LAPORAN PENDAHULUAN
ASAM URAT ( GOUT ATRITHIS ) PADA LANSIA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Stase Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh :
Erat Sumarni
J.0105.22.061
LAPORAN PENDAHULUAN
ASAM URAT ( GOUT ATRITHIS ) PADA LANSIA
2. PROSES MENUA
Proses menua adalah peristiwa yang akan terjadi pada laki-laki dan perempuan,
baik muda maupun tua (Miller,2012). Hal tersebut dikarenakan proses menua
merupakan bagian dari peristiwa siklus kehidupan manusia. Siklus kehidupan manusia
dimulai dari janin dan berakhir pada tahapan lanjut usia dan kematian. Lanjut usia
merupakan tahap akhir perkembangan manusia. Sehingga lansia adalah manusia
dewasa yang telah mengalami proses menua tahap akhir.
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
lOMoARcPSD|26602108
c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
4. KARAKTERISTIK
Menurut Keliat (1999) dan Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008)
5. TIPE LANSIA
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam
tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan,
yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
lOMoARcPSD|26602108
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep
habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode interkritik.
Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda radang akut, namun
pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses
peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan (Şenocak 2019).
b. Gout Sekunder
Gout sekunder adalah penyakit radang sendi yang disebabkan oleh
meningkatnya produksi asam urat yang berasal dari nutrisi, yakni disebabkan
karena mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.
Penyebab lain gout sekunder juga bisa diakibatkan dari pembuangan
asam urat karena penyakit darah tinggi, dehidrasi (keadaan kekurangan cairan
tubuh), diabetes ketoasidosis, efek samping mengonsumsi obat tertentu
(antidiuretic, salisilat, etambutol, pirazinamit), diet ketat (penyalahgunaan
obat pencahar), dan kecanduan alcohol.
Gout sekunder juga dapat dipicu oleh penyakit anemia kronis yang dapat
mengganggu metabolism tubuh. Selain itu, kelebihan kalori akibat asupan
energi yang melebihi pengeluaran, maka akan disimpan di dalam jaringan
lemak. Jika keadaan ini berlangsung dalam waktu lama, maka akan
menimbulkan kegemukan.
3. Etiologi
Gangguan metabolic dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini
ditimbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat (MSU, Gout) dan
kalsium pirofospat dihidrat (CPPD, pseudogout), dan pada tahap yang lebih lanjut
terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Etiologi dari artritis gout meliputi usia, jenis
kelamin, riwayat medikasi, obesitas, konsumsi purin dan alkohol.
1. Usia
Pertambahan usia merupakan faktor resiko penting pada pria dan wanita. Hal ini
kemungkinan disebabkan banyak faktor, seperti peningkatan kadar asam urat serum
(penyebab yang paling sering adalah karena adanya penurunan fungsi ginjal),
peningkatan pemakaian obat diuretik, dan obat lain yang dapat meningkatkan kadar
asam urat serum (Doherty, 2009).
2. Jenis Kelamin
Perkembangan artritis gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita. Namun angka kejadian artritis gout menjadi sama antara
kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun. Prevalensi artritis gout pada pria
meningkat dengan bertambahnya usia dan mencapai puncak antara usia 75 dan 84
tahun (Weaver, 2008).
lOMoARcPSD|26602108
3. Riwayat medikasi
Penggunaan obat diuretik merupakan faktor resiko yang signifikan untuk
perkembangan artritis gout. Obat diuretik dapat menyebabkan peningkatan
reabsorpsi asam urat dalam ginjal, sehingga menyebabkan hiperurisemia. Dosis
rendah aspirin, umumnya diresepkan untuk kardioprotektif, juga meningkatkan
kadar asam urat sedikit pada pasien usia lanjut. Hiperurisemia juga terdeteksi pada
pasien yang memakai pirazinamid, etambutol, dan niasin (Weaver, 2008).
4. Obesitas
Obesitas dan indeks massa tubuh berkontribusi secara signifikan dengan resiko
artritis gout. Resiko artritis gout sangat rendah untuk pria dengan indeks massa
tubuh antara 21 dan 22 tetapi meningkat tiga kali lipat untuk pria yang indeks massa
tubuh
35 atau lebih besar (Weaver, 2008). Obesitas berkaitan dengan terjadinya resistensi
insulin. Insu- lin diduga meningkatkan reabsorpsi asam urat pada ginjal melalui
urate anion exchanger transporter-1 (URAT1) atau melalui sodium dependent anion
cotransporter pada brush border yang terletak pada membran ginjal bagian tubulus
proksimal. Dengan adanya resistensi insulin akan mengakibatkan gangguan pada
proses fosforilasi oksidatif sehingga kadar adenosin tubuh meningkat. Peningkatan
konsentrasi adenosin mengakibatkan terjadinya retensi sodium, asam urat dan air
oleh ginjal (Choi et al, 2005).
5. Konsumsi Purin dan alkohol
Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat purin. Tubuh manusia
sebenarnya sudah menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan sehari- hari.
Ini berarti, kebutuhan tubuh akan purin yang berasal dari makanan hanya sekisar
15%. Jika lebih dari 15% maka tubuh akan kelebihan zat ini.
Konsumsi tinggi alkohol dan diet kaya daging serta makanan laut (terutama kerang
dan beberapa ikan laut lain) meningkatkan resiko artritis gout. Sayuran yang banyak
mengandung purin, yang sebelumnya dieliminasi dalam diet rendah purin, tidak
lOMoARcPSD|26602108
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala Menurut (Sapti 2019b), tanda dan gejala yang biasa dialami
oleh penderita penyakit arthritis gout adalah:
a. Kesemutan dan linu.
b. Nyeri terutama pada malam atau pagi hari saat bangun tidur.
c. Sendi yang terkena arthritis gout terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri
luar biasa.
d. Menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari, gejalanya
menghilang secara bertahap dimana sendi kembali berfungsi dan tidak muncul
gejala hingga terjadi serangan berikutnya.
e. Urutan sendi yang terkena serangan gout berulang adalah ibu jari kaki (padogra),
sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakang, pergelangan tangan, lutut,
dan bursa elekranon pada siku.
f. Nyeri hebat dan akan merasakan nyeri pada tengah malam mejelang pagi.
lOMoARcPSD|26602108
g. Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit biasanya akan berwarna
merah atau kekuningan, serta terasa hangat dan nyeri saat digerakkan serta muncul
benjolan pada sendi (tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit di atasnya
akan berwarna merah kusam dan terkelupas (deskuamasi).
h. Gejala lainnya adalah muncul tofus di helix telinga/pinggir sendi/tendon.
Menyentuh kulit di atas sendi yang terserang gout bisa memicu rasa nyeri yang
luar biasa. Rasa nyeri ini akan berlangsung selama beberapa hari hingga sekitar
satu minggu, lalu menghilang.
i. Gejala lain yaitu demam, menggigil, tidak enak badan, dan jantung berdenyut
dengan cepat.
5. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme Purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung Asam Urat tinggi dan sistem ekskresi Asam Urat yang tidak adekuat
akan mengasilkan akumulasi Asam Urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan Kristal Asam Urat menumpuk dalam tubuh.
Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon Inflamasi
(Sudoyo, dkk, 2009).
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi Asam Urat dalam darah.
Mekanisme serangan Gout Arthritis Akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan yaitu, terjadinya Presipitasi Kristal Monosodium Urat dapat terjadi di
jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.
Kristal Urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal.Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Fagositosis Kristal
oleh leukosit (Nurarif, 2015).
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan akhirnya
membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik lisosom yang
dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan
hidrogen antara permukaan Kristal membram lisosom. Peristiwa ini menyebabkan
robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam
lOMoARcPSD|26602108
sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi kerusakan sel,
enzimenzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan
intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan (Nurarif, 2015).
Saat Asam Urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
Asam Urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh, penumpukan
ini disebut Tofi. Adanya Kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi juga
menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis Akut awalnya biasanya sangat sakit
dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama
ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan merah.
Tulang sendi Metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi,
kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejala
yang dirasakan disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi
cenderung berulang (Sudoyo, dkk, 2009).
Periode Interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan Gout
Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2
tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan Poliartikular
yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai
dengan demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis Akut atau Gout Arthritis Kronik
ditandai dengan Polyarthritis yang berlangsung sakit dengan Tofi yang besar pada
kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari tangan,
kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon achiles dan organ internal seperti ginjal
(Sudoyo, dkk, 2009).
lOMoARcPSD|26602108
Pathway
lOMoARcPSD|26602108
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nuraruf (2015) Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada penderita gout,
diantaranya :
a. Kadar asan urat serum meningkat
lOMoARcPSD|26602108
7. Penatalaksanaan
a. Terapi Non Farmakologi
Diet dibagi para penderita gangguan asam urat mempunyai syarat- syarat sebagai
berikut:
1. Pembatasan purin. Apabila telah terjadi pembengkakan sendi, maka penderita
gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin.
2. Kalori sesuai dengan kebutuhan. Jumlah asupan kalori harus benar
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
3. Tinggi karbohidrat. Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti, dan ubi
sangat baik dikonsumsi oleh penderita asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urine.
4. Rendah protein. Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein
hewani dalam jumlah yang tinggi misalnya daging kambing, ayam, ikan, hati,
keju,udang, telur.
5. Rendah lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urine.
Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari.
6. Tinggi Cairan. Konsumsi cairan yang yang banyak dapat membantu
membuang asam urat melalui urin. Oleh karena itu, disarankan untuk
menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas satu hari.
7. Tanpa alkohol. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat
mereka yang mengkonsumsi alkohol lebih tinggi, dibandingkan mereka yang
tidak mengkonsumsi alkohol . Hal ini dikarenakan alkohol akan meningkatkan
asam laktat. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari
tubuh.
lOMoARcPSD|26602108
b. Terapi Farmakologi
Penanganan Gout Arthritis dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
penanganan serangan kronis.
1. Serangan Akut
Istirahat dan terapi cepat dengan pemberian NSAID, misalnya Indometasin 200
mg/hari atau Diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama dalam
menangani serangan Gout Arthritis Akut, asalkan tidak ada kontra indikasi
terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena eksresi Aspirin berkompetisi
dengan Asam Urat dan dapat memperparah serangan Gout Arthritis Akut.
Keputusan memilih NSAID atau Kolkisin tergantung pada keadaan klien,
misalnya adanya penyakit penyerta lain atau Komorbid, obat lain juga diberikan
klien pada saat yang sama dan fungsi ginjal.
Obat yang menurunkan kadar Asam Urat serum (Allopurinol dan obat
Urikosurik seperti Probenesid dan Sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada
serangan Akut (Nurarif, 2015).
Obat yang diberikan pada serangan Akut antara lain:
a) NSAID, NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk klien
yang mengalami serangan Gout Arthritis Akut. Hal terpenting yang
menentukan keberhasilan terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih
melainkan pada seberapa cepat terapi NSAID mulai diberikan. NSAID
harus diberikan dengan dosis sepenuhnya (full dose) pada 24-48 jam
pertama atau sampai rasa nyeri hilang. Indometasin banyak diresepkan
untuk serangan Akut Gout Arthritis, dengan dosis awal 75-100 mg/hari.
Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5 hari bersamaan dengan meredanya
gejala serangan Akut. Efek samping Indometasin antara lain pusing dan
gangguan saluran cerna, efek ini akan sembuh pada saat dosis obat
lOMoARcPSD|26602108
8. Komplikasi
Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari artritis goutmeliputi severe
degenerative arthritis, infeksi sekunder, batuginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin,
kemokin, protease, danoksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut jugaberperan
pada proses inflamasi kronis sehingga menyebabkansinovitis kronis, dekstruksi
kartilago, dan erosi tulang. Kristalmonosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit
untukmengeluarkan IL-1, merangsang sintesis nitric oxide danmatriks metaloproteinase
yang nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago. Berikut komplikasi pada penderita
gout (asam urat) jika tidak ditangani :
1. Muncul benjolan keras (tofus)
Tofus atau tofi terbentuk akibat adanya penumpukan kristal asam urat di bawah kulit.
Benjolan ini dapat muncul di beberapa area tubuh, seperti jari, tangan, siku, kaki, dan
di sekitar mata kaki. Tofus bisa membengkak, mengeras, dan menimbulkan nyeri saat
serangan asam urat terjadi.
2. Kerusakan sendi permanen
Pada sejumlah kasus, serangan asam urat bisa terjadi beberapa kali dalam setahun.
Bila dibiarkan tidak tertangani, kondisi tersebut dapat menyebabkan pengeroposan
dan kerusakan pada sendi.
lOMoARcPSD|26602108
3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Saat ini
Pada sebagian besar pasien asam urat menimbulkan gejala sakit pada
sendi, pembengkakan pada sendi, kesulitan berjalan, dan kelelahan Apabila
terdapat nyeri maka perlu dikaji PQRST, yaitu (Andarmoyo, 2013):
a. P: Provoking incident (provokatif/ paliatif) meliputi penyebab awal
timbulnya gejala serta hal apa yang dapat memperberat atau memperingan
nyeri. Biasanya pada penderita asam urat nyeri kepala berkurang bila
beristirahat/ dipijat dan bertambah bila melakukan aktivitas yang berat.
b. Q: Quality of pain (kualitas atau kuantitas) meliputi bagaimana gejala
(nyeri) yang dirasakan dan sejauh mana merasakannya sekarang. Apakah
sampai mengganggu aktivitas, lebih ringan, atau lebih berat dari yang
dirasakan sebelumnya.
c. R: Region, radiation and relief (regional atau area yang terpapar)
menanyakan area mana yang dirasakan gejala, apakah menyebar.
Misalnyanya pada asam urat nyeri menyebar dari kepala ke leher.
lOMoARcPSD|26602108
d. S: Severity (Scale) of pain (skala nyeri) seberapa parah nyeri atau gejala
yang dirasakan. Misalnya dapat menggunakan penilaian skala numerik
dari rentang 0-10 atau skala analog, dan lainnya sesuai kebutuhan.
e. T: Time (waktu) kapan gejala mulai timbul, seberapa sering terasa, apakah
tiba-tiba atau secara bertahap. Time meliputi onset (tanggal dan jam gejala
terjadi), jenis (tiba-tiba atau bertahap), frekuensi (tiap jam, hari, minggu,
bulan, sepanjang hari, pagi, siang, malam, mengganggu istirahat tidur,
kekambuhan), dan durasi (seberapa lama gejala dirasakan).
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Beberapa penyebab terjadinya asam urat, yaitu :
a. Riwayat medikasi
Penggunaan obat diuretik merupakan faktor resiko yang signifikan untuk
perkembangan artritis gout. Obat diuretik dapat menyebabkan
peningkatan reabsorpsi asam urat dalam ginjal, sehingga menyebabkan
hiperurisemia.
b. Konsumsi purin dan alcohol
Konsumsi tinggi alkohol dan diet kaya daging serta makanan laut
(terutama kerang dan beberapa ikan laut lain) meningkatkan resiko
artritis gout. Sayuran yang banyak mengandung purin, yang sebelumnya
dieliminasi dalam diet rendah purin, tidak ditemukan memiliki
hubungan terjadinya hiperurisemia dan tidak meningkatkan resiko
artritis gout (Weaver, 2008).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada penderita asam urat perlu menanyakan adanya riwayat keluarga
yang mengalami asam urat. Apabila riwayat asam urat didapatkan pada
kedua orangtua maka asam urat lebih besar, sebab hal ini merupakan
penyakit turunan (Triyanto, 2014).
4) Riwayat Alergi
Apakah klien memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan, atau
lingkungan.
lOMoARcPSD|26602108
4. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
Melihat kesadaran pasien berdasarkan GCS (Glasgow Coma Scale).
2) Tanda-tanda Vital
Normal tekanan darah yaitu sistol 120 mmHg dan diastol 90 mmHg. Nadi
normal (<100 kali/ menit). Pemeriksaan frekuensi pernapasan/ respiration
rate dan suhu tubuh.
