Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK PADA NY.M DENGAN PENYAKIT ARTRITIS GOUT DI

DESA GAYAM KECAMATAN GONDANGWETAN KABUPATEN

PASURUAN

Disusun Oleh:

Angesti Pratiwi

201903141

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998

tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan Lanjut Usia

(lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia

merupakan kelompok usia diatas 65 tahun yang rentan terhadap kesehatan

fisik dan mental. Lansia adalah tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang

ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan. Kemampuan tubuh yang mengalami penurunan yaitu organ,

fungsi dan sistem tubuh yang bersifat fisiologis atau alamiah (Efendi, 2009).

Lansia pada tahap ini mengalami proses penuaan yang membuat individu

mengalami kemunduran dalam fungsi fisiologis maupun psikologis (Muwarni,

2010). Proses penuaan ini membuat manusia memiliki banyak penyakit

degeneratif seperti hipertensi, diabetes, asam urat dan kanker yang akan

menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal. (Rahmawati, 2017).

Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup

serta peningkatan kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia

tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani

maupun sosial. Seseorang dikatakan Lansia ialah apabila berusia 60 tahun

ataulebih, Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah

memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang

dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging

Process atau proses penuaan (Nugroho, 2008).


Berdasarkan world Health organization WHO prevalensi asam urat (gout )

di Amerika serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 prevalensi ini berbeda tiap

Negara berkisar antara 0,27 % di Amerika hingga 10,3% selandia

baru.Peningkatan insiden gout dikaitkan dengan perubahan pola diet dan gaya

hidup, peningkatan kasus obesitas dan sindrom metabolit. Di indonesia kasus

kejadian gout mencapai 65% berdasarkan data prevalensi yang diperoleh dari

dinas kesehata kota pasuruan tahun 2013 gout data yang diperoleh sebanyak

32.082 kasus. Sedangkan prevalensi gout juga bervariasi antara 1-15,3% pada

suatu studi didapatkan insiden gout 4,9% pada kadar asam urat darah > 9 mg/dL

0,5%. Pada kadar 7-8,9 % dan 0,1 % pada kadar <7 mg/dL insiden kumulatif

gout mencapai angka 22% setelah 5 tahun pada kadar asam urat >9 mg/dL

( hidayat, 2009)

I.2 Tujuan Penulisan

I.2.1 Tujuan Umum

Untuk membuat asuhan keperawatan gerontik pada lansia dengan artritis

gout

I.2.2 Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui konsep Lansia


2. Untuk mengetahui konsep artritis gout pada lansia
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia dengan gangguan artritis
gout
I.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1.   Untuk masyarakat: sebagai bahan informasi untuk menambah

pengetahuan kesehatan
2.   Untuk Mahasiswa: di harapkan mampu mengaplikasikan dan

menerapkan ilmu yang mereka dapat di sekolahan untuk kalangan

masyarakat terutama lansia.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP LANSIA

II.1 Definisi Lansia

Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55

tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-

hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan

fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang

berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,

2006).

II.2 Proses Menua

Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh

usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas”

menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-

fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994).

Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah

dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup

(Nugroho Wahyudi, 2000).


Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada

tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.

Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.

Antara lain :

 Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah,

mengakibatkan juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit

kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis

menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat kurus.

 Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga

dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat.

Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan

kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan.

Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi

sel syaraf pendengaran.

 Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan

fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi

pada usia lanjut.

 Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran

pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan,

serta susah BAB yang dapat menyebabkan wasir.

 Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban,

kurang aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu

aktivitas kegiatan sehari-hari.


Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang

menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses

informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda,

kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan (apraksia) dan

gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan,

daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan

aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama

adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk

pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai

delusi paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.

Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air

dalam jumlah besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran

natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa

lelah.Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran

merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan

pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang mengalami IU

seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.

Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan

untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara

lain sindrom lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang

berkepanjangan

II.3 Batasan Lansia

Menurut WHO, batasan lansia meliputi:


1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun

2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun

3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun

4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI)

 Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.

Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:

1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun

2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun

3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun

4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

II.4 Tipe-Tipe Lansia

Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri

daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:

1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.

2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai

kegiatan.

3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan

yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan

kekuasaan, jabatan, teman.

4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan

diri, minder, pasif, dan kaget.

II.5 Teori Penuaan

1. Teori Biologis

Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang

mengakibatkan perubahan secara komulatif dan serta berakhir dengan

kematian. Proses menua merupakan suatu yang fisiologis yang akan dialami

oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13

tahun 1998 adalah 60 tahun.

Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :

a) Teori Instrinsik

Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul

akibat penyebab dalam diri sendiri.

b) Teori Ekstrinsik

Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan

pengaruh lingkungan.

Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :

a) Teori Genetik Clock

Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara

genetik untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai

didalam nuklei ( inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar

menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan

akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep
ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa

disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal.

Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara

menerangkan mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan

harapan hidup yang nyata.

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang

diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi.

b) Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )

Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi

somatik . sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat

memperpendek umur sebaliknya menghindarinya dapqaat

mempperpanjang umur.menurut teori ini terjadinya mutasi yang

progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya

penurunan kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis

yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis error

catastrope.

c) Teori Auto imun

Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat

khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat

tersebut, sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.


Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.

d) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya

radikal bebas mengakibatkan oksigenasi bahan - bahan organik seperti

KH dan protein.radikal ini menyebabkansel – sel tidak dapat

beregenerasi.

Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi

bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini

menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

e) Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

2. Teori Sosial

a) Teori aktifitas

Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak

dalam kegiatan social

b) Teori Pembebasan

Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan

adalah teori pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut

menerangkan bahwa dengan berubahnya usi seseorang secara berangsur


– angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini

mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif

maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan gandayaitu:

 Kehilangan peran

 Hambatan kontrol social

 Berkurangnya8 komitmen

c) Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus

kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada

usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.

Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

 lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus

aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada

pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus

dipertahankan atau dihilangkan

 Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

 Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara

adaptasi

3. Teori Psikologi

a) Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,

kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow

11111954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda.


Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha

menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling

tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.

b) Teori individual

Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian

dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa

muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia.

Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan

ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan

terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman

dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat

dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting

bagi kesehatan mental.

A. Perubahan - Perubahan Multisistem Yang Terjadi Pada Lansia

Pada lansia terjadi perubahan-perubahan akibat proses menua diantaranya

adalah perubahan pada sistem pencernaan seperti :

 Kehilangan gigi penyebab utama periodontal disiase yang biasa terjadii

setelah umur 30 tahun

 Indra pengecap menurun,adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi

indra pengecap, hilangnya sensivitas saraf pengecap lidah terutama rasa

manis,asin,pahit

 Rasa lapar menurun


 Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau gangguan pada

sistem gastrointestinal seperti penyakit gastritis

 Fungsi absorbsi melemah

 Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah

berkurang.

B. KONSEP ARTRITIS GOUT

II.6 Definisi
Gout adalah gangguan yang menyebabkan kesalahan metabolisme

purin yang menimbulkan hipersemia (kadar asam urat serum > 7,0 mg

/100ml). Ini dapat mempengaruhi sendi (kaki). Secara khas, sendi

metatarsafalangeal pertama dari ibu jari kaki besar adalah sisi primer yang

terlibat. Sendi lain yang terlibat dapat meliputi lutut dan pergelangan kaki.

Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai

gambaran khusus yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat

pada pria daripada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan,

sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.

Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran

khusus, yaitu artritis akut. Merupakan jenis penyakit reumatik yang

penatalaksanaannya mudah dan efektif. Sebaliknya pada pengobatan yang

tidak memadai, gout dapat menyebabkan destruksi sendi. Kelainan ini

berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu hiperurisemia.

II.7 Etiologi
a. Gejala Artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan

terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat.


Karena itu dilihat dari penyebabnya penyakit ini termasuk dalam

golongan kelainan metabolit.

b. Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan gout adalah :

 Pembedahan

 Trauma

 Obat-obatan

 Alkohol

 Stress emosional

 Diet tinggi purin

c. Pembentukan Asam urat yang berlebihan

 Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang

bertambah.

 Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam

urat berlebihan karena penyakit.

 Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam

urat berlebihan karena penyakit.

d. Kurangnya pengeluaran asam urat

 Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam

urat ditubuli distal ginjal

 Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal.


II.8 Tanda dan Gejala

Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati: (Silvi A.

price)

a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium

ini asam urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari

peningkatan asam urat serum.

b. Stadium kedua arthritis gout akut terjadi awitan mendadak

pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu

jari kaki dan sendi metatarsophalangeal.

c. Stadium tiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis.

Tidak terdapat gelaja-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung

dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami

serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak

diobati.

d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam

urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatantidak

dimulai. Peradangan kronik akibat Kristal-kristal asam urat

mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga pembesaran dan

penonjolan sendi bengkak.


II.9 Klasifikasi

Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :

a. Gout primer

Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).

b. Gout sekunder

Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena

meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu

mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.


5. Patofisiologi

Alkohol Makanan (sea food, kepiting, dll) Penyakit dan obat-obatan

Kadar laktat dalam darah naik Kadar protein


Menghambat ekskresi asam
urat di tubulus ginjal

Sekresi asam urat Produksi asam urat >>

Gangguan metabolisme purin

GOUT

Pelepasan kristal monosodium urat


Diluar cairan tubuh
Penimbunan krsital urat
Dalam & sekitar sendi
Pengendapan kristal
urat Penimbunan pd membran sinovial
dan tulang rawan artikular
Perangsangan respon fagositosis/leukosit

Leukosit menekan kristal urat


Mekanisme peradangan Erosi tulang rawan, poliferasi
sinovial & pembentukan panus

Pelepasan mediator kimia o/ Sirkulasi darah daerah Akumulasi cairan eksudat


sel mast : bradikidin, histamin, Degenerasi tulang rawan, sendi
radang pada jaringan intertisial
prostaglandin

Vasolidasi dari kapiler Oedema jaringan Terbentuk tofus, fibrosis,


Hipothalamus
akilosis pada tulang

Menstimulasi Eritema, panas


nosiseptor Penekanan pd
jaringan sendi Perubahan bentuk tubuh
pada tulang & sendi
II.10 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 6 mg %)

Pemeriksaan kadar asam urat yang enzimatik. Didapatkan leukositosis

ringan LED meninggi sedikit Pemeriksaan urin Ditemukan kadar

asam urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam) Pemeriksaan cairan tofi

Melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian

Cholasin. Cholasin adalah obat yang menghambat aktifitas fagositik

dari leukosit sehingga memberikan perubahan sehingga memberikan

perubahan yang dramatis dan cepat meredakan gejala-gejala.

II.11 Penatalaksanaan

Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan

kronik. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini:

 Mengatasi serangan akut

 Mengurangi kadar asam urat untuk mnecegah penimbunan kristal

urat pada jaringan, terutama persendian

 Terapi pencegahan menggunakan terapi hipouresemik

a. Terapi non farmakologi

Terapi non farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan

gout. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin,

modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan

pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif.

b. Terapi farmakologi
Serangan akut

Istirahat dan terapi cepat dnegan pemberian NSAID, misalnya indometasin

200 mg/hari atau diklofenak 159 mg/hari, merupakan terapi lini pertama

dalam menangani serangan akut gout, asalkan tidak ada kontraindikasi

terhadap NSAID. Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin

berkompetesi dengan asam urat dan dapat memperparah serangan gout

akut. Obat yang menurunkan kadar asam urat serum (allopurinol dan obat

urikosurik seperti probenesid dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan

pada serangan akut.

Penanganan NSAID, inhibitor cyclooxigenase-2 (COX 2), kolkisin dan

kortikosteroid untuk serangan akut dibicarakan berikut ini :

1. NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang

mengalami serangan gout akut. NSAID harus diberikan dengan dosis

sepenuhnya pada 24-48 jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang.

NSAID yang umum digunakan untuk mengatasi episode gout akut

adalah :

 Naproxen- awal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari

 Piroxicam- awal 40 mg, kemudian 10-20 mg/hari

 Diclofenac- awal 100 ,g, kemudian 50 mg 3x/hari

2. COX-2 inhibitor; Etoricoxib merupakan satu-satunya COX-2 yang

dilisensikan untuk mengatasi serangan akut gout. Obat ini efektif tapi

cukup mahal, dan bermanfaat terutama bagi pasien yang tidak tahan

terhadap efek gastrointestinal NSAID non selektif. COX-2 inhibitor


mempunyai resiko efek samping gastrointestinal bagian atas lebih

rendah dibanding NSAID non selektif.

3. Colchicine merupaka terapi spesifik dan efektif untuk serangan gout

akut. Namun dibanding NSAID kurang populer karena kerjanya lebih

lambat dan efek samping lebih sering dijumpai.

4. Steroid adalah strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin. Cara ini

dapat meredakan serangan dengan cepat ketika hanya 1 atau 2 sendi

yang terkena. Namun, harus dipertimbangkan dengan cermat diferensial

diagnosis antara atrithis sepsis dan gout akut.

Serangan kronik

Kontrol jangka panjang hiperuriesmia merupakan faktor penting untuk

mencegah terjadinya serangan akut gout, keterlibatan ginjal dan

pembentukan batu asam urat. Penggunaan allopurinol, urikourik dan

feboxsotat untuk terapi gout kronik dijelaskan berikut ini:

1. Allopurinol ; obat hipouresemik pilihan untu gout kronik adalah

alluporinol, selain mengontrol gejala, obat ini juga melindungi fungsi

ginjal. Allopurinol menurunkan produksi asam urat dengan cara

menghambat enzim xantin oksidase.

2. Obat urikosurik; kebanyakan pasien dengan hiperuresmia yang sedikit

mengekskresikan asam urat dapat terapi dengan obat urikosurik.

Urikosurik seperti probenesid (500 mg-1 g 2x/hari).

6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :
1. Deformitas pada persendian yang terserang
2. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
3. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal
II.12 Konsep Asuhan Keperawatan Artritis Gout

