Anda di halaman 1dari 20

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

PADA BRONKITIS

Nama kelompok:
Lela Mega Nanda K (720028)
Mega Ayu Ainun J (720030)
M Saifudin (720031)
PENDAHULUAN
Suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya inflamasi bronkus yang bersifat
patologis dan berjalan kronik.

Bronkitis merupakan salah satu penyakit


pada sistem pernapasan yang dapat
menyerang banyak orang. Bronkitis dapat
dipengaruhi oleh lingkungan yang banyak
polutan, (Cahya, 2019)
PREVALENSI
WHO menyatakan kejadian bronkitis kronik di Amerika Serikat berkisar
4,45% atau 12,1 juta jiwa dari populasi perkiraan yang digunakan 293 juta
jiwa.

Daerah ASEAN, Negara Thailand salah satu negara yang merupakan angka
ekstrapolasi tingkat prevalensi bronkitis kronik yang paling tinggi yaitu
berkisar 2.885.561 jiwa dari populasi perkiraan yang digunakan sebesar
64.865.523 jiwa.

Negara Indonesia sebanyak 1,6 juta orang terinfeksi bronkitis (Kharis, dkk,
2017).
KLASIFIKASI

Waktu Etiologi

Bronkitis Bronkitis Bronkitis Bronkitis


Akut Kronik Infeksiosa Iritatif
ETIOLOGI
1. Bronchitis Chronic karena infeksiosa, disebabkan oleh
infeksi virus dan bakteri atau organisme lain yang
menyerupai bakteri ( mycoplasma pneunomiae dan
chlamydia ). Serangan ini berulang bisa terjadi pada
perokok, penderita penyakit paru-paru dan saluran
pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa terjadi akibat
sinusitis kronis, bronkhiektasis, alergi, pembesaran
amandel dan adenoid pada anak-anak.

2. bronchitis chronic iritatif, karena disebabkan oleh zat atau


benda yang bersifat iritatif seperti debu, asap (dari asam
kuat, amonia, sejumlah pelarut organik, klorin, hidrogen,
sulfida, sulfur dioksida).
ETIOLOGI

Lingkungan
• polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri
terbagi menjadi infeksi bakteri (Staphylococcus,
Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus
(RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi
fungi (monilia)

Penderita
• meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat
penyakit paru yang sudah ada.
PATOFISIOLOGI

• Bronchitis chronic adalah inflamasi bronkus terus


menerus dan peningkatan progesif pada batuk
produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan
dengan penyebab spesifik yang mengalami batuk
produktif sepanjang hari selama sedikitnya 3 bulan
berturut-turut (Tambayong, 2000).

• Kelainan utama pada bronchitis adalah hipertrofi dan


hiperplasia kelenjar mukus bronkus, dimana dapat
menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus,
sehingga diameter bronkus ini menebal lebih dari 30-
40% dari normal (Phee, 2003). Umumnya bronchitis
disebabkan oleh virus seperti RSV, koronavirus,
rinovirus, influenza atau para influenza.
PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan
bronchitis antara lain mycobacterium pneunomia dan
clamydia. Mikroorganisme ini mengiritasi mukosa bronkus
sehingga dapat menyebabkan batuk dan produksi sputum
yang berlebihan. Penyakit ini berlangsung antara 5-15 hari.
Pada bronchitis acute terjadi penyempitan saluran
pernapasan. Penyempitan ini dapat menyebabkan obstruksi
jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada bronkitis kronik,
disebabkan karena perubahan pada saluran pernapasan kecil,
yang diameternya kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit,
berkelok-kelok dan kadang-kadang terjadi obliterasi.
Penyempitan lumen terjadi juga oleh metaplasia sel goblet.
Saluran pernapasan besar juga menyempit karena hipertrofi
dan hiperplasia kelenjar mukus.
MANIFESTASI KLINIS
MANIFESTASI KLINIS
Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya
terjadi setiap hari.

Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat


keparahan penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik
mendapatkan sesak napas dengan aktivitas dan mulai batuk.

Gejala kelelahan, sakit tenggorokan, nyeri otot, hidung tersumbat, dan


sakit kepala dapat menyertai gejala utama.

Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau


bakteri.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Subjektif
ANAMESIS
Anamesis dilakukan dengan metode auto anamesis, dengan hasil sebagai berikut :
a. Anamesis Umum
b. Anamesis Khusus
1. Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan batuk terus menerus dan sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang : 3 bulan yang lalu pasien batuk terus menerus tidak
kunjung sembuh tetapi tidak langsung dibawa ke RS, 1 minggu yang lalu pasien
demam, batuk disertai sesak nafas dan nyeri dada kemudian dibawa ke RS dan
dilakukan foto rontgen dada.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : -
4. Riwayat Penyakit Penyerta : -
5. Riwayat Keluarga : -
6. Riwayat Pengobatan : tidak ada pengobatan lain selain pengobatan ini
7. Anamesis Sistem : Muskuloskeletal (adanya spasme otot pectoralis major, Trapezius
upper, Respirasi (batuk dan sesak nafas)
Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan Fisioterapi pada kasus Bronchitis chronic meliputi
1. Pemeriksaan tanda vital
2. Inspeksi : dinamis ( pola nafas cepat dan dangkal)
3. Palpasi : Spasme otot-otot pernafasan
4. Auskultasi : terdapat suara whezzing (Menandakan penyempitan saluran nafas) dan
Rongki( menandakan adanya sekresi pada paru)
5. Pemeriksaan fungsi gerak dasar Sendi bahu, leher, dada ( Aktif, Pasif, dan Gerak
isometrik), Pemeriksaan Ekspansi Thorax, Pemeriksaan Sesak napas, Pemeriksaan
Nyeri, m. SCM, m. Upper trapezius )
6. Pemeriksaan ( kognitif, Intrapersonal, Interpersonal), dan Pemeriksaan Kemampuan
Fungsional.

Pemeriksaan Spesifik
• Pemeriksaan Sesak menggunakan skala BORG
• Pemeriksaan nyeri menggunakan VAS
• Pemeriksaan Ekspansi Thorax menggunakan midline

Problematika Fisioterapi
a. Adanya sesak napas
b. Adanya nyeri dada,
c. Terdapat penurunan Ekspansi Thorax.
d. Spasme Otot - otot pernafasan
Bronkitis Kronis

Radang saluran Bronkial

Sputum pada paru

Cairan mukus berlebih

Penyempitan Pada Bronkiolus

Demam, Batuk, Sesak nafas

Intervensi :
IR, Nebulizer, Chest Therapi
& Myofascial Release dengan tekhnik
Friction
INTERVENSI FISIOTERAPI

• Modalitas fisioterapi yang diberikan yaitu Infra red,


Chest Therapy yang berupa Diaphragma Breathing,
Postural drainage (PD), Latihan pernapasan, latihan
batuk efektif, Nebulizer dan Myofascial Release
dengan tekhnik Friction Intercosta.
• Tujuan yang hendak dicapai pada kondisi ini adalah
mengurangi sesak napas, mengurangi nyeri,
meningkatkan ekspansi thorax, merilekskan otot otot
pernafasan dan tujuan jangka panjang yaitu
meningkatkan dan mengembalikan kemampuan
fungsional dasar pasien,
INTERVENSIFISIOTERAPI

1. Sinar Infra Merah

Lakukan tes sensibilitas tajam tumpul pada area otot pectoralis mayor dan
trapezius upper kemudian posisikan pasien senyaman mungkin.
Pada area yang diterapi bebas dari pakaian.
Persiapkan alat IR denganmengarahkan sinar infra merah tepat tegak lurus
pada otot pectoralis mayor dan trapezius upper dengan jarak 45 cm
dengan waktu penyinaran10 menit pada tiap bagian.
Terapis memberikan informasi efek rasa hangat yang muncul pada sinar
infra merah, apabila pasien merasakan panas yangberlebihan saat terapi
berlangsung diharapkan dapat memberitahukan kepada terapis.
2. Nebulizer
bertujuan untuk menghantarkan obat dalam bentuk gas yang dapat dihirup oleh
saluran pernapasan pasien. Adapun obat yang digunakan pada nebulizer adalah
bronkolidator.
Bronkolidator yang digunakan dalam terapi ini adalah ventolin. Setiap 1 ampul
ventolin nebules mengandung salbutamol sulfat 2,5 mg. Salbutamol adalah obat
beta-adrenergik (beta agonist). Selain berdaya bronkodilatasi baik, salbutamol
juga memiliki efek lemah terhadap stabilisasi mastcell.
Pemberian nebulizer sangat bermanfaat apabila di hirup oleh pasien. Efek dari
pemberian obat ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan spasme pada
bronkhus. Apabila spasme pada bronkhus berkurang atau hilang maka secara
otomatis keluhan sesak nepas pun ikut berkurang.Maka dalam pemberian terapi
nebulizer ini efektif untuk menurunkan atau menghilangkan sesak napas pada
pasien (Silver, 2011).
3. Chest Fisioterapi

Fisioterapi dada dengan menggunakan beberapa tehnik seperti :


postural drainage, tapotement, batuk efektif, breathing exercise.

1. Postural Drainage
Postural drainage adalah posisi tubuh dengan menggunakan gravitasi untuk
membantu mengalirkan sekresi (mukus) dari segmen paru-paru pasien. Pada
setiap posisi, bronchus segmental pada area yang akandialirkan harus tegak
lurus dengan lantai.
2. Tapotement
Tapotement adalah pengetokan dinding dada dengan tangan. Untuk melakukan
tapotement, tangan dibentuk seperti mangkuk dengan memfleksikan jari dan
meletakkan ibu jari bersentuhan dengan jari telunjuk. Perkusi dinding dada
secara mekanis akan melepaskan sekret.Indikasi untuk perkusi dilakukan pada
pasien yang mendapatkan posturaldrainage.
3. Batuk Efektif
Latihan batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan
sekret secara maksimal.

4. Breathing Exercise
Latihan napas yang terdiri atas pernapasan diafragma dan purse lips breathing.
Tujuan latihan pernapasan adalah untuk mengatur frekuensi dan pola napas,
memperbaiki fungsi diafragma,memperbaiki mobilitas sangkar thorak dan
mengatur kecepatan pernapasan sehingga bernapas lebihefektif. Latihan ini
meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot,
menghilangkan kecemasan, menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernapasan
yang tidak berguna dan tidak terkoordinasi,melambatkan frekuensi pernapasan,
dan mengurangi kerja pernapasan.
memperbaiki fungsi diafragma, mengatur dan mengkoordinir kecepatan
pernapasan sehingga bernapas lebih efektif dan mengurangi kerja pernapasan
maka spasme otot berkurang sehingga dalam pemberian latihan pernapasan ini
dapat mengurangi atau menghilangkan sesak napas pada pasien (Watchie, 2010).
4. Myofascial release
Terapis melakukan myofascial release pada otot pernafasan seperti
musculus intercostalis, musculus upper trapezius dengan tekhnik transfer
friction.
Durasi untuk myofascial release ini adalah 5-10 menit.
EVALUASI
• Evaluasi sesak nafas dengan skala BORG
• Evaluasi Nyeri Dada dengan VAS
• Evaluasi ekspansi thorax dengan Midline
• Evaluasi spasme dengan palpasi

Anda mungkin juga menyukai