Disusun Oleh :
01502220041
Sumber: (Nurjanah,2020)
7. Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada nyeri asam urat menurut Astria (2021) yaitu :
a. Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya, selama 1
jam sebelum perbaikan maksimal.
b. Rasa nyeri dan pembengkakan pada persendian.
c. Pembengkakan salah satu persendian tangan.
d. Pembengkakan pada kedua belah sendi yang sama (simetris).
e. Nodul (benjolan) di bawah kulit ada penonjolan tulang.
Pada keadaan normal kadar asam urat serum pada laki-laki mulai
meningkat sampai setelah pubertas. Pada perempuan kadar asam urat
tidak meningkat sampai stelah menopause karena estrogen meningkat
ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar urat serum
meningkat seperti pada pria. Gout jarang ditemukan pada perempuan.
Ada prevalensi familial dalam penyakit yang mengesankan suatu dasar
genetik dari penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor yang agaknya
memengaruhi timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat badan,dan
gaya hidup
Menurut buku karangan Aspiani (2014), terdapat empat stadium
perjalanan klinis dari penyakit gout yaitu:
a. Stadium I
Stadium I adalah hiperuresemia asimtomatik. Dalam tahap ini pasien
tidak menunjukkan gejala-gejala selain dari peningkatan asam urat
serum. Hanya 20% dari pasien hiperuresemia asimtomatik yang
berlanjut menjadi serangan gout akut.
b. Stadium II
Stadium II adalah gout arthritis akut. Pada tahap ini terjadi awitan
mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada
sendi ibu jari kaki dan sendi metatasofalangeal. Arthritis bersifat
monoartikular dan menunjukkan tanda-tanda peradangan lokal.
Mungkin terdapat demam dan peningkatan jumlah leukosit.
Serangan dapat dipicu oleh pembedahan, trauma, obat-obatan,
alkohol, atau stress emosional. Tahap ini biasanya mendorong pasien
untuk mencari pengobatan segera. Sendi-sendi lain dapat terserang,
termasuk sendi jari-jari tangan, dan siku. Serangan gout akut
biasanya pulih tanpa pengobatan, tetapi dapat memakan waktu 10
sampai 14 hari.
c. Stadium III
Stadium III adalah serangan gout akut tahap interkritis. Tidak
terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami
serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak
diobati.
d. Stadium IV
Stadium IV adalah gout kronik, dengan timbunan asam urat yang
terus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak
dimulai. Peradangan kronik akibatnya kristal-kristal asam urat
mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan
penonjolan sendi yang bengkak. Serangan akut gout arthritis dapat
terjadi dalam tahap ini. Tofi terbentuk pada masa gout kronik akibat
insolubitas relatif asam urat. Awitan dan ukuran tofi secara
proporsional mungkin berkaitan dengan kadar asam urat serum.
Bursa elekranon, tendon achilles, permukaan ekstensor lengan
bawah, bursa infrapatelar, dan heliks telinga adalah tempat-tempat
yang sering dihinggapi tofi. Pada masa kini tofi jarang terlihat dan
akan menghilang dengan terapi yang tepat.
8. Komplikasi
Menurut Amalia (2021) terdapat beberapa komplikasi pada penyakit
gout arthritis antara lain :
a. Deformitas pada persendian yang terserang
b. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
c. Nephropathy akiba deposit kristal urat dalam intertisial ginjal
d. Hipertensi ringan
e. Proteinuria
f. Hyperlipidemia
g. Gangguan parenkim ginjal dan batu ginjal
9. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif (2015), penanganan gout arthritis biasanya dibagi
menjadi penanganan serangan akut dan penanganan serangan kronis. Ada
3 tahapan dalam terapi penyakit ini :
a. Mengatasi serangan gout arthritis akut.
b. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal
urat pada jaringan, terutama persendian.
c. Terapi mencegah menggunakan terapi hipourisemik.
Ada terapi non farmakologis yang dapat dilakukan pada penderita
gout arthritis seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat,
modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan
10. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Aspirani (2014) dalam Amalia (2021), pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
a. Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini
mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam
urat atau gangguan ekskresi.
b. Leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asistomatik angka leukosit
masih dalam batas normal yaitu 5000-10.00/mm3.
c. Eusinofil Sedimen Rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen
rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit
asam urat di persendian.
d. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menetukan produksi dan
ekresi asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250- 750
mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika poduksi asam urat
meningkat maka level asam urat urin meningkat, kadar kurang dari
800mg/24 jam mengidikasikan gangguan ekskresi pada pasien
dengan peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien untuk
menampung semua urin dengan feses atau tisu toilet selama
pengumpulan. Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama
pengumpulan.
e. Analisis cairan aspirasi sendi
Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mangalami inflamasi akut
atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal
urat yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
f. Pemeriksaan radiografi
Pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan menunjukkan tidak
terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit
berkembang progresif makaakan terlihat jelas/area terpukul pada
tulang yang berada di bawah sinavial sendi.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
No Diagnosa Tujuan Keperawatan dan Rencana Tindakan
Dx Keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1.1 Lakukan
berhubungan asuhan keperawatan pengkajian nyeri
dengan agen diharapkan nyeri secara
cedera biologis komprehensif
hilang atau terkontrol
(D.0077). termasuk lokasi,
dengan kriteria hasil : karakteristik,
durasi, frekuensi
1. Melaporkan Bahwa
dan kualitas nyeri.
Nyeri Berkurang
1.2 Pantau kadar
Dengan Mengguna
asam urat.
Kan Manajemen
1.3 Observasi
Nyeri.
reaksi
2. Mampu Mengenali
nonverbal dari
Nyeri (Skala, Intensitas,
ketidaknyama
Frekuensi Dan Tanda
nan.
Nyeri).
1.4 Ajarkan teknik
Menyatakan Rasa Nyaman
non farmakologi
Setelah Nyeri Berkurang
rileksasi napas
dalam.
1.5 Posisikan klien
agar merasa
nyaman,
misalnya sendi
yang nyeri
diistarahatkan
dan diberikan
bantalan.
1.6 Kaloborasi
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri yang tidak
berhasil
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 2.1 memonitor vital sign
mobilitas fisik keperawatan diharapkan klien sebelum dan sesudah latihan
berhubungan mampu melakukan rentan
dengan nyeri 2.2 kaji tingkat mobiltas
gerak aktif dan ambulasi
persedian ( D klien
0054) secara perlahan dengan
krtiteria hasil : 2.3 bantu klien untuk
1. Klien meningkat melakukan rentan gerak aktif
dalam aktivitas fisik maupun rentan gerak pasif
2. Mengerti tujuan dari pada sendi
peningkatan
mobilisasi 2.4 lakukan ambulasi dengan
3. Memperagakan alat bantu ( misalnya tongkat
penggunaan alat bantu kursi roda )
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011
dalam Hidayah, 2019).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Hidayah,2019).
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Syakira Sherly. 2021. Asuhan Keperawatan Lansia Gout Arthritis
dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Desa Cukurgondang. Skripsi.
Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia, Sidoarjo
Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. 1st ed. Jakarta:
CV. Trans Info Media
Astria, Ani. 2021. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Kombinasi Serai dan
Kayu Manis terhadap Skala Nyeri pada Pasien Gout Arthritis di Puskesmas
Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2021. Skripsi. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bengkulu, Bengkulu
Hidayah, Nurul. 2019. Asuhan Keperawatn pada Lansia dengan Gout Arthritis di
Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri. Skripsi. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kaltim, Samarinda
Nurjanah, Nita. 2020. Gambaran Tingkat Nyeri pada Lansia dengan Gout
Arthritis. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto
Sandjaya, H. 2014. Buku Sakti Pencegah dan Penangkal Asam Urat. Yogyakarta:
Mantra Books
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wulandari, NK. 2019. Asuhan Keperawatan pada Pasien Gout Arthritis dalam
Ketidakpatuhan Diet Makanan di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati 1
Tahun 2019. Skripsi. Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, Denpasar
Wiryowidagdo. 2019. Tanaman Obat Untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi ,dan
Kolesterol. Jakarta: Agromedia