Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

GERONTIK
“Ditunjukkan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

DOSEN PENGAJAR:
Dameria Saragih, M. Kep

Disusun Oleh :

Intan Mandasari 181022

3B

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES RS HUSADA
JAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. Menurut

Nurarif A.H. & Kusuma H. (2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90 mmHg. Hipertensi

merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus pada

penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk beraktivitas seperti

biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes, 2018),

orang-orang akan tersadar memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang dirasakan

semakin parah dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Gejala yang sering

dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak

nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan kesadaran menurun (Nurarif A.H. &

Kusuma H., 2016). Hipertensi terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko.

Faktor-faktor risiko yang menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin,

obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit

ginjal dan diabetes melitus (Sinubu R.B., 2015).

Hipertensi pada lansia merupakan hal yang sering ditemukan dikarena

sebagian besar orang-orang paruh baya atau lansia berisiko terkena hipertensi.

Hipertensi pada lansia disebabkan oleh penurunan elastisitas dinding aorta, penebalan

katub jantung yang membuat kaku katub, menurunnya kemampuan memompa

jantung, kehilangan elastisitas pembuluh darah perifer, dan meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer (Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016). Penyebab lansia

menderita hipertensi diatas karena kemunduran fungsi kerja tubuh. 5 Poltekkes

Kemenkes Yogyakarta Faktor lain yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada


lansia adalah gaya hidup, seperti konsumsi junkfood, rokok, alkohol, dan olahraga

yang kurang. Pada makanan junkfood yang tinggi kalori, tinggi lemak, rendah serat,

dan tinggi natrium atau garam (Ridwan & Nurwanti, 2013). Tinggi lemak dan natrium

atau garam merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi, kemudian pada rokok

terdapat kandungan nikotin yang memicu kelenjar adrenal melepaskan epinefrin atau

adrenalin menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan membuat

jantung memompa lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea

G.Y., 2013). Konsumsi alkohol dapat meningkatkan keasaman darah yang membuat

darah menjadi lebih kental dan jantung menjadi lebih berat dalam memompa

(Komaling J.K., Suba B., Wongkar D., 2013), sedangkan olahraga yang kurang

merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan

yang diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global (Iswahyuni S., 2017).

Berdasarkan data tersebut, penulis ingin memberikan Terapi Aktivitas Kelompok

(TAK) penkes diet hipertensi di lingkungan kel. Madusel

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

setelah melaksanakan kegiatan praktik di lingkungan kel. Madusel Jakarta Pusat

diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada dalam kelompok lansia

melalui pengkajian gerontik

b. Menentukan diagnosa keperawatan secara kelompok

c. Menentukan prioritas pemecahan masalah

d. Membuat rencana keperawatan sesuai dengan prioritas masalah

e. Mengimplementasikan rencana keperawatan sesuai dengan prioritas masalah


f. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama kelompok lansia

g. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah dilakukan

dengan baik dan benar.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Lansia

Seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas dapat

dikatakan sebagai lansia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi

merupakan suatu proses yang berangsur-angsur yang mengakibatkan

perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh

dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh (UU No 13

tahun 1997, dalam Kholifah, 2016).

Menua merupakan proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam

Aspiani,2014).

B. Batasan Lansia

Batasan-batasan lansia menurut WHO 2008 meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age), antara 45 sampai 59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) antara 75 samapi 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.


9

Menurut Siti Maryam (2009) dalam Ratnawati (2017), batasan-

batasan lansia di kategorikan sebagai berikut:

1. Pralansia (Prasenilis) : seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2. Lansia : seseorang yang berusia diatas 60 tahun.

3. Lansia resiko tinggi : seseorang yang berusia 70 tahun ke atas atau usia

60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

4. Lansia potensial : lansia yang masih mampu untuk melakukan

pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan uang.

5. Lansia tidak potensial : lansia yang sudah tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.

C. Tipe-tipe Lanjut Usia

Tipe-tipe lansia menurut Azizah (2011) sebagai berikut :

1. Tipe arif bijaksana

Lansia yang kaya akan hikmah pengalaman dalam menyesuaikan diri

dengan perubahan jaman, memiliki kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhana, darmawan, memenuhi undangan, dan dapat menjadi

panutan.

2. Tipe mandiri

Lansia yang mampu mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan

kegiatan-kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman

pergaulan, serta mampu memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Lansia yang dengan konflik lahir batin menentang proses menua, yang

menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik


10

jasmaniah,kehilangan kekuasaan, status teman yang disayangi, mudah

marah, tidak sabaran, mudah tersinggung, sangat menuntut, sulit

dilayani dan pengkritik.

4. Tipe pasrah

Lansia yang menerima serta menunggu nasib baik, memiliki konsep

habis gelap datang terang, rajin mengikuti kegiatan beribadah,

pekerjaan apasaja dilakukan.

5. Tipe bingung

Lansia yang kehilangan kepribadian, sering mengasingkan diri, merasa

minder, menyesal, pasif, mental, sosial dan ekonominya.

D. Proses Menua

Proses menua adalah suatu proses biologis yang tidak dapat

dihindari, yang dialami oleh setiap orang. Menua merupakan suatu proses

menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri dan mempertahankan struktur serta fungsinya secara normal,

ketahanan terhadap injury termasuk adanya infeksi. Proses menua mulai

berlangsung dari seorang mencapai tahap dewasa, misalanya terjadinya

kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga

lama-kelamaan tubuh akan mati. Setiap orang mempunyai fungsi fisiologis

tubuh yang berbeda-beda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi

ataupun saat menurunya. Kebanyakan pencapaian puncaknya pada umur

20-30 tahun. Setelah mencapai puncaknya, fungsi tubuh akan berada

dalam kondisi tetap utuh dalam beberapa waktu, lama-kelamaan akan


11

menurun sedikit demi sedikit seiring bertambahnya usia (Aspiani, 2014).

Ada beberapa teori yang membahas tentang proses menua yaitu :

1. Teori biologi

Teori biologis didalam proses penuaan mengacu pada asumsi

bahwa proses menua merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam

struktur dan fungsi tubuh selama masa kehidupan (Zairt,1980 dalam

Aspiani, 2013). Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi

tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk di dalamnya adalah

pengaruh agen patologis. Teori ini berfokus dalam mencari determinan-

determinan yang dapat menghambat proses penuaan fungsi organisme.

Fungsi organisme dapat mempengaruhi dampak terhadap organ tubuh

lainnya dan dapat berkembang sesuai dengan peningkatan usia

kronologis. Aspiani (2014) menyimpulkan bahwa teori penuaan

menurut teori biologis sebagai berikut:

a. Teori Genetik Clock

Menurut teori ini menua sudah terprogram secara genetik setiap

spesies-spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya

mempunyai jam genetik yang telah diputar menurut suatu

replikasi tertentu. Secara teoritis dapat dimungkinkan memutar

jam ini lagi meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh-

pengaruh di luar, berupa peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit dengan obat-obatan, atau dengan tindakan tertentu.


12

b. Teori Mutasi Somatik (Eror Catastrophe Theory)

Menurut teori ini penuaan disebabkan oleh kesalahan yang

beruntutan dalam jangka waktu lama melalui traskripsi dan

translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan terbentuknya enzim

yang salah dan berakibat pada metabolisme yang salah, sehingga

mengurangi fungsional sel.

c. Teori Autoimun (Auto Immune Theory)

Menurut teori ini proses metabolisme didalam tubuh suatu saat

akan menghasilkan zat khusus. Ada beberapa jaringan tubuh

tertentu yang tidak tahan terhadap suatu zat, sehingga

mengakibatkan jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.

d. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas terbentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal

bebas (kelompok atom) yang masuk ke dalam tubuh akan

menyebabkan oksidasi oksigen berbahan organik, seperti

karbohidrat dan protein

e. Teori Rantai Silang

Didalam teori ini penuaan disebabkan oleh adanya sel-sel yang

sudah tua atau telah usang yang menghasilkan ikatan yang kuat,

khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini mengakibatkan jaringan

menjadi kurang elastis, kaku dan hilangnya fungsi tubuh.


13

2. Teori psikososial.

Aspiani (2014) menyimpulkan bahwa penuaan menurut teori

psikososial diantranya :

a. Activity Theory (teori aktivitas)

Didalam teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus eksis

dan aktif didalam kehidupan sosialnya untuk mencapai kesuksesan

di hari tua. Aktivitas dalam teori ini dipandang sebagai sesuatu yang

vital untuk memenuhi kepuasan pribadi. Teori ini berdasar pada

asumsi bahwa: (1) Aktif lebih baik dari pada pasif (2) Gembira lebih

baik daripada tidak gembira (3) Orang tua adalah orang yang baik

untuk mencapai sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan

bergembira. Penuaan menyebabkan penurunankegiatan secara

langsung.

b. Teori Kontinuitas

Dalam teori ini memandang bahwa tua merupakan keadaan yang

selalu terjadi dan berkesinambungan yang harus dihadapi oleh semua

orang. Adanya suatu kepribadian berlanjut yang mengakibatkan

adanya perilaku yang meningkatkan stress.

c. Disanggement Theory

Terputusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan masyarakat,

dan hubungan dengan individu lain.

d. Teori Stratisfikasi Usia

Dalam teori ini dijelaskan orang yang digolongkan dalam usia tua

akan mempercepat proses penuaan.


14

e. Jung Teory

Didalam teori ini dijelaskan bahwa terdapat lingkungan hidup yang

mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan.

f. Course of Human Life Theory

Teori ini menjelaskan seseorang dalam berhubungan dengan

lingkungan ada tingkat maksimumnya.

g. Devlopment Task Theory

Setiap tingkat kehidupan memiliki tugas perkembangan sesuai

dengan usianya.

3. Teori Lingkungan

Aspiani (2014) menyimpulkan penuaan menurut teori lingkungan

diantaranya:

a. Teori Radiasi

Setiap hari manusia terpapar oleh radiasi, baik dari sinar ultraviolet

ataupun dalam bentuk gelombang mikro yang telah menumpuk

didalam tubuh tanpa terasa dapat mengakibatkan perubahan struktur

DNA dalam sel hidup maupun sel rusak dan mati.

b. Teori Stres

Stres fisik maupun psikologis dapat menyebabkan pengeluaran

neurotransmiter tertentu yang bias mengakibatkan perfusi jaringan

menurun sehingga jaringan mengalami kekurangan oksigen dan

mengalami gangguan metabolisme sel sehingga dapat terjadi

penurunan jumlah cairan dalam sel dan penurunan eksisitas

membran sel.
15

c. Teori Polusi

Lingkungan yang tercemar dapat mengakibatkan tubuh mengalami

gangguan sistem psikoneuroimunologi yang dapat mempercepat

terjadinya proses penuaan.

d. Teori Pemaparan

Terpaparnya sinar matahari sama dengan terpaparnya sinar

ultraviolet yang dapat mempengaruhi susunan DNA sehingga proses

penuaan atau kematian sel bisa terjadi.

E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Kemampuan mulai berkurang saat orang bertambah tua. Aspiani

(2014) menyimpulkan perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Fisik

a. Sel

Jumlah sel sedikit, ukurannya menjadi lebih besar, berkurangnya

cairan intra seluler, porposi protein di otak, ginjal, dan hati menurun,

jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu.

b. Sistem Persyarafan

Respon menjadi lambat dan menurunnya hubungan antar

persyarafan, berat otak menurun, syaraf panca indra mengecil

sehingga menyebabkan berkurangnya penglihatan dan pendengaran,

mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, sensitif terhadap suhu,

ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap

sentuhan.
16

c. Sistem Penglihatan

Menurunnya lapang pandang dan daya akomodasi mata, kekeruhan

pada mata sehingga menjadi katarak, pupil muncul sclerosis, daya

membedakan warna menurun.

d. Sistem Pendengaran

Menurunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada

yang tinggi, suara menjadi tidak jelas, sulit memahami kata-kata,

membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan atosklerosis.

e. Sistem Kardivaskuler

Terjadinya penurunan elastisitas oarta, katup jantung menebal dan

menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun,

kurangnya elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas

pembuluh darah perifer dalam memenuhi oksigenasi, perubahan

pada posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa

mengakibatkan tekanan darah menurun, dan tekanan darah meninggi

akibat dari meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap memiliki suatu suhu

tertentu, kemunduran terjadi karena beberapa faktor yang

mempengaruhinya antara lain: temperatur tubuh menurun,

keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak sehingga menyebabkan rendahnya aktivitas otot.


17

g. Sistem Respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,

menurunya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas,

menarik napas menjadi lebih berat, menurunya kapasitas pernafasan

maksimum, dan menurunnya kedalaman dalam bernafas, serta

kemampuan kekuatan otot pernafasan menurun.

h. Sistem Gastrointestinal

Gigi yang tanggal menjadi banyak, menurunnya sensifitas indra

pengecap, pelebaran esophagus, tidak memiliki rasa lapar, asam

lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik usus

menurun, dan sering timbul konstipasi, dan fungsi absorpsi menurun.

i. Sistem Genitourinaria

Otot vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun, frekuensi

buang air kecil meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva,

selaput lendir mengering, menurunnya elastisitas jaringan dan

disertai penurunan frekuensi seksual.

j. Sistem Endokrin

Hampir semua produksi hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH)

penurunan sekresi hormon kelamin misalnya : estrogen,

progesteron, dan testeron.

k. Kulit atau Integumen

Kulit keriput karena kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit

kasar, dan bersisik akibat kehilangan proses keratinisasi, serta

perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis, rambut menipis,


18

berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dam vaskularisasi,

perubahan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh,

serta kelenjar keringan menjadi berkurang.

l. Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, terjadi penipisan dan

pemendekan tulang, persendian menjadi besar dan kaku, tendon

mengerut, dan mengalami sclerosis, atrofi serabut otot sehingga

gerakan menjadi lambat, terjadi kram otot, dan tremor.

2. Perubahan Kondisi Mental

Perubahan-perubahan mental erat sekali dengan perubahan fisik

terutama organ perasa, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan, atau

pengetahuan, factor keturunan dan lingkungan. Adanya kekacauan

mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut

ditelantarkan karena tidak berguna. Munculnya perasaan kurang

mandiri serta bersifat introvert (Aspiani, 2014).

3. Perubahan Psikososial

Masalah perubahan psikososial dan reaksi individu terhadap

perubahan ini sangat beragam, tergantung kepribadian individu yang

bersangkutan. Orang yang menjalani hidupnya dengan bekerja, tiba-tiba

dihadapkan untuk menyesuaikan diri dengan masa pensiun. Perubahan

yang menjadikan kehidupan mereka merasa kurang melakukan kegiatan

yang berguna.
19

Aspiani (2014) menyimpulkan perubahan psikososial pada lansia

meliputi :

a. Pensiun

b. Sadar akan kematian

c. Perubahan cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan, bergerak

terbatas

d. Ekonomi, karena pemberhentian dari jabatan, biaya hidup

meningkat, bertambahnya biaya pengobatan

e. Timbul penyakit kronis

f. Kesepian karena pengasingan dari lingkungan sosial

g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan gangguan

pendengaran

h. Kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri dan perubahan konsep diri.

F. Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lansia

Menurut pendapat Stieglitz (1945) dalam Aspiani(2014), terdapat empat

penyakit yang erat hubungannya dengan proses menua, yaitu :

1. Terjadi gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan

pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak, koroner dan ginjal

2. Terjadi gangguan metabolisme hormonal misalnya Diabetes Melitus,

klimakterium dan ketidakseimbangan tiroid.

3. Terjadi gangguan pada persendian, misalnya Osteoarthritis,gout

arthritis, ataupun penyakit kolagen lainnya


20

4. Gangguan berbagai macam neoplasma.

Menurut Azizah (2011) penyakit lain yang sering terjadi pada

lansia diantaranya :

1. Penyakit pada sistem pernafasan

Fungsi paru terjadi kemunduran karena datangnya usia tua sehingga

elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia

lanjut kekuatan kontraksi otot pernafasan berkurang sehingga susah

bernafas.

2. Penyakit sistem kardiovaskular

Pada orang lansia, besar jantung akan sedikit mengecil. Yang paling

sering mengalami penurunan fungsi adalah rongga bilik kiri, karena

berkurangnya aktivitas. Sel-sel otot jantung juga mengalami penurunan

sehingga mengakibatkan menurunya kekuatan otot.

3. Penyakit sistem hematologi

Kelainan sistem hematologi yang paling sering terjadi adalah sirkulasi

jumlah sel darah merah menurun. Kondisi ini disebut anemia. Anemia

terjadi karena produksi sel darah merah oleh sum-sum tulang berkurang

atau tingginya penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia

pada lansia sering kali terjadi dan sering multifactorial, kegagalan

dalam mengevaluasi anemia pada orang tua mengakibatkan lambatnya

penegakan diagnosis.

4. Penyakit sistem pencernaan

Menurunnyaproduksi saliva pada lansia, dapat mempengaruhi proses

perubahan kompleks karbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah


21

sebagai pelicin makanan berkurang sehingga proses menelan menjadi

lebih sukar.

5. Penyakit pada persendian dan tulang

Penyakit persendian ini akibat dari degenerasi atau kerusakan pada

permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada lanjut usia

terutama yang gemuk. Keluhan yang dirasakan biasanya linu-linu,

pegal, dan kadang terasa seperti nyeri. Biasanya yang terkena yaitu

persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi-sendi penahan tubuh

(lutut dan panggul). Hal ini disebabkan oleh gangguan metabolisme

asam urat dalam tubuh.

6. Penyakit sistem urogenital

Peradangan pada sistem urogenital banyak dijumpai pada wanita lanjut

usia berupa peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal

akibat sisa air seni dalam vesika urinaria (kandung kemih). Keadaan ini

diakibatkan karena berkurangnya tonus kandung kemih dan adanya

tumor yang menyumbat saluran kemih. Pada pria sisa seni dalam

kandung kemih dapat menyebabkan pembesaran kelenjar prostat. Pada

pria lanjut usia banyak terjadi kasus kanker pada kelenjar prostat.

7. Penyakit yang disebabkan proses keganasan kanker

Semakin tua seseorang semakin mudah terkena penyakit kanker. Pada

wanita, kanker banyak dijumpai pada rahim, payudara dan saluran

pencernaan sedangkan pada pria paling banyak dijumpai pada paru-

paru, saluran pencernaan, dan kelenjar prostat.


22

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien

(Wahyuni, 2016).

1. Identitas

Identitas Lansia (nama, alamat, jenis kelamin, umur, status, agama,

suku, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, sumber pendapatan,

tempat tinggal sekarang, lama tinggal) Identitas klien yang biasa di

kaji pada penyakit hipertensi adalah usia karena penyakit hipertensi

sering terjadi pada lansia dengan usia diatas 50 tahun.

2. Riwayat Kesehatan

a. Status kesehatan saat ini : keluhan terlazim yang dirasakan lansia

dengan hipertensi yaitu nyeri kepala bagian belakang, tengkuk

terasa pegal, kaku dan sakit. Keluhan yang dirasakan dapat hilang

timbul dan timbul saat terjadi peningkatan tekanan darah

(Udjianti,2011). Menurut Mubarak (2008) jika lansia mengatakan

nyeri, dapat dikaji dengan pengkajian PQRST sebagai berikut:

Provoking (pemicu) yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri

hipertensi yaitu kelelahan/kecapekan.

Quality (kualitas) kualitas nyeri hipertensi berupa nyeri

tajam/nyeri tertusuk-tusuk.
23

Region (daerah) daerah nyeri karena hipertensi terdapat pada

kepala bagian belakang, leher dan pundak.

Severity (skala) skala nyeri hipertensi tergantung pada pasien

menunjuk skala nyeri. Penilaian skala nyeri dapat dilakukan

dengan menggunakan :

i. Skala Deskriptif

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriptif (Sumber :

Andarmoyo, 2013, h.45)

ii. Skala Numerik

Gambar 2.2 Skala Intensitas Nyeri Numerik (0-10)

(Sumber : Andarmoyo, 2013, h. 45 )

iii. Skala Analog Visual

Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Analog Visual

(Sumber : Andarmoyo, 2013, h.45)


24

iv. Skala Ekspresi Wajah

Gambar 2.4 Skala Intensitas Nyeri Ekspresi Wajah

(Sumber : Andarmoyo, 2013, h.45)

Time (waktu) seberapa lama nyeri berlangsung, nyeri

hipertensi berupa nyeri hilang timbul dan kadang-kadang

menetap.

b. Masalah kesehatan kronis : lansia diajarkan dan diminta untuk

mengisi format pengkajian masalah kesehatan kronis untuk

mengetahui riwayat kesehatan kronis pasien. Instrument yang

digunakan yaitu pengkajian masalah kesehatan kronis.

c. Riwayat kesehatan masa lalu : bertanya kepada pasien apakah

pernah memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung, DM, stroke,

dan ginjal dan lain-lain. Perlu ditanyakan juga riwayat

jatuh/kecelakaan, riwayat dirawat di Rumah Sakit, Riwayat

pemakaian obat pasien dengan hipertensi biasanya mengonsumsi

antihipertensi (Aspiani,2014).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga : bertanya kepada pasien apakah ada

didalam keluarga yang mempunyai riwayat penyakit

genetik/keturunan seperti hipertensi, jantung, DM, stroke, dan

ginjal. Perlu ditanyakan juga silsilah keluarga pasien (Aspiani,

2014).
25

3. Status Fisiologis

1. Pola Kesehatan Sehari-hari

a. Nutrisi

Mengkaji jenis makanan dan minuman yang di konsumsi

lansia, kebiasaan makan, makanan yang tidak disukai dan

disukai, pantangan makan dan keluhan saat makan. Makanan

yang dapat menyebabkan hipertensi mencakup makanan yang

tinggi garam, lemak dan kolesterol. Pola makan perlu

diwaspadai, pembatasan asupan natrium (komponen utama

garam) sangat dianjurkan karena baik untuk kesehatan

penderita hipertensi (Nurhidayat, 2015). Pasien hipertensi

dengan keluhan nyeri kepala kadang-kadang merasakan mual/

muntah saat makan, penurunan berat badan dan riwayat

pemakaiaan diuretik (Nurhidayat S, 2015).

b. Eliminasi

Mengakaji frekuensi, konsistensi, kebiasaan dan keluhan

pasien saat buang air besar dan buang air kecil.

c. Istirahat/tidur

Pasien hipertensi sering mengalami kesukaran untuk istirahat

karena nyeri kepala.

d. Aktivitas Sehari-hari

Pasien dengan hipertensi mengalami kesukaran untuk

beraktivitas karena mudah lelah saat melakukan aktivitas dan

nyeri kepala dapat menganggu aktivitas. Mengkaji


26

kemandirian dan keseimbangan lansia dalam beraktifitas

dengan menggunakan instrumen format index katz, indek

barthel dan format keseimbangan lansia.

e. Personal Hygiene

Adanya kesukaran untuk melakukan perawatan diri karena

pasien dengan hipertensi lebih sering mengalami nyeri kepala

dan mudah lelah.

f. Reproduksi dan seksual

Pasien lansia terjadi penurunan gairah seksual akibat dari

beberapa pengobatan hipertensi.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda Vital dan Status Gizi

Keadaan umum: keadaan umum pasien hipertensi dengan

keluhan nyeri kepala umumnya lemah.

Kesadaran: kesadaran klien Composmentis, Apatis sampai

Somnolen.

TTV: suhu normal (36-37°C), nadi meningkat pada arteri

korotis, jugularis, dan pulsasi radialis (>80x/menit), tekanan

darah meningkat (>140/90 mmHg) dan pernafasan meningkat

>20x/menit.

b. Sistem respirasi

Inspeksi: bila melibatkan sistem pernafasan, umumnya

ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak napas,

tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan.


27

Palpasi: fremitus antara kanan dan kiri seimbang.

Perkusi: suara resonan pada seluruh lapang paru.

Auskultasi: suara napas hilang atau melemah pada sisi yang

sakit biasanya didapatkan suara ronki dan mengi.

c. Sistem Cardiovaskuler

Denyut jantung cepat, tekanan darah meningkat, pengisian

kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin

dan pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal, kulit pucat,

sianosis.

d. Sistem Neurosensori

Gejala: keluhan nyeri kepala (terjadi saat bangun tidur dan

menghilang secara spontan setelah beberapa jam, terjadi

gangguan penglihatan secara spontan setelah beberapa jam,

terjadi gangguan penglihatan).

Tanda: status mental terjadi perubahan keterjagaan, dan

disorientasi.

e. Sistem Pencernaan

Gejala: ketidakmampuan dalam mengkonsumsi makanan atau

cairan yang tidak adekuat karena mual, muntah, anorexsia, dan

kesulitan untuk mengunyah makanan.

Tanda: penurunan berat badan, membrane mukosa tidak

lembab.
28

f. Sistem Metabolisme-integumen

Kulit pada pasien hipertensi mengalami keringat yang

berlebih, mukosa bibir dan turgor kulit terjadi

penurunan karena nafsu makan yang turun, terjadi

edema di daerah tertentu.

g. Sistem Muskuloskeletal

Terjadi kelemahan fisik, respon motorik terjadi

penurunan genggaman, biasanya terjadi perubahan

gaya berjalan.

h. Sistem genitourinaria

Produksi urine dalam batas normal serta tidak ada

keluhan pada sistem perkemihan, kecuali sudah

menderita penyakit hipertensi yang sudah komplikasi

ke ginjal.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokontriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuer, iskemia miokard.

2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

dan iskemia.

3.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan retensi Na.

4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.


29

5.Ketidakefektifan koping berhubungan dengan mekanisme koping tidak

efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.

6.Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan

gangguan sirkulasi oksigan ke otak.

7. Resiko cidera berhubungan dengan kelemahan fisik.

8. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang proses penyakit dan perawatan diri.

C. Perencanaan Keperawatan

Menurut Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner (2016),

intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan

berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan

outcome pasien. Intervensi dibedakan menjadi dua yaitu intervensi

perawatan langsung dan tidak langsung. Intervensi perawatan langsung

merupakan suatu perawatan yang dilakukan melalui interaksi dengan

pasien. Intervensi perawatan langsung mencakup seluruh tindakan

keperawatan baik fisiologis maupun psikososial, dimana dalam hal ini

dapat dilakukan dengan tindakan “menggunakan tangan” maupun tindakan

yang lebih mendukung dan konseling. Intervensi perawatan tidak langsung

merupakan perawatan yang dilakukan tidak langsung kepada pasien

maupun sekelompok pasien tetapi dengan izin pasien. Intervensi

perawatan tidak langsung mencakup tindakan keperawatan yang mengatur

lingkungan perawatan pasien serta kolaborasi dengan disiplin ilmu

lainnya. Tindakan tersebut mendukung efektifitas intervensi keperawatan


30

yang bersifat langsung (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner,

2016).

E. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan suatu realisasi rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga

meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien

selama dan sesudah dilakukan tindakan, serta menilai data yang baru.

Dalam proses keperawatan, implementasi merupakan suatu fase ketika

perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan yang sudah dibuat.

Berdasarkan terminology SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan

mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan

khusus yang diperlukan dalam melaksanakan intervensi atau program

keperawatan. Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan

keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan

kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan

keperawatan dan respons pasien terhadap tindakan tersebut (Kozier, 2011).

F. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan fase kelima dan fase terakhir dalam

proses keperawatan. Evaluasi merupakan suatu aspek penting dalam

proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi akan

menentukan apakah intervensi keperawatan tersebut harus diakhiri,

dilanjutkan, atau diubah. Evaluasi berjalan kontinu, evaluasi yang

dilakukan ketika atau segera setelah mengimplementasikan program

keperawatan memungkinkan perawat segera memodifikasi intervensi

tersebut. Evaluasi yang dilakukan pada interval tertentu (misalnya, satu


31

kali seminggu untuk pasien perawatan dirumah) menunjukan tingkat

kemajuan untuk mencapai tujuan dan memungkinkan perawat untuk

memperbaiki kekurangan dan memodifikasi rencana asuhan sesuai dengan

kebutuhan (Kozier, 2011).

BAB III
TINJAUN KASUS

A. Kasus
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik ini dilaksanakan di kel. Mangga dua
selatan pada tanggal 24-29 Mei 2021, perawata mengadakan kunjungan rumah
sebanyak 3 lansia dengan usia lansia 60-70 tahun. Klien Ny.S berusia 67 tahun
beragama islam memiliki riwayat hipertensi sejak 35 tahun yang lalu dan klien
mengatakan sering pusing, badan terasa berat dan klien mengatakan sudah
mengetahui riwayat hipertensi tetapi klien tetap mengkonsumsi makan-makanan yang
gurih-gurih dan asin, klien Ny.J berusia 68 tahun beragama islam memiliki riwayat
hipertensi sejak 30 tahun yang lalu mengeluh kaki sering sakit, terkadang timbul nyeri
pada tengkuk, pandangan matanya kabur, lemas dan klien mengatakan sering kontrol
setiap 3 bulan sekali tetapi semejak pandemi jarang kontrol, klien Ny.E berusia 61
tahun beragama islam, klien mengatakan sering pusing, kakinya sering sakit, klien
mengatakan stress semenjak anak-anaknya tinggal dengan suaminya dan klien
mengatakan suka mengkonsumsi yang gurih.

B. Asuhan Keperawatan Gerontik


1. PENGKAJIAN
Alamat Lingkungan : Jl Mangga besar 13 Rt.10 Rw.04 kel.madusel
kec.sawah besar
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini
Keadaan Ny.S saat ini kurang membaik. Klien mengeluh dengan penyakitnya,
klien mengatakan mederita penyakit hipertensi, klien mengatakan sering pusing,
32

badan terasa berat. Klien Ny.J mengeluh kaki sering sakit, terkadang timbul nyeri
pada tengkuk, pandangan matanya kabur. Ny.E mengatakan sering pusing dan
kakinya sering sakit.

b. Masalah kesehatan keluarga/keturunan


Ny.S dan Ny.J mengatakan memiliki riwayat keturunan Hipertensi sedangkan
untuk Ny.E mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit Hipertensi.

3. KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Biologi
1. Pola makan
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga
tidak sama Ny.S dan, Ny.J mengatakan mempunyai kebiasaan makan
tidak tentu kadang 2x bisa lebih tetapi porsi dikit, klien mengatakan
sudah mengetahui ada hipertensi tetapi suka makan-makanan yang
gurih dan asin. Klien Ny.E makan seadanya 3x sehari, dan klien
mengatakan suka mengkonsumsi yang gurih .

2. Pola minum
Klien mengatakan minum ±8 gelas/hari.
3. Pola tidur
Ny.S jarang sekali tidur siang, karena sulit untuk tidur, dan untuk
malam hari kadang terganggu jika nyeri kakinya timbul. Klien Ny.J
sering tidur siang 1-2 jam, untuk malam biasanya tidur pukul 22.00
sampai dengan 05.00 dan setelah itu tidak tidur lagi. Klien Ny.E
mengatakan sesekali kadang tidur siang. Dan untuk tidur malam
biasanya jam 22.30
4. Pola eliminasi (BAB/BAK)
Ny.S mengatakan di malam hari sering BAK , klien Ny.J dan Ny. E
tergantung banyaknya air yang diminum kalau minumnya banyak
BAK bisa lebih 4x sehari. Klien BAB minimal 1x dalam sehari.

5. Aktifitas sehari-hari
Klien mengatakan aktifitas sehari-harinya hanya tidur, mengobrol, dan
menonton tv.
6. Rekreasi
Klien mengatakan setiap hari hanya menonton TV dan jalan jalan
kalau ada acara
33

b. Psikologis
1. Keadaan emosi
Masalah emosional negatif (-)
c. Sosial
1. Hubungan antar keluarga
Ny.S mengatakan tinggal bersama anak bontotnya tetapi anak
bontotnya kerja berangkat pagi pulang malam dan jarang ada waktu.
Klien Ny.J mengatakan tinggal bersama anak, mantu dan cucu dan
Ny.E mengatakan tinggal sediri anak anaknya sekarang sudah mencar
di bawa suaminya.
2. Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan sering mengobrol dengan teman-teman ngaji dan
tetangga rumah. Klien mengatakan senang bergaul dengan orang lain.
d. Spiritual/kultural
1. Pelaksanaan ibadah
Klien mengatakan selalu melaksanakan ibadah shalat 5 waktu sering
mengikuti pengajian.
2. Keyakinan tentang kesehatan
Klien mengatakan sudah takdir ia menderita penyakit seperti ini, dan ia
hanya akan berserah kepada tuhan. Klien mengatakan tidak ada nilai-
nilai yang bertentangan dengan kesehatan.
I. PEMERIKSAAN FISIK

No Sistem Ny.S Ny.J Ny.E

1. TTV TD:150/90 mmHg TD:150/80mmH TD:140/80 mmHg


g
N: 81x/menit N: 79x/menit
N:76 x/menit
S: 36 0C S: 36,50C
S: 36,1 0C
RR: 22x/menit RR: 21x/menit
RR: 22x/menit

2. Kulit/kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala bersih,


bersih, tidak ada bersih, tidak ada tidak ada benjolan,
benjolan, rambut benjolan, rambut rambut bersih tidak
bersih tidak ada bersih tidak ada ada ketombe dan
ketombe dan tidak ketombe dan tidak rontok
rontok dan sering tidak rontok
pusing

3. Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva


34

ananemis Sklera ananemis Sklera ananemis Sklera


anikterik anikterik anikterik.
Penglihatan
kabur

4. Telinga Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
cairan yang keluar cairan yang cairan yang keluar
dari dalam telinga keluar dari dalam dari dalam telinga
telinga

5. Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
benjolan benjolan benjolan

6. Mulut Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
stomatitis stomatitis stomatitis

7. Dada/thorax Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada


simetris, tidak ada simetris, tidak simetris, tidak ada
otot bantu nafas, ada otot bantu otot bantu nafas,
suara nafas nafas, suara suara nafas
vesikuler nafas vesikuler vesikuler

8. Abdomen Tidak ada distensi Tidak ada Tidak ada distensi


abdomen distensi abdomen abdomen

9. Ekstremitas Kaki sering sakit Kaki sering sakit Kaki sering sakit
dan pegel

10 Kesimpulan Keluhan pada kaki Kaki sering sakit Sering pusing kaki
sering sakit dan pandangan mata sering sakit dan
kepala sering kabur Riwayat stress
pusing, terkadang Hipertensi
timbul nyeri pada
tengkuk dan lemas
Riwayat hipertensi

II. INFORMASI PENUNJANG


a. Diagnosa medis dari Pelayanan Kesehatan
Hipertensi
b. Hasil Laboratorium
Tidak ada
c. Terapi medis yang dijalankan
Hanya kepuskesmas untuk cek tekanan darah

III. ANALISA DATA


1. Data Fokus
35

Data Subyektif Data Obyektif


- Klien mengatakan sering pusing - Klien tampak lemas
- Klien mengatakan lemas - Klien sering kali beristirahat sejenak
- Klien mengatakan badan terasa saat berjalan
berat - Klien tampak sering memegangi kakiya
- Klien mengatakan sering sakit kaki - Aktivitas klien tidak dibantu
- Klien mengatakan terkadang timbul - Mukosa bibi klien lembab
nyeri pada tengkuk - Klien sedikit terlalu paham dengan apa
- Klien mengatakan biasanya tekanan yang diderita saat ini
darahnya 150/90 mmhg
- Klien mengatakan makan 3x sehari
- Klien mengatakan nafsu makan
kadang kadang menurun.
- Klien mengatakan sudah
mengetahui riwayat hipertensi
tetapi klien tetap mengkonsumsi
makan-makanan yang gurih-gurih
dan asin
- Klien mengatakan tidur siang
1sampai 2 jam
- Klien mengatakan tidur malam ±7
- klien mengatakan sering kontrol
setiap 3 bulan sekali tetapi semejak
pandemi jarang kontrol
- klien mengatakan stress semenjak
anak-anaknya tinggal dengan
suaminya.
- Klien mengatakan setiap hari
mengkonsumsi obat amlodipin 1x1
-

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)


36

Tanggal Tanggal Nama


No. Diagnosa Keperawatan (P&E)
Ditemukan Teratasi Jelas

1 Manejemen kesehatan tidakefektif b.d 24 MEI 2021 INTAN


ketidakefektifan pola perawatan
kesehatan keluarga

24 MEI 2021 INTAN


Ketidakefektifan pemeliharaan
2 kesehatan b.d ketidakmampuan
mengatasi masalah

Koping komunitas tidakefektif b.d


3 ketidakcukupan sumber daya 24 MEI 2021 INTAN
masyarakat (mis:istirahat, rekreasi,
dukungan sosial)

A. Intervensi Acara
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti penyuluhan mengenai teknik relaksasi dan distraksi
selama 1x30 menit. Diharapkan seluruh klien mampul mengerti dan memahami
serta dapat menerapkan teknik relaksasi dan distraksi dengan bener.
2. Tujuan Khusus
a) Menjelaskan pengertian teknik relaksasi dan distraksi
b) Menyebutkan tujuan teknik relaksasi dan distraksi
c) Menyebutkan manfaat teknik relaksasi dan distraksi
d) Meredemonstrasikan teknik distraksi dan relaksasi dengan benar
B. Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Selasa, 25 Mei 2021

Jam : 14:00 s/d selesai

C. Metode
Metode yang digunakan dalam TAK ini adalah
D. Media dan alat
37

1) Lembar balik
2) Leaflet
E. Setting Tempat
F. Pembagian tugas
1. T.cader
a) Menyiapkan dan menyusun proposal kegiatan TAK
b) Memimpin jalannya TAK dengan baik dan tertib
c) Membuka kegiatan TAK
d) Leader memperkenalkan diri
e) Menyampaikan tujuan dari kegiatan TAK
f) Menyebutkan peraturan/tata tertib selama kegiatan TAK
g) Menjelaskan permainan yang akan dilakukan selama kegiatan TAK
h) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok selama kegiatan
TAK

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)


38

Pokok Bahasan : Hipertensi

Sub Pokok Bahasan : Teknik distraksi dan relaksasi

Sasaran : warga kel. Madusel

Hari/Tanggal : selasa 25 Mei 2021

Tempat : halaman rumah

Waktu : 30 menit

Penyuluh : Intan Mandasari

I. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 30 menit diharapkan peserta dapat


memahami tentang teknik distraksi, peserta menyatakan keinginan untuk melakukan
teknik distraksi dan mendemonstrasikan cara teknik distraksi.

II. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )

Setelah mendapatkan penyuluhan setelah 30 menit peserta diharapkan dapat :

1. Menyebutkan pengertian teknik distraksi dan relaksasi dengan benar


2. Menyebutkan 3 tujuan teknik distraksi dan relaksasi dengan benar
3. Menyebutkan 2 manfaat teknik distraksi dan relaksasi dengan benar
4. Menyebutkan 4 jenis teknik distraksi dan relaksasi dengan benar
5. Meredemonstrasikan teknik distraksi dan relaksasi dengan benar

III. Materi Penyuluhan

1. Pengertian teknik distraksi dan relaksasi


2. Tujuan teknik distraksi dan relaksasi
3. Manfaat teknik distraksi dan relaksasi
4. Jenis- jenis teknik distraksi dan relaksasi
5. Demonstrasikan teknik distraksi dan relaksasi
39

IV. Metode Penyuluhan

a. Ceramah
b. Tanya jawab/Diskusi
c. Demonstrasi dan redemonstrasi

V. Media Penyuluhan
a. Leaflet
b. Lembar balik
c. Alat
1. Buku cerita

VI. Rencana Kegiatan Penyuluhan

N Kegiatan Uraian Kegiatan


o
Penyuluh Audience
1 Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
(5 Menit) b. Menyampaikan tujuan penyuluhan b. Menyetujui tujuan
c. Melakukan apresiasi penyuluhan
c. Mengikuti apresiasi
40

2 Penyampaian a. Menjelaskan tentang teknik distraksi a. Peserta mengerti tentang


Materi dan relaksasi teknik distraksi
(20 menit) b. Menjelaskan tentang tujuan teknik
b. Peserta mengerti tentang
distraksi dan relaksasi
tujuan teknik distraksi
c. Menjelaskan tentang manfaaat
teknik distraksi dan relaksasi c. Peserta mengerti tentang

d. menjelaskan tentang jenis teknik manfaat teknik distraksi

distraksi dan relaksasi d. Peserta mengerti tentang jenis


e. Meredemonstrasikan teknik distraksi teknik distraksi
dan relaksasi
e. Peserta mampu
meredemonstrasikan teknik
distraksi

3 Penutup a. Melakukan evaluasi a. Menjawab pertanyaan


(5 menit) b. Menyimpulkan materi penyuluhan b. Menyimak kesimpulan
dan hasil diskusi c. Menjawab salam
c. Mengucapkan salam

VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. SAP dan media telah dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum pelaksanaan
b. Pemberi materi telah menguasai seluruh materi
c. Tempat dipersiapkan H-1 sebelum pelaksanaan
d. Mahasiswa berada ditempat sesuai kontrak waktu yang telah disepakati
2. Evaluasi Proses
a. Proses pelaksanaan sesuai rencana
b. Anggota lansia aktif dalam diskusi dan tanya jawab
c. Anggota lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. 60% peserta dapat menyebutkan pengertian, tujuan,manfaat teknik distraksi.
b. Peserta memiliki keinginan untuk melakukan teknik distraksi
41

c. Klien dapat meredemonstrasikan cara teknik distraksi

VIII. Sumber

Alimun, A.Aziz. (2012). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta : Salemba


Medika.

Ari, Kunto. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.

Asikin, Nuralamsyah & Susaldi. (2016). Keperawatan kardiovaskular. Jakarta : Salemba


Medika.

Aspiani, Reny, Yuli. (2010). Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan
kardiovaskular. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Carpenito. (2013). Diagnosa keperawatan : Aplikasi pada praktek klinik. Jakarta : EGC.

Immanuel. (2014). Teknik distraksi dan relaksasi. Bandung : RS Immanuel.

Mansjoer. (2010). Kapita selekta kedokteran edisi 4. Jakarta : Medika Aesculapius.


FKUI.

Triyono, Endang. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi secara


terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu.
42

LAMPIRAN MATERI

TEKNIK DISTRAKSI (PENGALIHAN)

A. PENGERTIAN
Teknik distraksi adalah mengalihkan perhatian kita dari sesuatu seperti nyeri.
Kita menggunakan metode ini tanpa menyadari ketika kita menonton televisi atau
mendengarkan radio,mengalihkan pikiran kita dari kekhawatiran atau cemas suatu
masalah atau mungkin rasa sakit yang kita alami.

Teknik relaksasi Relaksasi adalah kegiatan yang memadukan otak dan


otot. Otak yang "lelah" dibuat tenang dan otot yang tegang dibuat relaks. Jika
seseorang melakukan relaksasi, puncaknya adalah fisik yang segar dan otak
yang siap menyala kembali. Oleh karena itu, relaksali melibatkan komponen-
komponen penting tubuh yang secara terus menerus dipakai, misalnya
pancaindra, pernapasan, aliran darah, (sistem kardiovaskuler), otak dan otot-otot
rangka,

B. Tujuan teknik distraksi dan relaksasi


1. Untuk pengalihan
2. Menjauhi perhatian terhadap sesuatu yang sedang dihadapi (nyeri)
3. Untuk menghilangkan rasa nyeri
4. Menurunkan kecemasan
5. Meningkatkan ketenangan

C. Manfaat teknik distraksi dan relaksasi


1. Seseorang yang menerima teknik ini merasa lebih nyaman
2. Merasa berada pada situasi yang lebih menyenangkan
3. Menghilangkan stres
4. Untuk meningkatkan relaksasi otot
5. Untuk mengurangi rasa cemas
43

D. Lagkah langkah relaksasi

1. Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada lansia


2. Ciptakan lingkungan yang tenang
3. Usahakan tetap rileks dan tenang
4. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara dengan
hitungan 1,2,3
5. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut
6. Anjurkan bernafas dengan normal 3 kali
7. Menarik nafas lagi dari mulut secara perlahan
8. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
9. Usahakan agar tetap konsentrasi
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga benar-benar rileks
11. Ulangi selama 15 menit, selingi dengan istirahat singkat setiap 5 kali pernafasan
12. Lakukan evaluasi

E. Jenis-jenis teknik distraksi dan relaksasi


Jenis-jenis teknik distraksi adalah sebagai berikut :
1. Distraksi visual
Melihat pertandingan,menonton televisi,membaca koran, melihat pemandangan
dan menggambar.

2. Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukainya atau suara burung, serta
gemercik air, individu dianjurkan memilih musik yang disukai dan musik tenang
seperti musik dangdut, dan diminta untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama
lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu
seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.
44

3. Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan kegemaran
ditempat tidur seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.

Anda mungkin juga menyukai