Anda di halaman 1dari 15

RESPIRATORY FAILURE

PADA ANAK-ANAK

NAMA KELOMPOK
1. NABILA AZZAHRA (21120028)
2. NABILA MALAHATI (21120029)
3. NADILA DEA AMANDA (21120030)
4. PADILA PUTRI SYALSABILLAH (21120031)
5. PATRI TINDAVAN DARNIS (21120032)
DEFINISI GAGAL NAFAS

Gagal nafas merupakan fase lanjut dari gangguan pernafasan


yang menyebabkan kegagalan paru untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan mengeluarkan CO2.Gagal napas akut
merupakan diagnosis primer hampir 50% pasien yang masuk
ruang pelayanan intensif anak danharus diperhatikan karena
prognosinya buruk bila telah mengalami henti jantung.
Tatalaksana tersebut meliputi perbaikan ventilasi dan
pemberian oksigen, terapi terhadap penyakitprimer penyebab
gagal nafas, tatalaksana terhadap komplikasi yang terjadi.
ANATOMI FISIOLOGI

Anatomi
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi
penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas
adalah sebagai berikut:
1) Interkostalis ekstermus (antar iga luar) yang mengangkat
masing – masing iga
2) Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada)
3) Skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
4) Interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-
iga
5) Otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi
perut mendorong diafragma ke atas
6) Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma
B. Fisiologi
Cavum nasi mempunyai fungsi agar tetap menyediakan saluran aliran udara
walaupun mulut terisi oleh makanan. Didalam cavum nasi ini, udara akan
dibersihkan. Vestibulum yang dilapisi silia akan menangkap partikel-
partikel besar yang terkandung dalam udara. Septum nasi dan concha
nasalis berperan untuk memperluas permukaan dari cavum nasi dan
membuat aliran udara didalamnya turbulen yang makin meningkatkan
kontak udara dengan membran mukosa yang melapisinya. Membran
mukosa ini dilapisi epitel kolumner berlapis bersilia dan sel goblet yang
menghasilkan sekresi mukus. Mukus ini akan menjebak partikel debris dan
menyapunya ke pharynx, dimana kemudian akan dieliminasi disistem
digestivus, cavum nasi juga berfungsi sebagai penghangat udara.
ETIOLOGI

KELAINAN PARU PRIMER


PENYUMBAT SALURAN NAFAS

01 1.
2.
Pneumonia
Bronkhiolus
EKSTRATHORACIC

3.
4.
Asma
Fibrosis kistik 03 1.
2.
3.
Trauma
Infeksi
Keracunan
4. Genetik
5. Tumor

GANGGUAN MEKANIK VENTILASI

02 1.
2.
Penyakit neuromoskuler
Efusi pleura luar
3. Penyakit paru restriktif
Manifestasi
Pasien mungkin lesu, mudah gelisah, cemas atau tidak dapat berkonsentrasi.
Anak-anak dengan gangguan pernapasan biasanya duduk dan mencondongkan
tubuh ke depan untuk meningkatkan daya ungkit otot-otot tambahan dan
memudahkan gerakan diafragma.
Laju pernapasan dan kerja pernapasan dapat memberikan informasi
diagnostik,seperti contoh berikut ini
1. Penggunaan otot aksesori dan hidung melebar
2. Pergerakan paradoks dinding dada
3. Bradypnea paling sering diamati pada kelainan kontrol pusat
4. Takipnea pernapasan cepat dan dangkal paling efisien pada obstruksi jalan
napas intratoraks
Tanda-tanda kardiovaskular pada pasien gagal napas
dapat berupa:

1. Takikardia dan hipertensi


2. Pulsus paradoxus
3. Bradikardia
4. Gallop
Patofisiologi
Mekanisme gagal napas menggambarkan ketidak
mampuan tubuh untuk melakukan oksigenasi dan/atau
ventilasi dengan adekuat yang ditandai
olehketidakmampuan sistem respirasi untuk memasok
oksigen yang cukup atau membuang karbon dioksida.
Pada gagal napas terjadi peningkatan tekanan parsial
karbon dioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 50
mmHg, tekanan parsial oksigen arteri (PaO2) kurang
dari 60 mmHg, atau kedua-duanya.Hiperkarbia dan
hipoksia mempunyai konsekuensi yang
berbeda.PeningkatanPaCO2 tidak mempengaruhi
metabolisme normal kecuali bila sudah mencapai kadar
ekstrim (>90 mm Hg). Diatas kadar tersebut,
hiperkapnia dapat menyebabkan depresi susunan saraf
pusat dan henti napas.
Komplikasi
Kegagalan pernatasan berhubungan dengan komplikasi paru dan ekstra
paru, terutama pada keadaan akut. Komplikasi paru meliputi fistula
bronkopleural, pneumonia nosokomial, pneumotoraks, emboli paru,
ekstra dan tibrosis paru, sedangkan Komplikasi pulmonal berupa
gangguan asam basa, penurunan curah jantung, pendarahan saluran
cerna, gagal hati, ileus, infeksi, peningkatan tekanan intrakranial,
malnutrisi, pneumoperitoneum, ginjal. kegagalan, dan trombositopenia.
Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium
1) Analisa gas darah
2) Capnografy
3) Pulse oximetry

