Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

KONSEP DASAR LANJUT USIA

Oleh :
1. Putu Lydia Kusuma Riawan (P07120219078)
2. Putu Nanda Aura Nhaha Putri Yasa (P07120219090)
3. Ni Made Dwinda Permata Anandhi (P07120219092)

Kelompok 10
Kelas : 3.B

Prodi/Jurusan: STr.Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGATAR

Om Swastyastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan berkah dan rahmatNya bagi kelancaran pembuatan makalah untuk pemenuhan
nilai mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak/ibu dosen yang sudah membimbing dan kepada sumber yang kami gunakan
dalam pembuatan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi
maupun teknik penulisannya, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, Januari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………..2
Daftar Isi……………………………………………………………………….....3
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………………...4
A. Latar Belakang…………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………5
C. Tujuan……………………………………………………………………..5
BAB 2 Pembahasan…………………….….....…………………………………..6
A. Definisi Lansia…………………………………………………………….6
B. Batasan Lanjut Usia…………………...…………………………………..6
C. Klasifikasi Lansia……………...…….………………………………........7
D. Karakteristik Lansia…………………………………………………….....7
E. Ciri Ciri Lansia……………………………………………………….........8
F. Tipe Lansia………………………………………………………………...8
G. Perubahan yang terjadi pada usia lanjut…………………………………...11
H. Masalah yang terjadi pada usia lanjut………………………………….....12
I. Tujuan pelayanan kesehatan pada usia lanjut…………………………......15
J. Perkembangan lansia……………………………………………………...15
K. Tugas perkembangan lansia……………………………………………....16
L. Pendekatan pada perawatan lansia……………………………………......16
M. Prinsip etika pada pelayanan kesehatan lansia …………………………...17
N. Mitos dan stereotip seputar lansia…………………………………….......18

BAB 3 Penutup………………………………………………………………......20
A. Kesimpulan……………………………………………………………….20
Daftar Pustaka………………………………………………………………….....21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lanjut usia menurut UU No 13 Tahun 1998 adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 tahun ke atas (Kholifah. 2016). Lansia merupakan bagian dari masyarakat yang perlu
diperhatikan, dari segala aspek kehidupan mereka, terutama di bidang kesehatan. Karena
semakin usia bertambah, lansia semakin banyak yang dikeluhkan terkait masalah kesehatan.
Keluhan yang dirasakan lansia baik yang mengganggu aktivitas mereka atau tidak, sangatlah
memerlukan suatu tindakan pengobatan.

Perubahan normal ( alami) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ
tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut heruhan dan rontok, penglihatan
menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang
tinggi badan. menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang
keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru
berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding
pembuluh darah menchal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien,
terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan
reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun. Terjadi
perubahan abnormal padafisik lansia. Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat
dihilangkan melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak,
kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.

Sebagian besar lansia di Indonesia telah mempunyai respon aktif terhadap keluhan
kesehatan yang mereka alami. Dalam melakukan asuhan keperawatan, sudah menjadi
kewajiban hagi tenaga kesehatan terutama perawat untuk melakukan pembaharuan ilmu terkait
perawatan pada usia lanjut.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan lanjut usia (lansia) ?
2. Berapa batasan umur yang termasuk kedalam lanjut usia ?
3. Apa saja klasifikasi lanjut usia ?
4. Bagaimana karakteristik lansia ?
5. Bagaimana ciri ciri lansia ?
6. Apa saja tipe-tipe lansia ?
7. Apa saja perubahan yang terjadi pada usia lanjut ?
8. Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada lanjut usia ?
9. Apa tujuan pelayanan kesehatan pada lansia ?
10. Apa saja tugas perkembangan lansia ?
11. Bagaimana pendekatan pada perawatan lansia ?
12. Apa saja prinsip etika pada pelayanan kesehatan lansia ?
13. Apa saja mitos dan stereotip seputar lansia ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari lanjut usia (lansia)
2. Mngetahui batasan umur lanjut usia
3. Mengetahui klasifikasi lanjut usia
4. Mengetahui karakteristik lansia
5. Mengetahui ciri ciri lansia
6. Mengetahui tipe-tipe lansia
7. Mengetahui perubahan yang terjadi pada usia lanjut
8. Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada lanjut usia
9. Mengetahui tujuan pelayanan kesehatan pada lansia
10. Mengetahui tugas perkembangan lansia
11. Mengetahui pendekatan pada perawatan lansia
12. Mengetahui prinsip etika pada pelayanan kesehatan lansia
13. Mengetahui mitos dan stereotip seputar lansia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI LANSIA.

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Menurut UU No. 13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia disebutkan bahwa lansia adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process
atau proses penuaan (World Health Organization dalam Padila, 2013).

Lanjut usia adalah fenomena biologis yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu.
UU No. IV. Tahun 1965 Pasal 1, menyatakan bahwa seseorang dapat dikatakan lanjut usia
setelah mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain (Ratnawati, 2017).

Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahateraan lanjut usia, lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia di atas 60 tahun (Ratnawati, 2017).

Lansia merupakan proses alami yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap
kehidupannya, yaitu neonatus, toodler, pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa, dan menjadi
lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis (Padila, 2013).

B. BATASAN LANJUT USIA.

Beberapa pendapat tentang batasan usia adalah sebagai berikut:

1. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :


a. Usia Pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun.

6
2. Kementrian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokkan menjadi usia lanjut (60-69
tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi, (lebih dari 70 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan).
3. Menurut UU No.13 tahun 1998 (dalam Muhith, 2016) tentang kesejahteraan lanjut usia,
yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Analisis Lansia,
Kemenkes RI, 2017).

C. KLASIFIKASI LANSIA.

Depkes RI (2003) mengklasifikasikan lansia dalam kategori berikut :

1. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.


2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.

D. KARAKTERISTIK LANSIA.

Lansia memiliki tiga karakteristik sebagai berikut:

1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
kesehatan).
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

7
E. CIRI-CIRI LANSIA.

Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut:

a. Lansia merupakan periode kemunduran.


Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia
yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia
dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi
ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam
segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan
sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan
sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan
lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk
pula. Contoh lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan
memiliki harga diri yang rendah.

F. TIPE LANSIA.

Dalam Nugroho (2000), banyak ditemukan bermacam-macam tipe lansia. Beberapa yang
menonjol diantaranya:

8
1. Tipe arif bijaksana
Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhii undangan
3. Tipe tidak puas
Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, manantang proses penuaan yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.
4. Tipe pasrah
Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan beribadah,
ringan kaki, melakukan berbagai jenis pekerjaan.
5. Tipe bingung
Kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak
acuh. Lansia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya.
Tipe ini antara lain:
• Tipe optimis
Lansia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, memandang lansia dalam
bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti
kebutuhan pasifnya.
• Tipe konstruktif
Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai toleransi
tinggi, humoris, fleksibel dan sadar diri. Biasanya sifat ini terlihat sejak muda.
• Tipe ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak
berambisi, masih sadar diri, tidak mempunyai inisiatif, dan tidak praktis dalam
bertindak.

9
• Tipe defensif
Sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, selalu
menolak bantuan, emosi sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan,
bersifat kompulsif aktif, takut mengahadi "menjadi tua" dan menyenangi masa
pensiun.
• Tipe militan dan serius
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang dan bisa menjadi
panutan
• Tipe pemarah frustasi
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan
orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk dan sering mengekspresikan
kepahitan hidupnya.
• Tipe bermusuhan
Lansia yang selalu menganggap orang lain yang menyebbakan kegagalan,
selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Umumnya memiliki pekerjaan
yang tidak stabil di saat muda, menganggap menjadi tua sebagai hal yang tidak
baik, takut mati, iri hati pada orang yang masih muda, senang mengadu untung
pekerjaan, dan aktif menghindari masa yang buruk
• Tipe putus asa, membenci dan menyalahkan diri sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi, mengalami
penurunan sosio- ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri, lansia tidak hanya
mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, menganggap usia lanjut sebagai
masa yang tidak menarik dan berguna.

Berdasarkan tingkat kemandirian yang dinilai berdasarkan kemampuan dalam


melakukan aktivitas sehari-hari (indek Katz), lansia dikelompokkan menjadi beberapa tipe,
yaitu (1) lansia mandiri sepenuhnya, (2) lansia mandiri dengan bantuan langsung dari
keluarganya, (3) lansia mandiri dengan bantuan tidak langsung, (4) lansia dengan bantuan
badan sosial, (5) lansia di panti wredha, (6) lansia yang dirawat di RS,dan (7) lansia dengan
gangguan mental.

10
G. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA USIA LANJUT
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan
psikologis.
1. Perubahan Fisik
a. Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan tampilan dan
fungsi fisik. Lansia menjadi lebih pendek akibat adanya pengurangan lebar bahu
dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan diameter pelvis. Kulit menjadi tipis
dan keriput, masa tubuh berkurang dan masa lemak bertambah.
b. Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya penebalan
dan kaku, terjadi penurunan kemampuan memompa darah (kontraksi dan
volume) elastisistas pembuluh darah menurun serta meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
c. Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas paru, otot- otot
pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas residu meningkat
sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,
kemampuan batuk menurun dan terjadinya penyempitan pada bronkus.
d. Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia mempengaruhi fungsi
dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah
serat elastis berkurang dan keriput serta kulit kepala dan rambut menipis,
rambut dalam hidung dan telinga menebal, vaskularisasi menurun, rambut
memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku
kaki tumbuh seperti tanduk.
e. Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem
saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun serta lambat dalam
merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress,
berkurangnya atau hilangnya lapisan mielin akson sehingga menyebabkan
berkurangnya respon motorik dan refleks.
f. Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca monopause yang
dapat mengalami kehilangan densitas tulang yang masif dapat mengakibatkan
osteoporosis, terjadi bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku
(atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
g. Perubahan gastroinstestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi penurunan asam
lambung, peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun,

11
ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun sehingga
menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.
h. Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah ke ginjal
menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun
sehingga kemampuan mengonsentrasikan urine ikut menurun.
i. Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat menyebabkan
otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi retensi urine.
j. Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi yang dapat
menyebabkan ganguan pendengaran dan tulang-tulang pendengaran mengalami
kekakuan.
k. Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun terhadap
sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang
menurun, dan katarak (Siti dkk, 2008).
2. Perubahan Psikologis
Pada lansia dapat dilihat dari kemampuanya beradaptasi terhadap kehilangan fisik,
sosial, emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup.
Ketakutan menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan gambaran
yang negatif tentang proses menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut
menumbuhkan angapan negatif tersebut, dimana lansia dipandang sebagai individu
yang tidak mempunyai sumbangan apapun terhadap masyarakat dan memboroskan
sumber daya ekonomi (Fatimah, 2010).
3. Perubahan Kognitif
Pada lansia dapat terjadi karena mulai melambatnya proses berfikir, mudah lupa,
bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangak pendek dan baru merrupakan hal
yang sering terjadi (Fatimah 2010).
4. Perubahan Sosial
Post power syndrome, single woman,single parent, kesendirian,kehampaan, ketika
lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan meninggal (Siti dkk, 2008).

H. MASALAH KESEHATAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA


Nugroho.W (2008) dalam Padila (2013), menyatakan berbagai masalah kesehatan dan penyakit
yang cenderung terjadi pada lansia yang terkait dengan masalah fisik, antara lain:
1) Kurang Bergerak

12
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang
bergerak, penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot,
gangguan saraf, serta penyakit jantung dan pembuluh darah
2) Instabilitas (Mudah Jatuh)
Jatuh pada usila merupakan masalah yang sering terjadi penyebabnya multi faktor,
banyak yang berperan di dalamnya baik faktor intrinsik maupun dari dalam diri usila
sendiri.
3) Mudah Lelah
Mudah lelah disebabkan, faktor fisiologis (perasaan bosan, keletihan dan depresi)
gangguan organis misalnya anemia kurang vitamin, perubahan tulang, gangguan
pencernaan, gangguan sistem peredaran darah dan melelahkan daya kerja otot.
4) Inkontinensia Urine/ Gangguan Eliminasi
Sering ngompol yang tapa disadari merupakan salah satu keluhan utama pada lanjut
usia. Inkontinensia adalah pengeluaran urine atau fees yang tanpa disadari dalam
jumlah dan frekuensi yang cukup, sehingga mengakibatkan masalah gangguan
kesehatan atau sosial.
5) Gangguan Intelektual
Gangguan intelektual merupakan kumpulan gejala klinik yanq meliputi gangquan fungi
intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya
aktivitas kehidupan sehari-hari. Kejadian in meningkat dengan cepat mulai usia 60
sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5% lansia yang berusia 60-74 tahun
mengalami demensia, delirium, Alzheimer, sedanakan pada usia setelah 85 tahun
kejadian ini meningkat mendekati 50%. Salah satu hal yang dapat menyebabkan
gangguan intelektual adalah depresi sehingga perl dibedakan dengan gangguan
intelektual lainnya.
6) Gangguan Panca Indra, Komunikasi, Penyembuhan, dan Kulit
Akibat proses menua semua panca indra berkurang fungsinya, demikian juga gangguan
pada otak, saraf dan otot- otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkan
terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering rapuh dan mudah
rusak dengan trauma yang minimal, dan gangguan pendengaran, hilangnya
pendengaran terhadap nada muni berfrekuensi tinggi, pada penglihatan kelainan lensa
mata reflek direk lemah, presbiopi dan lainnya.
7) Infeksi

13
Infeksi merupakan salah satu msalah pada lansia. Beberapa faktor resiko yang
menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi,
kekebalan tubuh yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh,
terdapatnya berbagai penyakit sekaligus yang menyebabkan daya tahan tubuh yang
sangat berkurang, selain itu faktor lingkungan dan keganasan kuman akan
mempermudah tubuh mengalami infeksi.
8) Depresi
Perubahan status sosial, serta perubahan akibat proses menua menjadi salah satu
pemicu munculnya depresi pada lansia. Gejala depresi sering tidak dapat diketahui
penyebabnya, karena gejala depresi yang muncul sering kali dianggap sebagai suatu
bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas.
9) Berat Badan Menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh pada umumnya nafsu makan menurun karena
kurang adanya gairah hidup atau kelesuan. Adanya penyakit kronis, gangguan pada
saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu, faktor sosial ekonomi.
10) Sulit buang air besar
Seperti kurangnya gerak fisik, makan yang kurang mengandung serat, kurang minum,
ataupun akibat pemberian obat- obat tertentu. Akibat pengosongan isi usus menjadi
sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan dan kotoran menjadi keras dan kering pada
keadaan tertentu dapat mengakibatkan berupa penyumbatan pada usus disertai rasa
sakit pada daerah perut.
11) Kurang Gizi
Kekurangan gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan
yang bergizi, isolasi sosial, gangguan panca indra, kemiskinan, hidup seorang diri,
gangguan mental, gangguan tidur, obat- obatan, dan lainnya.
12) Impotensi
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup
untuk melakukan senggama yang memuaskan, yang terjadi paling sedikit 3 bulan.
13) Gangguan Tidur
Lance dan Seal mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan faktor penting yang
berpengaruh terhadap kualitas tidur. Keluhan kualitas tidur siring dengan bertambahnya
usia. Gangguan tidur tidak saja menunjukkan indikasi adanya kelainan jiwa yang dini,
tetapi merupakan keluhan hampir 30% penderita yang berobat ke dokter. Gangguan

14
tidur dapat disebabkan oleh: Faktor ekstrinsik (luar) misalnya lingkungan yang kurang
tenang dan Faktor intrinsik, baik organik (nyeri, gatal, sakit gigi, kram betis, dll),
maupun psikogeni (depresi, kecemasan, stress, dan marah yang tidak tersalurkan,
iritabilitas)

I. TUJUAN PELAYANAN KESEHATAN PADA LANSIA.

Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam memudahkan petugas


kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan, perawatan dan meningkatkan mutu
pelayanan bagi lansia. Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :

a) Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggi-tingginya,


sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental.
c) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu penyakit
atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian yang optimal.
d) Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia yang berada
dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi kematian dengan tenang dan
bermartabat.
e) Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat
informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial lansia dan
pusat pemberdayaan lansia.

J. PERKEMBANGAN LANSIA.

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia.
Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir
dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan
tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada
makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit,
tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan
kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit,

15
sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan
penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya
sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik.

K. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA.

Menurut Ericksson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.
Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari
dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitamya,
maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap
perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam, dll.

Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun


2. Mempersiapkan diri untuk pensiun
3. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

L. PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA.


a. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui perhatian
terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih dapat dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas penyakitnya.
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi 2 bagian:
• Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia
masih mampu melakukannya sendiri.
• Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini, terutama yang berkaitan
dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatan.
16
b. Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lansia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung terhadap segala sesuatu yang
asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki
kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak
untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa puas. Perawat harus selalu.
memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service. Bila ingin mengubah
tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya
secara perlahan dan bertahap.
c. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat dalam
melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan
sesama klien lansia berarti menciptakan sosialisasi. Pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahwa lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang
lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antar
lansia maupun lansia dengan perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu
dimotivasi untuk membaca surat kabar dan majalah.

M. PRINSIP ETIKA PADA PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada lansia adalah (Kane et al,
1994, Reuben et al, 1996):

a) Empati. Istilah empati menyangkut pengertian "simpati atas dasar pengertian yang
dalam artinya upaya pelayanan pada lansia harus memandang seorang lansia yang sakit
dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh
penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan,
sehingga tidak memberi kesan over protective dan belas-kasihan. Oleh karena itu semua
petugas geriatrik harus memahami proses fisiologis dan patologik dari penderita lansia.
b) Non maleficence dan beneficence. Pelayanan pada lansia selalu didasarkan pada
keharusan untuk mengerjakan yang baik dan harus menghindari tindakan yang
menambah penderitaan. Sebagai contoh, upaya pemberian posisi baring yang tepat
untuk menghindari rasa nyeri, pemberian analgesik (kalau perlu dengan derivat

17
morfina) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal
yang mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.
c) Otonomi. Yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja hak
tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang geriatri hal tersebut berdasar pada
keadaan, apakah lansia dapat membuat keputusan secara mandiri dan bebas. Jadi secara
hakiki, prinsip otonomi berupaya untuk melindungi penderita yang fungsional masih
kapabel (sedangkan non-maleficence dan beneficence lebih bersifat melindungi
penderita yang inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah memakai
prinsip paternalisme, dimana seseorang menjadi wakil dari orang lain untuk membuat
suatu keputusan (misalnya seorang ayah membuat keputusan bagi anaknya yang belum
dewasa).
d) Keadilan. Yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan perlakuan yang sama
bagi semua. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak
mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
e) Kesungguhan hati. Suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang diberikan
pada seorang lansia.

N. MITOS DAN STEREOTIP SEPUTAR LANSIA.

Menurut Maryam (2008) mitos-mitos seputar lansia antara lain:

1) Mitos kedamaian dan ketenangan


Adanya anggapan bahwa lansia dapat santai menikmati hidup, hasil kerja dan jerih
payahnya di masa muda. Berbagai guncangan kehidupan seakan akan sudah berhasil
dilewati.
2) Mitos konservatif dan kemunduran
Konservatif berarti kolot, bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi dan keadaan yang
belaku. Adanya anggapan bahwa lansia tidak kreatif, menolak inovasi, berorientasi ke masa
silam, kembali ke masa anak-anak, sulit berubah, keras kepala dan cerewet. Kenyataannya
tidak semua lansia bersikap dan memiliki pemikiran demikian.
3) Mitos berpenyakitan
Adanya anggapan bahwa masa tua dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang
disertai berbagai penyakit dan sakit-sakitan. Kenyataannya tidak semua lansia

18
berpenyakitan. Saat ini sudah banyak jenis lansia pengobatan serta lansia yang rajin
melakukan pemeriksaan berkala sehinggan lansia sehat dan bugar.
4) Mitos senilitas tetap
Adanya anggapan bahwa sebagian lansia mengalami pikun. Kenyataannya banyak yang
masih tetap cerdas dan bermanfaat bagi masyarakat, karena banyak cara untuk
menyesuaikan diri terhadap penurunan daya ingat.
5) Mitos tidak jatuh cinta
Adanya anggapan bahwa para lansia tidak lagi jatuh cinta dan bergairah kepada lawan jenis.
Kenyataannya, perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa serta perasaan
cinta tidak berhenti hanya karena menjadi tua.
6) Mitos aseksualitas
Adanya anggapan bahwa pada lansia terjadi penurunan hubungan seks, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang. Kenyataannya kehidupan seks para lansia
normal-normal saja dan tetap bergairah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya para lansia
yang meskipun telah ditinggal mati oleh pasangannya masih memiliki keinginan untuk
menikah lagi.
7) Mitos ketidakproduktifan
Adanya anggapan bahwa para lansia tidak produktif lagi. Kenyataannya banyak para lansia
yang mencapai kematangan, kemantapan, dan produktivitas mental maupun material.

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Karakteristik lansia yaitu: berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan dan
masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial
hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif dan Lingkungan
tempat tinggal yang bervariasi.

Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun


2. Mempersiapkan diri untuk pensiun
3. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

Pendekatan pada lansia bisa dengan pendekatan fisik (melalui perhatian terhadap
kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupny), pendekatan
psikologis (berperan sebagai pendukung terhadap segala sesuatu yang asing, penampung
rahasia pribadi dan sahabat yang akrab), dan pendekatan sosial (melalui pendekatan dengan
orang lain/sosialisasi).

20
DAFTAR PUSTAKA

Damanik, Sri Melfa and Hasian, (2019) Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik.
Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Kristen Jakarta.
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.
Savitri, Gemini. Dkk. 2021. Keperawatan Gerontik. Aceh: Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini
Setiyorini, Erni & Wulandari. 2018. Asuhan Keperawatan Lanjut Usia Dengan Penyakit
Degeneratif. Malang: Media Nusa Creative
Rhosma, Sofia. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish
umm.ac.id/42132/3/jiptummpp-gdl-tubagushaf-51714-3-

21

Anda mungkin juga menyukai