Disusun oleh :
ROSITA SARI
NIM : 21231507
2. PROSES MENUA
Proses menua adalah peristiwa yang akan terjadi pada laki-laki dan
perempuan, baik muda maupun tua (Miller,2012). Hal tersebut
dikarenakan proses menua merupakan bagian dari peristiwa siklus
kehidupan manusia. Siklus kehidupan manusia dimulai dari janin dan
berakhir pada tahapan lanjut usia dan kematian. Lanjut usia merupakan
tahap akhir perkembangan manusia. Sehingga lansia adalah manusia
dewasa yang telah mengalami proses menua tahap akhir.
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,
2003).
4. KARAKTERISTIK
Menurut Keliat (1999) dan Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaftif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008)
5. TIPE LANSIA
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:
a. Tipe arif bijaksana.
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan
daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).
2. ETIOLOGI
1. Gejala Artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat
dari penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan
metabolit.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan gout adalah :
- Pembedahan
- Trauma
- Obat-obatan
- Alkohol
- Stress emosional
- Diet tinggi purin
3. a) Pembentukan Asam urat yang berlebihan
- Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang
bertambah.
- Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit.
- Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit.
b) Kurangnya pengeluaran asam urat
- Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam urat
ditubuli distal ginjal
- Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal.
- Atritis akut Nyeri akut berhubungan ekskresi asam urat oleh ginjal
- Tofi dengan agen pencedera fisik
7. PENATALAKSANAAN
Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan
kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini:
1. Mengatasi serangan akut
2. Mengurangi kadar asam urat untuk mnecegah penimbunan kristal urat
pada jaringan, terutama persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi hipouresemik
Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan
gout. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan
pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif.
Terapi farmakologi
Serangan akut
Istirahat dan terapi cepat dnegan pemberian NSAID, misalnya indometasin
200 mg/hari atau diklofenak 159 mg/hari, merupakan terapi lini pertama
dalam menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi
terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin
berkompetesi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan gout
akut. Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat
urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan
pada serangan akut.
Penanganan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX 2), kolkisin dan
kortikosteroid untuk serangan akut dibicarakan berikut ini :
1. NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang
mengalami serangan gout akut. NSAID harus diberikan dengan dosis
sepenuhnya pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang.
NSAID yang umum digunakan untuk mengatasi episode gout akut
adalah :
Naproxen- awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari
Piroxicam- awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari
Diclofenac- awal 100 ,g, kemudian 50 mg 3x/hari
2. COX-2 inhibitor; Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 yang
dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout. Obat ini efektif tapi
cukup mahal, dan bermanfaat terutama bagi pasien yang tidak tahan
terhadap efek gastrointestinal NSAID non selektif. COX-2 inhibitor
mempunyai resiko efek samping gastrointestinal bagian atas lebih
rendah dibanding NSAID non selektif.
3. Colchicine merupaka terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout
akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena kerjanya lebih
lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.
4. Steroid adalah strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin. Cara ini
dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi
yang terkena. Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial
diagnosis antara atrithis sepsis dan gout akut.
Serangan kronik
Kontrol jangka panjang hiperuriesmia merupakan faktor penting untuk
mencegah terjadinya serangan akut gout, keterlibatan ginjal dan
pembentukan batu asam urat. Penggunaan allopurinol, urikourik dan
feboxsotat untuk terapi gout kronik dijelaskan berikut ini:
1. Allopurinol ; obat hipouresemik pilihan untu gout kronik adalah
alluporinol, selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi
ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan cara
menghambat enzim xantin oksidase.
2. Obat urikosurik; kebanyakan pasien dengan hiperuresmia yang sedikit
mengekskresikan asam urat dapat terapi dengan obat urikosurik.
Urikosurik seperti probenesid (500 mg-1 g 2x/hari).
8. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Resiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot menurun
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
9. ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan (PES) Rencana Tindakan
Hasil
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah Dilakukan Manajemen Nyeri (SIKI.I. 08238)
pencedera fisik (SDKI D.0077) Tindakan Keperawatan Observasi :
DS :
Selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
- Klien mengatakan terasa nyeri di
lututnya Diharapkan Nyeri intensitas nyeri
- Klien mengatakan memiliki penyakit Berkurang dengan Kriteria 2. Identifikasi skala nyeri
asam urat kurang lebih sudah 1
Hasil: 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
tahun
- Klien mengatakan kesemutan di Tingkat Nyeri 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
kedua kaki (SLKIL. 08066) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Klien mengatakan lututnya terasa
1. Keluhannyeri menurun Terapeutik :
nyeri saat beraktivitas
- Klien mengatakan terasa kebas di 2. Sikap gelisah menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis teknik kompres jahe untuk
bagian telapak kaki 3. Tidak meringis mengurangi rasa nyeri
DO : 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu
- Kesadaran: composmentis ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Klien tampak meringis
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak memegangi lututnya Edukasi :
ketika akan berdiri atau jongkok 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologisuntuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Resiko jatuh berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Jatuh (SIKI I. 14540)
kekuatan otot menurun (SDKI D. 0143) keperawatan selama Observasi :
DS : 1x24jam diharapkan klien 1. Identifikasi faktor resiko jatuh (mis. Usia > 65 tahun,
- Klien mengatakan terkadang sulit tidak mengalami jatuh penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif, hipotensi
dengan kriteriahasil :
untuk berdiri ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan
1. Klientidakterjatuhsaat
- Klien mengatakan ketika ingin berdiri penglihatan, neruropati)
berdiri
harus berpegangan dengan benda 2. Identifikasi resiko jatuh
2. Klientidakterjatuhsaat
sekitar 3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh
dudukmenurun
DO : (mis. Lantai licin, penerangan kurang)
3. Klien tidak terjatuh
- Klien tampak berpegangan pada 4. Hitung resiko jatuh dengan menggunakan skala (mis. Fall
saat berjalan
benda sekitar ketika akan berdiri Morse Scale, Humpty Dumpty Scale), jika perlu
(SLKIL.14138)
- Gerakan tampak terbatas Terapeutik :
- Kekuatan otot
1. Jelaskan pentingnya alat bantu jalan untuk mencegah jatuh
- Hitung morse fall scale
2. Jelaskan pentingnya memasang handrail (pegangan) pada
kamar ma ndi dan area jalan dirumah
Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
2. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
3. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
3 Gangguan pola tidur berhubungan Setelah Dilakukan Dukungan Tidur (SIKI I.09265)
dengan nyeri (SDKI D. 0055) Tindakan Keperawatan Observasi :
DS : Selama 3x24 jam 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Klien mengatakan terkadang sulit Diharapkan masalah 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
tidur pada malam hari gangguan pola tidur dapat Terapeutik :
- Klien mengatakan terkadang teratasi dengan 1. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu,
lututnya terasa nyeri pada malam KH: dan tempat tidur)
hari sehingga jadi sulit tidur - Keluhan sulit tidur 2. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
- Klien mengatakan sudah tidak lagi menurun 3. Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk
mengkonsumsi obat - Keluhan sering terjaga menunjang siklus tidur terjaga
DO : menurun
- Klien tampak kurang tidur - Keluhan tidak puas tidur Edukasi
menurun
- Klien tampak menguap 1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
- Keluhan istirahat tidak
cukup menurun 2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Pola Tidur (SLKI 3. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
L.05045)
gangguan pola tidur
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia a price & Lorraine M Wilson. 1994. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I edisi III.
Jakarta: Balai Penerbit.
Doengoes, Marilynn E , dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Fakultas Kedokteran UI.2000. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jilid I. Jakarta: Media Aescul
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
(STIKes PERTAMEDIKA)
Jl. Bintaro Raya No. 10, Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp. (021) 7234122, 7207184, Fax. (021) 7234126
Website : www.stikes-
pertamedika.ac.id Email : stikes
pertamedika@gmail.com
I. Identitas
A. Nama : Ny. y
B. Umur : 64 tahun
C. Alamat : Jl. Pahlawan 12
D. Pendidikan : SMA
E. Tanggal masuk panti :-
F. Jenis Kelamin : Perempuan
G. Suku : Sunda
H. Agama : Islam
I. Status perkawinan : janda
Keterangan :
BB (kg) 52
BMI = TB (m) × TB (m) = 2 = 23,11
(1,5)
Klasifikasi nilai :
1) Kurang : < 18.5
2) Normal : 18.5 – 24.9
3) Berlebih : 25 – 29.9
4) Obesitas : > 30
c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut : ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
d) Jika ya, jelaskan : klien mengatakan rambutnya rontok
2) Mata
a) Konjungtiva : anemis/tidak
b) Sklera : ikterik/tidak
c) Strabismus : ya/tidak
d) Penglihatan : kabur/tidak
e) Peradangan : ya/tidak
f) Katarak : ya/tidak
g) Penggunaan kacamata : ya/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : pandangan mata kanan sudah agak kabur
3) Hidung
a) Bentuk hidung : simetris/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Penciuman : terganggu/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya, jelaskan : -
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : kering/lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : karies/tidak , ompong/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan :-
Telinga
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : terganggu/tidak
d) Jika ya , jelaskan : -
5) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD (Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : -------
6) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/ pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : ---
7) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri tekan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak, frekuensi : 10 x/menit
f) Massa : ya/tidak, regio
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : ----
8) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 10 x/hari
c) Frekuensi BAB : 1 hari sekali
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya, jelaskan : tidak ada
9) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 55555 55555
44444 44444
0 = Lumpuh
1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
10) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/lembab
d) Lesi/Luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : ------
Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan
fungsi, meskipun ia anggap mampu.
Score = 2
Interprestasi :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam) :
Orientasi.
Registrasi.
Perhatian.
Kalkulasi.
Mengingat kembali.
Bahasa.
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang) Tahun: 2024
Musim: Kemarau
Tanggal : 01
Hari : Senin
Bulan: April
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada ?
(Sekarang Negara : Indonesia
ada dimana) Propinsi : Bangka Belitung
Kota : Kota Pangkalpinang
Kelurahan : Kepala tujuh
Ruangan : Rumah
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
benda. Masing-masing benda
mendapatkan nilai 1.
TV
Kasur
Sapu
Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga tadi. (Untuk disebutkan)
Total : 24
Interprestasi hasil :
Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 – 17 : Gangguan kognitif berat
Keterangan :
Nama : Ny. S
Usia : 60 tahun
Jenia Kelamin : Perempuan
Ruangan : Home Visit
Lingkarilah jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda pada pertanyaan dibawah ini :
Pilihan
No Pertanyaan Jawaban
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
Ya Tidak
Ya Tidak
8 Apakah anda sering merasa tanpa pengharapan/putusasa?
14 Apakah anda merasa putus asa atau tidak ada harapan saat ini? Ya Tidak
15 Apakah anda merasa orang lain berada pada kondisi yang lebih
Ya Tidak
baik dari pada anda?
Interpretasi :
Normal :0-4
Depresi Ringan :5–8
Depresi sedang : 9 – 11
Depresi Berat : 12 - 15
1. Data Fokus
7
penglihatan, neruropati)
Hasil : kekuatan otot
klien 5555555555
44444 44444
2. Mengidentifikasikan resiko jatuh
Hasil : klien mengatakan lututnya terasa nyeri saat
beraktivitas terutama saat akan berdiri dan
jongkok
Klien mengatakan ketika ingin berdiri harus
berpegangan dengan benda sekitar
3. Menghitung resiko jatuh dengan menggunakan skala
(mis. Fall Morse Scale, Humpty Dumpty Scale), jika
perlu
Hasil :Hasil morse fall scale : 25 (resiko rendah : 25-30)
4. Mengobservasi TTV
Hasil : TTV :TD : 130/80 mmHg
N : 88 x/ menit
S : 36,0oC
RR : 18 x/ menit