Anda di halaman 1dari 81

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan
nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan
kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi
salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu
investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting
dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Pembangunan kesehatan dihadapkan pada berbagai
permasalahan penting antara lain disparitas status kesehatan; beban
ganda penyakit; kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan; pelindungan masyarakat di bidang obat dan makanan; serta
perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa masalah penting lainnya
yang perlu ditangani segera adalah peningkatan akses penduduk
miskin terhadap pelayanan kesehatan, penanganan masalah gizi buruk,
penanggulangan wabah penyakit menular, pelayanan kesehatan di
daerah bencana, dan pemenuhan jumlah dan penyebaran tenaga
kesehatan.
Pembangunan kesehatan tahun 2019 diarahkan pada isu
strategis daerah ini merupakan bagian dari tahap keempat dari RPJPD
Provinsi Kalimantan Barat yaitu “Peningkatan dan Pemerataan Akses
Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan yang Berkualitas”. Mengingat
masih banyaknya masalah kesehatan yang perlu diatasi, maka
pemerintah mengarahkan beberapa proyek prioritas.
Langkah-langkah yang telah ditempuh adalah peningkatan
akses kesehatan terutama bagi penduduk miskin melalui pelayanan
kesehatan gratis; peningkatan pencegahan dan penanggulangan

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 1


penyakit menular termasuk polio dan flu burung; peningkatan kualitas,
keterjangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan dasar;
peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan; penjaminan
mutu, keamanan dan khasiat obat dan makanan; penanganan
kesehatan di daerah bencana; serta peningkatan promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat
Sebagai tindak lanjut, pembangunan kesehatan diarahkan
untuk meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan; meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan; meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat; meningkatkan upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit; meningkatkan keadaan gizi masyarakat; dan
meningkatkan penanganan masalah kesehatan di daerah bencana.
Berkaitan dengan kondisi tersebut diatas, diperlukan suatu
perencanaan yang matang dan terpadu. Secara umum perencanaan
berfungsi sebagai pedoman guna mengarahkan kegiatan-kegiatan
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan yang ditetapkan. Selain
itu juga untuk memperkirakan potensi-potensi, prospek-prospek
perkembangan, hambatan serta risiko yang mungkin dihadapi pada
masa yang akan datang.
Perencanaan juga dilakukan untuk memberikan pilihan-pilihan
terbaik untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan
pembangunan serta menyusun skala prioritas dari segi pentingnya
tujuan sekaligus sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk
melakukan pengawasan, pengendalian dan evaluasi terhadap aktivitas
yang dilakukan dalam rangka pencapaian suatu tujuan.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa
setiap daerah diwajibkan untuk menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) periode 20 tahun, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) periode 5 tahun,
serta Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) periode jangka
pendek 1 tahun. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renja-SKPD) disusun berdasarkan tugas pokok dan fungsi serta

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 2


mengacu pada Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra-SKPD) yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah
daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat dalam jangka waktu 1 tahun.
Renja-SKPD disusun berdasarkan tugas pokok dan fungsi serta
mengacu pada Renstra-SKPD yang memuat kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat dalam jangka waktu 1 tahun.
RPJMD Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013-2018
difokuskan untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan
kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis,
revitalisasi pertanian, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang
berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan
struktur pemerintah daerah.
Tujuan pembangunan kesehatan dalam RPJMD 2013-2018
adalah mengembangkan kapasitas kelembagaan dan manajemen
sistem pelayanan bidang kesehatan. Sasaran pembangunan daerah
bidang kesehatan yaitu: meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dengan strategi
kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dan kualitas hidup masyarakat melalui
penyediaan sarana kesehatan, pendidikan dan sosial yang merata,
terjangkau dan berkualitas khususnya bagi masyarakat miskin.
Renja-SKPD Bidang Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
diselenggarakan melalui paradigma sehat untuk semua, dengan
mempertimbangkan Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan
kabupaten/kota, serta melalui pendekatan baru sistem kesehatan.
Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2018 adalah dokumen perencanaan pada Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat periode 2018 yang memuat arah
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang didasarkan pada
kondisi, potensi, permasalahan, kebutuhan nyata, isu strategis dan

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 3


aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di Provinsi
Kalimantan Barat yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan
daerah, dan berorientasi pada hasil yang akan dicapai selama kurun
waktu 1 tahun. Renja Dinas Kesehatan merupakan pedoman dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dinas kesehatan untuk
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
bidang kesehatan.
Dalam rangka upaya mencapai target sasaran pembangunan
yang telah diamanatkan di RPJMD Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2013-2018, tentunya diperlukan perencanaan-perencanaan yang
matang, terpadu dan terintegrasi agar proses pencapaian sasaran
pembangunan yang telah ditentukan dapat berjalan secara efektif,
efisien, dan tepat sasaran. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
disusun Renja Dinas Kesehatan guna mencapai sasaran yang telah
ditentukan didalam RPJMD Provinsi Kalimantan Barat dan
sebagaimana telah dijabarkan ke dalam Renstra Dinas Kesehatan.

1.2. Visi dan Misi


1.2.1. Visi dan Misi Pemerintah Daerah
Visi dan misi pemerintah daerah dalam RPJMD Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018 merupakan visi dan misi Gubernur dan
Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Barat terpilih periode 2013-2018.
Visi dan misi ini diharapkan mampu menjadi pedoman dan semangat
membangun Provinsi Kalimantan Barat lima tahun mendatang, melalui
perumusan strategi dan sasaran pokok pembangunan yang tepat, arah
kebijakan dan program-program unggulan pembangunan yang
diselaraskan dengan kajian teknokratik, maka visi pembangunan
pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013-2018 adalah:
“MEWUJUDKAN MASYARAKAT KALIMANTAN BARAT YANG
BERIMAN, SEHAT, CERDAS, AMAN, BERBUDAYA DAN
SEJAHTERA”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan misi pembangunan


Provinsi Kalimantan Barat, sebagai berikut:

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 4


1. Melaksanakan peningkatan sistem pelayanan dasar dalam bidang
sosial, kesehatan, pendidikan, agama, keamanan dan ketertiban
melalui sistem kelembagaan manajemen yang efisien dan
transparan.

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia


melalui peningkatan kualitas tenaga kependidikan dan penyediaan
prasarana dan sarana pendidikan serta pemerataan pendidikan.

3. Melaksanakan pemerataan dan keseimbangan pembangunan


secara berkelanjutan untuk mengurangi kesenjangan antar
wilayah dengan tetap memperhatikan aspek ekologi dalam
pemanfaatan sumber daya alam.

4. Mengembangkan sumber daya lokal bagi pengembangan


ekonomi masyarakat melalui sistem pengelolaan yang profesional,
efektif dan efisien serta akuntabel, dengan didukung sistem dan
sarana investasi yang baik melalui penyediaan data potensi
investasi guna menarik dan mendorong masuknya investasi.

5. Mengembangkan jaringan kerjasama antara pemerintah daerah


dengan pihak swasta baik dalam tataran lokal, regional, nasional
maupun internasional melalui penyediaan sarana dan prasarana
infrastruktur serta sumber daya manusia yang memadai.

6. Meningkatkan kemampuan kapasitas dan akuntabilitas aparatur


pemerintah daerah guna meningkatkan pelayanan publik, serta
menempatkan aparatur yang profesional dan berakhlak sesuai
dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki, sesuai dengan
peraturan jenjang karir kepegawaian yang berlaku.

7. Menegakkan supremasi hukum, meningkatkan keadilan sosial dan


perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terciptanya
kehidupan masyarakat yang rukun, aman dan damai.

8. Memperluas lapangan kerja dan usaha dengan berbasis ekonomi


kerakyatan, melalui pemberdayaan potensi dan kekuatan ekonomi
lokal, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi, dengan
membuka akses ke sumber modal, teknologi dan pasar untuk

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 5


meningkatkan daya saing, serta menggali, mengembangkan dan
melestarikan nilai-nilai seni tradisional guna melestarikan
sekaligus mempertahankan ketahanan budaya.

9. Melaksanakan peningkatan pembangunan infrastruktur dasar


guna memperlancar mobilitas penduduk dan arus barang serta
mempercepat pembangunan di wilayah pedalaman, perbatasan,
pesisir dan kepulauan sebagai sumber potensi ekonomi.

10. Melaksanakan pengendalian dan pemanfaatan tata ruang dan tata


guna wilayah sesuai dengan peruntukan dan regulasi, guna
menghindari kesenjangan wilayah dan terwujudnya pembangunan
yang berkelanjutan.

1.2.2. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat


Dalam rangka mendukung Visi Pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat, maka ditetapkan misi yang ingin diwujudkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013-2018 adalah:
“MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT KALIMANTAN
BARAT YANG SEHAT”, oleh karena itu dinas kesehatan selaku
institusi yang berperan dalam pembangunan di bidang kesehatan harus
mampu menjadi institusi yang responsif, kreatif dan inovatif dalam
upaya menjawab berbagai perubahan dan tantangan yang
berhubungan dengan permasalahan kesehatan dengan mengajak
peran serta masyarakat untuk ikut berpatisipasi dalam pemecahan
masalah di bidang kesehatan.

Pernyataan misi mencerminkan pandangan organisasi tentang


kemampuan dan mengarahkan kegiatan dinas kesehatan untuk lebih
eksis dan dapat mengikuti efek global otonomi daerah. Misi ditetapkan
untuk mengarahkan operasionalisasi dinas kesehatan agar tetap eksis
dan mengikuti perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi, yang
harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Berkaitan dengan
hal dimaksud, maka Dinas Kesehatan dengan memperhatikan tugas
pokok dan fungsi menetapkan rancangan misi sebagai berikut:

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 6


1. Terbinanya Keluarga Sehat, Mandiri dan Sadar Gizi yang
ditunjang oleh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

2. Membuat Masyarakat Kalimantan Barat yang Sehat dan Mandiri di


Bidang Kesehatan dengan Pencegahan Penyakit serta
Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.

3. Meningkatkan Upaya Pelayanan Kesehatan, Penyediaan Obat


dan Perbekalan Kesehatan yang Optimal, Bermutu dan
Terjangkau serta Meningkatnya Upaya Penanggulangan Bencana
Bidang Kesehatan.

4. Memantapkan Sumber Daya dan Informasi Kesehatan.

5. Mewujudkan Aparatur Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat


yang Profesional.

1.3. Landasan Hukum


Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan Renja-SKPD
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 adalah
sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 tentang Pembentukan


Daerah Otonomi Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4288);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104);

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 7


5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

8. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang tentang Sistem


Jaminan Sosial Nasional;

9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana


Perimbangan;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah


Kepada Daerah;

12. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

13. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan


Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010;

14. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program


Pembangunan yang Berkeadilan;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang


Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,


Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 8


17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;

18. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tanggal 4 Januari


2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD dan
Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD)
kepada Masyarakat;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintah antara Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 tentang


Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang


Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009


tentang Sistem Kesehatan Nasional;

23. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 9 Tahun 2005


tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Barat;

24. Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 99 Tahun 2016


tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat;

25. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2008-2028.

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 9


1.4. Maksud dan Tujuan
1.4.1. Maksud
Maksud dari penyusunan Renja Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2019 adalah untuk menetapkan dokumen
perencanaan yang memuat program-program dan kegiatan
pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Barat bidang kesehatan
yang menjadi tolok ukur penilaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama
tahun 2019.

1.4.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Renja Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018 adalah untuk mewujudkan sinergi antara
perencanaan, penganggaran dan pengawasan pembangunan
kesehatan antar wilayah, antar bidang pembangunan kesehatan dan
antar tingkat pemerintahan serta mewujudkan efisiensi alokasi berbagai
sumber daya dalam pembangunan kesehatan sehingga Renja SKPD
Tahun 2018 dapat menjadi dasar penyusunan APBD Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018.

1.5. Sistematika penulisan


Sistematika penulisan Renja Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Visi dan Misi
1.3. Landasan Hukum
1.4. Maksud dan Tujuan
1.5. Sistematika Penulisan

BAB II EVALUASI HASIL KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN


2.1. Evaluasi Pencapaian Kinerja Indikator Makro
Pembangunan Kesehatan
2.1. Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2016

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 10


BAB III TUJUAN DAN SASARAN RENJA SKPD
3.1. Tujuan dan Sasaran Renja SKPD
3.2. Sasaran Renja SKPD

BAB IV RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2018

BAB V PENUTUP
5.1. Catatan Penting yang Perlu Mendapat Perhatian
5.2. Kaidah-Kaidah Pelaksanaan
5.3. Rencana Tindak Lanjut

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 11


BAB II
EVALUASI HASIL KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN

2.1. Evaluasi Pencapaian Kinerja Indikator Makro Pembangunan


Kesehatan
Gambaran derajat kesehatan Kalimantan Barat secara makro
merupakan indikator dampak (impacts) yang merupakan hasil akhir
(ultimate outcome) dari seluruh program dan kegiatan yang telah
dilaksanakan di bidang kesehatan. Gambaran derajat kesehatan
Kalimantan Barat secara makro inilah yang akan memberikan kontribusi
dan pencapaian indeks pembangunan manusia (IPM), yang merupakan
gambaran kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Gambar 1.
Alur Pikir Keberhasilan Pembangunan Kesehatan
Indikator Kinerja Sasaran dan Tujuan
IPM

Umur Harapan Hidup

Mortalitas:
1. Angka Kematian Bayi
2. Angka Kematian Ibu Melahirkan Derajat
3. Angka Kematian Balita Kesehatan Makro
yang merupakan
indikator kinerja
Morbiditas: dampak
1. Angka Kesakitan
Status Gizi
2. Angka Kesembuhan
3. Prevalensi Penyakit

Derajat
KEADAAN PERILAKU HIDUP AKSES & MUTU Kesehatan
LINGKUNGAN MASYARAKAT PELAYANAN Mikro

PELAYANAN SUMBER DAYA MANAJEMEN KONTRIBUSI


KESEHATAN KESEHATAN KESEHATAN SEKTOR TERKAIT

Sumber: Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar 2013-2018

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 12


Derajat kesehatan Kalimantan Barat yang merupakan indikator
kinerja dampak pada masa lampau dan masa kini memperlihatkan
adanya peningkatan yang cukup berarti. Keberhasilan ini dapat dilihat
dengan meningkatnya derajat kesehatan Kalimantan Barat yang
digambarkan oleh beberapa indikator yang diuraikan di bawah ini,
antara lain:

1. Umur Harapan Hidup/Life Expectancy


Umur Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi
kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada
umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.
Angka Harapan Hidup saat lahir yang merepresentasikan
dimensi umur panjang dan hidup sehat terus meningkat dari tahun ke
tahun. Selama periode 2010 hingga 2015, Kalimantan Barat telah
berhasil meningkatkan Angka Harapan Hidup saat lahir sebesar 0,81
tahun. Pada tahun 2010, Angka Harapan Hidup saat lahir di Kalimantan
Barat hanya sebesar 69,06 tahun, dan pada tahun 2015 telah mencapai
69,87 tahun. Selama periode tersebut, secara rata-rata Angka Harapan
Hidup tumbuh sebesar 0,23 persen per tahun.

Gambar 2.

Umur Harapan Hidup Provinsi Kalbar 2010-2015

69.87
70.00 69.76
69.80 69.66
69.60 69.46
69.40 69.26
69.20 69.06
69.00
68.80
68.60
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalbar

Angka Harapan Hidup seluruh kabupaten/kota masih berada di


bawah angka rata-rata nasional. Masih sama seperti tahun 2011, pada
tahun 2012 Kabupaten Bengkayang masih menjadi kabupaten dengan
Angka Harapan Hidup (AHH) tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat dan
Kabupaten Sambas masih menjadi kabupaten dengan AHH terendah

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 13


(namun ada peningkatan AHH dari 61,11 pada tahun 2011 menjadi
61,69 di tahun 2012).
Meningkatnya Umur Harapan Hidup secara tidak langsung juga
memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan
derajat kesehatan masyarakat serta turut berpengaruh terhadap Indeks
Pembangunan Manusia.

2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian
pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas
hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui
pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur
panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), pengetahuan
(knowledge), dan standar hidup layak (decent standard of living). Umur
panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Angka Harapan Hidup saat
lahir (AHH) yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai oleh bayi
yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola angka
kematian menurut umur pada saat kelahiran sama sepanjang usia bayi.
Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-rata Lama Sekolah dan
Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) adalah rata-
rata lamanya (tahun) penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani
pendidikan formal. Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai
lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh
anak pada umur tertentu di masa mendatang. Standar hidup yang layak
digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan
dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.
IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks
kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran.
Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan
standarrisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing
komponen indeks.
IPM mempunyai komponen yaitu:
a. Angka Harapan Hidup
b. Angka Melek Huruf

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 14


c. Rata-Rata Lama Sekolah
d. Pengeluaran Riil per Kapita yang disesuaikan

3. Perkembangan IPM Kalimantan Barat Tahun 2010-2015


IPM merupakan indikator yang digunakan untuk melihat
perkembangan pembangunan dalam jangka panjang. Untuk melihat
kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian.
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan
pilihan bagi penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan
indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM
menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan,
dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 dan
metode penghitungan direvisi pada tahun 2010. Badan Pusat Statistik
(BPS) mengadopsi perubahan metodologi penghitungan IPM yang baru
pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak tahun 2010.

Tabel 1.
Indeks Pembangunan Manusia Metode Baru 2010-2015

Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 2015


Aceh 67.09 67.45 67.81 68.30 68.81 69.45
Sumatera Utara 67.09 67.34 67.74 68.36 68.87 69.51
Sumatera Barat 67.25 67.81 68.36 68.91 69.36 69.98
Riau 68.65 68.90 69.15 69.91 70.33 70.84
Jambi 65.39 66.14 66.94 67.76 68.24 68.89
Sumatera Selatan 64.44 65.12 65.79 66.16 66.75 67.46
Bengkulu 65.35 65.96 66.61 67.50 68.06 68.59
Lampung 63.71 64.20 64.87 65.73 66.42 66.95
Kep. Bangka
Belitung 66.02 66.59 67.21 67.92 68.27 69.05
Kepulauan Riau 71.13 71.61 72.36 73.02 73.40 73.75
Dki Jakarta 76.31 76.98 77.53 78.08 78.39 78.99
Jawa Barat 66.15 66.67 67.32 68.25 68.80 69.50
Jawa Tengah 66.08 66.64 67.21 68.02 68.78 69.49
DIY 75.37 75.93 76.15 76.44 76.81 77.59
Jawa Timur 65.36 66.06 66.74 67.55 68.14 68.95

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 15


Banten 67.54 68.22 68.92 69.47 69.89 70.27
Bali 70.10 70.87 71.62 72.09 72.48 73.27
Nusa Tenggara
Barat 61.16 62.14 62.98 63.76 64.31 65.19
Nusa Tenggara
Timur 59.21 60.24 60.81 61.68 62.26 62.67
Kalimantan Barat 61.97 62.35 63.41 64.30 64.89 65.59
Kalimantan Tengah 65.96 66.38 66.66 67.41 67.77 68.53
Kalimantan Selatan 65.20 65.89 66.68 67.17 67.63 68.38
Kalimantan Timur 71.31 72.02 72.62 73.21 73.82 74.17
Kalimantan Utara 0.00 0.00 0.00 67.99 68.64 68.76
Sulawesi Utara 67.83 68.31 69.04 69.49 69.96 70.39
Sulawesi Tengah 63.29 64.27 65.00 65.79 66.43 66.76
Sulawesi Selatan 66.00 66.65 67.26 67.92 68.49 69.15
Sulawesi Tenggara 65.99 66.52 67.07 67.55 68.07 68.75
Gorontalo 62.65 63.48 64.16 64.70 65.17 65.86
Sulawesi Barat 59.74 60.63 61.01 61.53 62.24 62.96
Maluku 64.27 64.75 65.43 66.09 66.74 67.05
Maluku Utara 62.79 63.19 63.93 64.78 65.18 65.91
Papua Barat 59.60 59.90 60.30 60.91 61.28 61.73
Papua 54.45 55.01 55.55 56.25 56.75 57.25
Indonesia 66.53 67.09 67.70 68.31 68.90 69.55
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalbar

Pembangunan di Kalimantan Barat pada tahun 2015 terus


mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya IPM
Kalimantan Barat. Pada tahun 2015, IPM Kalimantan Barat telah
mencapai 65,59. Angka ini meningkat sebesar 0,70 poin dibandingkan
dengan IPM Kalimantan Barat pada tahun 2014 yang sebesar 64,89.
Pada tahun 2015, pembangunan manusia di Kalimantan Barat
masih berstatus “sedang”, masih sama dengan statusnya pada tahun
2014. IPM Kalimantan Barat pada tahun 2015 tumbuh sebesar 1,08
persen dibandingkan tahun 2014.
Selama periode 2014 hingga 2015, komponen pembentuk IPM
juga mengalami peningkatan. Bayi yang baru lahir memiliki peluang
untuk hidup hingga 69,87 tahun, meningkat 0,11 tahun dibandingkan
tahun sebelumnya. Anak-anak usia 7 tahun memiliki peluang untuk
bersekolah selama 12,25 tahun, meningkat 0,36 tahun dibandingkan
pada 2014. Sementara itu, penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-
rata telah menempuh pendidikan selama 6,93 tahun, meningkat 0,11

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 16


tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran per kapita
disesuaikan (harga konstan 2012) masyarakat telah mencapai 8,28 juta
rupiah pada tahun 2015, meningkat Rp 104,35 ribu rupiah dibandingkan
tahun sebelumnya.

Gambar 3.
Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalbar dan Nasional,

2010-2015

72

70
69.55
68.9
68 68.31
67.70
67.09
66.53
66
65.59 Nasional
64.89
64 64.30
63.41 Kalbar

62 61.97 62.35

60

58
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalbar

Capaian IPM Kalimantan Barat terus meningkat selama 6 tahun


terakhir dan termasuk dalam kategori sedang walaupun masih dibawah
capaian IPM Nasional. Capaian IPM Kalimantan Barat tahun 2015
sebesar 69,55 poin, berada di peringkat ke- 29 secara nasional
berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia.

Tabel 2.
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kalbar
dan Kabupaten/Kota Tahun 2010-2015

Kab/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015


Sambas 64,93 65,80 66,19 66,81 63,28 64,14
Bengkayang 67,55 67,98 68,50 69,38 64,40 64,65
Landak 67,55 68,16 69,05 69,58 63,59 64,12
Pontianak 68,75 69,07 69,42 70,13 62,78 63,37

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 17


Sanggau 68,55 68,97 69,50 70,30 62,06 63,05
Ketapang 67,89 68,63 69,05 69,74 63,27 64,03
Sintang 68,31 68,77 69,14 69,81 63,19 64,18
Kapuas Hulu 70,03 70,38 70,52 70,97 62,90 63,73
Sekadau 66,99 67,52 68,47 68,99 61,98 62,34
Melawai 68,67 69,01 69,39 69,86 62,89 63,78
Kayong Utara 65,38 65,75 66,19 66,83 58,52 60,09
Kubu Raya 67,56 68,06 68,86 69,32 64,52 65,02
Kota
72,96 73,43 74,21 74,64 76,63 77,52
Pontianak
Kota
68,86 69,21 69,77 70,66 69,84 70,03
Singkawang
KALIMANTAN
61,97 62,35 63,41 64,30 64,89 65,59
BARAT

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalbar

Pada tahun 2015, pencapaian pembangunan manusia di


tingkat kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level
kabupaten/kota berkisar antara 60,09 (Kayong Utara) hingga 77,52
(Kota Pontianak). Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Angka
Harapan Hidup saat lahir berkisar antara 67,33 tahun (Kayong Utara)
hingga 72,99 tahun (Bengkayang). Sementara pada dimensi
pengetahuan, Harapan Lama Sekolah berkisar antara 10,67 tahun
(Sanggau) hingga 14,48 tahun (Kota Pontianak), serta Rata-rata Lama
Sekolah berkisar antara 5,37 tahun (Kayong Utara) hingga 9,77 tahun
(Kota Pontianak). Sedangkan, pengeluaran per kapita disesuaikan di
tingkat kabupaten/kota berkisar antara 6,64 juta rupiah per tahun
(Kapuas Hulu) hingga 13,74 juta rupiah per tahun (Kota Pontianak).
Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2015 juga terlihat dari
perubahan status pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota.
Dari 14 kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Barat, tahun 2015
terdapat 2 kota berstatus “tinggi” yaitu kota Pontianak dan kota
Singkawang, sedangkan 13 kabupaten/kota lainnya berstatus “sedang”.
Keadaan ini meningkat dari tahun sebelumnya yang mana pada tahun
2014 kota Singkawang berstatus “sedang” dan kabupaten Kayong
Utara berstatus “rendah”. Peningkatan IPM di tingkat provinsi juga

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 18


tercermin pada level kabupaten/kota. Selama periode 2014 hingga
2015, seluruh kabupaten/kota mengalami peningkatan IPM. Pada
periode ini, tiga kabupaten/kota dengan kemajuan pembangunan
manusia paling cepat, yaitu Kabupaten Kayong Utara (2,69%),
Kabupaten Sanggau (1,60%), dan Kabupaten Sintang (1,56%).
Kemajuan pembangunan manusia di 3 (tiga) kabupaten tersebut
didorong oleh dimensi pendidikan.

4. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate)


Hasil laporan Survei Demografi tahun 2012, Angka Kematian
Bayi (AKB) di Kalimantan Barat tercatat sebanyak 31 kejadian dari
1.000 kelahiran hidup. Sementara untuk angka nasional berdasarkan
survei yang sama, AKB sebanyak 32 kejadian dan angka kematian
balita 43 kejadian.
Ada perbaikan dibanding Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia Tahun 2007. Pada tahun itu, hasil survey menunjukkan
bahwa angka kematian bayi di Kalimantan Barat mencapai 46 kejadian,
jauh di atas angka nasional, yakni 34 kejadian dari seribu kelahiran
hidup.
Gambar 4.

Perbandingan Angka Kematian Bayi (AKB)


Provinsi Kalbar dan Nasional Tahun 1994-2012
Kalbar Nasional

57

46
97
35 34
70
32
47 46
31

1994 1997 2002 2007 2012

Sumber : SDKI Tahun 1994, 1997, 2002, 2007, 2012

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 19


5. Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita (AKABA) Kalimantan Barat berdasarkan
hasil SDKI berturut-turut mulai tahun 1994 adalah 93 per 1.000 Balita,
turun menjadi 88,2 per 1.000 balita pada tahun 1997, turun menjadi 63
per 1.000 balita pada tahun 2002 dan turun menjadi 59 per 1.000 balita
pada tahun 2007. Angka ini masih lebih tinggi dari rata-rata angka
kematian balita secara nasional yaitu 44 per 1.000 balita.

Gambar 5.
Perbandingan Angka Kematian Balita (AKABA) Provinsi Kalbar
dan Nasional Tahun 1994-2012

100
90 93
88
80 79
70
60 63 63
59
50 Kalbar
46 44 40
40 Nasional

30 37
20
10
0
1994 1997 2002 2007 2012

Sumber: SDKI 1994, 1997, 2002, 2007, dan 2012

Namun dibandingkan dengan pencapaian nasional pada tahun


2012 yaitu sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup maka AKABA
Kalimantan Barat sudah melampaui target yaitu 37 per 1.000 kelahiran
hidup.

Tabel 3.
AKABA di Indonesia Tahun 1990-2012
Tahun
Provinsi
1990 1994 1997 1999 2007 2012
Aceh 78 79 59 48 45 52
Sumatera Utara 82 97 72 52 67 54
Sumatera Barat 103 98 95 62 62 34
Riau 89 94 82 48 47 28

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 20


Jambi 102 88 82 55 47 36
Sumatera Selatan 98 92 70 62 52 37
Bengkulu 96 124 115 63 65 35
Lampung 96 58 64 60 55 38
Kep. Bangka
Belitung - - 42 29 46 32
Kepulauan Riau - - 77 69 58 42
DKI Jakarta 55 50 60 45 36 31
Jawa Barat 129 120 30 30 49 38
Jawa Tengah 89 75 53 63 32 38
DI Yogyakarta 53 35 44 38 22 30
Jawa Timur 87 79 150 114 45 34
Banten - - 90 75 58 38
Bali 67 63 88 71 38 33
Nusa Tenggara
Barat 216 160 69 38 92 75
Nusa Tenggara
Timur 108 108 87 86 80 58
Kalimantan Barat 114 135 66 39 59 37
Kalimantan Tengah 77 38 61 46 34 56
Kalimantan Selatan 130 111 121 80 75 57
Kalimantan Timur 78 76 79 45 38 31
Sulawesi Utara 86 83 94 66 43 37
Sulawesi Tengah 132 127 48 50 69 85
Sulawesi Selatan 97 86 92 69 53 37
Sulawesi Tenggara 108 105 - - 62 55
Gorontalo - - - - 69 78
Sulawesi Barat - - - - 96 70
Maluku 107 91 - - 93 60
Maluku Utara - - - - 74 85
Papua Barat - - - - 64 109
Papua 113 88 - - 62 115
INDONESIA 99 93 71 60 - 43
SDKI = Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, SDKI 1994
dan 1997

Tabel diatas adalah hasil Survei Demografi dan Kesehatan


Indonesia memperlihatkan data AKABA Provinsi Kalimantan Barat dari
tahun ke tahun mengalami penurunan. Terlihat di tabel, Provinsi
Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo,

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 21


Sulawei Barat, Maluku dan ada beberapa provinsi lain yang AKABA nya
tinggi menyebabkan masalah AKABA merupakan masalah nasional
yang harus lebih menjadi perhatian.
6. Angka Kematian Ibu Melahirkan (Maternal Mortality Rate)
Kematian Ibu menurut definisi WHO adalah kematian
kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,
akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh
kehamilan atau penanganannya tetapi bukan disebabkan kecelakaan
atau cedera.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun
jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu 390 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu
signifikan. Target global MDGs (Millenium Development Goals) ke- 5
adalah menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Menurunnya AKI salah satu indikator dalam mengukur
keberhasilan suatu bangsa.
Untuk Kalimantan Barat data AKI yang dapat dipercaya adalah
data hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 dimana Kalimantan Barat
telah mencapai 240 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa
AKI di Kalimantan Barat telah menunjukkan adanya penurunan yang
sangat signifikan, dimana dalam dua dasawarsa, pada tahun 2012 AKI
di Kalimantan Barat berada di bawah nasional, baik dibandingkan
dengan hasil SDKI maupun hasil Sensus Penduduk.

7. Prevalensi Gizi Buruk pada Balita


Gizi buruk di Kalimantan Barat sampai saat ini masih
merupakan masalah yang sangat perlu diperhatikan dibandingkan
dengan masalah-masalah gizi yang lainnya. Pada tahun 2014
persentase gizi buruk sebesar 2,5% sedangkan persentase gizi buruk
pada tahun 2015 kembali meningkat menjadi 7% padahal target yang
ditetapkan sebesar kurang dari 5%. Berdasarkan laporan gizi buruk
Provinsi Kalimantan Barat tahun 2015 sebesar 279 kasus dibandingkan
dengan jumlah kasus tahun 2014 yang sebanyak 259 kasus dengan

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 22


jumlah kematian 7 kasus. Maka Tahun 2015 terjadi peningkatan kasus
gizi buruk dengan jumlah kematian nol/nihil. Di tahun 2016 persentase
gizi buruk sebesar 6,7% berkurang dari angka tahun 2016 sebesar 7%,
tetapi melihat tahun 2015-2016 prevalensi balita gizi buruk tetap kurang
dari pada target.

Gambar 6.
Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kalbar Tahun 2013-2016

7
6.7
7
6 5 5 5 5
5
4 3.4 Target
2.5
3 Realisasi
2
1
0
2013 2014 2015 2016

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2016


Pencapaian derajat kesehatan merupakan hasil dan interaksi
berbagai aspek baik klinis, aspek sistem pelayanan kesehatan, maupun
faktor-faktor non kesehatan yang mempengaruhi pemberian pelayanan
klinis dan perselenggaraan sistem pelayanan kesehatan secara
optimal, karena itu diperlukan persamaan persepsi dan perhatian dari
semua pihak mengenai pentingnya peran berbagai aspek dalam
penanganan masalah kesehatan, dimana dibutuhkan strategi dan
kebijakan termasuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara
menyeluruh sebagai bentuk upaya penanggulangan permasalahan
kesehatan. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, Dinas
Kesehatan melakukan pengawasan dan pembinaan dalam pengelolaan
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dalam proses perencanaan program kesehatan, kebijakan
program dan kegiatan yang dilaksanakan mengacu pada kerangka
arahan yang dirumuskan dalam rancangan RPJMD dan Renstra Dinas

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 23


Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, yang dikerjakan secara
simultan/paralel melalui Penyusunan Renja tahunan yang merupakan
bentuk penjabaran pelaksanaan program kegiatan untuk menunjang
keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Tahapan awal yang
harus dilakukan sebelum disempurnakan menjadi dokumen Renja yang
definitif adalah dengan fokus melakukan pengkajian terlebih dahulu
terhadap capaian kinerja tahun sebelumnya.
Berdasarkan rencana kinerja tahunan yang telah disetujui
anggarannya, maka ditetapkan suatu penetapan kinerja yang
merupakan kesanggupan dari penerima mandat untuk mewujudkan
kinerja seperti yang telah direncanakan. Dalam tahun berjalan,
pelaksanaan penetapan kinerja ini akan dilakukan pengukuran kinerja
untuk mengetahui sejauh mana capaian kinerja yang dapat diwujudkan
oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
Adapun indikator kinerja yang digunakan adalah beberapa
indikator kesehatan pokok pada tahun 2016 masih mengacu pada
RPJMD Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013-2018. Pencapaian
indikator kinerja tersebut diperoleh dari data pencapaian
kabupaten/kota dan dihitung dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.
Pengukuran capaian kinerja Pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat dilakukan dengan menggunakan metode pembandingan capaian
kinerja sasaran. Metode pembandingan capaian kinerja sasaran
dilakukan dengan membandingkan antara rencana kinerja
(performance plan) yang diinginkan dengan realisasi kinerja
(performance result) yang dicapai organisasi.
Pada tahun 2016, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
telah menetapkan 17 (tujuh belas) sasaran yang ingin dicapai selama
tahun tersebut. Untuk mencapai 17 (tujuh belas) sasaran strategis yang
ditetapkan tersebut, dilaksanakan melalui 9 (sembilan) program
kesehatan. Nilai capaian kinerja sasaran dicerminkan oleh capaian
kinerja dari indikator kinerja sasaran. Indikator kinerja sasaran
dicerminkan oleh capaian kinerja dari outcome suatu kegiatan. Oleh
karena itu kinerja sasaran pada hakikatnya merupakan pencapaian
outcome atau fungsi langsung dari suatu keluaran (output) dari suatu

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 24


kegiatan. Dengan formula ini Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat mencoba menginformasikan kepada pemberi amanat bahwa
semua kegiatan yang dilakukan berfungsi atau telah memenuhi sasaran
fungsionalnya dan tidak hanya sebatas keluaran barang dan jasanya
saja. Pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
terlihat dari sejauh mana pelaksanaan strategi dalam rangka
pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan dikomitmenkan dengan
capaian sasaran sebagaimana tertera di atas.
Dalam capaian kinerja indikator Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat telah disepakati suatu skala ordinal dalam lima
kategori yaitu:
Tabel 4.
Skala Pengukuran Ordinal
KLASIFIKASI PENILAIAN
NO PREDIKAT
CAPAIAN KINERJA
1 Lebih dari 80% Sangat Baik

2 70% - 79% Baik

3 60% - 69% Sedang

4 50% - 59% Kurang Baik

5 Kurang dari 50% Buruk

Capaian dari indikator kinerja utama pada Dinas Kesehatan


Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016 secara rinci dijabarkan sebagai
berikut:
1. Sasaran 1, “Meningkatkan Upaya Kesehatan Ibu dan Kesehatan
Anak di Tingkat Provinsi dan Kabupaten”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Cakupan Kunjungan Ibu
95% 80,64% 84,9
Hamil (K4)
Cakupan Pertolongan
Persalinan oleh Tenaga 92% 79,37% 86,3
Kesehatan
Cakupan Komplikasi
Kebidanan yang
76% 64,77% 85,2
ditangani (PK)

Cakupan Kunjungan
90% 76,04% 84,4
Nifas (KF3)

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 25


Cakupan Peserta aktif KB 67,5% 65,26% 96,7
Persentase Puskesmas
Mampu Pelayanan
46% 30,33% 65,93
Kesehatan Reproduksi
Esensial (PKRET)

Dari 6 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa 3


indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya mencapai
target dan 3 indikator kinerja utama sasaran pencapaian
kinerjanya tidak mencapai target. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah adanya efisiensi anggaran di
tahun 2016 sehingga terdapat beberapa kegiatan yang dapat
mendukung capaian kinerja tetapi tidak dapat dilaksanakan
karena anggarannya ditiadakan. Keterbatasan sumber daya
Pengelola Program Kesehatan Ibu dan Anak di tingkat
kabupaten/kota turut memberikan kontribusi terhadap penurunan
pencapaian target. Namun dalam skala pengukuran ordinal untuk
persentase kinerja indikator menunjukkan sangat baik hanya
indikator 6 (65,93%) menunjukkan kinerja sedang.

2. Sasaran 2, “Meningkatkan Status Kesehatan Anak di Tingkat


Provinsi dan Kabupaten/Kota”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Cakupan Kunjungan
94% 86,34% 91,85
Neonatal Pertama (KN1)
Cakupan Kunjungan
90% 83,99% 93,32
Neonatal Lengkap (KN3)
Cakupan Kunjungan
Neonatal dengan
77% 54,22% 70,42
Komplikasi yang
ditangani
Cakupan Kunjungan Bayi 92% 84,57% 91,92
Cakupan Pelayanan
86,5% 61,12% 70,65
Anak Balita
Cakupan Penjaringan
Kesehatan Siswa SD dan 93% 58,85% 63,28
Setingkat

Dari 6 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa


hanya 1 indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya
mencapai target dan 5 indikator kinerja utama sasaran

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 26


pencapaian kinerjanya tidak mencapai target. Dalam skala
pengukuran ordinal untuk persentase capaian kinerja terdapat 3
indikator yang menunjukkan sangat baik yakni indikator
Kunjungan Neonatal Pertama (91,85%); Cakupan Kunjungan
Neonatal Lengkap (93,32%); dan Cakupan Kunjungan Bayi
(91,92%) sedangkan untuk indikator Persentase Cakupan
Pelayanan Anak Balita (70,65%) dan Cakupan Kunjungan
Neonatal dengan Komplikasi yang ditangani (70,42%)
menunjukkan kinerja baik; indikator Cakupan Penjaringan
Kesehatan Siswa SD dan Setingkat (63,28%) menunjukkan
kinerja sedang.

3. Sasaran 3, “Meningkatkan Status Gizi Masyarakat di Tingkat


Provinsi dan Kabupaten/Kota”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Persentase Balita
ditimbang Berat 85% 59,61% 70,13
Badannya (D/S)
Persentase Balita
Mendapatkan Kapsul
88% 83,38% 94,75
Vitamin A dua kali
pertemuan
Persentase Bayi
85% 43,06% 50,66
mendapat ASI Eksklusif
Cakupan Ibu Hamil
97% 79,19% 81,64
mendapat 90 Tablet Fe

Dari 4 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa 1


indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya mencapai
target dan 3 indikator kinerja utama sasaran pencapaian
kinerjanya tidak mencapai target. Dalam skala pengukuran ordinal
untuk Persentase Balita ditimbang Berat Badannya (D/S)
menunjukkan kinerja yang baik (70,13%); Persentase Balita
mendapatkan Kapsul Vitamin A dua kali pertemuan menunjukkan
kinerja yang sangat baik (94,75%); Persentase Bayi mendapat
ASI Eksklusif untuk capaiannya kinerjanya kurang baik (50,66%);
dan indikator Cakupan Ibu Hamil mendapatkan 90 Tablet Fe
capaiannya baik (81,64%).

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 27


4. Sasaran 4, “Menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta
Mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Persentase Rumah
Tangga yang
70% 44,6% 63,71
melaksanakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
Persentase Desa Siaga
76% 50,4% 66,31
Aktif
Persentase Upaya
Kesehatan Bersumber
50% 26,9% 53,8
Daya Masyarakat dan
Promosi Masyarakat
Dari 3 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa
ketiga indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya tidak
mencapai target. Dalam skala pengukuran ordinal untuk
Persentase Rumah Tangga yang Melaksanakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat menunjukkan kinerja yang sedang (63,71);
Persentase Desa Siaga Aktif menunjukkan kinerja yang sedang
(66,31%); dan Persentase Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat dan Promosi Masyarakat capaiannya kurang baik
(53,8%).

5. Sasaran 5, “Meningkatkan Kualitas Kesehatan Lingkungan”


Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Persentase Penduduk
yang memiliki Akses Air 37,4% 36,6% 97,9
Minum berkualitas
Persentase desa yang
seluruh penduduknya
4,7% 4,4% 93,62
Buang Air Besar di
Jamban
Persentase Rumah
Tinggal yang memenuhi 29,6% 32,70% 110,5
syarat Kesehatan
Persentase TTU yang
memenuhi syarat 50% 54,6% 109
kesehatan
Persentase Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
yang Membuang Limbah 44,4% 36% 81
memenuhi syarat
kesehatan

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 28


Dari 5 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa
kelima indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya
mencapai target. Dalam skala pengukuran ordinal untuk semua
indikator kinerja utama capaiannya sangat baik.

6. Sasaran 6, “Menurunkan Angka Kesakitan, Kematian dan


Kecacatan Akibat Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Persentase Cakupan
98% 95,6% 97,5
Imunisasi Sejak Sekolah
Persentase
Desa/Kelurahan yang
90% 69,9% 77,6
mencapai Universal Child
Immunization (UCI)
AFP Rate Per 100.000
2,2 0 0
Penduduk < 15 Tahun
Persentase
Desa/Kelurahan
100% 100% 100
mengalami KLB di
Respon < 24 Jam
Persentase Kab/Kota
melaksanakan
Pengendalian Faktor 85% 100% 117,6
Risiko Penyakit Tidak
Menular (PTM)
API (Annual Parasite
Incidence) Per 1000 < 1%0 0,06%0 6
Penduduk
Persentase Angka
0,3% 0 0
Kematian Malaria
Angka Penemuan Kasus
Tuberculosis (CNR) Per 120 118 98,3
100.000 Penduduk
Persentase Angka
Kesembuhan TB Paru 94,5% 90% 95,23
BTA (+)
Prevalensi Angka
0% 0% 0
Kematian Diare
Persentase Cakupan
Balita dengan Pneumonia 30% 4,92% 16,4
yang ditangani
Prevalensi Kusta Per
0,30% 0,2% 66,7
100.000 Penduduk
Cakupan Penderita Kusta
yang ditemukan dan 65% 76% 116,9
ditangani

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 29


Persentase Kecacingan
22% 0% 0
pada Anak Sekolah
Persentase Puskesmas
yang melakukan
85% 0% 0
Surveilans Influenza Like
Illness (ILI)
Angka Kesakitan DBD
(IR) Per 100.000 49 17,75 36,22
Penduduk
Jumlah Penderita Infeksi
7.000 4.732
Penyakit Menular yang 67,6
Kasus Kasus
ditemukan dan diobati
Prevalensi Kasus HIV
0,23% 0,21% 91,3
pada usia 15-24 tahun
Persentase Cakupan
Pengobatan Massal 74% 86% 116,21
Filariasis
Persentase Angka
Kesembuhan Kategori I
85% 72,34% 85,11
dan Kategori II TB Paru
di UP4

Dari 20 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa


9 indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya
mencapai target selebihnya belum mencapai target. Ada beberapa
indikator yang tidak ada anggaran kegiatannya mengakibatkan
capaian kinerjanya menjadi 0%. Walaupun kegiatan yang lain
belum mencapai target, tetapi menurut skala penghitungan ordinal
capaian kinerjanya ada yang buruk, kurang baik, sedang, baik dan
sangat baik.

7. Sasaran 7, “Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Khusus


dengan Dukungan/Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder
Terkait”
Indikator Kinerja Capaian
Target Realisasi
Utama (%)
Puskesmas yang
melaksanakan Program
80% 50% 62,5
Pengembangan

Persentase Akreditasi
20% 0% 0
Laboratorium Klinis
Jumlah Pemeriksaan 45.000 60.000
Laboratorium Pemeriksaa Pemeriksaa 133,3
Kesehatan Upelkes n n

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 30


Jumlah Parameter
Pengujian yang
5 Paket 20 Paket 400
Terakreditasi di
Ulabkes
Persentase Kunjungan
PNSD, Keluarga PNSD
dan Pensiunan PNSD
di Lingkungan
26% 0% 0
Pemerintah Provinsi
Kalbar ke Poliklinik
Pemerintahan Provinsi
Kalbar

Dari 5 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa 2


indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya mencapai
target dan skala ordinalnya sangat baik. Untuk 3 Indikator kinerja
utama yang lain tidak mencapai target.

8. Sasaran 8, “Meningkatnya Penanggulangan Bencana Bidang


Kesehatan yang Cepat dan Tepat”

Indikator Kinerja Capaian


Target Realisasi
Utama (%)
Persentase Sarana Kes.
dg kemampuan
70% 70% 100
Pelayanan Gawat
Darurat sesuai standar

Indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya mencapai


target (100%). Dalam skala pengukuran ordinal untuk Persentase
Sarana Kesehatan dengan kemampuan Pelayanan Gawat Darurat
sesuai standar adalah sangat baik.

9. Sasaran 9, “Meningkatnya Mutu dan Keterjangkauan Pelayanan


Kesehatan Dasar dan Rujukan”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Jumlah Rumah Sakit
28 RS 22 RS 78
Yang Terakreditasi
Jumlah Rumah Sakit
Kabupaten/Kota yang 20 RS 20 RS 100
melaksanakan PONEK
Jumlah Puskesmas yng
84 Pusk 31 Pusk 36,9
Terakreditasi

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 31


Jumlah Puskesmas
Rawat Inap yang mampu 42 Pusk 33 Pusk 78,57
PONED

Dari 4 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa 1


indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya mencapai
target dan untuk 3 indikator lainnya tidak mencapai target. Dalam
skala pengukuran ordinal capaian indikator Jumlah Rumah Sakit
Kabupaten/Kota yang melaksanakan PONEK sangat baik,
sedangkan ketiga indikator lainnya walaupun tidak mencapai
target tetapi masuk dalam kategori baik.

