T DIAGNOSA
KEPERAWATAN UTAMA POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN
DIAGNOSA HIDROPNEUMOTHORAX DI RUANG TERATAI RSUD
MARGONO SOEKARJO
Pembimbing Akademik :
Disusun Oleh :
202303005
2024
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan kasus yang
diajukan oleh :
ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
A. Resiko infeksi
Water seal drainage (WSD) adalah suatu tindakan medis yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara atau cairan dari dalam rongga pleura. Sistem drainage yang baik
akan mencegah cairan dan udara kembali ke dalam rongga pleura dan mengembalikan
tekanan negatif intrapleura untuk memfalitasi pengembangan paru (George dan
Papagiannopoulos, 2015). Pemasangan WSD akan mengurangi keluhan sesak napas
tetapi mempunyai resiko terjadinya infeksi, semakin tinggi resiko terjadi infeksi. Untuk
itu pasien yang terpasang WSD harus dilatih latihan pernapasan diafragma yang akan
mempercepat pengembangan paru sehingga pernapasan menjadi lebih maksimal.
Lamanya pemasangan WSD tergantung dari kondisi pasien, tetapi semakin lama
pemasangan WSD maka akan semakin tinggi resiko terjadi infeksi, untuk itu pasien
yang terpasang WSD harus dilatih teknik pernapasan diafragma yang akan
mempercepat pengembangan paru sehingga pernapasan menjadi lebih efektif.
Kemampuan pasien bernapas efektif adalah indicator untuk mencabut WSD. (Rosalina,
2019)
Hidropneumotoraks merupakan salah satu kegawatdaruratan medis, dimana terdapat
udara dan cairan berada di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya
jaringan paru. prevalensi hidropneumothorak belum ada pencatatan, namun kejadian
pneumotoraks berkisar 2,4- 17,8 per 100.000 penduduk per tahun. Standar kompetensi
dokter Indonesia, lulusan dokter harus mampu mendiagnosis dan memberikan
tatalaksana awal pada keadaan gawat darurat, kemudian menentukan rujukan untuk
penanganan pasien selanjutnya. Pada kasus ini, seorang laki-laki 49 tahun datang ke
Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar dengan keluhan sesak sejak 2
minggu sebelumnya. Keluhan penyerta berupa batuk kronik dan nyeri dada.
Pemeriksaan fisik didapatkan pergerakan dada yang asimetris, pelebaran di sela iga dan
penggunaan otot bantu saat bernafas, vocal fremitus pada paru kiri lemah, terdapat
retraksi dada, redup pada paru kiri setinggi sic 4 dan peralihan jantung di sic 2/3, serta
adanya penurunan suara nafas paru kiri. Pemeriksaan penunjang radiologi didapatkan
i
jantung yang sulit dinilai, adanya perselubungan homogen pada hemithorak kiri
disertai air fluid level di dalamnya. Pasien didiagnosis hidropneumotoraks dan
dilakukan tindakan operatif darurat yaitu Water Seal Drainage (Nuroso & Prabowo,
2023)
B. Etiologi Resiko Infeksi
Faktor risiko adalah kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan pasien
mengalami masalah Kesehatan. Faktor risiko inilah yang digunakan oleh Perawat untuk
mengisi bagian “dibuktikan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan risiko.
Faktor risiko untuk masalah risiko infeksi adalah:
ii
B. Patofisiologis
1) Resiko infeksi
Perawat yang melakukan perawatan WSD tentunya akan menemui berbagai masalah
dan komplikasi dapat timbul selama perawatan seperti infeksi, selang tersumbat,
nekrotik jaringan dan masih banyak lagi komplikasi lainnya. Perawatan yang baik
tentunya berdasarkan atas kepatuhan yang baik sehingga perlu dilakukan upaya
perubahan didalam proses tersebut. Rogers mengenalkan teori berubah meliputi konsep
difusi. Difusi perubahan merupakan suatu proses akan kebutuhan perubahan (inovasi)
yang dikomunikasikan pada manusia atau sistem. (Murjani et al., 2020)
2) Hidropneumothorax
Hidropneomotoraks dapat disebabkan oleh adanya trauma, peradangan, udara, cairan.
Dari penyebab tersebut dapat menyebabkan akumulasi cairan dan udara dalam rongga
pleura yang menyebabkan tekanan dalam rongga dada menjadi positif. Akumulasi
cairan dan udara menyebabkan paru-paru kolaps, sehingga terjadi perlengketan antara
pleura parietalis dan pleura visceralis karena pergesekan yang terus menerus yang
menyebabkan robekan pada pleura, jadi cairan pleura bisa merembes masuk kedalam
pleura parietalis. Tindakan untuk mengatasi hidropneumothoraks adalah dengan WSD,
yang bertujuan unruk mengalirkan udara dan cairan dalam upaya mengembangkan
kembali paru-paru dan membuat tekanan udara negatif pada rongga pleura. (Rosalina,
2019)
iii
C. Phatway
iv
D. Intervensi
vii
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Nomor RM : 02271248
Nama/Inisial : Tn.T
Jenis Kelamin :L
Umur : 49 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Penanggung : Ny. D
Jawab
Hubungan : Istri
Alamat : BANGBAYANG 05/02 BANTARKAWUNG
2) Keluhan Utama
3) Riwayat Kesehatan
8
b. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami hal yang sama 3 bula lalu
merasakan sesak namun di diagnosa oleh rumah sakit sebelumnya adalah
penyakit lambung, dan setelahnya di rujuk ke margono dengan keluhan
sesak nafas dan dada membesar.
c. Riwayat penyakit keluarga
Genogram :
Keterangan
Pasien Meninggal
Perempuan Keluarga
a. Pola oksigen
9
Saat dikaji : Pasien mengataka sudah mau makan, dan makan
makanan yang diberikan dari rumah sakit 3x sehari,
serta minum 5 gelas sehari sekitar 1liter sehari.
c. Pola eliminasi
e. Pola aktivitas
10
mengatakan ingin segera pulang. Dan pasien mengatakan
nyeri ketika bernafas dalam, nyeri terasa seperti di tusuk-
tusuk nyeri hilang timbul, apabila sesak muncul nyeri
menyertai.
j. Berkomunikasi
k. Kebutuhan spiritual
m. Pola berekreasi
5) Pemeriksaan Fisik
KU : Baik RR : 23 x/menit
Nadi : 80 x/menit BB : 49 kg
11
Kepala :
Mesosepal, Tidak ada nyeri tekan
Rambut :
Rambut sudah beruban dan tebal.
Wajah :
Tidak ada luka, Tidak Ada Jejas
Mata :
tidak tampak anemis, Ukuran pupil yang normal adalah antara 3-5 mm
Telinga :
Tidak ada nyeri tekan, Telinga Bersih
Hidung :
Tidak ada pembesaran polip.
Mulut :
Gigi Putih Rapih
Leher :
Tidak ada Pembesaran JVP, Tidak ada nyeri tekan
Dada
P:
P:
Terdengar sonor
A:
Suara pernafasan normal vesikuler
Respirasi :
12
Jantung :
I:
tidak ada nyeri tekan pada area jantung
P:
Tidak tampak ictus cordis.
P:
terdengar bunyi perkak.
A:
Bunyi Lub Dub
Abdomen :
I:
Simetris, Tidak ada luka
A:
Terdengar Bising usus 15x/menit
P:
Tidak Terdapat Nyeri tekan
P:
bunyi Timpani
Ektremitas
5 5
5 5
5 = normal
2 = mampu melakukan gerakan sendi atau lebih, tidak bisa melawan tahanan
13
0 = tidak menggerakan sama sekali
Atas :
Genetalia :
Bersih, Terpasang DC
Integumen :
Lembab, Warna kulit sawo matang.
6) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Thorax
kesan :
- terjadinya peningkatan intrakranial
14
7) Terapi Medis
8) Diit
Bubur beras
9) Pengkajian resiko jatuh Morse Fall Scale (MFS)
15
di sekitar (kursi,meja,lemari)
4. Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0
terpasang infus ? Ya 20 20
Keterangan :
Nilai : 0-24 = tidak beresiko jatuh
25-50 = resiko rendah
>51 = resiko tinggi untuk jatuh
16
B. Diagnosa Keperawatan
1) Analisa Data
Hari/tgl Data Fokus Pathway Etiologi Problem
Senin, DS : Pneumothorax Hambatan Pola
22 - pasien mengatakan masih Upaya Nafas Napas
Januari merasakan sesak ketika tidur Trauma dada (nyeri Tidak
2024 telentang bernafas) Efektif
Pukul - pasien mengatakan sesak muncul Udara terisap ke
12.00 secara tiba-tiba ruang intra
DO : pleura
- pasien tampak sedang duduk
- pasien tampak terpasang kanul Peningkatan
3L/menit tekanan
- pasien tampak nafas menggunakan intrapleura
pernafasan dada
- TTV : Penurunan
RR : 23x/menit ekspansi paru
N : 80 x/menit
TD : 118/80 mmHg Pola Napas
Spo2 : 95% Tidak Efektif
17
12.00 terganggu
P : nyeri terasa ketika nafas dalam Nosiseptor
Q : nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk mengeluarkan
zat kimia
di area dada bradikinin
R : nyeri berada di dada
S : skala nyeri 6 Menurunyan
ambang nyer
T : nyeri hilang timbul
DO :
Nyeri akut
- pasien tampak memegangi dada
sesekali
- pasien tampak sesekali meringis
- TTV :
RR : 23x/menit
N : 80 x/menit
TD : 118/80 mmHg
- Spo2 : 95%
a. Pola Napas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya Nafas (nyeri bernafas)
b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
A. Intervensi Keperawatan
No DX INTERVENS
I
SLKI SIKI Rasionaliasasi
Setelah dilakukan 1. Melakukan
1 tindakan keperawatan Observasi pemonitoran pola
3x24 jam nafasa
1. Monitor pola napas 2. Memposisikan semi
inspirasi dan atau
(frekuensi, kedalaman, fowler agar nyaman
ekspirasi yang tidak
usaha napas) 3. Memberikan oksigen
memberikan untuk mengurangi
ventilasi adekuat membaik Terapeutik sesak
. Kriteria Hasil: 4. Melakukan
ᅳ Dipsnea Menurun 2. Posisikan semi-fowler pernafasan
ᅳ Penggunaan atau fowler diafragma dalam
otot bantu napas 3. Berikan oksigen, jika upaya pelepasan
Menurun perlu WSD
ᅳ Frekuensi
18
napas membaik
Edukasi
ᅳ Kedalaman
napas membaik 4. Lakukan pernafasan
diafragma dalam upaya
pelepasan WSD
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri 5. melakukan
keperawatan 3x24 jam pengidentifikasian
Observasi:
diharapkan tingkat nyeri
menurun 5. Identifikasi lokasi, dirasi nyeri serta
Kriteria Hasil: karakteristik
karakteristik, durasi,
ᅳ Frekuensi 6. melakukan
nadi membaik frekuensi, kualitas,
ᅳ Pola nafas membaik pengidentifikasian
intensitas nyeri
ᅳ Keluhan faktor yang
nyeri menurun 6. Identifikasi faktor yang
memperingan dan
ᅳ Meringis menurun
memperberat dan
ᅳ Gelisah menurun memperberat nyeri
ᅳ Kesulitan memperingan nyeri 7. mengajarkan teknik
tidur menurun
Edukasi nonfarmakologi untuk
7. Ajarkan teknik mengurangi nyeri
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
B. Implementasi
19
Senin, 2 mengidentifikasi S:
22 lokasi, - Pasien mengatakan merasakan
Januar karakteristik, nyeri saat tari nafas dalam-dalam
i 2024 durasi, frekuensi, P : nyeri terasa ketika nafas dalam
Pukul kualitas, intensitas Q : nyeri terasa seperti di tusuk-
12.00
nyeri tusuk di area dada
R : nyeri berada di dada
S : skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul
O:
- Pasien tampak sesekali memegangi
dada
Senin, 2 Berikan oksigen, S:
jika perlu
22 ᅳ Klien mengatakan menggunakan
Januar oksigen sangat membantu
i 2024 O:
Pukul - Klien terpasang oksigen kanul 3
12.00
l/menit
Selasa, 2 Identifikasi faktor S:
23
Januari yang memperberat - Pasien mengatakan dengan duduk
2024 dan memperingan mengurangi rasa nyeri pada dada
jam
14.15 nyeri O:
- Pasien tampak sedang duduk
Selasa, 1 Posisikan semi- S:
23 fowler atau fowler
Januari - Pasien mengatakan saat posisi semi
2024 fowler terasa nyaman untuk tidur
jam
09.00 O:
- Pasien tampak sedang duduk semi
fowler
- RR 21x/menit
Selasa, 1 Melakukan S:
23
Januari pernafasan - Pasien mengatakan sedang
2024 diafragma dalam berusaha bernafas melalui perut
jam
20
09.15 upaya pelepasan O:
WSD - Pasien tampak mencoba
Selasa, 2 Ajarkan teknik S:
23
Januari nonfarmakologis - Pasien mengatakan nyeri sudah
2024 untuk mengurangi mulai berkurang dengan
jam
10.00 rasa nyeri relaksasi menengkan diri dan teknik relaksasi
nafas dalam dan nafas dalam
belajar pernafasan O:
diafragma - Pasien tampak sudah tenang dan
tampak sudah tertidur telentang.
C. Evaluasi
21
inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat membaik . Kriteria Hasil:
- Dipsnea sudah cukup menurun
- Penggunaan otot bantu napas sudah Menurun
- Frekuensi napas membaik awal 23 x/menit menjadi
21x/menit
- Kedalaman napas sudah membaik
- Pola Napas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya
Nafas (nyeri bernafas) teratasi sebagian
Rabu, 24 2 S:
januari 2024
- Klien mengatakan nyeri terkadang masih sering
20.00 wib
muncul namun freukensi muncul sudah semakin
berkurang
P : nyeri terasa ketika nafas dalam
Q : nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk sudah
berkurang
R : nyeri berada di dada
S : skala nyeri awal 6 menjadi 4
T : nyeri hilang timbul
-
O:
- Klien tampak sudah mulai teanang
- Klien sudah mengatakan lebih baik dari kemarin
22
P : tetap melakukan pengawasan kepada klien.
BAB III
PEMBAHASAN
Water seal drainage (WSD) adalah suatu tindakan medis yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara atau cairan dari dalam rongga pleura. Sistem drainage yang
baik akan mencegah cairan dan udara kembali ke dalam rongga pleura dan
mengembalikan tekanan negatif intrapleura untuk memfalitasi pengembangan
paru (George dan Papagiannopoulos, 2015). Pemasangan WSD akan mengurangi
keluhan sesak napas tetapi mempunyai resiko terjadinya infeksi, semakin tinggi
resiko terjadi infeksi. Untuk itu pasien yang terpasang WSD harus dilatih latihan
pernapasan diafragma yang akan mempercepat pengembangan paru sehingga
pernapasan menjadi lebih maksimal. Lamanya pemasangan WSD tergantung dari
kondisi pasien, tetapi semakin lama pemasangan WSD maka akan semakin tinggi
resiko terjadi infeksi, untuk itu pasien yang terpasang WSD harus dilatih teknik
pernapasan diafragma yang akan mempercepat pengembangan paru sehingga
pernapasan menjadi lebih efektif. Kemampuan pasien bernapas efektif adalah
indicator untuk mencabut WSD. (Rosalina, 2019)
Hidropneumotoraks merupakan salah satu kegawatdaruratan medis, dimana
terdapat udara dan cairan berada di dalam rongga pleura yang mengakibatkan
kolapsnya jaringan paru. prevalensi hidropneumothorak belum ada pencatatan,
namun kejadian pneumotoraks berkisar 2,4- 17,8 per 100.000 penduduk per
23
tahun. Standar kompetensi dokter Indonesia, lulusan dokter harus mampu
mendiagnosis dan memberikan tatalaksana awal pada keadaan gawat darurat,
kemudian menentukan rujukan untuk penanganan pasien selanjutnya. Pada kasus
ini, seorang laki-laki 49 tahun datang ke Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar dengan keluhan sesak sejak 2 minggu sebelumnya. Keluhan
penyerta berupa batuk kronik dan nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan
pergerakan dada yang asimetris, pelebaran di sela iga dan penggunaan otot bantu
saat bernafas, vocal fremitus pada paru kiri lemah, terdapat retraksi dada, redup
pada paru kiri setinggi sic 4 dan peralihan jantung di sic 2/3, serta adanya
penurunan suara nafas paru kiri. Pemeriksaan penunjang radiologi didapatkan
jantung yang sulit dinilai, adanya perselubungan homogen pada hemithorak kiri
disertai air fluid level di dalamnya. Pasien didiagnosis hidropneumotoraks dan
dilakukan tindakan operatif darurat yaitu Water Seal Drainage (Nuroso &
Prabowo, 2023).
Klien masuk ke RS dengan keluhan dada membesar hingga membuat sesak nafas
dan setelah masuk RS dipasang WSD setelah dilakukan implementasi selama
3x24 jam klien sudah mulai membaik , namun masih perlu dilakukan perawatan
luka pada dada setelah dilakukan operasi open window, untuk evaluasi pola napas
tidak efektif sudah mulai berkurang dan nyeri akut sudah mulai berkurang ketika,
implemnetasi utama sesuai jurnal yaitu adalah mengajarkan teknik nafas
menggunakan diafragma karena klien terpasang WSD, melakukan latihan nafas
bantu diafragma bisa melatih untuk mempersingkat waktu penggunaan WSD ini
di kutip dari jurnal (Rosalina, 2019) Perbedaan Kecepatan Pengembangan
Paru Sebelum dan Sesudah Latihan Pernapasan Diafragma dalam Upaya
Mempercepat Pelepasan Water Seal Drainage (WSD).
24
Daftar Pustaka
PPNI. (2017a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Murjani, M. M., Hamzah, H., & Muhsinin, M. (2020). Pengaruh Pelatihan Terhadap
Kepatuhan Perawat Dalam Pelaksanaan Perawatanwater Seal Drainage Sesuai Standar
Prosedur Operasional. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 5(1), 20–35.
https://doi.org/10.51143/jksi.v5i1.195
Nuroso, I., & Prabowo, J. (2023). Hidropneumotoraks pada Laki-Laki 49 Tahun: Laporan
Kasus. Proceeding Book Call for Papers Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 575–581.
Rosalina. (2019). Indonesian Journal of Nursing Research (IJNR) Diafragma dalam Upaya
Mempercepat Pelepasan Water Seal Drainage (WSD). Indonesian Journal of Nursing
Research, 2(1). http://jurnal.unw.ac.id/ijnr
25