A. Pengkajian

a. Identitas pasien.
Nama, Usia, Jenis Kelamin, pekerjaan, agama, alamat, pendidikan.
b. Keluhan utama
Keluhan utamanya nyeri yang berat pada ibu jari kaki.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P : Provokatif ( sebab masalah)
Apakah yang menyebabkan klien merasa nyeri pada sendi.
Q : Quality ( kualitas Kuantitas masalah)
Kaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien, apakah nyeri yang
dirasakan :
Tidak nyeri :0
Ringan : 1-3
Sedang : 4-6
Berat : 7-9
Sangat berat : 10
R : Reagent (tempat, area, yang dirasakan)
Tanyakan pada pasien, apakah dapat menunjukkan letak lokasi nyeri
yang dirasakan?
S : Sifiktif dan skill ( usaha yang dilakukan )
Usaha yang telah dilakukan pasien untuk mengatasi nyeri.
T : time ( waktu )
Berapa lama nyeri yang dialami pasien biasanya.
d. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit infeksi lain atau gangguan
sistem normonal myang berhubungan dengan faktor
genetika/keturunan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada pasien, apakah ada keluarga yang menderita
penyakit gout atau penyakit turunan lainnya misalnya DM atau
riwayat penyakit keluarga lain yang berhubungan dengan
penggunaan makanan, vitamin, riwayat perikarditis lesi katup,dll.
f. Pengkajian Psikososial-Spiritual
 Psikologi :Pasien merasa cemas dan takut untuk melakukan
gerakan atau
 Aktifitas Sosial :Hubungan interaksi pasien dengan
keluarga, perawat, dokter, dan sesama pasien lain.
 Spiritual :Pasien menjalankan ibadahnya menurut
kayakinan dan agama pasien yang dianut.
 Pemenuhan Kebutuhan
g. Pola makan
 Kaji kebiasaan makan klien selama dirumah sakit atau
dirumah
 Biasanya nafsu makan menurun
 Kesulitan untuk mengunyah
 Terjadi penurunan berat badan
h. Pola minum
 Kaji kebiasaan pola minum selama dirumah sakit, maupun
dirumah
 Nampak penurunan/masukan cairan yang tidak adekuat
 Terjadi kekeringan pada membrane mukosa
i.Eliminasi (Alvi)
Kaji pola kebiasaan BAB pada pasien misalnya warna dan
konsistensinya.
j.Istirahat tidur
Berhubungan dengan nyeri, nyeri tekan, menyebabkan pasien sulit
untuk istirahat tidur yang disertai karena adanya pengaruh gaya hidup
atau pekerjaan.
k. Aktivitas
Klien membatasi kegiatan berlebihan, biasanya pada klien dengan gout
berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak.
l. Kebutuhan kebersihan diri
Biasanya klien dengan penyakit semacam ini akan mengalami
kesulitan melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.Ketergantungan
dengan orang lain.
B. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Tampak cemas
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 150 / 90 mmHg 
Nadi : 65 x/menit
Suhu : (+/-)
Pernafasaan : (+/-)
Keadaan gizi : Normal
2. Sistem integument
a. Kulit nampak mengkilat
b. Integritas (edema)
3. Sistem musculoskeletal
a. Inpeksi :
 Perhatikan keadaan sendi-sendi.
 Amati kemerahan dan bengkak pada sekitar sendi.
b. Palpasi :
 Adanya nyeri sendi pada daerah yang disertai
kemerahan/bengkak.
Dengan skala nyeri :
Ringan : 0-3
Sedang : 3-7
Berat : 7-10
m. Sistem Penglihatan
Gejala ketelibatan mata namun pada gout penglihatan masih normal.
n. Sistem pernafasan
 Inpeksi : biasanya ditemukan kesimetrisan rongga dada klien tidak
sesak nafas, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan.
 Palpasi: taktil fremitus seimbang kiri kanan.
 Perkusi: suara resonan pada seluruh lapangan paru.
 Auskultasi: suara nafas hilang/melemah pada sisi yang sakit, biasanya
didapatkan suara ronki atau mengi.
o. Sistem kardiovaskular
a. Peningkatan denyut nadi.
b. Peningkatan tekanan darah.
c. Sistem Persarafan
Pada penderita goat terjadi keram..
C. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman
pengobatan dan perawatan di rumah.
D. Rencana Asuhan Keperawatan
Dx.
No. Tujuan & KH Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Setelah a. Kaji keluhan a. Membantu
rasa dilakukan nyeri, catat dalam
nyaman : tindakan lokasi dan mengendalikan
Nyeri keperawatan intensitas kebutuhan
berhubungan selama  x24 (skala 0-10). manajemen
dengan jam,diharapkan b. Catat faktor- nyeri dan
proses 1.Nyeri pasien faktor yang keefektifan
penyakit berkurang/hila mempercepat program.
ng dan tanda- b. Istirahat dapat
KH : tanda rasa menurunkan
a. Pasien sakit yang metabolisme
melaporkan nonverbal. setempat dan
adanya c.  Berikan mengurangi
penurunan posisi yang pergerakan
rasa nyeri nyaman pada pada sendi yang
b. Pasien tau klien, sendi sakit.
dan mau yang nyeri c. Bantalan yang
melakukan (kaki) empuk/lembut
tekhnik diistirahatkan akan mencegah
manajemen dan diberikan pemeliharaan
nyeri non bantalan. kesejajaran
farmakologis d. Berikan tubuh yang
c. Pasien kompres tepat dan
tampak rileks hangat atau menempatkan
dingin. stress pada
e. Cegah agar sendi yang
tidak terjadi sakit.
iritasi pada d. Pemberian
tofi, misal kompres dapat
menghindari memberikan
penggunaan efek
sepatu yang vasodilatasi dan
sempit, keduanya
terantuk mempunyai
benda yang efek
keras vasodilatasi dan
f. Ajarkan klien keduanya
untuk sering mempunyai
mengubah efek membantu
posisi tidur pengeluaran
g. Ajarkan endortin dan
penggunaan dingin dapat
tehnik menghambat
manajemen impuls-impuls
stress,misalny nyeri.
a relaksasi e. Bila terjadi
progresif, iriitasi maka
sentuhan akan semakin
terapeutik, nyeri. Bila
dan terjadi luka
pengendalian akibat tofi yang
nafas. pecah maka
rawatlah sucara
steril dan juga
perawatan drain
yang dipasang
pada luka.
f. Mencegah
terjadinya
kelelahan
umum dan
kekakuan sendi.
Menstabilkan
sendi,
mengurangi
gerakan atau
rasa sakit pada
sendi.
g. Meningkatkan
relaksasi,
memberikan
kontrol dan
mungkin
meningkatkan
kemampuan
koping.
2. Hambatan Setelah 1. Kaji tingkat 1) Tingkat
mobilitas dilakukan inflamasi aktifitas /
fisik tindakan atau rasa latihan
berhubungan keperawatan sakit pada tergantung dari
dengan nyeri selama  x24 jam, sendi. perkembangan
persendian diharapkan 2. Ajarkan pada atau resolusi
1. Tidak klien untuk dan proses
terdapat latihan ROM inflamasi.
hambatan pada sendi 2) Meningkatkan
mobilitas yang terkena atau
fisik, gout jika mempertahank
KH : memungkink an fungsi
 Pasien an. sendi, kekuatan
melaporkan 3. Pertahankan otot dan
adanya istirahat tirah stamina umum.
peningkatan baring/duduk Latihan yang
aktivitas jika tidak adekuat
 pasien mampu diperlukan. dapat
beraktivitas 4. Lakukan menimbulkan
sesuai ambulasi kakakuan sendi
kemampuanny dengan dan aktifitas
a bantuan yang
 pasien tidak misal dengan berlebihan
hanya bedrest menggunaka dapat merusak
n tongkat sendi.
dan berikan 3) Istirahat yang
lingkungan sistemik
yang aman selama
misalnya eksaserbasi
menggunaka akut dan
n pegangan seluruh fase
tangga pada penyakit yang
bak atau penting untuk
pancuran dan mencegah
toilet. kelelahan,
5. Kolaborasi mempertahank
dengan ahli an kekuatan.
terapi 4) Menghindari
fisik/okupasi cedera akibat
dan spesialis kecelakaan
vokasional. atau jatuh.
5) Berguna dalam
memformulasi
kan program
latihan/aktifitas
yang
berdasarkan
pada
kebutuhan,
individual dan
dalam
mengidentifika
si mobilisasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.M DENGAN

PENYAKIT ARTRITIS

I. IDENTITAS
 Nama : Ny.M
 Alamat : Desa Gayam Kec. Gondangwetan Kab. Pasuruan
 Jenis kelamin : Perempuan
 Umur : 75 tahun
 Status : Janda
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 Tingkat pedidikan ; Tidak tamat SD
 Riwayat Pekerjaan :
II. RIWAYAT KESEHATAN
 Keluhan yang dirasakan saat ini : Nyeri sendi di bagian kaki kanan
 Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir : Nyeri sendi di
bagian kaki kanan
 Penyakit saat ini : Nyeri Sendi
 Kejadian penyakit 3 bulan terakhir : asam urat
III. STATUS FISIOLOGIS
Bagaimana postur tulang belakang lansia : Tegap
Tanda-tanda vital dan status gizi :
(1) Suhu : 36, 7
(2) Tekanan darah : 130/70 mmHg
(3) Nadi : 89x/menit
(4) Respirasi : 20x/menit
(5) Berat badan : 47 kg
(6) Tinggi badan : 140 cm
IV. PENGKAJIAN HEAD TO TOE
1.Kepala :
Kebersihan : bersih
Kerontokan rambut : ya
Keluhan : tidak
Jika ya, jelaskan : tidak ada keluhan
2. Mata
Konjungtiva : anemis
Sklera : ikterik
Strabismus: tidak
Penglihatan : Kabur
Peradangan : tidak
Riwayat katarak : tidak
Keluhan : tidak
Jika ya, Jelaskan : tidak ada keluhan
Penggunaan kacamata : kadang- kadang
3. Hidung
Bentuk : simetris
Peradangan : tidak
Penciuman : tidak
Jika ya, jelaskan : tidak ada keluhan
4. Mulut dan tenggorokan
Kebersihan : baik
Mukosa : lembab
Peradangan/stomatitis : tidak
Gigi geligi : ompong
Radang gusi : tidak
Kesulitan mengunyah: tidak
Kesulitan menelan: tidak
5. Telinga
Kebersihan : bersih
Peradangan : tidak
Pendengaran : terganggu
Jika terganggu, jelaskan : sering tidak kedengaran kalau yg di ajak bicara
terlalu pelan
Keluhan lain : tidak
Jika ya, jelaskan : tidak ada keluhan
6. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak
JVD tidak
Kaku kuduk : tidak
7. Dada
Bentuk dada : normal chest
Retraksi : tidak
Wheezing : tidak
Ronchi : tidak
Suara jantung tambahan : tidak
Ictus cordis : ICS …………………
8. Abdomen
Bentuk : distend
Nyeri tekan : tidak
Kembung : tidak
Supel : ya
Bising usus : ada, frekwensi : 10 kali/menit
Massa : tidak,
9. Genetalia
Kebersihan : baik
Haemoroid : ya/tidak
Hernia : ya/tidak
10. Ekstremitas
Kekuatan otot : 3 (skala 1 – 5 )
Kekuatan otot
1 : lumpuh
2 : ada kontraksi
3 : Melawan grafitasi dengan sokongan
4 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
5 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
6 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh
Postur tubuh : tegap (normal)
Rentang gerak : maksimal
Deformitas : tidak, jelaskan …………………………………………
Tremor : tidak
Edema kaki tidak,
pitting edema/tidak
Penggunaan alat bantu : ya/tidak, jenis : ………………………………

Refleks
Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
Achiles + +
Keterangan :
Refleks + : normal
Refleks - : menurun/meningkat

11. Integumen
Kebersihan : baik
Warna : tidak
Kelembaban : Kering
Gangguan pada kulit: tidak, jelaskan ………………………………….
V. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK LANSIA (Tinneti, ME,
dan Ginter, SF, 1998)
1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Bangun dari kursi ( dimasukan dalam analisis )*
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursiterlebih
dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali.

Duduk ke kursi ( dimasukan dalam analisis )*


Menjatuhkan diri di kursi, tidak duduk di tengah kursi

Keterangan ( )* : kursi yang keras dan tanpa lengan


Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum perlahan-
lahan sebanyak 3 kali)

Menggerakan kaki, memegang obyek untuk dukungan, kaki tidak


menyentuh sisi-sisinya
Mata Tertutup
Sama seperti di atas (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan
untuk keseimbangannya)
Perputaran leher
Menggerakan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya, keluhan vertigo, pusing, atau keadaan tidak stabil.

Gerakan menggapai sesuatu


Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil, memegang sesuatu
untuk dukungan
Membungkuk

Tidak mampu untuk membungkuk, untuk mengambil obyek-obyek kecil


(misal : pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek untuk bisa berdiri lagi,
memerlukan usaha-usaha multiple untuk bangun.
2. Komponen gaya berjalan atau gerakan

Minta klien untuk berjalan pada tempat yang ditentukan  ragu-ragu,


tersandung, memegang obyek untuk dukungan.

Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki pada saat melangkah)


Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi ( > 2 inchi ).

Koninuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping pasien)


Setelah langkah-langkah awal, tidak konsisten memulai mengangkat satu
kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai.

Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)


Panjangnya langkah yang tidak sama (sisi yang patologis biasanya memiliki
langkah yang lebih panjang : masalah dapat terdapat pada pinggul, lutut,
pergelangan kaki atau otot sekitarnya).

Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang
klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dri sisi ke sisi.

Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan memegang obyek
untuk dukungan
1. Masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
(1) Apakah klien mengalami susah tidur
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Apakah klien murung atau menangis sendiri
(4) Apakah klien sering was-was atau kuatir

Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika


jawaban ya 1 atau lebih

Pertanyaan tahap 2
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
(4) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
(5) Cenderung mengurung diri

Lebih dari 1 atau sama dengan 1


jawaban ya, maka masalah emosional
ada atau ada gangguan emosional

Gangguan emosional

Kesimpulan: klien tidak mengalami gangguan emosional tidak mengalami


kesulitan tidur, banyak pikiran, ataupun murung sehingga masalah emosional
baik.
SKALA DEPRESI GERIATRIK

1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda ?


□ Ya □ Tidak
2 Apakah anda sudah menghentikan banyak kegiatan dan
hal-hal yang
menarik minat anda ?
□ Ya □ Tidak
3 Apakah anda merasa hidup anda hampa ?

□ Ya □ Tidak
4 Apakah anda sering merasa bosan ?

□ Ya □ Tidak
5 Apakah anda biasanya bersemangat / gembira ?

□ Ya □ Tidak
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada
anda ?
□ Ya □ Tidak
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup
anda ?
□ Ya □ Tidak
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ?

□ Ya □ Tidak
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari pada
keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru ?
□ Ya □ Tidak
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan
daya
ingat anda dibanding kebanyakan orang ?
□ Ya □ Tidak
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini
menyenangkan ?
□ Ya □ Tidak
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda
saat ini ?
□ Ya □ Tidak
13 Apakah anda merasa anda penuh semangat ?
□ Ya □ Tidak
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
harapan ?
□ Ya □ Tidak
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik
keadaannya dari
pada anda ?
□ Ya □ Tidak
Skor : Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal
- Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1.
- Skor antara 5 – 9 menunjukkan kemungkinan besar depresi.
- Skor 10 atau lebih merupakan depresi.
Hasil skor nya : 6 kemungkinan besar depresi
2. Tingkat kerusakan intelektual
Dengan menggunakan SPMSQ (short portable mental status quesioner).

Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini :

Benar Salah Nomor Pertanyaan


√ 1 Tanggal berapa hari ini ?
√ 2 Hari apa sekarang ?
√ 3 Apa nama tempat ini ?
√ 4 Dimana alamat anda ?
√ 5 Berapa umur anda ?
√ 6 Kapan anda lahir ?
√ 7 Siapa presiden Indonesia ?
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, secara menurun
JUMLAH 4

Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Kesimpulan : hasilnya 4 yang berarti intelektual kerusakan ringan
IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF
Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)
II. MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

Skor Skor
Maksimum Manula ORIENTASI
5 (3)
Sekarang (hari), (tanggal), (bulan), (tahun), berapa dan
( musim ) apa ?
5 (3) Sekarang kita berada dimana ? (jalan), (no rumah), (Kota),
(kabupaten), (Propinsi)
REGISTRASI
3 (2)
Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda, 1 detik untuk
tiap benda . Kemudian mintalah manula mengulang ke 3 nama
tersebut. Berikan satu angka untuk setiap jawaban yang benar.
Bila masih salah , ulanglah penyebutan ke 3 nama benda
tersebut, sampai ia dapat mengulangnya dengan benar.
Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah ( bola, kursi, sepatu )
( Jumlah percobaan .............................. )
ATENSI DAN KALKULASI
5 ( 0) Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari 100 ke bawah 1
angka untuk tiap jawaban yang benar. Berhenti setelah 5
hitungan. (93, 86, 79, 72, 65). Kemungkinan lain : ejalah kata
“dunia” dari akhir ke awal ( a-i-n-u-d )

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


3 (1) Tanyalah kembali nama ke 3 benda yang telah disebutkan
diatas. Berikan 1 angka untuk setiap jawaban yang benar.

BAHASA
9 ( 3) a. Apakah nama benda-benda ini ? ( Perlihatkan pensil
dan arloji )
( 2 angka )
b. Ulanglah kalimat berikut : ” Jika Tidak Dan Atau
Tapi ” ( 1 angka )
c. Laksanakan 3 buah perintah ini : ” Peganglah
selembar kertas dengan tangan kananmu, lipatlah
kertas itu pada pertengahan dan letakanlah di lantai ( 3
angka )
d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut : ”
PEJAMKAN MATA ANDA ” ( 1 ANGKA )
e. Tulislah sebuah kalimat ( 1 angka )
f. Tirulah gambar ini ( 1 angka )

Skor Total ( 12 )

Skor Nilai : 24 – 30 : Normal


Nilai : 17 – 23 : Probable gangguan kognitif
Nilai : 0 – 16 : Definitif gangguan kognitif
Kesimpulan : Dari ke 6 poin klien mendapatkan skor 12 yang artinya klien
memiliki definitif gangguan kognitif
V. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN
Kebiasaan merokok
(1) > 3 batang sehari
(2) < 3 batang sehari
(3) Tidak merokok

