Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKHITIS
1. KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Bronkhitis adalah peradangan pada saluran bronchial,menyebabkan
pembengkakan yang berlebihan pada produksi lender.Batuk,Peningkatan
pengeluaran dahak dan sesak napas adalah gejala utama bronchitis
( Alifariki,2019).
Bronkhitis juga merupakan peradangan atau ( Inflamasi) pada selaput
lender ( mukosa) bronkus. Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronkus
membengkak( Menebal) sehingga saluran pernapasan relative menyempit
( Revi dan Marni 2020).
Bronkhitis merupakan salah satu kondisi teratas pasien yang
membutuhkan perawatan medis.Hal ini di tandai dengan batuk akut, produksi
dengan atau tanpa sputum,dan tanda-tanda infeksi saluran pernapasan bawah
tanpa penyakit paru obstruktif koronik ,Pnemonia dan sinusitis . Bronkhitis
akut di cirikan dengan batuk yang bertahan selama 1-3 minggu ( Fajera et al.,
2021).

B. KLASIFIKASI
1. Bronkhitis Akut
Bronkhitis Akut biasanya di karenakan flu serta infeksi lain di saluran
pernapasan, biasanya Bronkhitis Akut mulai membaik dalam waktu
beberapa hari ataupun beberapa pekan.
2. Bronkhitis Kronis
Bronkhitis Kronis merupakan iritasi atau radang yang bertempat di saluran
napas yang harus di tangani dengan serius. Seering kali bronkhitis kronis di
sebabkan karena merokok ( Magfirog et al.,2021).

C. ETIOLOGI
Penyebab penyakit bronchitis sering di sebabkan oleh virus Rhinovirus,
Respiratory Synctial virus ( RSV), Viruxs influenza, Virus para influenza, dan
Coxsacqie virus. Bronkhitis dapat juga di sebabkan oleh parasit seperti
Askarisasasis dan jamur.Selain penyakit infeksi, Bronkhitis juga di sebabkan
oleh penyebab non infeksi seperti bahan fisik atau kimia serta factor resiko
lain nya yang mempermudah seseorang menderita bronchitis misalnya
perubahan cuaca, alergi,polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik
( Alfariki,2019)

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya bronchitis itu bisa di akibatkan oleh paparan infeksi maupun
non infeksi .Apabila terjadi iritasi maka timbulah inflamasi yang
mengakibatkan Vasodilatasi , Kongesti, edema mukosa dan bronkho spasme .
Hal ini dapat menyebabkan aliran udara menjadi tersumbat , Oleh sebab
itu Muchocilliary defence pada paru mengalami peningkatan serta
kerusakan ,dan cenderung lebih mudah terjangkit infeksi,pada saat timbulnya
infeksi maka kelenjar mukus akan terjadi hipertropi serta hiperplansia
sehingga meningkatnya produksi secret dan dinding bronkial akan menjadi
tebal sehingga aliran udara akan terganggu.
Sekret yang mengental dan berlebih akan mengganggu dan aliran udara
menjadi terhambat baik itu aliran udara kecil maupun aliran udara
besar.Pembengkakan bronkus serta secret yang kental akan mengakibatkan
rusaknya jalan pada pernafasan dan terganggunya pertukaran gas pada
alveolus terutama pada saat ekspirasi.Saluran pernafasan akan terperangkat di
distal paru dan mengalami kolaps.Rusaknya hal tersebut dapat mengakibatkan
menurunya ventilasi alveolar,asidosi, dan hipoksoia(Magfiroh et al.,2021).
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang sering ditemukan adalah batuk lebih dari 2 minggu disertai
lender atau dahak, kemudian dahak dalam jumlah sedikit, tetapi makin lama
makin banyak.jika terjadi infeksi maka dahak tersebut berwarna keputihan dan
encer ,namun jika sudah terinfeksi akan menjadi kuning, kehijauan, dan
kental. Pada pemeriksaan fisik akan terdengar bunyi rinkhi pada dada dan
pada pemeriksaan penunjang biasanya dengan foto rontgen akan ditemukan
adanya bercak pada saluran napas (Alifariki,2019).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah
pneumonia adalah :
1 . Pemeriksaan foto toraks anterior – posterior dilakukan untuk menilai
derajat progresifitas penyakit berpengaruh menjadi penyakit paru
obstruktif menahun.
2 . Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
3 . Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya perubahan pada
peningkatan eosinofi(berdasarkan pada hasil hitungan jenis darah).

G. KOMPLIKASI
Bronkitis akut yang tidak dapat diobati secara benar cencerung menjadi
bronitis kronis, sedangkan bronkitis kronis memungkinkan anak mudah
mendapat infeksi. Gangguan pernapasan secara langsung sebagai akibat
bronchitis kronis ialah bila lender tetap tinggal di dalam paru akan
menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkietasis, kelainan ini akan
menambah penderitaan pasien lebih lama.

H. PENATALAKSANAAN
Pemberian masing-masing obat di dasarkan pada kebutuhan dan diagnose
pasien .Obat yang sering di berikan kepada pasien berdasarkan persentase dari
yang tertinggi adalah golongsn mukolitik, Ekspektoran ,
bronkodilator ,kortikosteroid dan antihistamin (Fajara et al., 2021).
1. Mukolitik yaitu obat untuk meredakan batuk, dengan mekanisme kerja
mengurangi viskositas lendir karna dapat memutus ikatan sulfide.
Mukolitik untuk meredakan batuk yang merupakan gejala bronchitis akut,
yaitu reflek untuk menghilangkan benda asing udara merangsang saluran
pernapasan . Mukolitik seperti Mucotein (Erdostein).Mucos Syr,
Mukolitik ( Ambroksol ) dan Mucos Drop.
2. Levopront Syr ( Levodropropizin).
3. Kortiskoteroid merupakan turunan dari hormone kortiskoteroid yang di
hasilkan oleh kelenjar adrenal dan memiliki mekanisme kerja
mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Hormon pada kelenjar tersebut
menghambat respon inflamasi .Kortiskoteroid jenis triaminisolon paling
banyak di gunakan pada pasien anak dengan diagnose bronchitis.
4. Pulmicord yang di gunakan adalah bentuk sediaan nebulizer karena
kelebihan dari nebulizer di antaranya sangat mudah di gunakan pada anak
terutama bayi karena tidak membutuhkan koordinasi yang maksimal
dengan pasien, mampu menghantarkan larutan obat dalam bentuk aerosol
sekaligus dapat di atur konsentrasi dan dosisnya dan pasien lebih mudah
untuk menghirup obat. Budesonide yang terkandung dalam pulmicord
cepat di serap dalam jaringan dan memiliki durasi lama pada saluran
napas, sehingga dapat memperbaiki secara significant pada fungsi paru.
5. Ekspektoran membuat lendir menjadi encer dengan meningkatkan
jumlah cairan, serta merangsang penggeluaran lendir dari saluran
pernapasan .Mekanisme kerja bronkodilator adalah melebarkan pipa
saluran napas. Teofilin yang merupakan kandungan dari Theobron
memiliki aksi antiinflamasi ringan yang poten.Salbutamol termaksud
golongan SABA ( Short Acting Bronkodilator Agent) yang memiliki aksi
bronkodilatasi yang baik dan berefek lemah pada stabilisasi sel mast
sehingga efektif untukpengobatan.
6. Antihistamin meredakan batuk yang di akibatkan oleh alergi di sertai
hidung meler,dengan mekanisme kerja histamine berikatan dengan
reseptor H1 pada sel target, sehingga sekresi mukus meningkat. Sebagian
besar pasien pada penelitian ini di berikan antihistamin. Obat antihistamin
yang digunakan dalam pengobatan bronchitis akut ini adalah sirup
cetirizine , Profilas, Sirup dan drop Intrizin dan CTM tablet. Pengobatan
pada bronchitis akut sebagian besar merupakan terapi simtomatis, yaitu
pengobatan yang digunakan untuk meringankan gejala bronkhitis akut.
Namun ada beberapa pasien yang di berikan antibiotik jika pasien tersebut
mengalami infekssi bakteri.

I. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Menurut Rohmah & Walid ( 2009 ) Pengkajian adalah proses
melakukan pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk
mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan di jadikan
pengambilan keputusan klinik keperawatan.
Oleh karena itu pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat
sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien
Pnemonia pengkajian meliputi :
1. Identitas Pasien
Nama, Umur, jenis kelamin , alamat, agama, pendidikan ,
pekerjaan, agama, suku/bangsa, atatus pernikahan .
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama, Umur, jenis kelamin ,alamat, agama, pendidikan ,
pekerjaan, agama, suku/bangsa, atatus pernikahan ,hubungan
dengan pasien
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien bronkhitis adalah batuk kering
atau batuk berdahak
b. Riwayat keluhan utama
Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronchitis
berfariasi tingkat keparahan dan lamanya. Bermula dari
gejala batuk batuk saja , hingga penyakit akut dengan
manifestasi klinik yang berat. Sebagai tanda-tanda
terjadinya toksemia klien dengan bronchitis sering
mengeluh malaise ,demam,badan terasa lemah , banyak
berkeringat ,takikardia,takipneu. Sebagai tanda terjadinya
iritasi, keluhan atas batuk, ekspektorasi/ peningkatan
produksi secret, dan rasa sakit di bawah strernum.
c. Riwayat kesehatan Masa lalu
Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali
klien mengeluh pernah mengalami infeksi saluran
pernapasan bagian atas
d. Riwayat kesehatan Keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang di sinyalir sebagai penyebab
bronchitis.
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan , riwayat
orang tua perokok.
b. Pola nutrisi
Biasanaya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena
peningkatan rangsangan gaster dampak peningkatan toksik
mikroorganisme.
c. Pola Eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan evaporasi karena demam
d. Pola istirahat / Tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur
karena adanya batuk
e. Pola aktivitas dan Latihan
Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya
kelemahan fisik
5. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
b. Data Fokus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di
alaminya baik berlangsung actual maupun potensial.Diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada kasus pneumonia menurut PPNI ( 2017) Sebagai
berikut
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan (D.
0001)
2. Pola napas tidak efektif b.d Penurunan ekpansi paru.( D.005)
3. Hipertermia b.d Proses peradangan ( D.0130)
4. D. Defisit nutrisi b.d Peningkatan kebutuhan metabolism ( D.0019)
5. Intoleransi aktifitas b.d Kelelahan ( D.0056)
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar
informasi ( D.0111)

C. INTERVENSI

SLKI- SIKI
Diagnosa Keperawatan
NO.
(SDKI) SLKI SIKI

1. D0001 Setelah di lakukan  Observasi


Bersihan pada jalan napas intervensi keperawatan 1. Monitor pola
b.d sekresi yang tertahan . di harapkan bersihan napas
Dibuktikan dengan : jalan napas meningkat 2. Monitor bunyi
- Sputum berlebih dengan kriteria hasil : napas
- Batuk tidak efektif - Produksi 3. Identifikasi
- Tidak mampu batuk sputum kemampuan
- Mengi, Wheeizing menurun batuk
atau ronkhi kering - Mengi menurun 4. Monitor Sputum
- Dispnea - Wheezing (jumlah, warna,
- Pola napas berubah menurun aroma)
- Frekuensi napas - Frekuensi 5. Monitor tanda
bertambah napas dalam dan gejala
rentang normal infeksi saluran
- Batuk efektif napas
Meningkat  Terapeutik
- Pola napas 6. Posisikan semi
meningkat fowler
7. Berikan minum
air hangat
8. Lakukan suction
selama15 detik
9. Berikan
oksigen ,jika
perlu
 Edukasi
10. Anjurkan
Asupan cairan
2000ml/hari
11. Ajarkan tekhnik
batuk efektif
 Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian
broncodilator

