Anda di halaman 1dari 9

Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia

Dosen : Nur Ilah Padhila, S.Kep.,Ns.,M,Kes

LAPORAN PENDAHULUAN
PEMERIKSAAN TANDA TANDA VITAL

OLEH

Nama : Artita Putri Agtrilia

Stambuk : 14220230021

Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
A. DEFINISI

Tanda-tanda vital atau vital sign adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang digunakan untuk
membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada pasien yang secara medis tidak
stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi kardiopulmonal dan untuk menilai respon
terhadap intervensi (Kusmiran, 2016). Tanda-tanda vital mencerminkan fungsi tubuh yang penting
meliputi detak jantung, laju pernapasan, suhu, dan tekanan darah (Laila, 2017)1

B. TANDA DAN GELAJA

Suhu tubuh merupakan salah satu faktor penentu atau tanda tanda vital dalam menentukan
kesehatan seseorang. 2

Tanda Dan Gejala Mayor

Subjektif Objektif
Tidak tersedia Suhu tubuh diatas nilai normal

Tanda Dan Gejala Minor

Subjektif Objektif
Tidak tersedia Kulit merah
Kejang
Takikardi
Takipnea
Kulit terasa hangat3

C. ETIOLOGI
1. Usia

Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu tubuh sehingga dapat
terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Suhu normal akan terus menurun saat

1
Heni, dkk, “Pengaruh Cat Stretch Exercise Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Menstruasi Dan Tanda
Tanda VitalPada Siswi SMK ”, Vol.10 No 1, Agustus 2022,h. 3.
2
Fajar Annas Susanto,” Pengukuran Suhu Tubuh Online Sebagai Pencegahan Penyebaran Virus Flu Di
Lingkungan Kampus”, Vol. 13, No. 2. Agustus 2020,h.68.
3
PPNI, “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ” (Cet.II.Jakarta Selatan : DPP PPNI,2017), h.284.
seseorang semakin tua. Pada dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih rendah dibandingkan
dewasa muda. Oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada dewasa tua.
Namun rata-rata suhu tubuh pada dewasa tua adalah 36 derajat Celcius. Mereka lebih sensitif
terhadap suhu yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan terutama pengaturan
vasomotor(vasokontriksi dan vasoliditasi) yang buruk, berkurangnya Aktivitas kelenjar keringat dan
metabolisme menurun

2. Olahraga

Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak.
Berbagi bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas
sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti lari jarak jauh dapat
meningkatkan suhu tubuh sampai 40 derajat Celcius.

3. Kadar hormon

Umumnya wanita mengalami fluktuasi. Suhu tubuh yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan
adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus
menstruasmenstruasi

4. Irama sirkadian

Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1 derajat Celcius selama periode 24 jam. Suhu terendah
berada di antara pukul 01.00 sampai jam 04.00 pagi. Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan
mencapai maksimum pada pukul 06.00 sore lalu menurun kembali sampai pagi hari.

5. Stres

Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan saraf.
Perubahan fisiologis Ini meningkatkan metabolisme yang akan meningkatkan produksi panas. Pasien
yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi.

6. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh
manusia berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak
dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.

7. Penyakit

Penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu tubuh diantaranya adalah

a. Demam berdarah dengue


b. Demam tifoid
c. Febris atau demam: Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal.
Tipe demam yang sering dijumpai antara lain:
 Demam septik
 Demam remiten
 Demam intermiten
 Demam continye
 Demam siklik
d. Malaria

D. PATOFISIOLOGI

Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam
lambung dan masuk ke dalam tubuh melaluimukosa usus pada ileum terminalis. Bakteri
melekat pada mikrovilidi usus, kemudian melalui barier usus yang melibatkan mekanisme
membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola intraseluler. Kemudian
Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh
darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak
didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang negatif. Periode
inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari.

Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi dalam
organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan sumsum tulang. Kuman juga
dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah periode replikasi, kuman akan disebarkan
kembali ke dalam sistem peredaran darah dan menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus
menandai berakhirnya periode inkubasi. Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti
demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen. Bakteremia dapat menetap selama beberapa minggu bila
tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini, bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang,
kandung empedu, dan Peyer’s patches di mukosa ileum terminal. Ulserasi pada Peyer’s patches
dapat terjadi melalui proses inflamasi yang mengakibatkan nekrosis dan iskemia. Komplikasi
perdarahan dan perforasi usus dapat menyusul ulserasi. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih
menetap dalam organ-organ system retikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasi
kembali. Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa kuman atau
carrier

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Keadaan umum: Keadaan secara umum yang tampak pada fisik klien
 Pemeriksaan TTV
- Nadi , suhu, RR(respiratory rate), TB, BB
2. Body system
 Pemeriksaan wajah(mata, hidung, mulut, telinga)
 Pemeriksaan kepala dan leher
 Pemeriksaan thoraks
- Pemeriksaan paru (inpeksi, palpasi, perkusi, askultasi)
- Pemeriksaan jantung (inpeksi, palpasi, perkusi, askultasi)
 Pemeriksaan abdomen (inpeksi, alultasi, palpasi, perkusi)
 Pemeriksaan genetalia dan rektal
 Pemeriksaan kulit

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan demam saat anak mengalami demam, orang tua harus memperhatikan
aktivitas anaknya secara umum, seperti anak masih bisa bermain, makan dan minum dengan baik, dan
perhatikan buang air kecil anaknya setiap 3-4 jam. Jika anak lebih sering tidur, malas minum
dan buang air kecil semakin jarang, segera bawa anak ke dokter. Pada anak sedang tertidur lelap,
sebaiknya orangtua tidak membangunkan untuk memberi obat penurun panas.Obat penurun
panas harus disimpan di tempat yang aman dan tidak terjangkau oleh anak-anak. Pemberian obat
penurun panas harus diberikan berdasarkan berat badan anak dan diperlukan sendok obat yang
khusus, yang bisa didapatkan dari apotek saat membeli obat tersebut.Penurunan suhu tubuh
dapat dibantu dengan penggunaan obat penurun panas (antipiretik), terapi fisik
(nonfarmakologi) seperti istirahat baring, kompres hangat, dan banyak minum.Penggunaan
obat tradisional dengan produk herbal atau homeopatik belum terbukti secara ilmiah dapat
menurunkan demam, tapi hanya berdasarkan pengalaman semata sehingga perlu dikaji lebih lanjut

G. PENGKAJIAN UNTUK MASALAH PSIKOSOSIAL


1. Pengkajian

a. Identitas Klien: Meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan identitas
penanggung jawab.
b. Keluhan utama (alasan dirawat di rumah sakit)
c. Riwayat kesehatan sekarang
kaji status kesehatan pasien saat dilakukannya pengkajian.
- Faktor yang melatarbelakangi/mendahului/mempengaruhi keluhan
- Sifat terjadinya gejala (mendadak, perlahan, terus menerus / serangan, hilang timbul
atau berhubungan dengan waktu) Lokasi gejala dan sifatnya (menjalar, menyebar,
berpindah atau menetap).
- Berat ringannya keluhan dan perkembangannya apakah menetap atau cenderung
bertambah berkurang.
- Lamanya keluhan berlangsung atau mulai kapan dirasakan Upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasi keluhan.
- Pengobatan perawatan yang telah diperoleh hingga akhirnya
- meminta bantuan ke RS
d. Riwayat kesehatan dahulu (perawatan di rs terakhir): riwayat kesehatan dahulu terutama
yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan suhu. Ataupun riwayat dirawat di rumah
sakit atau pembedahan
e. Riwayat kesehatan keluarga
mengkaji nwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah ada penyakit menular dan
keturunan di keluarga pasien

2. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan Menjelaskan tentang pola yang
dipahami klien tentang kesehatan dan bagaimana kesehatan dikelola kaji persepsi pasien
terhadap penyakitnya, dan penggunaan tembakau, alkohol,alergi, dan obat- obatan yang
dikonsumsi secara bebas atau resep dokter
b. Pola nutrisi/metabolisme: keluhan dalam makan dan minum (seperti mual muntah,
kemampuan mengunyah menelan, dan pola minum)
c. Pola eliminasi:kaji kebiasaan defekasi dan/atau berkemih serta masalah yang dialami. Ada
atautidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, retensi, dan Pola aktivitas/ olahraga
gangguan lainnya. Kaji penggunaan alat bantu.
d. Pola aktivitas/olahraga: Pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yg disebabkan
oleh kondisi kesehatan tertentu atau penggunaan alat bantu yang mempengaruhi.
e. Pola istirahat tidur: kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami
f. Pola kognitif dan perseptif: kaji status mental pasien, kemampuan bicara, ansietas,
ketidaknyamanan, pendengaran dan penglihatan.
g. pola peran hubungan: kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada/tidaknya masalah
keluarga berkenaandengan masalah di rumah sakit.
h. pola seksualitas/reproduksi: kaji adanya masalah seksualitas pasien.
i. Pola koping dan toleransi stres keadaan emosi pasien. hal yang dilakukan jika ada masalah.
dan penggunaan obatuntuk menghilangkan stres.
j. pola keyakinan-nilai : agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap kehidupan. 4

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Suhu tubuh dibawah rentang suhu tubuh normal

4
Bayu Ardiansyah,”Keseimbangan Tubuh”, Studocu , 2022,h. 3-4.
 Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh

I. TINDAKAN KEPERAWATAN

Manajemen Hipertemia

Observasi Terapeutik Edukasi

 Monitor suhu tubuh  Sediakan lingkungan  Anjurkan


 Identifikasi penyebab yang hangat (mis. Atur minum/makan
hipotermia suhu ruangan, inkubator) hangat5
 Monitor tandandan  Ganti pakai dan atau
gejala akibat linen yang basah
hipotermia  Lakukan penghangatan
pasif ( mis. Selimut,
penutup kepala, pakaian
tebal)
 Lakukan penghangatan
Aktif eksternal ( mis.
Ompres air hangat, botol
hangat, selimut hangat,
perawatan metode
kanguru)
 Lakukan penghangatan
Aktif internal (mis, infus
cairan hangat, oksegen
hangat, lavase peritoneal
dengan cairan hangat)

J. EVALUASI

Kriteria Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


hasil menurun meningkat

kemampuan mencari 1 2 3 4 5
informasi tentang
faktor risiko

5
PPNI, “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ” (Cet.II.Jakarta Selatan : DPP PPNI,2018), h.181.
kemampuan 1 2 3 4 5
mengidentifikasi
faktor risiko

Kemampuan 1 2 3 4 5
melalukan strategi
kontrol resiko

Kemampuan 1 2 3 4 5
mengubah perilaku

Komitmen terhadap 1 2 3 4 5
strategi

Kemampuan 1 2 3 4 5
modifikasi gaya hidup

Kemampuan 1 2 3 4 56
menghindari faktor
resiko

6
PPNI, “Standar Luaran Keperawatan Indonesia” (Cet.II.Jakarta Selatan : DPP PPNI,2019), h.60.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I
Jakarta selatan : DPP PPNI

PPNI (2018).standar intervensi keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan keperawatan, Edisi I.
Jakarta Selatan : DPP PPNI

PPNI (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I.
Jakarta selatan : DPP PPNI

https://www.studocu.com/id/document/stikes-notokusumo-yogyakarta/keperawatan/lp-gangguan-
keseimbangan-suhu/28298229

Anda mungkin juga menyukai