3) Antropometri
Meliputi berat badan, tinggi badan, dan IMT (Indeks Massa Tubuh). Pada
penderita asam urat dapat disebabkan oleh obesitas. IMT pria normalnya
20,1 – 25,0 dan wanita 18,7 – 23,8. Klasifikasi nilai: kurang (<18,5), normal
(18,5 – 24,9), berlebih (25 – 29,9), dan obesitas (>30) (Sunaryo, dkk., 2015).
4) Integumen
Tingkat kelembapan kulit, misalnya pada lansia akan terjadi kulit
keriput, kering, dan bersisik. Lihat kebersihan kulit lansia. Kulit dibawah
mata terdapat kantung dan lingkaran hitam. Kurangnya elastisitas kulit.
Adanya perubahan pigmen kulit, luka, jaringan parut, keadaan kuku (rapuh
dan mengeras), rambut (misalnya tipis, berwarna kelabu atau putih) (Adriani,
dkk., 2021).
5) Pernapasan
Pada penderita asam urat dapat terjadi dyspnea yang berkaitan dengan
aktivitas,napas pendek sianosis.
6) Kardiovaskular
Periksa adanya distensi vena jugularis, keluhan pusing dan edema,
episode palpitasi, denyutan jelas pada nadi karotis, jugularis, dan radialis.
Adanya murmur stenosis valvular, kulit pucat, sianosis, CRT (Capillary
Reffil Time) lambat atau tertunda (>3 detik) (Bachrudin & Najib, 2016).
lOMoARcPSD|26602108
7) Neurosensori
Terdapat kemungkinan adanya perubahan status mental, orientasi tempat
atau waktu atau orang, isi bicara, proses berpikir, memori, penglihatan
kabur, diplobia, perubahan retina optik, penurunan kekuatan genggaman
tangan, kaku kuduk (Mujahidullah, 2012).
8) Muskuloskeletal
Adanya gangguan koordinasi dan cara berjalan (Mujahidullah, 2012).
Pada lansia dapat ditemukan raut otot wajah yang tegang, kekakuan sendi,
pengecilan tendon, menggunkan alat bantu gerak/ jalan, kekuatan otot
melemah, kelumpuhan, dan bungkuk (Bachrudin & Najib, 2016). Bagaimana
postur tulang belakang lansia (tegap, bungkuk, kifosis, skoliosis, lordosis),
deformitas, tremor, rentang gerak, dan nyeri persendian (Sunaryo, dkk.,
2015).
9) Penglihatan
Pada lansia dapat ditemukan adanya katarak, atau penglihatan buram,
dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena proses penuaan
(Bachrudin & Najib, 2016). Terdapat kotoran yang menumpuk diujung
mata, presbiopi, kesulitan melihat jarak jauh, dan menurunnya akomodasi
karena elastisitas mata (Ratnawati, 2017).
10) Pendengaran
Adanya penurunan fungsi pendengaran, dapat menggunakan alat
bantu pendengaran, lihat adanya kotoran atau benda yang menyumbat
saluran telinga (Ratnawati, 2017).
11) Gastrointestinal
Apakah ada mual, muntah, kesulitan menelan, atau mengunyah,
penurunan nafsu makan, lihat keadaan gigi, apakah terdapat gigi palsu,
rahang, dan rongga mulut. Auskultasi bising usus, palpasi abdomen
apakah ada perut kembung, pelebaran kolon, adanya konstipasi atau
sembelit, diare, dan inkontinensia alvi atau tidak dapat menahan buang air
besar (Bachrudin & Najib, 2016).
lOMoARcPSD|26602108
12) Genitourinaria
Lihat warna dan bau urin, distensi kandung kemih, inkontinnsia urine
atau tidak dapat menahan buang air kecil (BAK), frekuensi BAK,
pengeluaran dan pemasukan cairan, rasa nyeri saat BAK, haemoroid, dan
masalah seksualitas (Bachrudin & Najib, 2016).
5. Pengkajian Psikososial
Pada tahap ini, perawat mengkaji status emosi, kecemasan, mekanisme
koping, pola komunikasi, konsep diri (meliputi body image, identitas diri,
ideal diri, peran diri, dan harga diri). Perubahan psikologi yang dialami
lansia, antara lain menurunnya daya ingat, berkurangnya kegairahan,
keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur, dan
pergeseran libido. Perawat harus bisa mengubah tingkah laku dan
pandangan klien terhadap kesehatan dengan bertahap serta dapat
mendukung mental lansia kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh
pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban agar lansia dapat
merasa puas dan bahagia (Ratnawati, 2017).
Untuk melakukan pengkajian psikologis, perawat dapat menggunakan
acuan sebagai berikut (Ratnawati, 2017):
1) Apakah klien mengenal masalah-masalah utamanya?
2) Apakah klien mudah dalam menyesuaikan diri?
3) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan?
4) Bagaimana sikap klien terhadap proses penuaan?
5) Apakah klien merasa dibutuhkan atau tidak?
6) Apakah harapah klien pada saat ini dan yang akan datang?
7) Apakah klien berpandangan optimis dalam memandang suatu
kehidupan?
8) Bagaimana cara klien mengatasi stres yang dialami?
9) Selain itu, kaji fungsi kognitif, daya ingat, proses pikir, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan klien dalam penyelesaian masalah.
lOMoARcPSD|26602108
6. Pengkajian Emosi
a. Pengkajian tahap 1
1) Apakah pasien mengalami sukar tidur? (Ya/ tidak)
2) Apakah pasien sering merasa gelisah? (Ya/ tidak)
3) Apakah pasien sering murung atau menangis sendiri? (Ya/ tidak)
4) Apakah pasien sering was-was atau kuatir? (Ya/ tidak)
Lanjutkan ke pertanyaan tahap dua jika lebih dari atau sama dengan 1
jawaban “Ya”
b. Pengkajian tahap 2
a) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? (Ya/
tidak)
b) Ada masalah atau banyak pikiran? (Ya/ tidak)
7. Pengkajian Fungsional
1) Katz Indeks
Pengkajian katz indeks bertujuan untuk mengetahui kemampuan klien
dalam melakukan ADL (Activity Daily Living) sepert mandi, berpakaian,
buang air kecil atau besar, berpindah, dan kemampuan untuk makan.
Instrument ini memberikan kerangka kerja untuk mengkaji kemampuan
untuk hidup mandiri atau dengan bantuan. Lansia yang mengalami
ketergantungan pada suatu aktivitas bisa saja membutuhkan bantuan di
waktu tertentu. Namun, berbeda halnya dengan lansia yang mengalami
ketergantungan bantuan maka akan membutuhkan bantuan terus menerus
pada setiap aktivitas yang dilakukannya (Dewi, 2014). Katz Indeks
lOMoARcPSD|26602108
Pertanyaan Ya Tidak
2) Barthel Indeks
Barthel indeks digunakan untuk mengkaji kemampuan merawat diri.
Namun, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih kepada sejauh mana
bantuan akan diberikan jika lansia mengalami kesulitan dalam
memenuhi status fungsionalnya.
7 Jalan di 0 5
permukaan datar
lOMoARcPSD|26602108
9 Mengenakan 5 10
pakaian
10 Kontrol bowel 5 10 Frekuensi:
(BAB) Konsistensi
:
11 Kontrol bladder 5 10 Frekuensi :
(BAK) Warna :
12 Olahraga/ 5 10 Frekuensi :
latihan Jenis :
13 Rekreasi/ 5 10 Jenis :
pemanfaatan Frekuensi :
waktu luang
Keterangan :
a) 130 : Mandiri
b) 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c) 60 : Ketergantungan total
dikurangi 2
sampai 5 tingkat
4 Mengingat 3 Minta klien
menyebutkan
kembali
ketiga objek
pada poin ke
2
6 Bahasa 9 Tanyakan
kepada klien
tentang suatu
benda,
sambil
perawat
menunjuk
benda
tersebut.
Minta klien
untuk
mengulang
kata berikut:
“tanpa, jika,
dan, atau,
tetapi.”
Minta klien
untuk
mengikuti
langkah
berikut:
1. Ambil
pulpen
2. Ambil
Kertas
lOMoARcPSD|26602108
3. Tuliskan
“saya mau
tidur”
Minta klien
untuk
mengikuti 1
perintah
perawat
(misal “tutup
mata anda”)
Minta klien
untuk
menulis 1
kalimat dan
menyalin
gambar (2
buah segi
lima)
Jumlah
Interpretasi hasil :
a. Skor 24 – 30: Tidak terdapat gangguan
b. Skor 17 – 33: Kemungkinan gangguan kognitif
c. Skor 0 – 16. : Definitif gangguan kognitif
9. Pengkajian Keseimbangan
Pengkajian keseimbangan digunakan untuk mengetahui tingkat risiko
jatuh pada lansia. Terdapat dua jawaban pada pengkajian ini, yaitu jawaban
“Ya” artinya skor 1 dan “Tidak” skor 0 (Tinneti & Ginter, 1998 dalam
Sunaryo, dkk., 2015).
lOMoARcPSD|26602108
Pengkajian APGAR
ASPEK YANG DINILAI NILAI
3 2 1 0
1. Saya puas bahwa saya
dapat kembali pada
keluarga/temanteman
(Adaptation)
2. Saya puas bahwa
keluarga/temanteman
membicarakan sesuatu
dengan saya (Partnership)
3. Saya puas bahwa
keluarga/temanteman
mendukung keinginan saya
(Growth)
4. Saya puas bahwa
keluarga/temanteman saya
mengekspresikan dan
berespon terhadap emosi
saya
(Affection)
5. Saya puas bahwa
keluarga/temanteman saya
dan saya menyediakan
waktu bersama
(Resolve)
lOMoARcPSD|26602108
Interpretasi hasil:
1. Skor 0 – 3: Disfungsi keluarga tinggi
2. Skor 4 – 6: Disfungsi keluarga sedang
3. Skor 7 – 10: Disfungsi keluarga rendah
b. Analisis Data
Proses penegakan diagnosis keperawatan merupakan proses yang sistematis
yang terdiri dari tiga tahap yaitu analisis data, identifikasi masalah, dan perumusan
diagnosis. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan seperti dibawah ini
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
1. Bandingkan data dengan nilai normal
Data-data yang didapatkan dari pengkajian dibandingkan dengan nilai-nilai
normal dan identifikasi tanda/gejala yang bermakna (significant cues).
2. Kelompokkan data
Tanda/ gejala yang dianggap bermakna dikelompokkan berdasarkan pola
kebutuhan dasar yang meliputi respirasi, sirkulasi, nutrisi/cairan, eliminasi,
aktivitas/ istirahat, neurosensori, reproduksi/ seksualitas, nyeri/ kenyamanan,
integritas ego, pertumbuhan/ per-kembangan, kebersihan diri, penyuluhan/
pembelajaran, interaksi sosial, dan keamanan/proteksi. Proses pengelompokan
data dapat dilakukan baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif
dengan memilah data sehingga membentuk sebuah pola, sedangkan secara
deduktif dengan menggunakan kategori pola kemudian mengelompokkan data
sesuai kategorinya.
Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi
masalah aktual, risiko dan/atau promosi kesehatan. Pernyataan masalah
kesehatan merujuk ke label diagnosis keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017).
lOMoARcPSD|26602108
c. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI, 2017 :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) d.d : (D.0077)
Gejala & tanda mayor :
Subjektif : Mengeluh nyeri
Objektif :
a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur
Gejala & tanda minor :
Objektif :
a. Tekanan darah meningkat
b. Pola nafas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berfikir terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Diaforesis
d. Perencanaan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Lumiono, dkk. (2015). Hubungan Status Gizi dengan Gout Arthritis pada Landia di
Puskesmas Wawonasa Manado. E-Journal Keperawatan (e-kep). Vol. 3, no.
3, hal. 1-8.
Sholihah. F. (2014). Diagnosis and Treatment Gout Arthritis. J. Majoritu. Vol. 3, no.
7, Hal 39-45.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Wandi. F. (2014). Artritis Gout dan Perkembangannya. Rumah Sakit Aminah Blitar.
Vol. 10, no. 22, hal 145-152.