2. D.0005 Setelah di lakukan  Observasi


Pola napas tidak efektif b.d intervensi keperawatan 1. Monitor pola
Penurunan ekspansi paru. di harapkan pola napas napas (frekuensi,
Penurunan ekspansi paru. membaik dengan kedalaman,usaha
Dibuktikan dengan : kriteria hasil : napas)
- Penggunaan otot - Kapasitas vital 2. Monitor bunyi
bantu pernapasan membaik napas tambahan
- Fase ekspirasi - Tekanan ( Gurguling,
memanjang ekspirasi mengi,
- Dispnea meningkat wheezing,
- Pola napas abnormal - Tekanan ronkhi )
(Takipnea, bradipnea inspirasi 3. Auskultasi bunyi
hipoventilasi
- Pernapasan cuping meningkat napas
hidung - Dispnue 4. Monitor saturasi
- Tekanan ekspirasi Menurun oksigen
menurun - Penggunaan  Terapeutik
- Tekanan inspirasi otot bantu 5. Posisikan semi
menurun napas menurun fowler
- Frekuensi 6. Lakukan
napas membaik fisioterapi dada
7. Berikan oksigen
Jika perlu
Kolaborasi
Pemberian
bronkodilator

3. D.0130 Setelah di lakukan  Observasi


Hipertermia b.d Proses intervensi keperawatan 1. Dentifikasi
penyakit ( Infeksi di harapkan penyebab
Mycobacterium Termogulesi membaik hipertermia
tuberculosis). dengan Kriteria Hasil : 2. Monitor suhu
Di buktikan dengan : - Menggigil membaik tubuh
- Suhu tubuh di atas - Kejang menurun 3. Monitor warna
nilai normal - Takikardia membaik dan suhu kulit
- Kejang - Takipnea membaik  Terapeutik
- Takikardia - Suhu tubuh membaik 4. Longgarkan atau
- Takipnea - Suhu kulit membaik lepaskan pakaian
- Kulit terasa hangat - Tekanan darah 5. Berikan cairan
membaik oral
Ventilasi membaik 6. Lakikan kompres
dingin
7. Sesuaikan suhu
lingkungan
dengan
kebutuhan pasien

 Edukasi
8. Anjurkan tirah
baring
 Kolaborasi
9. Kolaborasi
pemberian cairan
elektrolit
10. Kolaborasi
pemberian
antipiretik
4. D.0019 Setelah di lakukan  Observasi
Defisit Nutrisi b.d intervensi keperawatan 1. Identifikasi status
Peningkatan kebutuhan di harapkan. nutrisi
metabolism. Dibuktikan - Berat badan 2. Identifikasi
dengan : membaik makanan yang di
- Nafsu makan - Indeks masa sukai
menurun Tubuh 3. Identifikasi
- Berat badan menurun membaik. kebutuhan kalori
- Bising usus (IMT) dan jenis
hiperaktif - Frekuensi makanan
- Membrane mukosa makan 4. Monitor asupan
pucat membaik makanan
- Sariawan - Nafsu makan 5. Monitor mual dan
membaik muntah
- Membrane 6. Monitor berat
mukosa badan
membaik  Terapeutik
7. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan
8. Berikan makanan
yang tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
9. Berikan makanan
yang tinggin
kalori dan tinggi
protein
10. Bereikan
suplemen
makanan
 Edukasi
11. Anjurkan posisi
duduk
12. Ajarkan diet yang
di programkan
 Kolaborasi
13. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan
5. D.0056 Setelah di lakukan  Observasi
Intoleransi aktifitas b.d tirah intervensi keperawatan 1. Monitor
baring,kelemahan ketidak di harapkan toleransi kelemahan fisik
seimbangan antara suplai aktivitas meningkat 2. Identifikasi
dan kebutuhan oksigen. dengan kriteria hasil : kemampuan
Dibuktikan dengan: - Kemudahan berpartisipasi
- Mengeluh lelah dalam dalam aktivitas
- Frekuensi jantung melakukan tertentu
meningkat aktivitas sehari-  Terapupetik
- Dyspnea hari meningkat 3. atihan gerak pasif
- Sianosis - Kekuatan tubuh dan aktif
bagian atas dan 4. libatkan keluarga
bawah dalam aktivitas
meningkat  Kolaborasi
- Keluhan lelah 5. .Anjurkan untuk
membaik melakukan
- Dispneu saat aktivitas secara
aktivitas bertahap
menurun
6 D.0111 Setelah dilakukan  Observasi
Defisit pengetahuan intervensi keperawatan 1. Identifikasi
berhubungan dengan diharapkan tingkat kesiapan dan
keluarganya terpapar tingkat pengetahuan kemampuan
informasi. meningkat dengan menerima
Dibuktikan dengan: kriteria hasil: informasi
1. menunjukan perilaku 1. menunjukan 2. Identifikasi
sesuai anjuran perilaku sesuai pengetahuan saat
2. menunjukan persepsi anjuran ini
yang keliru tyerhadap 2. menunjukan  Teraupetik
masalah perilaku yang 3. Sediakan materi
tidak keliru dan media
terhadap pendidikan
masalah kesehatan
 Edukasi
4. Menjelaskan
kepada keluarga
dan pasien tentang
keluarga
5. Beri keluarga dan
pasien bertahan

D. IMPLEMENTASI
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan
yang di lakukan secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan
multidisiplinyang lain.Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan yang berfokus kepada pasien dan berorientasi pada tujuan
dan hasil yang di perkirakan dari asuhan keperawatan di mana tindakan di
lakukan dan di selesaikan , sebagaimana di gambarkan dalam rencana
yang sudah di buat ( Patrisia et al., 2020).

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terahir dari proses keperawatan dengan
cara membandingkan tindakan keperawatan yang di lakukan terhadap hasil
yang di harapkan. Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperaatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan
evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperaatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin di capai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria
hasil. (Patrisia et al.,2020).
DAFTAR PUSTAKA

Alifariki, L. O. (2019). Faktor Risiko Kejadian Bronkitis Di Puskesmas Mekar Kota Kendiri.
Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1), 1-9.

Fajara, R. Muthoharoh, A., Ningrum, W. A, & Permadi, Y. W. (2021). EVALUASI


RASIONALITAS DOSIS OBAT PADA PASIEN PEDIATRI BRONKITIS AKUT DI
INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KAJEN TAHUN 2018-2019. Medical Sains
Jurnal, 5(2).

Magfiroh, Yayuk, D., & Mashudi, S. (2021). STUDI LITERATUR: ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN BRONKITIS DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
Magfiroh*,. HEALTH SCIENCES JOURNAL, 5(1), 35-43.

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A,
D., Khusniyah, Z., & Sihombing, R, M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada
Kebutuhan Manusia ( Edisi 1) Yayasan Kita Menulis.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_Pada_Kebutuhan_Dasar/
VeMNEAAAQBAJ?hl-id&gbpv-1

Revi, M., & Mami (2020). Pengaruh Inhalasi Uap Kayu Putih terhadap Ketidak Efektifan
Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Bronhitis di Puskesmas Wonogiri 1. Jurnal
Keperawatan GSH, 9(2), 20-24.

Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI ( Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia ). (Edisi 1). AR-RUZZ Media.
https://www.google.co.id/books/edition/Proses_Keperawatan_Berbasis_KKNI_Kerangk/
20XbDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Tim Prokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.

Tim Prokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.

Tim Prokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai