Abstract. Every parent would want their children to grow healthy. Parents will feel very
worried when a child has an illness. This is natural because children have an imperfect
immune system. So that children are more susceptible to disease than adults. One of the
most common symptoms of a child is fever. Fever is the body's response to an infection.
This situation becomes dangerous when a fever attacks a baby, because his immune
system has not been able to fight the pathogen. However, not all fever is dangerous. There
are a number of conditions that must be addressed immediately. Handling and managing
fever caused by viruses is different from those caused by bacteria. Therefore, a doctor
must understand correctly about the causes of fever to diagnose a disease, provide
management quickly, and educate the family in order to prevent more severe conditions
1. PENDAHULUAN
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sehat. Orang tua akan merasa
sangat khawatir ketika seorang anak terserang penyakit. Hal ini wajar karena anak memiliki
sistem imun yang belum sempurna. Sehingga anak lebih mudah terserang penyakit dibanding
orang dewasa. Penyakit yang paling sering diderita anak adalah jenis penyakit infeksius, yaitu
seperti ISPA (infeksi saluran napas) dan diare. Penyakit infeksi bisa disebabkan oleh virus atau
bakteri melalui perantara udara atau makanan yang masuk ke sistem pencernaan. Sedangkan
alasan paling sering orang tua memeriksakan anaknya pelayanan kesehatan adalah karena anak
menderita demam (Lusia, 2015). Demam dianggap membahayakan dan digunakan sebagai
indikator penyakit serius oleh orang tua. Orang tua merasa kesulitan apabila anak mereka sakit,
dan merasa tidak memberikan perhatian yang cukup apabila demam tidak dapat diturunkan.
Sebenarnya, demam bukanlah suatu penyakit melainkan tanda atau alarm adanya suatu
penyakit. Secara definisi, demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu
tubuh di atas 38º Celsius. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat
oral, rektal, dan aksila. Pada umumnya demam merupakan salah satu gejala yang menyertai
penyakit infeksi, tetapi ada beberapa kondisi yang tidak menjadi representasi infeksi seperti pada
kasus dehidrasi.
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan karena aliran darah
makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun jika suhu terlalu tinggi (di
atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri
organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas dikurangi,
akibatnya ujung kaki atau tangan teraba dingin. Metabolisme tubuh dalam kondisi demam tinggi
terjadi sangat cepat, akibatnya jantung dipompa lebih kuat dan cepat, heart rate bertambah dan
ventilasi paru meningka (Ismoedijanto,2000).
Kondisi demam sebenarnya tidak berbahaya, tetapi demam yang sangat tinggi dapat
membahayakan anak. Demam tinggi bisa menyebabkan kejang pada anak (Ngastiyah, 2005).
Seorang anak, bayi, ataupun balita lebih sering terkena infeksi penyakit karena sistem imunnya
belum mampu untuk melawan patogen tersebut.
Penanganan demam yang disebabkan oleh virus berbeda dengan yang disebabkan oleh
bakteri. Oleh karena itu seorang dokter harus mengerti betul tentang patofisiologi demam
tersebut sebelum memberikan tatalaksana. Tetapi seorang dokter juga harus memberikan
tatalaksana sedini mungkin ketika menadapati demam tinggi pada anak, karena apabila tidak
segera ditangani akan menimbulkan keadaan yang membahayakan kondisi anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemeriksaan dan tatalaksanaan yang sesuai dan
harus diterapkan pada bayi atau balita. Kami dapat mengetahui bagaimana seorang dokter
mengidentifikasi kegawatan yang diderita bayi atau balita, sehingga didapatkan tindak lanjut
yang benar. Apakah demam tersebut merupakan tanda penyakit gawat yang harus segera
ditangani atau tidak. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui edukasi yang harus
dilakukan dokter umum terhadap pasien dan keluarganya.
2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan analisis deskriptif
kualitatif. Yaitu dengan melakukan wawancara tertulis dengan narasumber serta
membandingkannya dengan penelusuran pustaka ilmiah melalui berbagai buku, jurnal ilmiah,
dan juga penelitian ilmiah yang telah dilakukan sebelumnya.
5. SARAN
Seorang dokter hendaknya memiliki pengetahuan, keterampilan serta pengalaman
mengenai kasus kasus demam yang pernah terjadi sehingga dapat mengidentifikasi penyebabnya
melalui hasil dari pemeriksaan, kemudian memberikan tatalaksana sesuai dengan diagnosis.
6. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Lusia.(2015). Mengenal Demam dan Perawatannya pada Anak. Surabaya: Airlangga
University Press (AUP).
Ngastiyah.(2005). Perawatan anak sakit.Edisi 2. Jakarta: EGC
Jurnal
Ismoedijanto. (2000). “Petunjuk Praktis Demam yang Terjadi pada Anak”.Sari Pediatri, 2(2),
103-108
Lubis, I. N. D & Lubis, C. P. (2011). “Penanganan Demam Anak”. Sari Pediatri, 12(6), 409-418
Marwan, R (2017). “Faktor Yang Berhubungan Dengan Penanganan Pertama Kejadian Kejang
Demam Pada Anak Usia 6 Bulan – 5 Tahun Di Puskesmas”. Caring Nursing Journal,
1(1), 32-40
Sinclair, J.C. (1984). “ The control of body temperature and the pathogenesis of fever:
developmental aspects”. Annales Nestle: Fever in children. Vevey, Switzerland: Nestle
Nutrition SA, 1-10.