejection fraction
(EF) menurun

2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi Pemantauan Respirasi


berhubungan dengan tindakan keperawatan
volume paru menurun selama 3x 24 jam maka Observasi
DS : pertukaran gas meningkat 1. Untuk mengetahui adanya
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman perubahan pola nafas

15
1. Dispneu dengan kriteria hasil : dan upaya napas 2. Untuk mencegah adanya
2. Pusing 1. Tingkat kedasaran 2. Monitor pola napas (seperti bradypnea, sumbatan jalan nafas
3. Penglihatan kabur meningkat takipnea, hiperventilasi, kussmaul, 3. Mengetahui adanya tambahan
DO : 2. Dispneu menurun Cheyne-stokes, biot, ataksik) bunyi nafas
3. Pusing menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif 4. Agar kebutuhan okdigen
1. PCO2 meningkat
4. Penglihatan kabur 4. Monitor adanya produksi sputum terpenuhi
/menurun menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas 5. Hasil analisa gas darah
2. PO2 menurun 5. Gelisah menurun 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru terpantau
3. Takikardia 6. Nafas cuping hidung 7. Auskultasi bunyi napas 6. Untuk mengetahui ada nya
4. pH arteri meningkat/ menurun 8. Monitor saturasi oksigen perubahan respirasi sesuai
menurun 7. sianosis membaik 9. Monitor nilai analisa gas darah kondisi pasien
5. Bunyi nafas tambahan 8. Pola nafas membaik 10. Monitor hasil x-ray thoraks
6. Sianosis Terapeutik
7. Diaforesis
8. Gelisah 1. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
9. Nafas cuping hidung
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
10. Pola nafas abnormal
(reguler/ireguler, Edukasi
dalam/dangkal)
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
11. Warna kulit pemantauan
abnormal(pucat, 2. Informasikan hasil pemantauan, jika
kebiruan) perlu.
12. kesadaran menurun

16
3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Manajemen Energi Manajemen Energi
hipoksia jaringan selama 3x 24 jam maka 1. Untuk mengidentifikasi
Observasi
DS : toleransi aktivitas adanya gangguan fungsi
1. Mengeluh lelah meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh tubuh yang mengakibatkan
2. Dipsneu saat/ setelah hasil : yang mengakibatkan kelelahan kelelahan
aktivitas 1. Keluhan Lelah 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional 2. Untuk memonitor kelelahan
3. Merasa tidak nyaman menurun 3. Monitor pola dan jam tidur fisik dan emosional
setelah beraktivitas 2. Dispneu saat/ setelah 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan 3. Agar pola tidur teratur
4. Merasa lemah aktifitas menurun selama melakukan aktivitas 4. Untuk meningkatkan
3. Perasaan lemah kenyamanan dalam
DO : menurun Terapeutik melakukan aktifitas
1. Frekuensi jantung 4. Tekanan darah 5. Agar klien dapat melakukan
meningkat > 20% dari membaik 1. Sediakan lingkungan nyaman dan aktivitas dilingkungan yang
kondisi istirahat 5. EKG iskhemia rendah stimulus (mis: cahaya, suara, nyaman
2. Tekanan darah berubah membaik kunjungan) 6. Untuk melatih klien agar
> 20 % dari kondisi 6. Frekuensi nafas 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dapat melatih aktivitas secara
istirahat membaik dan/atau aktif perlahan dan bertahap
3. Gambaran EKG 7. Warna kulit membaik 3. Berikan aktivitas distraksi yang
menunjukan aritmia menenangkan
saat/ setelah aktivitas 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
4. Gambaran EKG jika tidak dapat berpindah atau
menunjukan iskhemia berjalan
5. Sianosis Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika

17
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang


cara meningkatkan asupan makanan
4. Gangguan pertumbuhan dan Setelah dilakukan
perkembangan berhubungan tindakan keperawatan Perawatan Perkembangan Perawatan Perkembangan
dengan tidak adekuatnya selama 3x 24 jam maka 1. Untuk mengidentifikasi
Observasi
suplai oksigen dan nutrisi ke status pertumbuhan dan isyarat perilaku dan fisiologis
jaringan DS : - perkembangan membaik 1. Identifikasi pencapaian tugas 2. Dengan menciptakan
DO : dengan kriteria hasil : perkembangan anak lingkungan yang nyaman
1. Tidak mampu 1. Keterampilan/perilaku 2. Identifikasi isyarat perilaku dan akan mendukung
melakukan sesuai usia meningkat fisiologis yang ditunjukkan bayi (mis: perkembangan yang optimal
keterampilan atau 2. Kemampuan lapar, tidak nyaman) 3. Agar rasa nyeri berkurang
perilaku khas sesuai melakukan perawatan 4. Agar tercipta lingkungan yang
usia (fisik, bahasa, diri meningkat Terapeutik nyaman dan tidak bisisng
motorik, psikososial) 3. Respon sosial dan 5. Untuk memotivasi anak agar
2. Pertumbuhan fisik kontak mata 1. Pertahankan sentuhan seminimal mau berinteraksi dengan anak
terganggu meningkat mungkin pada bayi premature lain
3. Tidak mampu 4. Pola tidur membaik 2. Berikan sentuhan yang bersifat gentle
melakukan perawatan 5. Asupan nutrisi dan tidak ragu-ragu
diri sesuai usia meningkat 3. Minimalkan nyeri
4. Afek datar 6. Kemarahan menurun 4. Minimalkan kebisingan ruangan
5. Respon sosial lambat 5. Pertahankan lingkungan yang
6. Kontak mata terbatas mendukung perkembangan optimal
7. Nafsu makan menurun 6. Motivasi anak berinteraksi dengan

18
8. Lesu anak lain
9. Mudah marah 7. Sediakan aktivitas yang memotivasi
10. Regresi anak berinteraksi dengan anak lainnya
11. Pola tidur terganggu 8. Fasilitasi anak berbagi dan
bergantian/bergilir
9. Dukung anak mengekspresikan diri
melalui penghargaan positif atau
umpan balik atas usahanya
10. Pertahankan kenyamanan anak
11. Fasilitasi anak melatih keterampilan
pemenuhan kebutuhan secara mandiri
(mis: makan, sikat gigi, cuci tangan,
memakai baju)
12. Bernyanyi Bersama anak lagu-lagu
yang disukai
13. Bacakan cerita atau dongeng
14. Dukung partisipasi anak di sekolah,
ekstrakulikuler dan aktivitas
komunitas
Edukasi

1. Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh


tentang milestone perkembangan anak
dan perilaku anak
2. Anjurkan orang tua menyentuh dan
menggendong bayinya
3. Anjurkan orang tua berinteraksi
dengan anaknya
4. Ajarkan anak keterampilan

19
berinteraksi
5. Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi

1. Rujuk untuk konseling, jika perlu

20
DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Keperawatan Pediatrik (2012), Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta
Heni R dkk (2010) Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskular, Jakarta, Pusat kesehatan
Jantung dan Pembuluh darah nasional “Harapan Kita”
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Roebiono PS, Harimurti GM, Rahajoe AU. Unpublished data, Divisi Kardiologi
Anak, Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI-Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita, Jakarta 2014.

21

Anda mungkin juga menyukai