Anda di halaman 1dari 6

Pemeriksaan Dasar, Penatalaksanaan, dan Edukasi Dokter

Umum Tentang Demam pada Bayi dan Balita di


Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri
Uswatun Insani Mutma’inah
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
uswatuninsani22@gmail.com

Abstract. Every parent would want their children to grow healthy. Parents will feel very
worried when a child has an illness. This is natural because children have an imperfect
immune system. So that children are more susceptible to disease than adults. One of the
most common symptoms of a child is fever. Fever is the body's response to an infection.
This situation becomes dangerous when a fever attacks a baby, because his immune
system has not been able to fight the pathogen. However, not all fever is dangerous. There
are a number of conditions that must be addressed immediately. Handling and managing
fever caused by viruses is different from those caused by bacteria. Therefore, a doctor
must understand correctly about the causes of fever to diagnose a disease, provide
management quickly, and educate the family in order to prevent more severe conditions

Keywords: fever, children, infection, management, education

1. PENDAHULUAN

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sehat. Orang tua akan merasa
sangat khawatir ketika seorang anak terserang penyakit. Hal ini wajar karena anak memiliki
sistem imun yang belum sempurna. Sehingga anak lebih mudah terserang penyakit dibanding
orang dewasa. Penyakit yang paling sering diderita anak adalah jenis penyakit infeksius, yaitu
seperti ISPA (infeksi saluran napas) dan diare. Penyakit infeksi bisa disebabkan oleh virus atau
bakteri melalui perantara udara atau makanan yang masuk ke sistem pencernaan. Sedangkan
alasan paling sering orang tua memeriksakan anaknya pelayanan kesehatan adalah karena anak
menderita demam (Lusia, 2015). Demam dianggap membahayakan dan digunakan sebagai
indikator penyakit serius oleh orang tua. Orang tua merasa kesulitan apabila anak mereka sakit,
dan merasa tidak memberikan perhatian yang cukup apabila demam tidak dapat diturunkan.
Sebenarnya, demam bukanlah suatu penyakit melainkan tanda atau alarm adanya suatu
penyakit. Secara definisi, demam adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu
tubuh di atas 38º Celsius. Suhu tubuh adalah suhu visera, hati, otak, yang dapat diukur lewat
oral, rektal, dan aksila. Pada umumnya demam merupakan salah satu gejala yang menyertai
penyakit infeksi, tetapi ada beberapa kondisi yang tidak menjadi representasi infeksi seperti pada
kasus dehidrasi.
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan karena aliran darah
makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun jika suhu terlalu tinggi (di
atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri
organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas dikurangi,
akibatnya ujung kaki atau tangan teraba dingin. Metabolisme tubuh dalam kondisi demam tinggi
terjadi sangat cepat, akibatnya jantung dipompa lebih kuat dan cepat, heart rate bertambah dan
ventilasi paru meningka (Ismoedijanto,2000).
Kondisi demam sebenarnya tidak berbahaya, tetapi demam yang sangat tinggi dapat
membahayakan anak. Demam tinggi bisa menyebabkan kejang pada anak (Ngastiyah, 2005).
Seorang anak, bayi, ataupun balita lebih sering terkena infeksi penyakit karena sistem imunnya
belum mampu untuk melawan patogen tersebut.
Penanganan demam yang disebabkan oleh virus berbeda dengan yang disebabkan oleh
bakteri. Oleh karena itu seorang dokter harus mengerti betul tentang patofisiologi demam
tersebut sebelum memberikan tatalaksana. Tetapi seorang dokter juga harus memberikan
tatalaksana sedini mungkin ketika menadapati demam tinggi pada anak, karena apabila tidak
segera ditangani akan menimbulkan keadaan yang membahayakan kondisi anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemeriksaan dan tatalaksanaan yang sesuai dan
harus diterapkan pada bayi atau balita. Kami dapat mengetahui bagaimana seorang dokter
mengidentifikasi kegawatan yang diderita bayi atau balita, sehingga didapatkan tindak lanjut
yang benar. Apakah demam tersebut merupakan tanda penyakit gawat yang harus segera
ditangani atau tidak. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui edukasi yang harus
dilakukan dokter umum terhadap pasien dan keluarganya.

2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan analisis deskriptif
kualitatif. Yaitu dengan melakukan wawancara tertulis dengan narasumber serta
membandingkannya dengan penelusuran pustaka ilmiah melalui berbagai buku, jurnal ilmiah,
dan juga penelitian ilmiah yang telah dilakukan sebelumnya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Peneliti melakukan wawancara dan observasi untuk mengetahui pemeriksaan dasar,
tatalaksana dan edukasi dokter umum tentang demam yang terjadi pada bayi dan balita di
kecamatan Purwantoro, kabupaten Wonogiri.
Peneliti melakukan wawancara dengan dokter setempat, yaitu dr. Maryama Aisyah
Pribadi dalam kaitannya dengan tindakan Dokter umum dalam menangani kasus demam pada
bayi dan balita. Namun sebelum menjelaskan tatalaksana dan edukasi tentang demam, responden
memberikan penjelasan bahwa sebenarnya demam itu merupakan respon tubuh terhadap
penyakit. Jadi, ketika penyakit itu datang maka tubuh itu akan merespon dengan adanya
inflamasi. Lalu sel radang akan terbentuk dan muncul respon demam. Pernyataan ini dibenarkan
oleh Lubis (2011) bahwa demam merupakan salah satu bagian dari pertahanan fisiologi alamiah
dalam melawan agen infeksi. Mekanisme imunologis meningkat dengan adanya demam
sehingga dapat menekan kemampuan virus dan bakteri untuk bereplikasi.
Responden juga menambahkan bahwa sebenarnya demam itu tidak selalu
membahayakan, tetapi demam yang berbahaya adalah yang lebih dari 40 oC dan disertai kejang.
Sesuai dengan pernyataan Marwan (2017) bahwa peningkatan suhu tubuh dapat di golongkan
menjadi dua, yaitu peningkatan suhu yang tergolong normal (bersifat fisologis) dan peningkatan
suhu yang abnormal (patologis). Peningkatan suhu tubuh dalam keadaan normal, misalnya
peningkatan suhu setelah anak beraktivitas, setelah mandi air panas, anak menangis, setelah
makan, anak yang kurang minum atau cemas. Peningkatan suhu yang abnormal misalnya akibat
penyakit. Beragam penyakit memang biasanya di mulai dengan manifestasi berupa demam.
Penanganan demam yang disarankan dr. Maryama Aisyah Pribadi adalah dengan
memeriksakan ke dokter jika pada hari ketiga demam tidak juga turun. Namun, perlu kita ketahui
bahwa kondisi masyarakat di kecamatan Purwantoro, kabupaten Wonogiri masih memiliki
budaya untuk periksa ke praktik bidan mandiri sebagai penanganan pertama. Termasuk dalam
memeriksakan demam yang diderita anak, meskipun sebenarnya diperbolehkan untuk sekedar
memberikan paracetamol. Sehingga masyarakat baru memeriksakan anaknya ke dokter rata rata
hari keempat atau kelima.
Seorang pasien yang datang ke dokter akan diperiksa berdasarkan Standar Operational
System yang telah ditetapkan. Langkah langkah yang dilakukan responden dalam memeriksa
pasien anak dengan gejala demam antara lain: anamnesis, pemeriksaan fisik, dan jika diperlukan
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang dengan cek darah.
Pertama, hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis penyakit pada balita adalah
wawancara dilakukan dengan pihak keluarganya, bisa dengan ibunya atau orang terdekat. Hal ini
dikarenakan anak belum mengerti tentang apa yang ia rasakan dan belum dapat mengidentifikasi
dengan jelas. Contohnya ketika anak yang sakit perut ditanya tentang bagian mana yang terasa
sakit biasanya anak menunjuk bagian pusar.
Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
dimulai dari mengukur suhu tubuh menggunakan thermometer. Mengukur berat dan tinggi badan
berfungsi untuk menentukam dosis obat. Kemudian pemeriksaan dada, auskultasi. Lalu
pemeriksaan perut, aukultasi dan palpasi. Biasanya dokter mengidentifikasi dari wawancara
tentang penyebab gejala demam tersebut. Apabila melalui wawancara didapatkan hasil yang
mengarah pada kelainan pencernaan, maka dilakukan pemeriksaan abdomen / perut. Tetapi jika
hasil wawancara mengarah pada tanda tanda radang, maka dokter melakukan pemeriksaan
tongue sputtle. Tetapi pada kenyataan di lapangan, pemeriksaan menggunakan tongue sputtle
pada anak, balita, ataupun bayi sangatlah sulit. Karena anak akan mengalami reflek muntah.
Oleh karena itu dr. Maryama memiliki trik dengan cara membiarkan bayi itu menangis. Karena
dengan begitu ia akan membuka mulutnya dengan lebar dan saat itu pula dokter dapat
mengamati.
Setelah melakukan rangkaian wawancara medis dan pemeriksaan fisik dokter akan
memberikan terapi dengan memberikan obat kemudian menyarankan pasien untuk datang
kembali apabila, dalam tiga hari setelah pemberian obat, demam masih naik turun. Dokter akan
menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang dengan cek darah ke
laboratorium. Maka dengan itu dokter akan mengidentifikasi hasil laboratorium itu, apakah
demam itu lebih mengarah ke demam berdarah atau yang mengarah ke virus. Dengan cek darah
kita juga bisa tahu apakah demam itu disebabkan karena virus atau bakteri.
Narasumber mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang (cek darah) sangat diperlukan
untuk mengetahui dengan pasti demam itu disebabkan oleh apa. Namun tidak berarti cek darah
harus selalu dilakukan. Contohnya telah kita ketahui bahwa demam yang terjadi pada anak lebih
sering disebabkan karena virus, maka tidak perlu dilakukan cek darah. Kecuali pada kondisi
tertentu seperti pada saat anamnesis didapati tanda tanda demam berdarah. Karena pada kasus
demam berdarah pada hari keempat harus segera dilakukan cek darah, apabila dijumpai
trombosit yang menurun tajam maka hal tersebut menunjukan hasil yang positif. Apabila tidak
segera dipastikan maka akan terlambat, karena hari kelimanya sudah masuk masa kritis. Oleh
karena itu dokter harus tau kapan itu perlu dilakukan cek darah kapan tidak diperlukan.
Melalui hasil laboratorium cek darah kita bisa melihat demam itu disebabkan karena virus
atau bakteri. Jika hasilnya leukosit itu tinggi berarti disebabkan karena bakteri. Tapi jika
leukositnya itu rendah berarti disebabkan oleh virus. Ismoedijanto (2000) menjelaskan bahwa
pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) dapat menjadi petunjuk untuk perlunya perawatan
dan pemberian antibiotik empirik. Hal ini selaras dengan pernyataan narasumber bahwa ketika
diidentifikasi demam itu mengarah ke virus maka tidak perlu diberi antibiotik, cukup diberi
antipiretik (obat demam) dan anti inflamasi (anti radang) saja. Tapi kalo lima hari dan mengarah
ke bakteri maka dokter baru memberikan antibiotik dengan syarat harus dihabiskan sesuai dosis
yang diberikan.
Menurut narasumber hasil laboratorium yang menunjukkan hasil positif pada makrofag
atau PMN adalah demam tersebut disebabkan oleh virus. Penjelasan ini diperlengkap oleh
Sinclair (1984) bahwa mikroorganisme yang merangsang PMN akan membentuk PE (faktor
pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumuor necrosis factor), dan IFN (interferon). Zat
ini bekerja pada hipotalamus dengan bantuan enzim cyclooxygenase pembentuk prostaglandin.
Prostaglandin inilah yang meningkatkan set point hipotalamus sehingga menyebabkan kenaikan
suhu tubuh. Pada keadaan lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasaan, penyakit
kolagen, penyakit metabolik, sumber pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat lain.
Narasumber menyatakan bahwa apabila setelah tiga atau empat hari kemudian muncul
gejala batuk atau pilek, seharusnya membuat dokter lebih tenang lebih tenang karena dapat
diketahui bahwa demam tersebut hanya disebabkan oleh virus. Narasumber juga menceritakan
pengalamannya tentang pasien yang mengalami panas tinggi yang nai turun. Ketika cek darah
hasilmya semuanya normal. Ternyata demam yang dideritanya kategori UFO (Unknown Fever
Origin = demam tanpa sebab yang jelas). Narasumber menambahkan bahwa inti dari UFO
adalah tentang daya tahan tubuh. Ketika daya tahan tubuhnya baik maka tubuh akan dapat
menyembuhkan dirinya sendiri. Narasumber pun telah membuktikannya dengan menyarankan
pasien mengonsumsi kurma dan madu. Hasilnya pasien itu sembuh dengan sendirinya.
Sebenarnya banyak sekali hal hal yang menyebabkan demam, terkadang hanya karena
sebab gigi yang sedang tumbuh, dehidrasi, atau setelah imunisasi juga dapat menyababkan
demam. Oleh karena itu, orang tua tidak perlu merasa terlalu khawatir terhadap demam yang
anak alami. Orang tua, tertama ibu, perlu mendapat edukasi yang benar untuk bertindak cermat
dalam memberikan pertolongan pertama.
Menurut pengalaman narasumber bayi kurang dari enam bulan itu jarang sekali sakit.
Apabila terjadi demam itu hanya karena kurang cairan saja (dehidrasi akarena kurang
mendapatkan ASI). Dan inilah masalah ibu ibu sekarang, yaitu kurangnya produksi ASI karena
stress. Oleh karena itu edukasi untuk ibu ibu apabila mendapati bayinya dalam keadaan demam
adalah dengan banyak banyak diberi ASI. Jika ibunya sibuk kerja yang sebaiknya dlilakukan
pumping ASI, intinya adalah bagaimana caranya supaya sang bayi mendapat ASI eksklusif yang
cukup. Sedangkan jika dijumpai demam pada bayi baru lahir, biasanya pada tubuh bayi memang
ada kelainan dan hal tersebut ranahnya dokter spesialis. Contohnya pada kasus jaundice (kuning)
Penanganan demam yang harus dilakukan dengan segera adalah demam dengan suhu
tubuh tinggi dan pada pasien dengan riwayat kejang, baik dirinya sendiri ataupun pada
keluarganaya. Hal pertama yang harus dilakukan ketika mendapati pasien demam disertai kejang
adalah harus dihentikan dulu kejangnya dengan pemberian diazepam. Namun perlu diperhatikan
pemberian diazepam ini harus diawasi karena termasuk obat narkotika. Setelah itu ditunggu,
apabila tidak kejang lagi biasanya pasien akan tertidur. Tetapi jika kejang lagi itu artinya
termasuk kategori kejang demam kompleks. Apabila menadapati kejang demam kompleks maka
tindakan yang harus dilakukan dokter umum adalah merujuk ke Rumah Sakit, bahkan terkadang
masuk ICU.
Rata-rata yang terjadi di masyarakat saat ini adalah kejang demam simpleks. Maka,
berdasarkan kondisi ini, seorang dokter harus segera memberikan obat paracetamol apabila
mendapati demam tinggi pada pasien anak untuk mencegah seminimal mungkin terjadinya
kejang. Terjadinya kejang itu sendiri tergantung ambang batas masing masing orang. Ada
beberapa pasien yang suhu 39oC sudah mengalami kejang itu berarti ambang batasnya rendah.
Oleh karena itu pasien dengan diwayat kejang dipertahankan jangan sampai suhu tubuhnya
melewati ambang batasnya. Dokter Maryama sendiri selalu mendahulukan memeriksa pasien
berdasarkan suhu tubuh yang paling tinggi, karena memerlukan penanganan segera.
Edukasi dokter umum yang harus digarisbawahi di sini adalah memberi pesan kepada
setiap orang tua agar sedia thermometer dan paracetamol di rumah. Kemudian segera
memberikan paracetamol ketika suhu tubuh anak tinggi. Apabila dalam tiga hari demam tidak
kunjung sembuh, sebaiknya segera periksakan ke dokter. Sedangkan apabila ditemui kejadian
demam pada bayi, sebaiknya ibunya lebih giat lagi dalam menyusui bayinya. Selalu pastikan
bayi tersebut mendapatkan ASI yang cukup agar tidak dehidrasi.
4. SIMPULAN
Setelah dilakukan pendekatan analisis isi dapat disimpulkan bahwa demam merupakan
salah satu bagian dari pertahanan fisiologi alamiah dalam melawan agen infeksi. Sebenarnya
demam itu tidak selalu membahayakan, tetapi demam yang berbahaya adalah yang lebih dari
40oC dan disertai kejang. Masyarakat di kecamatan Purwantoro, kabupaten Wonogiri cenderung
memeriksakan demam pada anaknya ke bidan terlebih dahulu, lalu ketika belum sembuh baru
diperiksakan ke dokter. Rata-rata pasien datang ke dokter pada hari keempat atau kelima.
Pemeriksaan demam pada anak meliputi anamsesis, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang (cek laboratorium) jika diperlukan. Penanganan demam pada anak
tergantung pada penyababnya. Demam yang disebabkan karena virus tidak perlu diberi antibiotik
sedangkan yang disebabkan karena bakteri perlu diberi antibiotik dengan dosis yang tepat.
Seorang dokter harus dapat mengidentifikasi penyebab demam melalui hasil dari
pemeriksaan, kemudian memberikan tatalaksana sesuai dengan diagnosis. Hal yang perlu
diperhatikan ketika menjumpai pasien anak dengan demam tinggi adalah segera memberikan
paracetamol untuk mencegah terjadinya kejang. Edukasi demam kepada para orangtua adalah
tidak perlu terlalu khawatir ketika mendapati anak demam, tetapi juga harus waspada ketika
demam itu sangat tinggi melebihi 40 oC dan berlangsung selama tiga hari. Seorang ibu harus
memberikan ASI yang cukup pada bayi dan pastikan jangan sampai mengalami dehidrasi,

5. SARAN
Seorang dokter hendaknya memiliki pengetahuan, keterampilan serta pengalaman
mengenai kasus kasus demam yang pernah terjadi sehingga dapat mengidentifikasi penyebabnya
melalui hasil dari pemeriksaan, kemudian memberikan tatalaksana sesuai dengan diagnosis.

6. DAFTAR PUSTAKA

Buku
Lusia.(2015). Mengenal Demam dan Perawatannya pada Anak. Surabaya: Airlangga
University Press (AUP).
Ngastiyah.(2005). Perawatan anak sakit.Edisi 2. Jakarta: EGC

Jurnal

Ismoedijanto. (2000). “Petunjuk Praktis Demam yang Terjadi pada Anak”.Sari Pediatri, 2(2),
103-108
Lubis, I. N. D & Lubis, C. P. (2011). “Penanganan Demam Anak”. Sari Pediatri, 12(6), 409-418
Marwan, R (2017). “Faktor Yang Berhubungan Dengan Penanganan Pertama Kejadian Kejang
Demam Pada Anak Usia 6 Bulan – 5 Tahun Di Puskesmas”. Caring Nursing Journal,
1(1), 32-40
Sinclair, J.C. (1984). “ The control of body temperature and the pathogenesis of fever:
developmental aspects”. Annales Nestle: Fever in children. Vevey, Switzerland: Nestle
Nutrition SA, 1-10.

Anda mungkin juga menyukai