b. Pemeriksaan radiologi
1) Radiologi dada
2) Ekokardiografi
3) Pulmonary function test (PFTs)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS
ASMA

Pasien dengan nama Nn. S umur 10 tahun, Perempuan. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 16 Maret
jam 12.30 WIB dibawa ke IGD Rumah Sakit Balimed Singaraja, kemudian jam 13.00 WIB dipindahkan ke
Ruang Zircon. Saat dilakukan pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya mengalami batuk dan sesak sejak
dua hari yang lalu, ibu pasien mengatakan sesak anaknya muncul tiba-tiba karena udara dingin, Tampak
keadaan umum lemah, klien tampak gelisah, adanya diaforesis (keringat yang berlebih), RR 30 x/menit,
batuk non produktif, suara nafas wheezing kanan kiri. Tampak pernafasan cuping hidung. Orangtua pasien
mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit asma sejak kecil. Orangtua pasien mengatakan pasien
memiliki alergi debu dan asap kendaraan, sesak dan batuknya kumat jika pasien berpergian jauh,
menghisap debu dan asap kendaraan. Pasien mengeluh sering terbangun pada malam hari karena sesak
nafas dan batuk, sesak bila tidur terlentang dan bantal tipis. Tidur malam + 4-5 jam. Konjungtiva agak
pucat, pasien tampak lemah dan sering menguap. Pemeriksaan fisik: S : 37,2ºC N : 88x/menit TD : 120/00
mmHg RR : 30x/menit GCS : 4-5-6 SpO2 : 96%. Terpasang masker NRBM 2 lpm, pCO2 : 48,8, pO2 :
235,5, pH : 7,22
Diagnosa
Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
ditandai dengan ibu pasien mengatakan anaknya mengalami batuk dan sesak sejak
dua hari yang lalu, ibu pasien mengatakan sesak anaknya muncul tiba-tiba karena
udara dingin, Tampak keadaan umum lemah, klien tampak gelisah, adanya
diaforesis (keringat yang berlebih), RR 30 x/menit, batuk non produktif, suara nafas
wheezing kanan kiri, tampak pernafasan cuping hidung, Terpasang masker NRBM 2
lpm, pCO2 : 48,8, pO2 : 235,5, pH : 7,22, saturasi oksigen 96%
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

D.0003 SDKI Pertukaran gas Pemantauan Respirasi 1.01014


Gangguan L. 01003 SLKI
Setelah dilakukan tindakan SIKI
pertukaran gas
keperawatan selama 3 hari Observasi
pertukaran gas meningkat dengan
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
kriteria hasi:
Batuk efektif 2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
Mengi menurun hipervemtilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot dan ataksik)
Penggunaan otot bantu pernafasan
menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif
PO2 meningkat 4. Monitor adanya produksi sputum
Dipsnea berkurang
5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Bunyi nafas normal dengan
frekuensi di antara 16-18 kali 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
permenit 7. Auskultasi bunyi nafas
Tidak ada suara nafas tambahan
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD 10. Monitor hasil x-ray thoraks
Intervensi Keperawatan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

D.0003 SDKI Pertukaran gas Pemantauan Respirasi 1.01014


Gangguan pertukaran L. 01003 SLKI
Setelah dilakukan tindakan SIKI
gas
keperawatan selama 3 hari Terapeutik
pertukaran gas meningkat dengan 1. Atur Interval pemantauan respirasi
kriteria hasi: sesuai kondisi pasien
Batuk efektif 2. Beri posisi high fowler
Mengi menurun 3. Dokumentasikan hasil pemantauan
Penggunaan otot bantu pernafasan Edukasi
menurun 4. Jelaskan tujuan dan prosedur
PO2 meningkat pemantauan
Dipsnea berkurang 5. Informasikan hasil pemantauan jika
Bunyi nafas normal dengan perlu
frekuensi di antara 16-18 kali
permenit
Tidak ada suara nafas tambahan
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai