BRONKITIS KRONIS
1.1 Pengertian
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang
bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam
dua minggu. Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti rhinovirus,
RSV, virus influenza, virus para influenza, adenovirus, virus rubeola dan
paramixovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan
mycoplasma pneumonia, Bordetella pertussis atau corynebacterium diptheria
(Raharjoe, 2012).
Bronkitis merupakan inflamasi (peradangan) yang terjadi pada bronkus
(saluran udara ke paru-paru). Penyakit ini bersifat ringan dan bisa sembuh
secara total namun bronkitis juga dapat bersifat serius pada penderita yang
memiliki penyakit kronis seperti penyakit jantung atau penyakit paru-paru
(Suryo, 2010).
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran nafas yang menyerang
bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya
banyak polutan, misalnya orang tua yang merokok dirumah, asap kendaraan
bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan
bakar kayu. Bronkitis kronis itandai dengan gejala yang berlangsung lama (3
bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut). Pada bronkitis kronik
peradangan bronkus tetap berlanjut selama beberapa waktu dan terjadi
obstruksi/hambatan pada aliran udara yang normal dalam bronkus (Marni,
2014).
1.2 Etiologi
Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Penyebab bronkitis kronik yang
paling sering adalah virus seperti rhinovirus, respiratory sincytial virus
(RSV), virus influenza, virus parainfluenza dan coxsackie virus. Bronkitis
akut sering terdapat pada anak yang menderita morbili, pertusis, dan infeksi
Mycoplasma pneumoniae. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun
ini jarang dilingkungan sosio-ekonomi yang baik (Ngastiyah, 2005). Biasanya
virus agens lain (seperti bakteri, jamur, gangguan alergi, iritan udara) dapat
memicu gejala (Wong, 2008).
1.3 Klasifikasi
Menurut Juanidi (2010) bronkitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:
a. Bronkitis kronik karena infeksiosa, disebabkan oleh infeksius dan bakteri
atau organisme lainnyang menyerupai bakteri (mycoplasma pnemoniae
dan clamydia) serangan ini berulang bisa terjadi pada perokok, penderita
penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa
terjadi akibat sinusitis kronis, bronkhietasis, alergi pembesaran amandel
dan andenoid.
b. Bronkitis kronik iriliatif karena disebabkan oleh zat atau benda yang
bersifat iriliatif seperti debu, asap (dari asam kuat, amonia sejumlah
pelarut organik klorin, hidrogen,sulfida, sulfur dioksida).
1.4 Patofisiologi
1.5 Pathway/WOC
1.6 Menifestasi Klinis
Tanda dan gejala bronkitis kronis yaitu: batuk yang parah pada pagi hari
dan pada kondisi lembab, aering mengalami infeksi saluran nafas ( seperti
pilek atau flu) yang dibarengi dengan batuk, gejala bronkitis kronis lebih dari
3 bulan, demam tinggi, sesak nafas jika saluran tersumbat, produksi dahak
bertambah banyak berwarna kuning atau hijau kemudian dapat timbul ronki
basah kasar dan suara napas kasar (Ngastiyah, 2005).
i. LU – 9 / TAY YUAN
LETAK: Pada lekukan ujung radial lipat pergelangan tangan, tepi
radial dari arteri radialis.
CARA PENJARUMAN: Tegak lurus sedalam 0,2 – 0,3 cun.
FUNGSI: Mengusir angin, melarutkan riak, mengatur Qi paru,
menghentikan batuk, membersihkan Qi paru dan Jiao atas.
INDKASI: Batuk, sesak napas, batuk darah, pharyngitis, sakit gigi dan
penyakit mata.
KEISTIMEWAAN: Titik Yuan dan titik Su meridian paru. Titik
dominan pembuluh darah; titik tonifikasi.
j. LU – 10 / YU JI
LETAK: Pada pertengahan os. Metacarpal I sisi radial dan terletak
pada batas perubahan warna telapak tangan.
CARA PENJARUMAN: Tegak lurus sedalam 0,5 – 0,7 cun bisa
moxa.
FUNGSI: Melancarkan paru, stabilkan lambung, melancarkan
tenggorokan, membersihkan panas darah.
INDKASI: Batuk, batuk darah, pharyngitis, demam, influenza.
KEISTIMEWAAN: Titik Ying meridian paru.
k. LU – 11 / SHAO SHANG
LETAK: Pada sisi radial ibu jari, 0,1 cun di belakang sudut kuku.
CARA PENJARUMAN: miring sedalam 0,1 cun dengan jarum
diarahkan ke atas, kadang dengan jarum prisma ditusuk hingga timbul
pendarahan.
FUNGSI: Melancarkan meridian, menyadarkan (pingsan),
melancarkan tenggorokan, mencegah dan pelancar Qi yang membalik
(12 meridian).
INDKASI: Batuk, sesak napas, pharyngitis, epistaxis, tonsilsitis,
kekakuan jari, nyeri pada hemiphelgi, koma apoplexia dan gangguan
mental, vomitus tak bisa konsumsi makanan.
KEISTIMEWAAN: Titik Jing meridian paru.
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi Iskandar., 2010. Penyakit Paru Dan Saluran, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer.
Marni. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pernapasan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Rahajoe N., 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
pp.583-593
Soematri,I. (2007). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
pasien
dengan gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisidan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Wong L. Donna et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan pertama.
Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHHAN OKSIGENASI
1.1 Definisi
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen lebih dari 21%
pada tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O2
dan pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah
satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami
gangguan. Apabila lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen,
maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
kemungkinan berujung fatal seperti meninggal (Kusnanto, 2016).
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh
dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel
tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh
berapa faktor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan
(Ernawati, 2012).
1.2 Etiologi
Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status
kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi
pernapasannya diantaranya adalah:
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau
pada saat terpapar zat beracun
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3) Hipovolemia
4) Peningkatan laju metabolik
5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas dan penyakit kronis
b. Status kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi,
pada individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses oksigenasi
dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen
tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan
penyakit kronis.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan:
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru
menurun
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi fungsi
pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional dan penggunaan zat-zat tertentu secara sedikit banyaknya
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi
yaitu:
1) Suhu lingkungan
2) Ketinggian
3) Tempat kerja (polusi)
1.3 Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi didalam tubuh terdiri atas 3
tahapan yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya.
2) Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
3) Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi
oleh system saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi,
kemudian kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan kontriksi
sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau proses
penyempitan.
4) Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mucus silliasis sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interferon dan dapat mengikat virus.
b. Difusi
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler
paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Luasnya permukaan paru
2) Tebalnya membrane respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara
epitel alveoli dan intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagai
mana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2
dari rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena
pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi) dan PaCO. Dalam
arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
4) Afinitas gas
Merupakan kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb.
c. Transportasi Gas
Merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan
tubuh CO2, jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi akan
berikatan dengan hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam
plasma (3%) sedangkan CO2 akan berikatan dengan hb membentuk
karbominohemiglobin (30%) dan larut dalam plasma (50%) dan
sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%). Transportasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya:
1) Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah.
2) Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain-lain secara langsung
berpengaruh terhadap transport oksigen.
1.4 Patofisiologi dan WOC
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi Klinis
Menurut Nanda (2018), tanda dan gejala pada masalah kenutuhan
oksigenasi yaitu:
a. Bunyi nafas tambahan (ronchi, wheezing, stridor)
b. Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan
c. Batuk tidak ada atau tidak efektif
d. Sianosis
e. Kesulitan untuk bersuara
f. Penurunan bunyi nafas
g. Ortopnea
h. Sputum
1. Bersihan jalan napas Bersihan Jalan Napas L.01001 Manajemen Jalan Napas
tidak efektif b.d I.0934
Setelah dilakukan tindakan
peningkatan sekret
keperawatan diharapkan bersihan Observasi
jalan napas meningkat dengan
1. Monitor pola napas
kriteria hasil :
2. Monitor bunyi napas
indikator SA ST 3. Monitor sputum
5 = meningkat Kaloborasi
1. Kaloborasi pemberian
bronkubilator
2. Pola napas tidak Pola napas L.01004 Manajemen jalan napas
efektif b.d depresi I.0934
Setelah dilakukan tindakan
pusat pernapasan
keperawatan diharapkan pola Observasi
napas meningkat dengan kriteria
1. Monitor pola napas
hasil :
2. Monitor bunyi napas
tambahan
3. Monitor sputum
indikator SA ST
Dispnea 3 5
Terapeutik
Penggunaan otot 3 5
1. Pertahankan kepatenan
bantu
jalan napas
Pemanjangan fase 3 5 2. Berikan minum air hangat
ekspirasi 3. Posisikan fowler atau
semifowler
Frekuensi napas 3 5 4. Lakukan fisioterapi dada
5. Lakukan suction
Kedalaman napas 3 5 6. Berikan oksigen
Edukasi
Ket:
1. Anjurkan supan cairan
1 = menurun 2000ml per hari
2 = cukup menurun 2. Ajarkan batuk efektif
3 = sedang Kaloborasi
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisidan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi danTindakan Keperaatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definis dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat
PPNI