LAPORAN PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN TANDA TANDA VITAL
OLEH
Stambuk : 14220230021
Kelas : B1
Tanda-tanda vital atau vital sign adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang digunakan untuk
membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada pasien yang secara medis tidak
stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi kardiopulmonal dan untuk menilai respon
terhadap intervensi (Kusmiran, 2016). Tanda-tanda vital mencerminkan fungsi tubuh yang penting
meliputi detak jantung, laju pernapasan, suhu, dan tekanan darah (Laila, 2017)1
Suhu tubuh merupakan salah satu faktor penentu atau tanda tanda vital dalam menentukan
kesehatan seseorang. 2
Subjektif Objektif
Tidak tersedia Suhu tubuh diatas nilai normal
Subjektif Objektif
Tidak tersedia Kulit merah
Kejang
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa hangat3
C. ETIOLOGI
1. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu tubuh sehingga dapat
terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Suhu normal akan terus menurun saat
1
Heni, dkk, “Pengaruh Cat Stretch Exercise Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Menstruasi Dan Tanda
Tanda VitalPada Siswi SMK ”, Vol.10 No 1, Agustus 2022,h. 3.
2
Fajar Annas Susanto,” Pengukuran Suhu Tubuh Online Sebagai Pencegahan Penyebaran Virus Flu Di
Lingkungan Kampus”, Vol. 13, No. 2. Agustus 2020,h.68.
3
PPNI, “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ” (Cet.II.Jakarta Selatan : DPP PPNI,2017), h.284.
seseorang semakin tua. Pada dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih rendah dibandingkan
dewasa muda. Oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada dewasa tua.
Namun rata-rata suhu tubuh pada dewasa tua adalah 36 derajat Celcius. Mereka lebih sensitif
terhadap suhu yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan terutama pengaturan
vasomotor(vasokontriksi dan vasoliditasi) yang buruk, berkurangnya Aktivitas kelenjar keringat dan
metabolisme menurun
2. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak.
Berbagi bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas
sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti lari jarak jauh dapat
meningkatkan suhu tubuh sampai 40 derajat Celcius.
3. Kadar hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi. Suhu tubuh yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan
adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus
menstruasmenstruasi
4. Irama sirkadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 derajat Celcius selama periode 24 jam. Suhu terendah
berada di antara pukul 01.00 sampai jam 04.00 pagi. Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan
mencapai maksimum pada pukul 06.00 sore lalu menurun kembali sampai pagi hari.
5. Stres
Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan saraf.
Perubahan fisiologis Ini meningkatkan metabolisme yang akan meningkatkan produksi panas. Pasien
yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi.
6. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh
manusia berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak
dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
7. Penyakit
Penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu tubuh diantaranya adalah
D. PATOFISIOLOGI
Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam
lambung dan masuk ke dalam tubuh melaluimukosa usus pada ileum terminalis. Bakteri
melekat pada mikrovilidi usus, kemudian melalui barier usus yang melibatkan mekanisme
membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola intraseluler. Kemudian
Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh
darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak
didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang negatif. Periode
inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari.
Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi dalam
organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan sumsum tulang. Kuman juga
dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah periode replikasi, kuman akan disebarkan
kembali ke dalam sistem peredaran darah dan menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus
menandai berakhirnya periode inkubasi. Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti
demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen. Bakteremia dapat menetap selama beberapa minggu bila
tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini, bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang,
kandung empedu, dan Peyer’s patches di mukosa ileum terminal. Ulserasi pada Peyer’s patches
dapat terjadi melalui proses inflamasi yang mengakibatkan nekrosis dan iskemia. Komplikasi
perdarahan dan perforasi usus dapat menyusul ulserasi. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih
menetap dalam organ-organ system retikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasi
kembali. Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa kuman atau
carrier
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Keadaan umum: Keadaan secara umum yang tampak pada fisik klien
Pemeriksaan TTV
- Nadi , suhu, RR(respiratory rate), TB, BB
2. Body system
Pemeriksaan wajah(mata, hidung, mulut, telinga)
Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan thoraks
- Pemeriksaan paru (inpeksi, palpasi, perkusi, askultasi)
- Pemeriksaan jantung (inpeksi, palpasi, perkusi, askultasi)
Pemeriksaan abdomen (inpeksi, alultasi, palpasi, perkusi)
Pemeriksaan genetalia dan rektal
Pemeriksaan kulit
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan demam saat anak mengalami demam, orang tua harus memperhatikan
aktivitas anaknya secara umum, seperti anak masih bisa bermain, makan dan minum dengan baik, dan
perhatikan buang air kecil anaknya setiap 3-4 jam. Jika anak lebih sering tidur, malas minum
dan buang air kecil semakin jarang, segera bawa anak ke dokter. Pada anak sedang tertidur lelap,
sebaiknya orangtua tidak membangunkan untuk memberi obat penurun panas.Obat penurun
panas harus disimpan di tempat yang aman dan tidak terjangkau oleh anak-anak. Pemberian obat
penurun panas harus diberikan berdasarkan berat badan anak dan diperlukan sendok obat yang
khusus, yang bisa didapatkan dari apotek saat membeli obat tersebut.Penurunan suhu tubuh
dapat dibantu dengan penggunaan obat penurun panas (antipiretik), terapi fisik
(nonfarmakologi) seperti istirahat baring, kompres hangat, dan banyak minum.Penggunaan
obat tradisional dengan produk herbal atau homeopatik belum terbukti secara ilmiah dapat
menurunkan demam, tapi hanya berdasarkan pengalaman semata sehingga perlu dikaji lebih lanjut
a. Identitas Klien: Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan identitas
penanggung jawab.
b. Keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
c. Riwayat kesehatan sekarang
kaji status kesehatan pasien saat dilakukannya pengkajian.
- Faktor yang melatarbelakangi/mendahului/mempengaruhi keluhan
- Sifat terjadinya gejala (mendadak, perlahan, terus menerus / serangan, hilang timbul
atau berhubungan dengan waktu) Lokasi gejala dan sifatnya (menjalar, menyebar,
berpindah atau menetap).
- Berat ringannya keluhan dan perkembangannya apakah menetap atau cenderung
bertambah berkurang.
- Lamanya keluhan berlangsung atau mulai kapan dirasakan Upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasi keluhan.
- Pengobatan perawatan yang telah diperoleh hingga akhirnya
- meminta bantuan ke RS
d. Riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir): riwayat kesehatan dahulu terutama
yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan suhu. Ataupun riwayat dirawat di rumah
sakit atau pembedahan
e. Riwayat kesehatan keluarga
mengkaji nwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah ada penyakit menular dan
keturunan di keluarga pasien
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Suhu tubuh dibawah rentang suhu tubuh normal
4
Bayu Ardiansyah,”Keseimbangan Tubuh”, Studocu , 2022,h. 3-4.
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
I. TINDAKAN KEPERAWATAN
Manajemen Hipertemia
J. EVALUASI
kemampuan mencari 1 2 3 4 5
informasi tentang
faktor risiko
5
PPNI, “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ” (Cet.II.Jakarta Selatan : DPP PPNI,2018), h.181.
kemampuan 1 2 3 4 5
mengidentifikasi
faktor risiko
Kemampuan 1 2 3 4 5
melalukan strategi
kontrol resiko
Kemampuan 1 2 3 4 5
mengubah perilaku
Komitmen terhadap 1 2 3 4 5
strategi
Kemampuan 1 2 3 4 5
modifikasi gaya hidup
Kemampuan 1 2 3 4 56
menghindari faktor
resiko
6
PPNI, “Standar Luaran Keperawatan Indonesia” (Cet.II.Jakarta Selatan : DPP PPNI,2019), h.60.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I
Jakarta selatan : DPP PPNI
PPNI (2018).standar intervensi keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan keperawatan, Edisi I.
Jakarta Selatan : DPP PPNI
PPNI (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I.
Jakarta selatan : DPP PPNI
https://www.studocu.com/id/document/stikes-notokusumo-yogyakarta/keperawatan/lp-gangguan-
keseimbangan-suhu/28298229