TINJAUAN TEORI
DAFTAR PUSTAKA
Guriti, G., & Ismarwati, I. (2020). Peran keluarga pada perawatan lansia. Jurnal
Keperawatan, 12(2), 241-244.
Sunaryo, M. K., Rahayu Wijayanti, S. K., Kep, M., Kom, S., Kuhu, M. M., SKM, M.,
... & Kuswati, A. (2016). Asuhan keperawatan gerontik. Penerbit Andi.
2.2 Asuhan Keperawatan
5. .Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan
klien. beberapa petunjuk pada implementasi adalah :
a. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat.
b. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi
c. Dokumentasi intervensi dan respons klien
5. Evaluasi
Bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan
harus dievaluasi.
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan berkurangnya ansietas
b. Menghindari makan makanan pengiritasan, atau minuman yang mengandung
kafein atau alkoholik.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan.
1. Mentoleransi terapi intravena sedikitnya 1,5 liter setiap hari.
2. Minum 6 – 8 gelas air setiap hari.
3. Mempunyai haluaran urine 1 liter setiap hari.
4. Menunjukkan turgor kulit yang adekuat.
d. Mematuhi program pengobatan.
1. Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi.
2. Menggunakan obat-obatan sesuai resep.
e. Melaporkan nyeri berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C,. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih
bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, Vol.2. Jakarta; EGC
Soeparman, S.W,. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,. Jakarta; Gaya Baru
2.3 Konsep Gastritis
2.3.1 Pengertian Gastritis
Gastritis pada lansia adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat
bersifat kronis, difus atau lokal yang sering terjadi pada lansia:
dua jenis gastritis yang paling sering terjadi : gastritis superfisial akut dan gastritis
atropik kronik. (aspitasari & Toharudin, 2020).
2.3.2 Etiologi
Penyebab terjadinya gastritis, yaitu:
a. Endotoksin bakteri (masuk setelah menelan makanan yang terkontaminasi), kafein,
alkohol, dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering.
b. Penyebab lain adalah obat-obatan seperti : sulfonamida, steroid.
c. Beberapa makanan berbumbu termasuk lada, cuka dapat menyebabkan gejala yang
mengarah pada gastritis.
d. Gastritis kronik umumnya disebabkan akibat minum alkohol berlebihan, teh panas,
merokok, merupakan predisposisi timbulnya gastritis atropik.
e. Pada kasus anemia pernisiosa, patogenesis agaknya berkaitan dengan gangguan
mekanisme imunologik. Kebanyakan penderita mempunyai antibodi terhadap sel
parietal dalam darahnya, lebih spesifik lagi, penderita ini juga mempunyai antibodi
terhadap faktor intrinsik.
2.3.3 Patogenesis
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan –
keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Aspirin dan obat anti inflamasi non
steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa mekanisme. Prostaglandin
mukosa merupakan salah satu faktor defensif mukosa lambung yang amat penting.
Selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspiran dan obat aninflamasi
topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga
dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiflamasi non
steroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga
kemampuan faktor defensif terganggu (Rahmawati, 2016)..
2.3.4 Patofisiologi
Obat-obatan, alkohol, garam empedu atau enzim – enzim pankreas dapat
merusak mukosa lambung (gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa
lambung dan memungkinkan difusi kembali, asam dan pepsin ke dalam jaringan
lambung, hal ini menimbulkan peradangan respons mukosa terhadap kebanyakan
penyebab iritasi tersebut dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan
tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat
terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa yang bersifat korosif
mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dnding lambung. Gastritis kronis dapat
menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan mukosa
terdapat bercak-bercak penebalan warna abu-abu. Hilangnya mukosa lambung
akhirnya akan berakibat kurangnya sekresi lambung dan timbulnya anemia
pernisiosa.
2.3.7 Penatalaksanaan
Gastritis akut :
a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai / ditemukan.
c. Pemberian obat – obat H2 blocking, antasid atau obat – obat ulkus lambung yang
lain.
Gastritis kronis :
Pada umumnya gastritis kronik tidak memerlukan pengobatan, yang harus
diperhatikan ialah penyakit – penyakit lain yang keluhannya dapat dihubungkan
dengan gastritis kronik. Anemia yang disebabkan oleh gastritis kronik biasanya
bereaksi baik terhadap pemberian vitamin B12 atau preparat besi, tergantung dari
defisiensinya.
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi pada gastritis akut adalah :
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
Kadang – kadang perdarahan cukup banyak sehingga dapat menyebabkan
kematian.
b. Terjadi ulkus kalau prosesnya hebat.
c. Jarang terjadi perforasi.
Komplikasi pada gastritis kronik adalah :
a. Atropi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terutama terhadap
vitamin B12. Gangguan penyerapan terhadap vitamin B12 selanjutnya dapat
menyebabkan anemia yang secara klinik hampir sama dengan anemia pernisiosa.
Keduanya dapat dipisahkan dengan memeriksa antibodi terhadap faktor intrinsik.
Selain vitamin B12 penyerapan besi juga dapat terganggu.
b. Gastritis kronik antrum pilorum dapat menyebabkan penyempitan daerah antrum
pilorum. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan keganasan lambung,
terutama gastritis kronik antrum pilorus.
DAFTAR PUSTAKA
Aspitasari, A., & Taharuddin, T. (2020). Analisis Pengaruh Terapi Non-Farmakologi
terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien dengan Kasus Gastritis di Instalasi Gawat
Darurat: Literatur Review.
RAHMAWATI, N. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PADATn. S DENGAN
GASTRITIS EROSIF DIRUANG MINA RSI KLATEN (Doctoral dissertation, STIKES
Muhammadiyah Klaten).
2.4 Jurnal Terkait Pemberian Rebusan Kunyit Terhadap Gastritis
Hasil penelitian didapatkan bahwa skala nyeri pada penderita gastritis sebelum
diberikan perasan air kunyit adalah 4,85 dengan standar deviasi 0,671 dan skala nyeri
pada penderita gastritis sesudah diberikan perasan air kunyit adalah 2,20 dengan
standar deviasi 0,768. Berdasarkan uji statistik didapatkan bahwa nilai p value 0,000
(< 0,05) yang artinya terdapat pengaruh konsumsi perasan air kunyit terhadap
penurunan skala nyeri pada penderita gastritis di Desa Kampung Pinang wilayah
kerja Puskesmas Perhentian Raja tahun 2020.
Pemberian ekstrak etanol kunyit P2 yang diberikan secara intra oral menurunkan
kadar asam bebas, asam total, asam organik dan pH asam lambung yang diinduksi
oleh histamin yang diberikan secara intra peritoneal. Ekstrak etanol kunyit
mengurangi angka kejadian dan mencegah timbulnya tukak lambung yang
ditimbulkan oleh histamin.