10. Sasaran 10, “Meningkatkan Kualitas Penanganan Obat dan


Perbekalan Kesehatan, Alat Kesehatan, Obat Tradisonal, Pangan,
Kosmetik dan PKRT”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Persentase Ketersediaan
Obat, Vaksin dan 80% 72,5% 90,62
Perbekalan Kesehatan
Persentase Penggunaan
Obat Generik di Rumah 94% 90,38% 96,15
Sakit dan Puskesmas
Persentase Produk Allat
Kesehatan dan PKRT
serta Sarana Distribusi
80% 45% 56,25
yang memenuhi
Persyaratan Mutu,
Kemanaan dan Manfaat
Persentase Sarana
Produksi Obat
Tradisional yang
memenuhi syarat Cara 60% 40% 66,66
Pembuatan Obat
Tradisonal yang baik
(CPOBT)

Dari 4 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa 2


indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya mencapai
target dan untuk 2 indikator lainnya tidak mencapai target. Dalam
skala pengukuran ordinal capaian indikator Persentase
Ketersediaan Obat, Vaksin dan Perbekalan Kesehatan (90,62%)
dan Persentase Penggunaan Obat Generik di Rumah Sakit dan

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 32


Puskesmas (96,15%) sangat baik, sedangkan 2 indikator lainnya
masuk dalam kategori kurang baik dan sedang.

11. Sasaran 11, “Meningkatkan Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan,


Kegiatan Pelatihan, Seminar dan Bentuk Kegiatan Peningkatan
Keterampilan Tenaga Kesehatan, Memfasilitasi Kegiatan Profesi
Dalam Rangka Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
Masyarakat ”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Peningkatan Jumlah dan
12.472 12.703
Jenis Tenaga Kesehatan 101,85
Orang Orang
di Provinsi Kalbar
Jumlah Tenaga Profesi
7 Orang 2 Orang 28,6
Widyaiswara di Upelkes
Persentase Peningkatan
Jumlah dan Jenis Tenaga
20% 0% 0
Pengajar di Akper
Sintang

Dari 3 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa 1


indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya mencapai
target dan untuk 2 indikator lainnya tidak mencapai target. Dalam
skala pengukuran ordinal capaian indikator Peningkatan Jumlah
dan Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi Kalimantan Barat masuk
kategori sangat baik sediangkan 2 indikator kinerja lainnya masuk
dalam kategori buruk.

12. Sasaran 12, “Meningkatkan Kemampuan Pengetahuan Sikap dan


Keterampilan Pengelola”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Persentase Tenaga
Kesehatan Profesional
dan memenughi standar
45% 55% 122,22
kompetensi

Meningkatnya
Persentase Puskesmas
98% 119% 121,4
yang memiliki Tenaga
Dokter
Meningkatnya 100% 100% 100

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 33


Persentase RS yang
memiliki Dokter Spesialis

Dari 3 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa


semua indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya
mencapai target dan skala pengukuran ordinal capaian indikator
ketiganya adalah sangat baik.

13. Sasaran 13, “Meningkatkan Pelaksanaan dan Kesinambungan


Sistem Informasi Kesehatan, sehingga Memperoleh Data yang
Berkualitas”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Persentase Profil
Kesehatan Prov. dan
Kab/Kota yang 100% 90% 90
berkualitas, akurat dan
tepat waktu
Persentase Optimalisasi
Pemanfaatan Sistem 95% 90% 94,73
Informasi Kesehatan

Dari 2 indikator kinerja utama sasaran dapat disimpulkan bahwa


semua indikator kinerja utama sasaran pencapaian kinerjanya
hampir target tetapi menurut skala pengukuran ordinal capaian 2
indikator tersebut adalah sangat baik.

14. Sasaran 14, “Meningkatkan Pelaksanaan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Jumlah SDM yang
memiliki Kapasitas untuk
Penelitian dan 7 Orang 0 Orang 0
Pengembangan
Kesehatan
Persentase Penelitian
dan Pengembangan
Kesehatan yang
dilaksanakan, 65% 0% 0
dimanfaatkan, dan
disosialisasikan Hasil
Penelitian

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 34


Tahun 2016 capaian indikator ini tidak terpenuhi karena anggaran
tidak mendukung untuk dilaksanakan berbagai pelatihan.

15. Sasaran 15, “Peningkatan Pelaksanaan Pengembangan Sumber


Daya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Jumlah Data Provicial
Health Account (PHA)
1 Dok 0 Dok 0
yang tersedia setiap
tahun
Jumah Data District
Health Account (DHA) 14 Dok 3 Dok 21,43
yang tersedia setiap thn
Persentase Penduduk
Provinsi Kalimantan
78% - -
Barat yang memiliki
Jaminan Kesehatan
Persentase Penduduk
Miskin yang memiliki 100% 100% 100
Jaminan Kesehatan

Dilihat dari capaian keempat indikator kinerja utama diatas dapat


disimpulkan bahwa 3 indikator kinerja utama dari sasaran ini
belum mencapai target, hanya 1 indikator yang mencapai target.

16. Sasaran 16, “Meningkatkan Pegawai yang Profesional dengan


didukung oleh Rencana Kerja, Penganggaran dan Sarana dan
Prasarana yang efektif dan efisien serta memadai”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Tingkat Pemenuhan
Pelayanan Administrasi
100% - -
Perkantoran, Sarana dan
Prasarana
Persentase Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya 90% - -
Aparatur
Tingkat Ketertiban dan
Disiplin Aparatur 100% - -

Jumlah Dokumen
Perencanaan, Anggaran,
15 Dok 3 Dok 20
Laporan Kinerja dan
Administrasi
Persentase Perencanaan 7% - -

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 35


dan Penanggulangan
Program/Kegiatan yang
Reponsif Gender
Persentase Penyelesaian
Proses Selesai Masa
100% - -
Bhakti Tenaga
Kesehatan PTT

Dilihat dari capaian keenam indikator kinerja utama diatas dapat


disimpulkan bahwa semua indikator kinerja utama dari sasaran ini
belum mencapai tidak mencapai target, dan capaiannya buruk
diakibatkan karena anggaran kegiatan tidak mendukung
program/kegiatan.

17. Sasaran 17, “Meningkatkan Pelayanan Kesehatan, pelayanan


Pendidikan dan Pemakaian Kekayaan Daerah sesuai dengan
ketentuan”
Capaian
Indikator Kinerja Utama Target Realisasi
(%)
Persentae Pelayanan
Kesehatan di UPT Dinas
Kesehatan Provinsi 70% 26,34% 26,34
Kalbar yang memenuhi
Standar Pelayanan
Persentase Kontribusi
PAD dari Pelayanan
Dinas Kesehatan Provinsi 100% - -
dan UPT terhadap PAD
Provinsi Kalbar

Dilihat dari 2 indikator kinerja utama diatas dapat disimpulkan


bahwa 2 indikator kinerja utama dari sasaran ini tidak mencapai
target, dan capaiannya buruk diakibatkan karena anggaran
kegiatan tidak mendukung program/kegiatan.

Pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat


terlihat dari sejauh mana pelaksanaan strategi dalam rangka
pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan dan dikomitmenkan,
dengan capaian sasaran sebagaimana tertera di atas. Uraian dan
analisis capaian kinerja berdasarkan realisasi program kegiatan dan
anggaran melalui pendanaan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2016 dapat terlihat pada tabel dibawah ini:

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 36


Tabel 5.
Rekapitulasi Hasil Realisasi Fisik dan Keuangan Pelaksanaan Program
dan Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016

KODE URAIAN ANGGARAN REALISASI %


BELANJA TIDAK
00.51 32.829.981.700,00 31.019.341.598,00 94,48
LANGSUNG
01.52 BELANJA LANGSUNG 17.997.335.750,00 14.107.414.281,00 78,39
PROGRAM PELAYANAN
01 ADMINISTRASI 2.218.656.700,00 1.878.181.413,00 84,65
PERKANTORAN
Penyediaan Jasa Surat
01.01 4.720.000,00 1.638.000,00 34,70
Menyurat
Penyediaan Jasa Komunikasi,
01.02 800.656.800,00 513.477.034,00 64,13
Sumber Daya Air dan Listrik
Penyediaan Jasa Jaminan
01.03 49.910.000,00 49.033.434,00 98,24
Barang Milik Daerah
Penyediaan Jasa Perizinan
01.04 26.700.000,00 23.936.100,00 89,65
Kendaraan Dinas/Operasional
Penyediaan Jasa Administrasi
01.05 2.140.000,00 1.882.500,00 87,97
Keuangan
Penyediaan Jasa Kebersihan
01.06 190.800.000,00 188.400.000,00 98,74
Kantor
01.07 Penyediaan Alat Tulis Kantor 118.038.100,00 115.038.100,00 97,46
Penyediaan Barang Cetakan
01.08 62.762.300,00 62.762.300,00 100,00
dan Penggandaan
Penyediaan Komponen
01.09 Instalasi Listrik Penerangan 22.953.800,00 22.873.800,00 99,65
Bangunan Kantor
Penyediaan Peralatan dan
01.10 5.000.000,00 5.000.000,00 100,00
Perlengkapan Kantor
Penyediaan Bahan Bacaan
01.12 dan Peraturan Perundang- 20.610.000,00 20.424.000,00 99,10
Undangan
Penyediaan Makanan dan
01.13 20.250.000,00 13.450.000,00 66,42
Minuman
Koordinasi dan Konsultasi ke
01.14 205.146.400,00 185.725.995,00 90,53
Dalam dan Luar Daerah
Penyediaan Jasa Keamanan
Lingkungan Kantor/Rumah
01.15 428.469.300,00 424.365.150,00 99,04
Jabatan dan Pendukung
Perkantoran Lainnya
Penyediaan Jasa
01.16 Penatausahaan Keuangan 177.000.000,00 174.600.000,00 98,64
dan Barang
Penyediaan Jasa
01.17 Publikasi/Iklan dan 83.500.000,00 75.575.000,00 90,51
Dokumentasi
PROGRAM PENINGKATAN
02 1.667.862.200,00 1.633.038.140,00 97,91
SARANA DAN PRASARANA

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 37


Pembangunan Gedung
02.03 Khusus/Bangunan 100.000.000,00 99.924.984,00 99,92
Khusus/Kontruksi Khusus
Pengadaan
02.08 Perlengkapan/Peralatan 203.359.200,00 195.415.000,00 96,09
Kantor
Pengadaan Sarana dan
02.11 Prasarana Studio dan 60.600.000,00 59.674.000,00 98,47
Komunikasi
Pengadaan Sarana dan
02.13 Prasarana Pendukung 89.516.000,00 87.510.000,00 97,76
Gedung Kantor
Pemeliharaan Rutin/Berkala
02.15 199.600.000,00 199.523.000,00 99,96
Gedung Kantor
Pemeliharaan
02.17 Taman/Halaman Kantor/ 199.596.000,00 198.901.140,00 99,65
Halaman Rumah Jabatan
Pemeliharaan Rutin/Berkala
02.18 Kendaraan Jabatan 97.440.000,00 76.755.776,00 78,77
Kendaraan Dinas/Operasional
Pemeliharaan Rutin/Berkala
02.20 22.800.000,00 22.400.000,00 98,25
AC/Kipas Angin
Pemeliharaan Rutin/Berkala
02.21 Perlengkapan/Peralatan 28.275.000,00 27.400.000,00 96,91
Kantor
Pemeliharaan Sarana dan
02.23 6.000.000,00 6.000.000,00 100,00
Prasarana Sistem Informasi
02.42 Pengadaan Mebelair 50.600.000,00 50.600.000,00 100,00
02.45 Pengadaan Taman 155.226.000,00 155.116.000,00 99,93
Pemeliharaan/Berkala
02.65 56.950.000,00 55.978.000,00 98,29
Generator
Rehabilitasi/Peningkatan
02.80 Garasi/Tempat Parkir 198.600.000,00 198.575.000,00 99,99
Kendaraan
Rehabilitasi/Peningkatan
02.85 199.300.000,00 199.265.240,00 99,98
Saluran Air
PROGRAM PENINGKATAN
03 56.400.000,00 56.400.000,00 100,00
DISIPLIN APARATUR
Pengadaan Pakaian
03.01 Dinas/Kerja dan 56.400.000,00 56.400.000,00 100,00
Perlengkapannya
PROGRAM PENINGKATAN
05 KAPASITAS SUMBER DAYA 104.035.000,00 66.835.000,00 64,24
APARATUR
05.01 Pendidikan dan Pelatihan 12.000.000,00 0,00 0,00
Sosialisasi, Bimbingan Teknis,
05.02 13.350.000,00 2.100.000,00 15,73
Workshop
Pembinaan Jasmani dan
05.04 23.850.000,00 23.850.000,00 100,00
Rohani
05.05 Penyusunan Analisis Jabatan 29.300.000,00 20.700.000,00 70,65
Penyusunan Standar
05.07 25.535.000,00 20.185.000,00 79,05
Operasional Prosedur

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 38


PROGRAM PENINGKATAN
PENGEMBANGAN SISTEM
06 123.827.500,00 119.396.400,00 96,42
PELAPORAN CAPAIAN
KINERJA DAN KEUANGAN
Penyusunan Laporan
06.01 14.883.500,00 14.606.400,00 98,14
Keuangan
06.02 Penyusunan LAKIP 27.360.000,00 23.248.000,00 84,97
Penyusunan dan Pelaporan
06.05 15.705.000,00 15.663.000,00 99,73
LPPD dan LKPJ
Penyusunan RKA SKPD dan
06.07 34.936.000,00 34.936.000,00 100,00
DPA SKPD
Evaluasi dan Pelaporan
06.09 30.943.000,00 30.943.000,00 100,00
Penyerapan Anggaran
PROGRAM PENINGKATAN
07 PENGELOLAAN ASET 18.317.000,00 14.793.000,00 80,76
DAERAH
Penyusunan/Pelaporan
07.01 18.317.000,00 14.793.000,00 80,76
Inventarisasi Aset
PROGRAM OBAT DAN
15 4.678.760.000,00 3.340.184.604,00 71,39
PERBEKALAN KESEHATAN
Pengadaan Obat-Obatan
15.01 2.500.034.000,00 2.267.577.472,00 90,70
untuk Cadangan Provinsi
Pengadaan Sarana dan
15.12 Prasarana Pendukung 2.178.726.000,00 1.072.607.132,00 49,23
Farmasi
PROGRAM PEMBINAAN
16 1.047.604.200,00 969.681.519,00 92,56
UPAYA KESEHATAN
Pengembangan Pelayanan
16.01 82.300.000,00 77.824.100,00 94,56
Kesehatan Moment Khusus

Kemitraan Pengobatan bagi


16.04 Pasien Kurang Mampu (Bhakti 295.195.000,00 272.178.900,00 92,20
Sosial Bidang Kesehatan)
Workshop Akreditasi Rumah
16.07 80.766.200,00 63.875.800,00 79,09
Sakit
Monitoring dan Evaluasi
Pelayanan Kesehatan
16.13 84.370.000,00 65.539.500,00 77,68
Rujukan ke Rumah Sakit
Kabupaten/Kota
Penanggulangan Krisis Akibat
16.14 111.220.000,00 110.091.800,00 98,99
Bencana
Konsultasi Teknis Program
16.18 Upaya Kesehatan Perorangan 48.024.000,00 40.225.619,00 83,76
Regional dan Nasional
Minitoring dan Evaluasi Tim
16.19 Visitasi Klasifikasi Rumah 74.908.000,00 69.603.800,00 92,92
Sakit
Tim Kesehatan Bergerak
Dalam Rangka Peningkatan
16.37 270.821.000,00 270.342.000,00 99,82
Akses Pelayanan Kesehatan
di DTPK
PROGRAM PROMOSI
KESEHATAN DAN
19 1.257.135.500,00 1.001.585.200,00 79,67
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 39


Fasilitasi Pengembangan UKS
19.01 (Pengembangan Sekolah 26.000.000,00 26.000.000,00 100,00
Percontohan)
Fasilitasi Lomba UKS Tingkat
19.02 54.740.000,00 45.782.900,00 83,64
Provinsi
Pengembangan Media
19.04 Promosi dan Informasi Sadar 541.644.000,00 511.090.000,00 94,36
Hidup Sehat
Lomba Kesatuan Gerak PKK-
19.05 KB Kes/Pembinaan PHBS 93.345.000,00 48.715.200,00 52,19
Rumah Tangga
Jambore Posyandu Tingkat
19.07 226.618.500,00 152.366.100,00 67,23
Provinsi
Fasilitasi Lomba Toga Tingkat
19.09 107.536.000,00 75.656.000,00 70,35
Provinsi dan Posyandu
Pengembangan
19.10 207.252.000,00 141.975.000,00 68,50
UKBM/Pertinas SBH
PROGRAM BINA GIZI DAN
20 KESEHATAN IBU DAN 2.057.968.000,00 1.875.632.600,00 91,14
ANAK
Penilaian Gerakan Sayang Ibu
20.01 131.940.000,00 106.856.500,00 80,99
(GSI)
Peningkatan Kapasitas
Manajemen Program KIA
20.02 209.725.000,00 187.921.000,00 89,60
(Kesehatan Ibu dan Anak)
Tingkat Provinsi
Pertemuan Konsolidasi Bidan
20.03 208.715.000,00 159.855.000,00 76,59
Koordinator Puskesmas
Supervisi Penyelia Fasilitatif
20.04 Lintas Program Kesehatan 232.000.000,00 216.574.000,00 93,35
Keluarga, Gizi dan PSM
Pencetakan Lembar Balik
20.06 Kesehatan Reproduksi Calon 65.600.000,00 64.910.000,00 98,95
Pengantin
Pelatihan Konselor ASI bagi
20.08 146.156.000,00 89.754.000,00 61,41
Petugas Gizi Puskesmas
Pemberian Makanan
Tambahan Pada Ibu Hamil
20.10 590.616.000,00 584.287.000,00 98,93
Gakin di Daerah Rawan
Pangan dan Gizi
Pemberian Makanan
Tambahan Pada Balita Gizi
20.11 473.216.000,00 465.475.100,00 98,36
Kurang Gakin di Daerah
Rawan Pangan dan Gizi
PENGENDALIAN PENYAKIT
22 DAN PENYEHATAN 2.642.227.250,00 1.446.249.550,00 54,74
LINGKUNGAN
Bimbingan Teknis Verifikasi
22.03 Desa Stop Buang Air Besar 129.800.000,00 117.251.400,00 90,33
Sembarangan
Pengelolaan Logistik
22.14 1.078.976.000,00 221.368.600,00 20,52
Imunisasi
Dukungan Tim Teknis Sosek
22.17 55.650.000,00 0,00 0,00
Malindo
Fasilitasi Pengelolaan
22.18 Spesimen AFP, Diptheri dan 60.800.000,00 39.417.000,00 64,83
Campak

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 40


Pertemuan Petugas dan
22.19 100.250.000,00 75.910.900,00 75,72
Pemeriksa Kesehatan Haji
22.20 Pelayanan Kesehatan Haji 89.604.000,00 47.979.200,00 53,55
Pengembangan Jejaring
22.23 Deteksi Dini Penyakit Tidak 45.000.000,00 45.000.000,00 100,00
Menular
Skrining Faktor Risiko
22.24 6.000.000,00 6.000.000,00 100,00
Penyakit Tidak Menular
Pelaksanaan Survei
22.26 Malariometrik Dasar (SMD) 12.579.000,00 12.579.000,00 100,00
Malaria
Pertemuan dan Pengobatan
22.28 79.525.000,00 78.988.100,00 99,32
Tuberculosis (TBC Paru)
Monitoring dan Evaluasi
22.30 87.137.000,00 71.831.950,00 82,44
Penyakit Menular
22.33 Penanggulangan Kasus Kusta 48.010.000,00 46.430.000,00 96,71
Dukungan
22.35 Penyemprotan/Fogging 440.224.250,00 374.868.200,00 85,15
Sarang Nyamuk
Dukungan Kegiatan VCT,
22.40 34.010.000,00 21.956.000,00 64,56
PTRM dan Sero Survei HIV
Pemberantasan Filariasis
22.42 8.790.000,00 8.742.000,00 99,45
(Kaki Gajah)
Bimbingan Penanggulangan
22.43 263.892.000,00 181.829.400,00 68,90
Kasus Rabies
Kampanye Pekan Imunisasi
22.45 101.980.000,00 96.097.800,00 94,23
Nasional
PROGRAM PELAYANAN
23 607.794.000,00 549.432.000,00 90,40
PENDUDUK MISKIN
23.01 Pelayanan Sunatan Massal 233.884.000,00 216.262.000,00 92,47
Monitoring dan Pengadaan
23.02 373.910.000,00 333.170.000,00 89,10
Bahan Medis
PROGRAM SUMBER DAYA
24 41.064.400,00 38.601.600,00 94,00
KESEHATAN
Fasilitasi Pelaksanaan Dokter
24.01 41.064.400,00 38.601.600,00 94,00
Intersip
PROGRAM DUKUNGAN
MANAJEMEN DAN
25 1.475.684.000,00 1.117.403.255,00 75,72
PELAKSANAAN TUGAS
TEKNIS LAINNYA
Penyusunan Profil Kesehatan
25.01 88.360.000,00 48.060.000,00 54,39
Provinsi Kalbar
Pertemuan Evaluasi Tahunan
25.08 67.681.000,00 51.827.600,00 76,58
Program SIK
Pertemuan Forum Renja
25.10 341.901.000,00 236.063.423,00 69,04
SKPD Bidang Kesehatan
Pertemuan Monitoring dan
25.12 180.950.000,00 123.820.200,00 68,43
Evaluasi Tingkat Provinsi
Rapat Koordinasi Kesehatan
25.13 434.636.000,00 345.895.632,00 79,58
Daerah (RAKORKESDA)

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 41


Fasilitasi Pelaksanaan
25.14 Penempatan dan Penarikan 68.570.000,00 57.491.400,00 83,84
Tenaga Kesehatan PTT
Penilaian Tenaga Kesehatan
25.15 293.586.000,00 254.245.000,00 86,60
Puskesmas Teladan
TOTAL BELANJA TIDAK
LANGSUNG + BELANJA 50.827.317.450,00 45.126.755.879,00 88,78
LANGSUNG

Berdasarkan rekapitulasi diatas, alokasi belanja tidak langsung tahun


2016 Rp. 32.829.981.700,00, realisasi sebesar Rp. 31.019.341.598,00 dengan
persentase realisasi keuangan sebesar 94,48%. Alokasi belanja langsung
tahun 2016 Rp. 17.997.335.750,00, realisasi sebesar Rp. 14.107.414.281,00
dengan persentase realisasi keuangan sebesar 78,39%. Untuk total belanja
langsung ditambah belanja tidak langsung tahun 2016 Rp. 50.827.317.450,00
dengan realisasi Rp. 45.126.755.879,00 dan persentase realisasi keuangan
sebesar 88,78%.
Adapun rincian realisasi keuangan Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat dan UPT tahun 2016 adalah pada tabel 6 di bawah ini:

Tabel 6.
Rekapitulasi Hasil Realisasi Fisik dan Keuangan
Pelaksanaan Program dan Kegiatan
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dan UPT Tahun 2016

REALISASI
NO JENIS BELANJA APBD APBD-P
JUMLAH (Rp.) %
1 BELANJA TIDAK
LANGSUNG 34.496.620.300 32.829.981.700 31.019.341.598 94,48
JUMLAH
BELANJA TIDAK 34.496.620.300 32.829.981.700 31.019.341.598 94.48
LANGSUNG
2 BELANJA
LANGSUNG
1 DINAS
24.171.680.000 17.997.335.750 14.107.414.281 78,39
KESEHATAN
2 AKPER SINTANG 6.300.000.000 5.908.493.000 5.763.942.807 97,55
3 UPELKES 4.000.000.000 3.098.000.000 2.931.242.950 94,62
4 ULABKES 3.000.000.000 2.923.660.000 2.695.872.039 92,21
5 UP4 3.000.000.000 2.603.708.000 2.521.124.119 96,83
6 POLIKLINIK 1.800.000.000 1.468.047.500 1.440.918.782 98,15
PEMDA
JUMLAH
BELANJA 42.271.680.000 33.999.244.250 29.460.514.978 86,65
LANGSUNG
JUMLAH TOTAL 76.768.300.300 66.809.245.950 60.480.054.176 90,53

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 42


Berdasarkan rekapitulasi hasil realisasi pelaksanaan program dan
kegiatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2016
termasuk UPT, total alokasi anggaran belanja langsung Rp. 33.999.244.250,00
dengan realisasi sebesar Rp. 29.460.514.978,00 dengan persentase realisasi
keuangan sebesar 86.65%.

Gambar 7.
Alokasi APBD (Belanja Langsung) Dinas Kesehatan
Provinsi Kalbar Tahun 2011 – 2016

Dalam Miliar Rupiah


30
30

24
25 22
20
20 17

15 Miliar Rupiah

10

0
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Data Subbag Renja dan Monev


Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, 2016

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 43


2.3. Analisis Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan dan kegagalan dapat
dilihat sejauh mana strategi pencapaian sasaran berupa kebijakan yang
mendukung keberhasilan pelaksanaan program-program yang menjadi
tolok ukur pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan.

Tabel 2.2
Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar

Target Rentra Dinas Realisasi


Kesehatan Capaian
No Indikator Target IKK
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2016 2017 2018 2019 2016 2017
1 Cakupan kunjungan ibu 95%
hamil K4
2 Cakupan ibu hamil dengan 80%
komplikasi yang ditangani
3 Cakupan pertolongan 90%
persalinan oleh bidan atau
tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi
kebidanan
4 Cakupan pelayanan ibu 90%
nifas
5 Cakupan neonatal dengan 80%
komplikasi yang ditangani
6 Cakupan kunjungan bayi 90%
(Kn Lengkap)
7 Cakupan desa/kelurahan 100%
Universal Child
Immunization (UCI)
8 Cakupan pelayanan anak 90%
balita
9 Cakupan pemberian 100%
makanan pendamping ASI
pada anak usia 6-24 bulan
keluarga miskin
10 Cakupan balita gizi buruk 100%
mendpaat perawatan
11 Cakupan penjaringan 100%
kesehatan siswa SD dan
setingkat
12 Cakupan peserta KB aktif 70%
13 Cakupan penemuan dan
penanganan penderita
penyakit
a. Acute Flacid Paralysis
(AFP) rate per 100.000
penduduk < 15 tahun 100%
b. Penemuan penderita 100%
pneumonia balita
c. Penemuan pasien baru 100%
TB BTA positif
d. Penderita DBD yang 100%
ditangani
e. Penemuan penderita 100%
diare
14 Cakupan pelayanan 100%
kesehatan dasar
masyarakat miskin
15 Cakupan pelayanan 100%
kesehatan rujukan

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 44


pasien masyarkat
miskin*)
16 Cakupan pelayanan 100%
gawat darurat level 1
yang harus diberikan
sarana kesehatan (RS)
di kabupaten/kota
17 Cakupan 100%
desa/kelurahan
mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan
epidemiologi < 24 jam
18 Cakupan desa siaga 80%
aktif

Sumber : Profil Dinas Kesehatan ProvinsiKalimantan Barat Tahun 2016

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 45


BAB III
TUJUAN DAN SASARAN RENJA SKPD

3.1. Tujuan
a. Menyempurnakan dan menyelaraskan perencanaan program dan
rencana kerja prioritas pembangunan kesehatan tahun 2018, guna
menjamin terwujudnya perencanaan dan penganggaran berbasis
kinerja yang lebih akuntabel, efisien dan efektif serta menjaga
konsistensi antara kebijakan berdasarkan rancangan Renstra
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat 2013-2018 dengan
Rancangan RPJMD Provinsi Kalimantan Barat 2013-2018.

b. Mewujudkan sinergi antara perencanaan, penganggaran dan


pengawasan pembangunan kesehatan antar wilayah, antar bidang
pembangunan kesehatan dan antar tingkat pemerintahan serta
mewujudkan efisiensi alokasi berbagai sumber daya dalam
pembangunan kesehatan.

3.2. Sasaran Renja SKPD


Prioritas pembangunan daerah disusun berdasarkan isu-isu
strategis serta permasalahan mendesak yang harus segera ditangani
melalui program-program pembangunan. Perumusan prioritas
pembangunan juga dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan
sumber daya dan kewenangan pemerintah serta kemampuan
keuangan daerah dimana kapasitas fiskal memegang peranan penting
dan menentukan dalam memilih arah kebijakan pembangunan yang
akan ditempuh sehingga dapat difokuskan pada upaya penyelesaian
masalah mendesak dan berdampak luas bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat.
Strategi umum pembangunan daerah yang termuat dalam
Rancangan RPJMD tahun 2013-2018 difokuskan pada
program/kegiatan yang mempunyai daya ungkit terhadap pengurangan
pengangguran dan kemiskinan serta peningkatan IPM.
Strategi kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas hidup

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 46


masyarakat melalui penyediaan sarana kesehatan, pendidikan
kesehatan, dan sosial yang merata, terjangkau dan berkualitas
khususnya bagi masyarakat miskin.
Strategi pengembangan urusan kesehatan diarahkan pada
peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan akses pelayanan
kesehatan, ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
yang tersebar merata untuk mendorong peningkatan IPM Kalimantan
Barat. Dua Sasaran Kebijakan Umum Pembangunan Daerah Urusan
Kesehatan yaitu: 1). Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dan
2). Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan. Prioritas ketiga pada
tujuh program prioritas dan kebijakan umum Gubernur Kalimantan
Barat adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena
masyarakat yang sehat jasmani dan rohani merupakan modal utama
pembangunan. Untuk mewujudkan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, terdapat 2 (dua) fokus prioritas yaitu: 1. Fokus Prioritas
Peningkatan Pelayanan Kesehatan, bertujuan untuk memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat melalui kegiatan sebagai berikut:
peningkatan pelayanan dan penerapan jaminan kesehatan kepada
masyarakat miskin; peningkatan pelayanan kesehatan di tingkat
puskesmas, polindes, dan posyandu; perbaikan gizi masyarakat,
khususnya ibu dan anak; peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga
medis dan paramedis; pemberdayaan lembaga-lembaga kesehatan;
dan peningkatan penyuluhan kesehatan. 2. Fokus Prioritas
Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan, bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang kesehatan
melalui kegiatan: pengembangan puskesmas, polindes, dan posyandu
di wilayah pedalaman, perbatasan, pesisir dan kepulauan; peningkatan
jumlah penyebaran tenaga medis dan paramedis di wilayah pedalaman,
perbatasan, pesisir dan kepulauan; peningkatan subsidi pengadaan
obat-obatan yang berkualitas dan terjangkau; dan peningkatan
manajemen kesehatan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata
ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat
dipengaruhi oleh hasil kerja sama lintas sektor pembangunan lainnya.

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 47


Kerja sama lintas sektoral sebagian dari masalah kesehatan
adalah merupakan masalah nasional yang tidak dapat terlepas dari
berbagai kebijakan dari sektor lain sehingga upaya pemecahan ini
harus secara strategis melibatkan sektor terkait.
Isu strategis dan permasalahan dalam pembangunan
kesehatan di Provinsi Kalimantan Barat, antara lain:

1. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan


Gizi Kronis Masih Tinggi

Pada tahun 2011-2016 jumlah kasus kematian ibu di


Kalimantan Barat bersifat fluktuatif. Bila dibandingkan dengan antara
kasus kematian yang terjadi di tahun 2014, terjadi peningkatan
sebanyak 14 kasus. Dimana di tahun 2014 terjadi 116 kasus sementara
di tahun 2015 terjadi 130 kasus kematian. Tahun 2016 terjadi
penurunan kasus menjadi 86 kasus, berkurang 44 kasus dari tahun
2015.

Gambar 8.
TREND JUMLAH KASUS KEMATIAN IBU
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
160
152
140
123 130
120
113 116
100
80 86
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 48


Gambar 9.
Jumlah Kasus Kematian Ibu Tahun 2015-2016
di Kabupaten/Kota Provinsi Kalbar

Kab. Kubu Raya 12 15


Kab. Sambas JUMLAH KEMATIAN IBU
12 22 TAHUN 2015: 130 KASUS
Kab. Sanggau 9
9 TAHUN 2016: 86 KASUS
Kab. Ketapang 8 10
Kab. Melawi 7 13 2016
Kab. Mempawah 7 12
Kab. Landak 56
Kab. Kapuas Hulu 5 14
Kab. Sintang 5 7 2015
Kab. Sekadau 4 7
Kab. Kayong Utara 3
3
Kab. Bengkayang 2 5
Kota Pontianak 2 7
Kota Singkawang 1 4
0 5 10 15 20 25

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar


Jumlah Kasus Kematian Ibu di Provinsi Kalimantan Barat terjadi
penurunan dari 130 kasus per 100.000 kelahiran hidup menjadi 86
kasus per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2016. Tahun 2015 jumlah
kematian tertinggi dipegang oleh Kabupaten Sambas, tercatat 22
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, untuk tahun 2016 AKI di
Sambas berkurang menjadi 12 per 100.000 kelahiran hidup. Tahun
2016 AKI terbanyak berada di Kabupaten Kubu Raya yaitu 15 per
100.000 kelahiran hidup, menyusul Kabupaten Sambas dan diikuti
kabupaten lainnya.
Tantangan besar untuk menurunkan AKI yang masih tinggi
harus disikapi dengan komitmen di semua tingkat administrasi dengan
suatu upaya yang efektif, intensif dan berkesinambungan termasuk
intervensi di hulu dengan mengutamakan upaya promotif-preventif,
kesehatan remaja, kesehatan ibu hamil, peningkatan mutu ANC dan
persalinan.

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 49


Hasil riset Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016 mencatat
bahwa AKB mencapai 25,5 artinya, ada sekitar 25,5 kematian setiap
1.000 bayi yang lahir.
Selama beberapa tahun terakhir, AKB Indonesia berangsur-
angsur mengalami penurunan, bahkan perkembangan AKB di
Indonesia cukup menggembirakan dalam waktu 20 tahun menunjukkan
penurunan. Pasalnya, pada tahun 1991 AKB pernah mencapai angka
68.
Namun demikian, AKB di Indonesia masih termasuk tinggi
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura
yang sudah dibawah 10 kematian per 1.000 kelahiran bayi. Kematian
bayi merupakan salah satu indikator sensitif untuk mengetahui derajat
kesehatan suatu negara dan bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan
suatu bangsa. Tingginya kematian bayi pada usia hingga satu tahun
menunjukkan masih rendahnya kualitas sektor kesehatan di negara
tersebut.
Gambar 10.
Angka Kematian Bayi Per 1.000 KH, 2013-2016 Provinsi Kalbar

35
31 31 31
30
26
24
25 22
19
20 18
Target
Realisasi
15

10

0
2013 2014 2015 2016

Data: Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 50


Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat,
AKB di Kalimantan Barat dari tahun 2013-2015 tercatat sebanyak 31
kejadian per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2016 tercatat 22 kejadian per
1.000 kelahiran hidup sementara untuk angka nasional dibawah angka
Kalimantan Barat. Walaupun AKB menurun 3 kejadian tapi bisa dilihat
bahwa Kalimantan Barat belum bisa mencapai target yang telah
ditetapkan.
Prevalensi Balita Gizi Kurang; berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013) prevalensi balita gizi kurang
Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013 sebesar 26,5% masih berada di
atas nasional sebesar 19,6%. Jika dibandingkan dengan tahun 2010,
prevalensi balita gizi kurang Provinsi Kalimantan Barat mengalami
penurunan sebesar 2,7% dari 29,2%.

Gambar 11.

33
29.2
27.4
26.5
23.3
16.6

13.2

NTT
Kalsel
Kalbar
Kalteng
Kaltim Bali
2013 2010

Gambar: Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar

Tren Balita Gizi Buruk dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif.


Dari tahun 2008 hingga 2012 mengalami peningkatan dan kemudian
secara perlahan penurunan. Pada tahun 2015, prevalensi balita gizi
buruk mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 7.00% yang
semula 2,50% di tahun 2014 dan turun sedikit di tahun 2016 menjadi
6,70%.

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 51


Gambar 12.

Tren Prevalensi Balita Gizi Buruk di Provinsi


Kalimantan Barat Tahun 2008-2016

7.00 6.70

3.80
3.09 3.20 3.29 3.30
2.50

1.13

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar

2. Kecenderungan Penyakit Tidak Menular (PTM) Meningkat

Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis,


tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang
panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis PTM utama
menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung
koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan
penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.
PTM disebabkan oleh faktor risiko perilaku. Tidak ada orang
yang secara tiba-tiba menderita PTM. PTM merupakan proses
perjalanan/tahapan penyakit sebelum menjadi penyakit. Faktor risiko
PTM meliputi FR Perilaku dan FR Fisiologis/“FR Antara”, jika tidak
dilakukan deteksi dini (pemeriksaan/ pengukuran) maka sering kali
tidak disadari bahwa sudah mempunyai faktor risiko karena tidak
bergejala.
Promosi kesehatan untuk mengubah perilaku menjadi lebih
sehat terus dilakukan dan harus berkesinambungan. Dengan kita
mengendalikan faktor risiko bersama berarti kita mengendalikan semua
PTM.

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 52


Gambar 13
Pengendalian Faktor-Faktor Risiko PTM

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar


Mengendalikan faktor risiko “bersama” (merokok, diet tidak
sehat, kurang aktivitas fisik dan konsumsi alkohol) berarti
mengendalikan semua PTM.
Beban PTM meningkat lebih tinggi dibandingkan penyakit
menular, faktor risiko PTM terutama karena pola hidup tidak sehat,
ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat aktivitas fisik dan
konsumsi sayur dan buah masyarakat, maka dari itu diperlukan upaya
promotif dan preventif yang komprehensif.

3. Pelayanan Kuratif Masih Tinggi

Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan atau


serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian
penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat
terjaga seoptimal mungkin.
Program kesehatan yang menekankan upaya kuratif adalah
merupakan “Health Program for Survival”, sedangkan yang
menekankan pada upaya promotif dan preventif merupakan “Health
Program for Human Development”.
Upaya pelayanan kesehatan yang menekankan upaya kuratif-
rehabilitatif kurang menguntungkan karena:

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 53


a) Melakukan intervensi setelah sakit
b) Cenderung berkumpul di tempat yang banyak uang.
c) Dari segi ekonomi lebih cost effective
d) Melakukan tindakan preventif dari penyakit, agar tidak terserang
penyakit.
Ada pendapat yang menyatakan tidak setuju dengan pelayanan
gratis karena akan meningkatkan anggaran kuratif, sedangkan
pelayanan kesehatan preventif akan kekurangan dana. Pendapat ini
terutama berasal dari ahli kesehatan masyarakat. Dalam menyikapi
perdebatan ini dikhawatirkan akan terjebak perdebatan yang kurang
produktif karena menekankan dikotomis antara pelayanan kesehatan
kuratif dan preventif. Kita sadar benar bahwa preventif merupakan yang
terbaik, akan tetapi disadari pula bahwa ada berbagai kondisi yang
membutuhkan penanganan medik, dan bahkan justru meningkat ketika
kemajuan teknologi berkembang pesat. Disamping itu, ada berbagai
penyakit yang memang ada dan sulit pencegahannya seperti TBC,
kanker, diabetes, termasuk pula simptom seperti hipertensi yang
semakin banyak. Perkembangan berbagai penyakit di masyarakat
tersebut membutuhkan penanganan medik.

4. Penguatan Sistem Rujukan Regional

Regionalisasi Sistem Rujukan adalah penataan sistem rujukan


dengan membagi wilayah provinsi kedalam beberapa regional, dimana
setiap regional mempunyai satu rumah sakit yang mengampu beberapa
rumah sakit dari kabupaten/kota sekitarnya.
Latar belakang ide dari Rumah Sakit Sistem Rujukan Regional
adalah akses pelayanan yang belum merata, rujukan pasien belum
efektif dan efisien, penumpukan pasien di rumah sakit tertentu. Tujuan
dari pada Sitem Rujukan Regional untuk meningkatkan jangkauan
pelayanan kesehatan rujukan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan rujukan.
Ada bebarapa masalah yang dihadapi dalam penguatan sistem
rujukan, antara lain: Masalah akreditasi rumah sakit yaitu percepatan
pelaksanaan akreditasi rumah sakit rujukan regional, kekurangan dari

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 54


sumber daya manusia atau tenaga kesehatan, sarana dan prasarana
yang belum lengkap, kekurangan alat, belum sinkronnya sistem rujukan
pada sistem kesehatan daerah setempat, kompetensi manajerial rumah
sakit.
Permasalahan dalam upaya penguatan sistem rujukan bisa
diatasi dengan kerjasama pemerintah pusat dan daerah. Jikalau
permasalahan dapat diatasi, niscaya penguatan rumah sakit dengan
sistem Rujukan Regional dapat terlaksana dengan baik.

5. Penguatan Pelayanan Kesehatan Daerah Tertinggal


Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)
Untuk penguatan Pelayanan Kesehatan Daerah Tertinggal,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), sampai tahun 2016, program
Nusantara Sehat telah menempatkan 1.421 tenaga kesehatan di 251
puskesmas di seluruh penjuru negeri. Tahun 2016, sebanyak 630
tenaga kesehatan ditempatkan di 70 puskesmas pada Mei 2016, dan
540 tenaga kesehatan ditempatkan di 60 puskesmas lainnya pada
Oktober 2016. Tim ini bertugas di masing-masing puskesmas selama
dua tahun.
Setelah bertugas dalam dua tahun pertama melakukan
intervensi terhadap pelayanan kesehatan primer di DTPK terluar dan
Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK).
Sejak diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun
2015, program Nusantara Sehat telah memperlihatkan dampak positif
terhadap pelayanan kesehatan masyarakat di daerah. Permasalahan
kesehatan yang terjadi di daerah pinggiran, seperti kekurangan gizi,
penyakit menular, pola hidup sehat, serta minimnya pelayanan medis
menjadi fokus utama pelaksanaan program ini. Penguatan pelayanan
kesehatan primer adalah garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat yang berfungsi memberikan layanan kesehatan dan
melakukan upaya preventif melalui pendidikan kesehatan, konseling,
serta skrining (penapisan).
Secara umum, hasil capaian tim Nusantara Sehat menunjukkan
terjadinya peningkatan pada kesehatan masyarakat di berbagai bidang
di masing-masing daerah. Misalnya, angka kasus diare yang turun

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 55


hingga 80% di Puskesmas Empanang, Kapuas Hulu (Kalimantan
Barat). Selain memperkuat layanan kesehatan primer melalui
peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di DPTK
dan DBK; Program Nusantara Sehat juga bertujuan menjaga
keberlangsungan pelayanan kesehatan, menggerakkan pemberdayaan
masyarakat, dan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
terpadu, serta meningkatkan retensi tenaga kesehatan. Temuan
menarik lainnya adalah bahwa selama dua tahun pertama, tim
Nusantara Sehat berhasil mengidentifikasi permasalahan kesehatan di
masing-masing daerah dan melakukan penguatan tenaga kesehatan di
puskesmas setempat, sehingga dapat melakukan penanganan sesuai
kebutuhan masyarakat. Misalnya, pembinaan pengolahan limbah
medis, manajemen pelayanan kesehatan yang lebih terstruktur, dan
pelatihan medis bagi sebagian besar kader posyandu yang dilakukan di
beberapa puskesmas di Kalimantan Barat, Maluku Barat Daya, Maluku
Utara, dan Papua.
Kunci pembangunan yang penting adalah kolaborasi dan
dukungan dari berbagai pihak baik kesehatan maupun non-kesehatan.
Perbaikan layanan publik membutuhkan pengawalan dan dorongan dari
masyarakat. Nusantara Sehat merupakan program yang berkontribusi
nyata pada prioritas pembangunan dari pinggiran di Indonesia.
Kalimantan Barat mendukung program ini sehingga terus berjuang
dalam menyehatkan masyarakat Indonesia.

6. Tingginya Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Penyakit


a. Tuberculosis
Tuberkulosis atau TB masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global dan
nasional. Indonesia masih merupakan salah satu dari negara
dengan beban TB tertinggi. Berdasarkan hasil Survei
Prevalensi TB Indonesia tahun 2013-2014, diperkirakan
prevalensi TB sebanyak 1.600.000 kasus sedangkan insiden
TB sebanyak 1.000.000 kasus dan mortalitas TB 100.000
kasus. Dengan angka notifikasi kasus tahun 2014 sebanyak
324.000 kasus maka case detection TB di Indonesia hanya

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 56


sekitar 32%. Sebanyak 68% kasus masih belum diobati atau
sudah diobati tetapi belum tercatat oleh program. Hal ini
memacu pengendalian TB nasional terus melakukan
intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi dan inovasi

b. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai
dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan
Jakarta, dan kemudian kasus DBD terus bertambah seiring
dengan semakin meluasnya daerah endemis DBD. Penyakit
ini tidak hanya sering menimbulkan KLB tetapi juga
menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi.
Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan
kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan
berkurangnya usia harapan penduduk.

Untuk capaian indikator prevalensi Angka Kesakitan


(IR) DBD per 100.000 penduduk provinsi Kalimantan Barat
tahun 2016 yakni 17,75 sedangkan target IR Nasional adalah
47 per 100.000 penduduk. Melihat data ini maka indikator
Angka Kesakitan (IR) DBD Provinsi Kalimantan Barat tahun
2016 menunjukkan keberhasilan program untuk menekan
angka kesakitan sehingga dibawah target angka kesakitan
(IR) nasional sebesar 47 per 100.000 penduduk.

Untuk capaian indikator Angka Kematian DBD (CFR)


DBD Kalimantan Barat tahun 2016 adalah 1,18 %
sedangkan target nasional adalah ≤1%. Ini menunjukkan
bahwa angka kematian (CFR) DBD Kalimantan Barat tahun
2016 masih di atas angka nasional. Angka Kematian akibat
DBD tahun 2016 10 kasus kematian, tersebar di beberapa
kabupaten/kota (Sanggau = 2 kasus kematian, Singkawang
= 1 kasus kematian, Melawi = 3 kasus kematian, Kubu Raya
= 3 kasus kematian, dan Kayong Utara = 1 kasus kematian).

Cakupan Angka Kesakitan DBD (IR) per 100.000


penduduk selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan.

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 57


Tahun 2014 cakupan sebesar 70 per 100.000 penduduk,
turun menjadi 23,4 per 100.000 penduduk ditahun 2015
kemudian turun kembali menjadi 17,75 per 100.000
penduduk ditahun 2016. Melihat data ini maka indikator
Angka Kesakitan (IR) DBD Provinsi Kalimantan Barat
menunjukkan keberhasilan program untuk menekan angka
Kesakitan sehingga dibawah target angka kesakitan (IR)
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat sebesar
49 per 100.000 penduduk. Begitu juga dengan Persentase
Angka Kematian DBD (CFR), tahun 2016 lebih rendah (1,18
per 100.000 penduduk) dibandingkan dengan tahun 2015
(1,35 per 100.000 penduduk).

c. Diare
Untuk Kasus Kematian yang diakibatkan oleh diare
sampai dengan bulan Desember 2016 berdasarkan laporan
dari kabupaten/kota masih 0%. Kondisi ini sejalan dengan
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat yang
menargetkan untuk indikator ini 0%.

Dilihat dari target nasional (<1%) Persentase Diare


yang ditangani tahun 2016 (0%) menunjukan kinerja yang
baik karena dibawah target. Dilihat dari tiga tahun terakhir
tahun 2014-2016 realisasi Prevalensi Angka Kematian Diare
menunjukan penurunan.

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 58


Gambar 14.

Prevalensi Angka Kematian Diare


Tahun 2014-2016

0.02% 1.40%
100%

80%

60%

40%

20% 0%
0%
2014 2015 2016

Sumber: Data Rutin Seksi Bimdal Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar
Tahun 2014-2016

d. Malaria
Untuk Kasus Kematian yang diakibatkan oleh
Malaria sampai dengan bulan Desember 2016 berdasarkan
laporan dari kabupaten/kota masih 0% sedangkan target
indikator yang ditetapkan di Provinsi Kalimantan Barat 0,3%.
Angka kesakitan Malaria di Kalimantan Barat yang
dilaporkan dari kabupaten/kota terus mengalami penurunan
secara signifikan. Selama dua tahun terakhir tidak ditemukan
data kematian dari kabupaten/kota.
Adanya program pembagian kelambu massal
Malaria yang dimulai sejak tahun 2010 berperan besar
terhadap penurunan kasus.
Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi
perhatian global. Penyakit ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena sering menimbulkan KLB,
berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta
dapat mengakibatkan kematian. Penyakit ini dapat bersifat
akut, laten atau kronis.
Insiden Malaria pada penduduk Indonesia tahun
2013 adalah 1,9 persen menurun dibanding tahun 2007

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 59


(2,9%), tetapi di Papua Barat mengalami peningkatan tajam
jumlah penderita Malaria. Prevalensi Malaria tahun 2013
adalah 6,0 persen. Lima provinsi dengan insiden dan
prevalensi tertinggi adalah Papua (9,8% dan 28,6%), Nusa
Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7% dan
19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku
(3,8% dan 10,7%). Dari 33 provinsi di Indonesia, 15 provinsi
mempunyai prevalensi Malaria di atas angka nasional,
sebagian besar berada di Indonesia Timur. Provinsi di Jawa-
Bali merupakan daerah dengan prevalensi malaria lebih
rendah dibanding provinsi lain, tetapi sebagian kasus Malaria
di Jawa-Bali terdeteksi bukan berdasarkan diagnosis oleh
tenaga kesehatan.

e. HIV/AIDS
Prevalensi kasus HIV pada usia 15-24 tahun di tahun
2016 ini ditargetkan 0,23% dan realisasi capaiannya 0,21%.
Sehingga untuk capaian kinerjanya mencapai 91,3%. Hal ini
sejalan dengan persentase penduduk 15-24 tahun yang
mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV dan
AIDS yang mencapai 93,8% yang tentunya kedepan
diharapkan mereka dapat meminimalisir risiko penularan
terhadap orang lain. Prevalensi kasus pada usia 15-24 tahun
sudah tercapai jika dibandingkan dengan target nasional
0,5% karena realisasi capaian dibawah target nasional yakni
0,21% ini berarti kasus HIV pada usia tersebut di Kalimantan
Barat masih relatif kecil.
Usia 15-24 tahun merupakan usia remaja yang
menjadi harapan bangsa kedepan, namun dalam
kenyataannya paling banyak tertular HIV oleh karenanya
pemerintah provinsi melalui kerja sama lintas sektoral dan
lintas program sudah menggalang dan melakukan upaya
pencegahan seperti memperbanyak penyuluhan atau
sosialisasi, promosi dengan penyebaran leaflet, buklet dan
poster baik melalui unit-unit pelayanan kesehatan, outlate-

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 60


outlate yang dibentuk, media masa, elektronik, televisi dan
jejaring sosial kemasyarakatan lainnya. Adanya kegiatan ini
sangat dirasakan manfaatnya dalam upaya menekan
terjadinya infeksi baru, jika dibandingkan dengan 5 tahun
sebelumnya.
Tahun 2016 ini di 14 kabupaten kota yang ada di
Kalimantan Barat, sebagian besar remaja usia 15-24 tahun
sudah mengetahui tentang HIV, cara penularannya, cara
pencegahannya dan kegiatan/ perilaku apa saja yang tidak
menyebabkan/mengurangi risiko penularan, karena di tahun-
tahun sebelumnya masih banyak paradigma/pemahaman
yang keliru dari masyarakat luas dengan menganggap
penularan HIV itu begitu mudah, sehingga dengan serta
merta terjadinya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.
Sebagai salah satu jenis penyakit IMS yang
ditemukan di Provinsi Kalimantan Barat, HIV merupakan
kasus IMS yang saat ini paling banyak mendapat perhatian
pemerintah dan masyarakat luas karena dampaknya yang
bersifat kronis dan sampai saat ini belum ada obat yang bisa
mematikan virusnya secara tuntas, dan pada kenyataannya
sangat mempengaruhi keberlangsungan tatanan kehidupan
kemasyarakatan dan saat ini Kalimantan Barat sudah
membongkar gunung es yang kita ketahui bersama sebagai
fenomena penularan HIV dan AIDS. Dewasa ini HIV dan
AIDS telah menjadi epidemik yang menginfeksi ribuan
penduduk Kalimantan Barat baik pria, wanita dan anak-anak.

Tabel 7.
Jumlah Kasus Baru AIDS dan
Kasus Kumulatif AIDS (Kasus)
Provinsi
Kasus Baru Kasus Kumulatif
2013 2013
ACEH 47 165
SUMATERA UTARA - 1.301
SUMATERA BARAT 150 952
RIAU 163 992

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 61


JAMBI 79 437
SUMATERA SELATAN - 322
BENGKULU 5 160
LAMPUNG 94 423
KEP. BANGKA
59 303
BELITUNG
KEP. RIAU 7 382
DKI JAKARTA 640 7.477
JAWA BARAT 33 4.131
JAWA TENGAH 524 3.339
DI YOGYAKARTA 134 916
JAWA TIMUR 1.038 8.725
BANTEN 188 1.042
BALI 641 3.985
NUSA TENGGARA
77 456
BARAT
NUSA TENGGARA
76 496
TIMUR
KALIMANTAN BARAT - 1.699
KALIMANTAN TENGAH 11 97
KALIMANTAN SELATAN 72 334
KALIMANTAN TIMUR - 332
KALIMANTAN UTARA - -
SULAWESI UTARA 146 798
SULAWESI TENGAH 81 190
SULAWESI SELATAN 250 1.703
SULAWESI TENGGARA 51 212
GORONTALO 14 68
SULAWESI BARAT 3 6
MALUKU 125 437
MALUKU UTARA 42 165
PAPUA BARAT 9 187
PAPUA 849 10.116
INDONESIA 5.608 52.348
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kalbar

Berdasarkan data dari BPS, Provinsi Kalimantan


Barat berada pada urutan ke 8 tertinggi pada jumlah kasus
kumulatif AIDS. Perlu upaya keras dari pemerintah provinsi
dan kesadaran dari masyarakat untuk menekan laju
penularan AIDS.

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 62


7. Masih Lebarnya Kesenjangan Status Kesehatan dan Gizi
Masyarakat
Faktor ekonomi merupakan suatu penentu status gizi yang
dapat mempengaruhi status gizi masyarakat. Status ekonomi yang
rendah atau kemiskinan menduduki posisi pertama pada masyarakat
yang menyebabkan gizi kurang. Faktor sosial ekonomi meliputi
pendidikan, pekerjaan, teknologi, budaya, dan pendapatan keluarga
ikut mempengaruhi pertumbuhan anak. Faktor ini akan berinteraksi satu
dengan yang lain sehingga mempengaruhi masukan zat gizi. Keadaan
ekonomi keluarga yang baik dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan
pokok setiap anggota keluarga. Kekurangan gizi pada anak-anak
merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sumber daya
negara yang miskin.

8. Masih Rendahnya Akses Masyarakat terhadap Fasilitas


Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi


salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan.
Pembangunan kesehatan dihadapkan pada berbagai
permasalahan penting antara lain disparitas status kesehatan; beban
ganda penyakit; kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan; pelindungan masyarakat di bidang obat dan makanan;
serta perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa masalah penting
lainnya yang perlu ditangani segera adalah peningkatan akses
penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, penanganan
masalah gizi buruk, penanggulangan wabah penyakit menular,
pelayanan kesehatan di daerah bencana, dan pemenuhan jumlah dan
penyebaran tenaga kesehatan.
Di sisi lain, kualitas, pemerataan, dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan juga masih rendah. Kualitas pelayanan menjadi
kendala karena tenaga medis sangat terbatas dan peralatan kurang
memadai. Dari sisi jumlah, rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk yang harus dilayani masih rendah. Keterjangkauan

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 63


pelayanan terkait erat dengan jumlah dan pemerataan fasilitas
kesehatan. Pelindungan masyarakat di bidang obat dan makanan
masih rendah. Dalam era perdagangan bebas, kondisi kesehatan
masyarakat makin rentan akibat meningkatnya kemungkinan
konsumsi obat dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu
dan keamanan. Ketersediaan, mutu, keamanan obat, dan perbekalan
kesehatan masih belum optimal serta belum dapat dijangkau dengan
mudah oleh masyarakat. Selain itu, obat asli Indonesia (OAI) belum
sepenuhnya dikembangkan dengan baik meskipun potensi yang
dimiliki sangat besar.

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 64


BAB IV
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN 2018

Penyusunan program dan kegiatan berdasarkan pada Peraturan Menteri


Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat menempati program dan
kegiatan pembangunan bidang kesehatan sesuai Renstra tahun 2013-2018 .
Sedangkan rencana program dan kegiatan pada Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2018 sesuai RKPD Tahun 2018 adalah sebagai berikut:

1.02.01.01. DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT


01. PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
1) Penyediaan Jasa Surat Menyurat
2) Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
3) Penyediaan Jasa Jaminan Barang Milik Daerah
4) Penyediaan Jasa Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional
5) Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan
6) Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
7) Penyediaan Alat Tulis Kantor
8) Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
9) Penyediaan Komponen Instalasi Listrik Penerangan Bangunan
Kantor
10) Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor
11) Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan
12) Penyediaan Makanan dan Minuman
13) Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam dan Luar Daerah
14) Penyediaan Jasa Keamanan Lingkungan Kantor/Rumah Jabatan
dan Pendukung Perkantoran Lainnya
15) Penyediaan Jasa Penatausahaan Keuangan dan Barang
16) Penyediaan Jasa Publikasi/Iklan dan Dokumentasi

02. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA


1) Pengadaaan AC/ Kipas Angin
2) Pengadaan Perlengkapan/Peralatan Kantor

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 65


3) Pengadaan Sarana dan Prasarana Studio dan Komunikasi
4) Pengadaan Sarana dan Prasarana Sistem Informasi
5) Pemeliharaan Taman/Halaman Kantor/Halaman Rumah Jabatan
6) Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Jabatan Kendaraan
Dinas/Operasional
7) Pemeliharaan Rutin/Berkala AC/Kipas Angin
8) Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan/Peralatan Kantor
9) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sistem Informasi
10) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendukung Gedung Kantor
11) Pengadaan Mebeulair
12) Pemeliharaan/Berkala Generator
13) Rehabilitasi/Peningkatan Gudang

03. PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR


1) Pengadaan Pakaian Dinas/Kerja dan Perlengkapannya

05. PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR


1) Sosialisasi, Bimbingan Teknis, Workshop
2) Pembinaan Jasmani dan Rohani
3) Analisis Jabatan

06. PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN


CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN
1) Penyusunan Laporan Keuangan
2) Penyusunan LAKIP
3) Penyusunan RENJA SKPD
4) Penyusunan dan Pelaporan LPPD dan LKPJ
5) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
6) Penyusunan RKA SKPD dan DPA SKPD
7) Penyusunan Perencanaan Teknis SKPD Tingkat Provinsi

07. PROGRAM PENINGKATAN PENGELOLAAN ASET DAERAH


1) Penyusunan/Pelaporan Inventarisasi Aset

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 66


15. PROGRAM PERBEKALAN FARMASI DAN PELAYANAN
KEFARMASIAN
1) Belanja Obat, Vaksin dan Perbekalan Kesehatan

17. PROGRAM BIMDAL SARANA PRODUKSI DISTRIBUSI


KEFARMASIAN DAN KEAMANAN PANGAN
1) Bimbingan Teknis terhadap Sarana Produksi dan Distribusi
Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Penyalur Alat Kesehatan (PAK)

24. PROGRAM SUMBER DAYA KESEHATAN


1) Pertemuan Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Profesional dan Berkompeten
2) Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan di Puskesmas
3) Monitoring dan Evaluasi Terpadu Bidang Sumber Daya Manusia

25. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS


TEKNIS LAINNYA BIDANG KESEHATAN
1) Pertemuan Evaluasi Tingkat Provinsi
2) Rapat Kerja Kesehatan Daerah (RAKERKESDA)
3) Rapat Koordinasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
4) Penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Kalbar
5) Evaluasi Tahunan Program Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
6) Fasilitasi Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) Generik

31. PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT


1) Kampanye Keluarga Sadar Gizi
2) Forum Group Discussion (FGD) dalam Rangka Mendukung
Cakupan Program Gizi
3) Pemberian Makanan Tambahan pada Balita Gizi Kurang Keluarga
Miskin di Daerah Rawan Pangan dan Gizi
4) Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil di Daerah Rawan
Pangan dan Gizi
5) Pencetakan Buku Pemantauan Kesehatan Lanjut Usia
6) Pencetakan Lembar Balik

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 67


7) Pencetakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)/Kohort
8) Monitoring dan Evaluasi Terpadu Bidang Kesehatan Masyarakat
9) Fasilitasi Lomba Toga dan Posyandu Tingkat Provinsi
10) Jambore Posyandu Tingkat Provinsi
11) Fasilitasi Lomba/Pembinaan UKS Tingkat Provinsi
12) Jambore Nasional Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
13) Lomba Pembinaan Kesatuan Gerak PKK KB-Kes
14) Pengembangan Media Promosi dan Informasi Sadar Hidup Sehat
15) Sosialisasi Pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Tempat Kerja
16) Revitalisasi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dalam Pemberdayaan
Masyarakat
17) Orientasi Partisipatif PHAST Sekolah
18) Orientasi Teknis Verifikasi Desa Open Defecation Free (ODF)
19) Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K)

32. PROGRAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN


1) Pelayanan Sunatan Massal
2) Kemitraan Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (Bhakti
Sosial Operasi Bibir Sumbing/Katarak)
3) Pelayanan Kesehatan Tim Krisis pada Pra Bencana, Bencana dan
Pasca Bencana
4) Workshop Penanganan Risiko Krisis Kesehatan
5) Fasilitasi Tim Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) Provinsi ke
Rumah Sakit Kabupaten/Kota
6) Fasilitasi Tim Kesehatan Provinsi dalam Kesiapan pada Situasi
Khusus
7) Jejaring Informasi dan Dokumentasi
8) Penilaian Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
9) Peningkatan Kapasitas Pendamping Fasilitas Pelayanan Tingkat
Pertama (FKTP)
10) Pelatihan Peningkatan Mutu Laboratorium Pra Akreditasi
11) Monitoring dan Evaluasi Terpadu Bidang Pelayanan Kesehatan

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 68


33. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
1) Pengadaan Alat dan Bahan Habis Pakai Posbindu Kit
2) Advokasi Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten/Kota
3) Integrasi Program dalam Akselerasi Cakupan Deteksi Dini Kanker
Payudara
4) Peningkatan Kapasitas Kader Posbindu
5) Pengadaan Alat Deteksi Dini Gangguan Indera Penglihatan dan
Pendengaran
6) Pengadaan Sarana dan Prasarana Dukungan
Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk
7) Pemberantasan Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)
8) Pengadaan Logistik Penunjang Kegiatan Human Immunodeficiency
Virus/Infeksi Menular Seksual (HIV/IMS)
9) Bimbingan Penanggulangan Kasus Rabies dan Demam Berdarah
Dengue (DBD)
10) Dukungan Pengelolaan Spesimen Acute Flaccid Paralysis (AFP),
Diptheri dan Campak
11) Pencegahan Imunisasi Measles Rubella (MR)
12) Workshop Strategi Peningkatan Capaian Imunisasi Berbasis
Surveilans
13) Pertemuan Petug as dan Pemeriksa Kesehatan Haji
14) Pelayanan Kesehatan Haji
15) Monitoring dan Evaluasi Terpadu Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
16) Dukungan Pemberantasan dan Penyemprotan/Fogging Sarang
Nyamuk

1.02.01.03. UNIT PELAYANAN KESEHATAN


01. PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
1) Penyediaan Jasa Surat Menyurat
2) Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
3) Penyediaan Jasa Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional
4) Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan
5) Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 69


6) Penyediaan Alat Tulis Kantor
7) Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
8) Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan
Kantor
9) Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor
10) Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Rumah Tangga
11) Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan
12) Penyediaan Makanan dan Minuman
13) Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam dan Luar Daerah
14) Penyediaan Jasa Keamanan Lingkungan Kantor/Rumah Jabatan
dan Pendukung Perkantoran Lainnya
15) Penyediaan Jasa Penatausahaan Keuangan dan Barang

02. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA


1) Pengadaan Kendaraan Jabatan, Kendaraan Dinas/Operasional*)
2) Pengadaan AC/Kipas Angin
3) Pengadaan Perlengkapan/Peralatan Kantor
4) Pengadaan Perlengkapan/Peralatan Rumah Tangga
5) Pengadaan/Peningkatan Instalasi Listrik/Telepon
6) Pengadaan Sarana dan Prasarana Studio dan Komunikasi
7) Pengadaan Sarana dan Prasarana Sistem Informasi
8) Pengadaan Sarana/Prasarana Pendukung Gedung Kantor
9) Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Jabatan, Kendaraan Dinas/
Operasional
10) Pemeliharaan Rutin/Berkala AC/Kipas Angin
11) Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Peralatan Kantor
12) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Studio dan Komunikasi
13) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sistem Informasi
14) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendukung Gedung Kantor
15) Pengadaan Jaringan Air
16) Pengadaan Bak Air/Menara Air
17) Pengadaan Mebelair
18) Pengadaan Mesin Pompa Air
19) Pemeliharaan Rutin/Berkala Mess/Asrama

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 70


20) Pemeliharaan Sarana/Prasarana Olahraga
21) Pemeliharaan Rutin/Berkala Bak Air/Menara Air
22) Pemeliharaan Rutin/Berkala Jaringan Air
23) Pemeliharaan Instalasi Listrik/Telepon
24) Pemeliharaan Rutin/Berkala Mebelair
25) Pemeliharaan Rutin/Berkala Generator
26) Pemeliharaan Rutin/Berkala Mesin Pompa Air
27) Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan/Peralatan Rumah Tangga
28) Rehabilitasi/Peningkatan Mess/Asrama*)
29) Rehabilitasi/Peningkatan Gedung Pertemuan/Aula
30) Rehabilitasi/Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendukung Gedung
Kantor
31) Rehabilitasi/Peningkatan Garasi/Tempat Parkir Kendaraan
32) Rehabilitasi/Peningkatan Pagar Kantor
33) Rehabilitasi Peningkatan Bak Air/Menara Air

03. PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR


1) Pengadaan Pakaian Dinas/Kerja dan Perlengkapannya
2) Pengadaan Pakaian Khusus dan Perlengkapannya

05. PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR


1) Pendidikan dan Pelatihan
2) Sosialisasi, Bimbingan Teknis, Workshop
3) Pembinaan Jasmani dan Rohani
06. PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN
CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN
1) Penyusunan Laporan Keuangan
2) Penyusunan LAKIP
3) Penyusunan RENJA SKPD
4) Penyusunan RKA SKPD dan DPA SKPD

24. PROGRAM SUMBER DAYA KESEHATAN


1) Akreditasi Institusi
2) Akreditasi Pelatihan

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 71


3) Kurikulum Modul
4) Evaluasi Pasca Pelatihan (EPP)
5) Laboratorium Lapangan Daerah/Desa Binaan
6) Pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
7) Pelatihan Manajemen Kesehatan Bagi Pengelola Poskestren
8) Pelatihan Posbindu PTM Bagi Petugas Kesehatan
9) Pelatihan Teknis Pengembangan Media Promosi Kesehatan
10) Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional
11) Pengendalian Mutu Pelatihan
12) Training Need Assessment (Pengkajian Kebutuhan Pelatihan)
13) Sosialisasi Akreditasi Pelatihan

1.02.01.04. UNIT LABORATORIUM KESEHATAN


01. PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
1) Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
2) Penyediaan Jasa Jaminan Barang Milik Daerah
3) Penyediaan Jasa Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional
4) Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan
5) Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
6) Penyediaan Alat Tulis Kantor
7) Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
8) Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan
Kantor
9) Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor
10) Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Rumah Tangga
11) Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan
12) Penyediaan Makanan dan Minuman
13) Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam dan Luar daerah
14) Penyediaan Jasa Keamanan Lingkungan Kantor/Rumah Jabatan
dan Pendukung Perkantoran Lainnya
15) Penyediaan Jasa Penatausahaan Keuangan dan Barang
02. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
1) Pengadaan AC/Kipas Angin
2) Pengadaan Perlengkapan/Peralatan Kantor

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 72


3) Pengadaan Perlengkapan/Peralatan Rumah Tangga
4) Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor
5) Pemeliharaan Taman/Lahan Kantor/Halaman Rumah Jabatan
6) Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Jabatan, Kendaraan Dinas/
Operasional
7) Pemeliharaan Rutin/Berkala AC/Kipas Angin
8) Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Peralatan Kantor
9) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sistem Informasi
10) Pengadaan Mebelair
11) Pemeliharaan Instalasi Listrik/Telepon
12) Pemeliharaan Rutin/Berkala Generator
13) Pemeliharaan Rutin/Berkala Mesin Pompa Air

03. PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR


1) Pengadaan Pakaian Dinas/Kerja dan Perlengkapannya

05. PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR


1) Pendidikan dan Pelatihan
2) Sosialisasi, Bimbingan Teknis, Workshop
3) Analisis Jabatan
06. PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN
CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN
1) Penyusunan Laporan Keuangan
2) Penyusunan LAKIP
3) Penyusunan Renja SKPD
4) Penyusunan dan Pelaporan LPPD dan LKPJ
5) Penyusunan RKA-SKPD dan DPA-SKPD

07. PROGRAM PENINGKATAN PENGELOLAAN ASET DAERAH


1) Penyusunan/Pelaporan Investarisasi Asset

15. PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN


1) Pengadaan Peralatan dan Perbekalan Kesehatan

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 73


16. PROGRAM PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN
1) Pemeriksaan Sampel Khusus Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon

24. PROGRAM SUMBER DAYA KESEHATAN


1) Penerapan Dokumen Sistem Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis

25. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS


TEKNIS LAINNYA BIDANG KESEHATAN
1) Penyusunan Profil Unit Labkes PROGRAM PENINGKATAN
SARANA DAN PRASARPELAYANAN KESEHATANP
27. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PELAYANAN
KESEHATAN
1) Pengadaan Alat-alat Laboratorium Kesehatan
2) Pemeliharaan Perlengkapan dan Peralatan Kesehatan*

1.02.01.05. UNIT PENGOBATAN PARU-PARU


01. PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
1) Penyediaan Jasa Surat Menyurat
2) Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
3) Penyediaan Jasa Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional
4) Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan
5) Penyediaan Alat Tulis Kantor
6) Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
7) Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan
Kantor
8) Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor
9) Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Rumah Tangga
10) Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan
11) Penyediaan Makanan dan Minuman
12) Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam dan Luar Daerah
13) Penyediaan Jasa Keamanan Lingkungan Kantor/Rumah Jabatan
dan Pendukung Perkantoran Lainnya

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 74


14) Penyediaan Jasa Penatausahaan Keuangan dan Barang
15) Penyediaan Jasa Publikasi/Iklan dan Dokumentasi
16) Penyediaan Informasi SKPD Melalui Media Cetak dan Elektronik

02. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA


1) Pemeliharaan Rutin / Berkala Gedung Kantor
2) Pemeliharaan Taman/Lahan Kantor/Halaman Rumah Jabatan
3) Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Jabatan, Kendaraan
Dinas/Operasional
4) Pemeliharaan Rutin/Berkala AC/Kipas Angin
5) Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Peralatan Kantor
6) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sistem Informasi
7) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendukung Gedung Kantor
8) Pemeliharaan Rutin/Berkala Garasi/Tempat Parkir Kendaraan
9) Pemeliharaan Rutin/Berkala Pagar
10) Pemeliharaan Rutin/Berkala Saluran Air
11) Pemeliharaan Rutin/Berkala Generator

03. PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR


1) Pengadaan Kartu Tanda Pengenal Pegawai

05. PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR


1) Pendidikan dan Pelatihan
2) Sosialisasi, Bimbingan Teknis, Workshop

06. PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN


CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN
1) Penyusunan Laporan Keuangan
2) Penyusunan LAKIP
3) Penyusunan RENJA SKPD
4) Penyusunan dan Pelaporan LPPD dan LKPJ
5) Penyusunan RKA SKPD dan DPA SKPD

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 75


15. PROGRAM PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
1) Pengadaan Obat-Obatan

16. PROGRAM PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN


1) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

22. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN


LINGKUNGAN
1) Peningkatan Pengetahuan Kader Penyakit Paru
2) Penyuluhan Kesehatan Paru

23. PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN


1) Penyediaan Jasa Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

25. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS


TEKNIS LAINNYA BIDANG KESEHATAN
1) Penyusunan Profil Unit Pengobatan Penyakit Paru-Paru
2) Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat
3) Monitoring Dokumen Pelaksana Penyehatan Lingkungan

27. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PELAYANAN


KESEHATAN
1) Pemeliharaan IPAL Unit Layanan Kesehatan

1.02.01.06. POLIKLINIK
01. PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
1) Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
2) Penyediaan Jasa Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional
3) Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan
4) Penyediaan Alat Tulis Kantor
5) Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
6) Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan
Kantor
7) Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 76


8) Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Rumah Tangga
9) Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan
10) Penyediaan Makanan dan Minuman
11) Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam dan Luar Daerah
12) Penyediaan Jasa Keamanan Lingkungan Kantor/Rumah Jabatan
dan Pendukung Perkantoran Lainnya
13) Penyediaan Jasa Penatausahaan Keuangan
14) Penyediaan Informasi SKPD Melalui Media Cetak dan Elektronik

02. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA


1) Pengadaan Perlengkapan/Peralatan Kantor
2) Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Jabatan, Kendaraan
Dinas/Operasional
3) Pemeliharaan Rutin/Berkala AC / Kipas Angin
4) Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Peralatan Kantor

03. PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR


1) Pengadaan Pakaian Dinas / Kerja dan Perlengkapannya
2) Pengadaan Pakaian Khusus dan Perlengkapannya

05. PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR


1) Pendidikan dan Pelatihan
2) Sosialisasi, Bimbingan Teknis, Workshop

06. PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN


CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN
1) Penyusunan Laporan Keungan
2) Penyusunan Renja SKPD
3) Penyusunan RKA SKPD dan DPA SKPD
4) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

15. PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN


1) Pengadaan Obat dan Perlengkapan Kesehatan Poliklinik Pemprov
Kalbar

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 77


2) Pengadaan Alat/Bahan Reagent Laboratorium

16. PROGRAM PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN


1) Pelayanan Kesehatan Kerja Mobile di Luar Gedung
2) Survei Kepuasan Masyarakat
3) Pelayanan Kesehatan Kerja Lansia dan atau ASN
4) Pelayanan Emergency Kesehatan di Lingkungan Pemprov. Kalbar
5) Pengukuran Kebugaran Jasmani PNS Pemprov. Kalbar
6) Peningkatan KIE bagi Lansia dan atau ASN
7) Deteksi Dini Kanker Payudara Kanker Leher Rahim Melalui
Pemeriksaan SADARI
8) Pelayanan Kesehatan Olah Raga Mobile di Luar Gedung

27. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PELAYANAN


KESEHATAN
1) Pemeliharaan Alat Kesehatan
2) Pengadaan Alat Kesehatan

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 78


BAB V
PENUTUP

5.1. Catatan Penting yang Perlu Mendapat Perhatian


Dari hasil evaluasi kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat terhadap capaian indikator kinerja pada tahun 2016, dimana masih
banyak Indikator Kinerja Utama yang digunakan untuk menilai
keberhasilan setiap sasaran strategis Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat yang perlu mendapat perhatian dikarenakan realisasi
tidak mencapai target yang telah ditentukan.

5.2. Kaidah-Kaidah Pelaksanaan


Dalam melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapai
sasaran pembangunan yang tertuang dalam Renja Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018, dinas kesehatan menerapkan
prinsip-prinsip efesien, efektivitas, transparansi, akuntabilitas dan
partisipasi. Pelaksanaan kegiatan, baik dalam kerangka regulasi maupun
dalam kerangka investasi pemerintah dan pelayanan umum,
mensyaratkan keterpaduan dan sinkronisasi antar kegiatan, baik diantar
kegiatan dalam satu program, dalam satu instansi dan antar instansi,
dengan tetap memperhatikan tugas pokok dan tugas fungsi yang
melekat pada SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
Rancangan Kerja (Renja) SKPD Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat merupakan dokumen perencanaan tahunan yang
disusun oleh SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dengan
mengacu kepada RKPD dan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat, yang memuat kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh SKPD maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Sehubungan
dengan itu, ditetapkan kaidah-kaidah pelasanaan pelaksanaan
Rancangan Kerja (Renja) SKPD Dinas Kesehatan sebagai berikut:

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 | 79


1. Dalam menyempurnakan Rancangan Kerja (Renja), Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat terlebih dahulu
melaksanakan pertemuan Forum Renja Tingkat Provinsi dengan
melibatkan pemangku kepentingan diantaranya: Dinas Kesehatan
Provinsi dan instansi pemerintah lainnya yang memiliki keterkaitan
program dan tupoksi; Dinas Kesehatan dan RSUD baik di tingkat
Provinsi dan Kabupaten Kota; Anggota Komisi V DPRD yang
membidangi masalah kesehatan; Akademisi; dan Tokoh
Masyarakat.
2. Rancangan Kerja (Renja) yang telah dibahas dalam Pertemuan
Forum Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat harus
diselesaikan sebelum pelaksanaan Pra-Musrembang SKPD dan
disampaikan kepada Gubernur Kalimantan Barat u.p. Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
3. Setelah melaksanakan Musrembang RKPD Provinsi, Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat melakukan penyempurnaan
terhadap Rancangan Kerja dan diselaraskan dengan Rancangan
Akhir RKPD Provinsi Kalimantan Barat, selanjutnya Renja Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat ditetapkan dengan peraturan
Kepala Dinas setelah diverifikasi oleh Bappeda Provinsi dan
disahkan oleh Gubernur Kalimantan Barat.
4. Rancangan Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat Tahun 2018 yang telah disahkan, digunakan sebagai acuan
dan pedoman dalam memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung maupun tidak
langsung oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 | 80


5.3. Rencana Tindak Lanjut
Pada akhir tahun anggaran 2017, Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat tetap melakukan kewajiban yaitu melakukan evaluasi
pelaksanaan kegiatan yang meliputi evaluasi terhadap capaian sasaran
kegiatan yang ditetapkan serta kesesuaian dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan APBD dan peraturan
lainnya. Untuk menjaga efektivitas pelaksanaan program, Dinas
Kesehatan Provinsi dalam hal ini Bidang Sekretariat; Subbag Rencana
Kerja dan Monev akan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
kegiatan masing-masing bidang di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat.

Pontianak Juli 2017

Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi Kalimantan Barat,

dr. ANDY JAP, M.Kes.


Pembina Utama Madya
NIP. 19620828 198801 1 004

Renja Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018 | 81

Anda mungkin juga menyukai