Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun oleh: Kelompok 1

1. Marwiya Anjar Sari (21120001)


2. Adelia (21120002)
3. Adisti (21120003)
4. Afebteri Hawarsa R. (21120004)
5. Agnes Adinda (21120005)
6. Agustin Lidya Putri (21120006)
7. Ahmad Firman Efendi (21120007)
8. Ahmad Robby Masduki (21120008)
9. Andini (21120009)
10. Cindy Pricilia (21120010)

Dosen Pengampu: Septi Ardianty, S.Kep,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI

MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat
dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Konsep Dasar Keperawatan
Gerontik” makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami,
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.

Palembang, 13 September 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4

1.1 Latar Belakang .............................................................................................4


1.2 Tujuan Penulisan ..........................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................6

2.1 Definisi Lansia .............................................................................................6


2.2 Siklus Hidup Manusia ..................................................................................6
2.3 Tipe-tipe Lansia ...........................................................................................8
2.4 Isu dan Tren Keperawatan Gerontik ..........................................................11
a. Tujuan Gerontologi ........................................................................12
b. Tujuan Geriatri ...............................................................................12
2.5 Model Pelayanan Keperawatan Gerontik...................................................13
2.6 Lingkup Peran dan Fungsi Keperawatan Gerontik ....................................14
BAB III PENUTUP ..............................................................................................17

A. Kesimpulan ................................................................................................17
B. Saran ...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015,
populasi penduduk dunia yang berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta
jiwa. Dewasa ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia 80 tahun atau lebih, pada
tahun 2050, diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan ada
hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta orang
di kelompok usia ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara populasi
Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah Lansia
sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah
Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan
jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi (Departemen
Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015).
Dari sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah
lansia (60 tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun
2011. Diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25%
pada tahun 2050. Jumlah orang tua di Indonesia berada di peringkat keempat
terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Propinsi Jawa tengah
adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk usia lanjut diatas jumlah
lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia harapan
hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih
tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick, 2012; Departemen
Kesehatan).
Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan
semakin menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan
dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya. Meningkatkan ketergantungan
yang memerlukan bantuan orang lain dengan kata lain akan menurunkan
tingkat kemandirian lansia tersebut. Maslow (1962, dikutip oleh Ambarwati
2014) menyebutkan teori tentang hierarki kebutuhan, tingkatan yang tertinggi
(ke-5) adalah kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang

4
terkait dengan tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal
serta memahami potensi diri sendiri.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu yang ditujukan untuk
merawat masyarakat usia lanjut pada wilayah-wilayah tertentu, digerakkan
oleh masyarakat sendiri sehingga pelayanan kesehatan dapat mereka dapatkan.
Program yang beragam dari posyandu lansia tersebut seharusnya dapat
memberikan manfaat yang banyak bagi para lansia, tetapi dilihat dari data yang
diperoleh bahwa posyandu lansia ini tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin,
bahkan sekitar 22,6% saja. Dengan mengikuti kegiatan di posyandu, maka akan
sangat bermanfaat bagi lansia untuk mencegah kepikunan karena sering
berinteraksi dengan lansia (Dinas Kesehatan RI, 2006; Istanti, 2014).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahuai Konsep Dasar Keperawatan Gerontik

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Definisi Lansia


b. Untuk mengetahui Siklus Hidup Manusia
c. Untuk mengetahui Tipe-Tipe Lansia
d. Untuk mengetahui Proses Penuaan Pada Lansia
e. Untuk mengetahui Teori Penuaan
f. Untuk mengetahui Isu Dan Tren Keperawatan Gerontik
g. Untuk mengetahui Model Pelayanan Keperawatan Gerontik
h. Untuk mengetahui Lingkup Peran Dan Fungsi Keperawatan
Gerontik

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lansia

Lansia adalah suatu keadaan yang terjadi didalam lingkungan


kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya
bisa dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang akan
melewati tiga tahap dalam kehidupan yaitu masa anak dewasa dan juga tua
(Mawaddah, 2020).

Jika ditanya kapan seseorang dikatakan lansia jawabannya adalah jadi


kita ada dua kategori lansia yaitu kategori usia kronologis dan usia biologis
artinya adalah jika usia kronologis adalah dihitung dalam atau dengan tahun
kalender. Di Indonesia usia pensiun 56 tahun biasanya disebut sudah lansia
namun ada Undang-undang mengatakan bahwa usia 60 tahun ke atas baru
paling layak atau paling tepat disebut usia lanjut usia biologis adalah usia untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap lesion atau luka (infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Hal ini dikarenakan fisik lansia
dapat menghambat atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh
bertambahnya umur (Friska et al., 2020).

2.2 Siklus Hidup Manusia

Siklus hidup manusia merupakan proses perjalanan hidup manusia


sejak fahir sampai meninggal dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(Wahyudi, Nugroho, 2000) siklus hidup lansia yaitu:

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.


2. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampal 74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old), antara 60-75 dan 90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun.
Selain itu, di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat lain
mengenai siklus hidup manusia (Stanley, M., 2006):

6
1. Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad Prof. Dr. Ny.
Sumiati Ahmad Mohammad (alm), Guru Besar Universitas Gadjah
Mada Fakultas Kedokteran, membagi periodesasi biologis
perkembangan sebagai berikut:
a. 1 tahun waktu bayi.
b. 1-6 tahun masa prasekolah.
c. 6-10 tahun = masa sekolah.
d. 10-20 tahun masa pubertas.
e. 40-65 tahun = waktu paruh (prasenium).
f. 65 tahun ke atas = masa lanjut usia (senium).
2. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikologi UI)
Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu (1) fase iuventus,
antara 25 tahun-40 tahun, (2) fase verilitas, antara 40 tahun-50 tahun,
(3) fase presenium, antara 55 tahun-65 tahun, dan (4) fase senium antara
65 tahun hingga tutup usia.
3. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro
Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut: (1) usia dewasa muda
(elderly adulhood), 18/20 tahun-25 tahun, (2) usia dewasa penuh
(middle years) atau maturitas, 25 tahun-60/65 tahun, (3) lanjut usia
(geriatric age), lebih dari 65/70 tahun. Geriatric age terbagi menjadi
young old (70 tahun-75 tahun), old (75 tahun-80 tahun), dan very old
(lebih dari 80 tahun). Kalau dilihat pembagian umur dari beberapa ahli
tersebut, lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.

2.3 Tipe-tipe Lansia

7
Tipe-tipe Lansia Tipe lanjut usia menurut Azizah (2015), antara lain
sebagai berikut:

1. Tipe Arif Bijaksana


Kaya akan hikmah pengalaman beradaptasi dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, ramah tamah, rendah hati, sederhana, murah hati,
memenuhi, undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri
Gantikan aktivitas yang hilang dengan aktivitas baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, berteman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak Puas Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengritik.
4. Tipe Pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
gelap terbitlah terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan
apa saja dilakukan.
5. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, mental, sosial dan ekonominya. Tipe ini antara lain:
a. Tipe optimis.
b. Tipe konstruktif.
c. Tipe ketergantungan.
d. Tipe defensive.
e. Tipe militant dan serius.
f. Tipe marah atau frustasi (the angry man).
g. Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) atau self-heating man.

Proses penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita.

8
Tipe Lanjut Usia Tipe lanjut usia yang sering muncul antara lain:

1. Tipe arif bijaksana: Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan,
dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri: Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
3. Tipe tidak puas: Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani, dan pengkritik.
4. Tipe pasrah: Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis ("habis gelap datang terang"), mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5. Tipe bingung: Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, meng-
asingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

Lanjut usia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung
pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya. Tipe ini antara lain:

1. Tipe optimis: Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik,
mereka memandang lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab

9
dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipe ini
sering disebut juga lanjut usia tipe kursi goyang (the rocking chairman).
2. Tipe konstruktif: Lanjut usia in mempunyai integritas yang baik, dapat
menikmati hidup, mempunyai toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel,
dan tahu diri. Biasanya, sifat ini terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang
menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.
3. Tipe ketergantungan: Lanjut usia ini masih dapat diterima di tengah
masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, mash tahu diri, tidak
mempunyai inisiatif dan jika bertindak yang tidak praktis. la senang
pensiun, tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak makan, dan
banyak mium.
4. Tipe defensif: Lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat
pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, emosi
serine tidak- terkontrol, memegang teguh kebiasaan, dan anehn, mereka
takut menehadapi "menjadi tua" dan menyenangi masa pensin.
5. Tipe militan dan serius: Lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius,
senang berjuang, bisa menjadi panutan.
6. Tipe pemarah frustrasi: Laniut usia yang pemarah, tidak sabar, muda
tersinggung, selalu menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian
yang buruk. Lanjut usia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.
7. Tipe bermusuhan: Lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang
menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga.
Biasanya, pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu
bukanlah hal yang baik, takut mati, in hati pada yang muda, senang
mengadu untung pekerjaan, aktif menshindari masa yang buruk.
8. Tipe putus asa, membenci, dan menyalahkan diri sendiri: Lanjut usia in
bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak mempunyai ambisi,
mengalami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri.

Lanjut usia tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi,


memandang lanjut usia sebagai tidak berguna karena masa yang tidak menarik.
Biasanya, perkawinan tidak bahagia, merasa meniadi korban keadaan,
membenci diri sendiri, dan ingin cepat mati. Petugas kesehatan perlu mengenal

10
tipe lanjut usia sehingga dapat menghindari kesalahan atau kekeliruan dalam
melaksanakan pendekatan perawatan. Tentu saja tipe tersebut hanya suatu
pedoman umum. Dalam praktiknya, berbagai variasi dapat ditemukan dalam
kelompok sebagai berikut. Menurut kemampuan dalam diri sendiri, lanjut usia
dapat digolongkan:

1. Lanjut usia mandiri sepenuhnya


2. Lanjut usia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya
3. Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidak langsung
4. Lanjut usia dibantu oleh badan sosial
5. Lanjut usia panti sosial tresna wreda
6. Lanjut usia yang dirawat di rumah sakit
7. Lanjut usia yang menderita gangguan mental

2.4 Isu dan Tren Keperawatan Gerontik

a. Perubahan pada Lansia


Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi,
anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan dengan
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun luar tubuh. Menurut Eka A. Kiswanto (2009) sebagai berikut:
a. Keinginan terhadap hubungan intim dapat dilakukan dalam bentuk
sentuhan fisik dan ikatan emosional secara mendalam.
b. Perubahan sensitivitas emosional pada lansia dapat menimbulkan
perubahan perilaku.
c. Pembatasan fisik, kemunduran fisik, dan perubahan peran sosial
menimbulkan ketergantungan.
d. Pemberian obat pada lansia bersifat palliatif care, yaitu obat
ditujukanuntuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan lansia.
e. Penggunaan obat harus memerhatikan efek samping.
f. Kesehatan mental memengaruhi integrasi dengan lingkungan.
g. JPKM Lansia.

11
b. Tujuan Gerontologi
1) Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada
dirinya berkaitan dengan proses penuaan.
2) Membantu mempertahankan identitas kepribadian lanjut usia.
3) Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan
lanjut usia, baik jasmani, rohani, maupun sosial secara optimal.
4) Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia.
5) Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari.
6) Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
7) Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit.
8) Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan
keberadaannya dalam masyarakat.

c. Tujuan Geriatri
1) Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang
setinggi-tinggiya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik dan mental.
3) Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat
mengenal dan menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila mereka
menemukan kelainan tertentu.
4) Mencariupaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan
kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara
kemandirian secara maksimal).
5) Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka
sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap
memberi bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh
pengertian (dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral dan
perhatian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan
tenang).

12
2.5 Model Pelayanan Keperawatan Gerontik

Model pelayanan keperawatan menurut Maryam, R. Siti (2008) sebagai


berikut: (1) promotion (peningkatan), (2) prevention (pencegahan), (3) early
diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan), (4) disability
limitation (pembatasan kecacatan), (5) rehabilitation.

1. Promotion (peningkatan)
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya
promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesional, dan masyarakat terhadap praktik
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif
dilakukan untuk membantu orang-orang untuk mengubah gaya hidup
mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta
mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat
tentang perilaku hidup mereka.
2. Prevention (pencegahan)
Mencangkup pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
a. Pencegahan primer: meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat
faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan.
b. Pencegahan sekunder: meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa
gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak
secara klinis, dan mengidap faktor risiko.
c. Pencegahan tersier: dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan
cacat, mencegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan
bertahap, yaitu tahap (1) perawatan di rumah sakit, (2) rehabilitasi klien
rawat jalan, dan (3) perawatan jangka panjang.
3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan)
Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional
dan petugas institusi.

13
4. Disability limitation (pembatasan kecacatan)
Langkah-langkah yang dilakukan adalah: (1) pemeriksaan (assesment), (2)
identifikasi masalah (problem identification), (3) perencanaan (planning),
(4) pelaksanaan (implementation), dan (5) penilaian (evaluation).
5. Rehabilitation (pemulihan)
Pelaksana rehabilitasi adalah tim rehabilitasi (petugas medis, petugas
paramedis, serta petugas nonmedis). Sifat pelayanan keperawatan gerontic
adalah: (1) independent (mandiri), (2) interdependent (kolaborasi), (3)
humanistic (manusiawi), dan (4) holistic (menyeluruh).

2.6 Lingkup, Peran, dan Fungsi Keperawatan Gerontik


1. Lingkup Keperawatan Gerontik
Lingkup asuhan keperawatan gerontik menurut Siti Maryam R. (2008)
adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan,
perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia, pemulihan untuk mengatasi
keterbatasan lansia.
2. Peran keperawatan gerontik menurut Siti Maryam R. (2008) sebagai
berikut:
a. Sebagai care giver.
b. Sebagai pendidik klien lansia.
c. Sebagai motivator klien lansia.
d. Sebagai advokasi klien lansia.
e. Sebagal konselor klien lansia.
3. Menurut Eliopoulous (2005), fungsi perawat gerontologi adalah:
a. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing
orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
b. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua).
c. Respect the tight of older adults and ensure other do the same
(menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang
lain melakukan hal yang sama).
d. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan
mendorong kualitas pelayanan).

14
e. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta
mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
f. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi
pelayanan kesehatan).
g. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya).
h. Listern and support (mendengarkan dan memberi dukungan).
i. Offer optimism, encourgement and hope (memberikan semangat,
dukungan, dan harapan).
j. Generate, support, use and participate in research (menghasilkan,
mendukung, menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian).
k. Implement restorative and rehabilititative measures (melakukan
perawatan restoratif dan rehabilitatif).
l. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur
perawatan).
m. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic
maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh).
n. Linkservices with needs (memberikan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan).
o. Nurture future gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli di
bidangnya).
p. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each
other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial, dan
spritual).
q. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan
tempatnya bekerja).
r. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan
dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian).

15
s. Educate to promote self-care and optimal independence (mengajarkan
untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan Gerontik atau keperawatan gerontologi adalah spesialis
keperawatan lanjut usia menjalankan peran dan tanggung jawabnya
terhadap tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan, keahlian, keterampilan, teknologi, dan seni dalam merawat
untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif. Siklus
hidup lansia yaitu (1) usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia
45-59 tahun, (2) lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun, 3) lanjut usia tua
(old) antara 60-75 dan 90 tahun, dan (4) usia sangat tua (very old) di atas 90
tahun. Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah
tindakan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses
penuaan sebagai berikut: (1) masalah kehidupan seksual, keinginan
terhadap hubungan intim dapat dilakukan dalam bentuk sentuhan fisik dan
ikatan emosional secara mendalam, (2) perubahan sensitivitas emosional
pada lansia dapat menimbulkan perubahan perilaku, (3) pembatasan fisik,
kemunduran fisik, perubahan peran sosial menimbulkan ketergantungan,
(4) pemberian obat pada lansia bersifat care, yaitu obat ditujukan untuk
mengurangi rasa sakit yang dirasakan lansia, (5) penggunaan obat harus
memerhatikan efek samping, (6) kesehatan mental memengaruhi integrasi
dengan lingkungan, (7) JPKM lansia. Model pelayanan keperawatan
Maryam, R. Siti (2008) sebagai berikut: (1) promotion (peningkatan), (2)
prevention (pencegahan), (3) early diagnosis and prompt treatment
(diagnosis dini dan pengobatan), (4) disability limitation (pembatasan
kecacatan), (5) rehabilitation (pemulihan), Sifat pelayanan keperawatan
gerontik adalah: (1) independent (mandiri), (2) interdependent (kolaborasi),
(3) humanistic (manusiawi), dan (4) holistic (menyeluruh).

17
B. Saran
a. Bagi Lansia
Lansia hendaknya meningkatkan pengetahuan, dan meningkatkan rasa
percaya kepada Tuhan Maha Esa, membiasakan untuk hidup sehat,
bersyukur atas apa yang di berikan semasa hidupnya.
b. Bagi Mahasiswa
Makalah ini hendaknya bisa menambah wawasan kita yang
membacanya agar kita bisa tahu tentang pelayanan kesehatan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah 2007. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan lansia. Volume 3.No.2.


Oktober 2014

Kholifah. (2016). Modul bahan ajar cetak keperawatan gerontik. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia. Pusdik SDM Kesehatan

Buku Keperawatan Gerontik:

https://books.google.co.id/books?id=-m-
9EAAAQBAJ&lpg=PR1&dq=info%3AW8zt722NiesJ%3Ascholar.google
.com%2F&lr&hl=id&pg=PA25#v=onepage&q&f=false

19

Anda mungkin juga menyukai