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

 Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi


Frekwensi makan
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari (√)
(4) Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan
(1) 1 porsi dihabis (√)
(2) ½ porsi yang dihabiskan
(3) < ½ porsi yang dihabiskan
(4) Lain-lain
Makanan tambahan
(1) Dihabiskan
(2) Tidak dihabiskan (√)
(3) Kadang-kadang dihabiskan
 Pola pemenuhan cairan
Frekwensi minum
(1) < 3 gelas sehari
(2) > 3 gelang sehari(√)
Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan :
(1) Takut kencing malang hari
(2) Tidak haus
(3) Persediaan air minum terbatas
(4) Kebiasaan minum sedikit
Jenis Minuman
(1) Air putih (2) Teh (√) (3) Kopi (4) susu (5) lainnya,
……………..
Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur
(1) < 4 jam(2) 4 – 6 jam (3) > 6 jam
Gangguan tidur berupa
(1) Insomnia (2) sering terbangun (3) Sulit mengawali (4) tidak ada
gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur
(1) santai (2) diam saja (3) ketrampilan (4) Kegiatan
keagamaan

Pola eliminasi BAB


Frekwensi BAB
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) Lainnya, ………………….
Konsisitensi
(1) Encer (2) Keras (3) Lembek
Gangguan BAB
(1) Inkontinensia alvi
(2) Konstipasi
(3) Diare
(4) Tidak ada
Pola BAK
Frekwensi BAK
(1) 1 – 3 kali sehari
(2) 4 – 6 kali sehari
(3) > 6 kali sehari
Warna urine
(1) Kuning jernih
(2) Putih jernih
(3) Kuning keruh
Gangguan BAK
(1) Inkontinensia urine
(2) Retensi urine
(3) Lainnya, …………………………………
Pola aktifitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan
(1) Membantu kegiatan dapur
(2) Berkebun
(3) Pekerjaan rumah tangga
(4) Ketrampilan tangan
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri
Mandi
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) < 1 kali sehari
Memakai sabun
(1) ya (3) tidak
Sikat gigi
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) Tidak pernah, alasan …………………………
Menggunakan pasta gigi
(1) ya (2) tidak
Kebiasaan berganti pakaian bersih
(1) 1 kali sehari
(2) > 1 kali sehari
(3) Tidak ganti
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari

Pengkajian Fungsional berdasar Barthel Indeks :

N AKTIVITAS NILAI
O
BANTUAN MANDIRI
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat 5 -10 15
tidur dan sebaliknya, termasuk duduk
di tempat tidur
3. Kebersian diri, mencuci muka, 0 5
menyisir, mencukur dan mengosok
gigi
4. Aktivitas toilet 5 10
5. Mandi 0 5
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika 10 15
tidak mampu berjalan lakukan dengan
kursi roda )
7. Naik turun tangga 5 10
8. Berpakaian termasuk mengenakan 5 10
sepatu
9. Mengontrol defekasi 5 10
10. Mengontrol berkemih 5 10
JUMLAH 100
Penilaian :
0–2 : Ketergantungan
21 – 61 : Ketergantungan berat / sangat tergantung
62 – 90 : Ketergantungan berat
91 – 99 :Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Pengkajian Fungsional berdasar Indeks KATZ dari AKS
A . Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian, dan mandi.
B . Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan.
D . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu
fungsi tambahan.
E . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil dan satu fungsi tambahan.
F . Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G . Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain: tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F.

Kesimpulan: indeks katz klien adalah A yang artinya kemandirian dalam hal
makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi.
Analisa data

N Data Etiologi Masalah


o
1 Ds : Pengendapan kristal Gangguan rasa
 Klien mengatakan nyaman nyeri
mengeluhkan nyeri Perangsangan respon
pada kaki sebelah fagositosis/leukosit
kanan
 Rasanya seperti Leukosit memakan
tertusuk tusuk kristal urat
 Klien mengatakan
nyeri timbul pada saat Mekanisme
ingin duduk atapun peradangan
berdiri dan pada
aktivitas berat Sirkulasi darah
Do : daerah radang
 P: nyeri karena tidak
terkontrolnya pola Vasolidasi dari
nutrisi klien kapiler
Q: nyeri seperti
tertusuk-tusuk. Eritema, panas
R: nyeri di bagian kaki
kanan Nyeri
S: skala nyeri 4
T: nyeri hilang timbul
 Klien memegangi kaki
kanan yang nyeri
2. Ds : Erosi tulang rawan,
 Klien mengatakan bila poliferasi sinovial &
sudah terlalu lama pembentukan panus
beraktivitas nyeri
semakin bertambah Degenerasi tulang
 Klien mengatakan rawan, sendi
kalau naik tangga
terasa sakit sekali Terbentuk tofus,
Do: fibrosis, akilosis
 TTV pada tulang
TD:120/80mmHg
N: 86x/menit Pembentukan tukak
S: 36,1 C pada sendi
RR:20/menit
 Klien memegangi kaki Tofus-tofus
yang sakit mengering

Kekakuan pada
sendi

Membatasi
pergerakan sendi

Hambatan mobilitas
fisik
Diganosa Prioritas Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian


Rencana Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Gangguan rasa nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Kaji keluhan nyeri, catat a. Membantu dalam
berhubungan dengan proses
selama  x24 jam,diharapkan lokasi dan intensitas (skala 0- mengendalikan
penyakit.
2.Nyeri pasien berkurang/hilang 10). kebutuhan manajemen
KH : b. Catat faktor-faktor yang nyeri dan keefektifan
a. Pasien melaporkan adanya mempercepat dan tanda-tanda program.
penurunan rasa nyeri rasa sakit yang nonverbal. b. Istirahat dapat
b. Pasien tau dan mau melakukan c.  Berikan posisi yang nyaman menurunkan
tekhnik manajemen nyeri non pada klien, sendi yang nyeri metabolisme setempat
farmakologis (kaki) diistirahatkan dan dan mengurangi
c. Pasien tampak rileks diberikan bantalan. pergerakan pada sendi
d. Berikan kompres hangat yang sakit.
e. Cegah agar tidak terjadi iritasi c. Bantalan yang
pada tofi, misal menghindari empuk/lembut akan
penggunaan sepatu yang mencegah
sempit, terantuk benda yang pemeliharaan
keras kesejajaran tubuh yang
f. Ajarkan klien untuk sering tepat dan
mengubah posisi tidur menempatkan stress
g. Ajarkan penggunaan tehnik pada sendi yang sakit.
manajemen stress,misalnya d. Pemberian kompres
relaksasi progresif, sentuhan dapat memberikan efek
terapeutik, dan pengendalian vasodilatasi dan
nafas. keduanya mempunyai
efek vasodilatasi dan
keduanya mempunyai
efek membantu
pengeluaran endortin
dan dingin dapat
menghambat impuls-
impuls nyeri.
e. Bila terjadi iriitasi
maka akan semakin
nyeri. Bila terjadi luka
akibat tofi yang pecah
maka rawatlah sucara
steril dan juga
perawatan drain yang
dipasang pada luka.
f. Mencegah terjadinya
kelelahan umum dan
kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan
atau rasa sakit pada
sendi.
g. Meningkatkan
relaksasi, memberikan
kontrol dan mungkin
meningkatkan
kemampuan koping.
2. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat inflamasi atau 1) Tingkat aktifitas /
berhubungan dengan nyeri
selama  x24 jam, diharapkan rasa sakit pada sendi. latihan tergantung dari
persendian
- Tidak terdapat 2. Ajarkan pada klien untuk perkembangan atau
hambatan mobilitas fisik, latihan ROM pada sendi resolusi dan proses
KH : yang terkena gout jika inflamasi.
 Pasien melaporkan adanya memungkinkan. 2) Meningkatkan atau
peningkatan aktivitas 3. Pertahankan istirahat tirah mempertahankan
 pasien mampu beraktivitas sesuai baring/duduk jika fungsi sendi, kekuatan
kemampuannya diperlukan. otot dan stamina
4. Lakukan ambulasi dengan umum. Latihan yang
bantuan misal dengan tidak adekuat dapat
menggunakan tongkat dan menimbulkan
berikan lingkungan yang kakakuan sendi dan
aman misalnya aktifitas yang
menggunakan pegangan berlebihan dapat
tangga pada bak atau merusak sendi.
pancuran dan toilet. 3) Istirahat yang sistemik
5. Kolaborasi dengan ahli selama eksaserbasi
terapi fisik/okupasi dan akut dan seluruh fase
spesialis vokasional. penyakit yang penting
untuk mencegah
kelelahan,
mempertahankan
kekuatan.
4) Menghindari cedera
akibat kecelakaan atau
jatuh.
5) Berguna dalam
memformulasikan
program
latihan/aktifitas yang
berdasarkan pada
kebutuhan, individual
dan dalam
mengidentifikasi
mobilisasi.
Implementasi Keperawatan

N Diganosa keperawatan Hari/tanggal Implementasi Evaluasi Paraf


o
1. Gangguan rasa nyaman nyeri 06/05/2020 1. Observasi kaji skala nyeri S: pasien mengatakan masih
b.d proses penyakit. 2. Mengukur vital sign mengeluhkan nyeri di bagian kaki
3. Berikan posisi yang nyaman yang kanan
O: keadaan umum: cukup
untuk pasien
TD: 120/80mmHg
4. Mengajarkan pasien teknik N: 82x/menit
relaksasi dan distraksi S: 36,3 C
5. Mengajarkan pasien mengubah RR: 20x/menit
posisi tidur skala nyeri: 4
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Ajarkan teknik
relaksasi dan distraksi
- Ajarkan untuknafas
dalam untuk mengurangi rasa
nyeri di persendian
2. Hambatan mobilitas fisik 06/05/2020 1. Mengajarkan dan membantu klien S:
berhubungan dengan nyeri untuk berpindah sesuai dengan  Ny. M mengatakan susah
persendian kebutuhan misalnya dari tempat untuk berjalan
tidur ke kursi  Ny.M mengatakn susah
2. Memantau penggunaan alat bantu berjalan tanpa berpegangan.
mobilitas  Ny.M mengatakan nyeri
3. Mengajarkan klien dalam latihan pada kakinya.
ROM aktif/pasif untuk  Ny.M mengatakan tidak
mempertahankan atau dapat berjalan jauh seperti
meningkatkan kekuatan dan keluar dari rumah untuk ke
ketahanan otot rumah anaknya.
4. Memotivasi klien untuk latihan O:
ROM aktif/pasif dan  Tremor pada kaki saat
merencanakan berdiri
 Tampak susah untuk berjalan
 Memiliki nilai resiko tinggi
jatuh
 Kekuatan otot
5 5

4 3
A: Hambatan mobilitas fisik
P: Intervensi di lanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. Kapita Selecta Kedokteran. Jilid 1, Jakarta : 1999.


Maryam, siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2
(Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Stanley, Mickey dkk. 2000. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Watson, Roger. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sylvia a price & Lorraine M Wilson. 1994. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I edisi III. Jakarta: Balai Penerbit.
Doengoes, Marilynn E , dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Fakultas Kedokteran UI.2000. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jilid I. Jakarta:
Media Aescul
Brunner & suddath. 2001. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta. EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.2.
Jakarta. EGC.
Reeves, Charlene J. 2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai