Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

YUDI ISMAIL
1018031134

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
2022/2023
A. Pengertian Penyakit
Menurut World Health Organzation (WHO) memperkirakan jumlah kasus
demam di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian
tiap tahunnya (WHO, 2019). Dalam penelitian Setyowati (2017) Jumlah
penderita febris di Indonesia dilaporkan lebih tinggi angka kejadiannya
dibandingkan dengan Negara-negara lainnya yaitu sekitar 80-90% dari seluruh
febris yang dilaporkan adalah febris sederhana. Angka kejadian 2010 di
wilayah Jawa Tengah sekitar 2-5% terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun setiap bulannya (Dinkes, Jawa Tengah., 2018).
Demam adalah suhu tubuh di atas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Gejala-
gejala umum yang muncul biasanya suhu tinggi pada bagian kepala, leher,
maupun seluruh tubuh, sementara tangan dan kaki menggigil (Jaelani, 2007).
Selanjutnya Dinarello & Gelfand (2005) menyatakan bahwa demam
merupakan peningkatan suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus, dengan
suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C.
Demam atau febris merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh mengalami
peningkatan di atas normal. Seseorang dapat dikatakan demam jika suhu
tubuhnya mencapai lebih dari 37,5 C. demam merupakan penyakit yang paling
sering muncul pada penyakit anak-anak. Sebagian besar demam pada anak di
sebabkan oleh infeksi, peradangan dan gangguan metabolic. Hal ini
menyebabkan perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Jika demam tidak segera diatasi dapat menimbulkan efek yang berbahaya pada
anak yaitu dapat menyebabkan dehidrasi, kejang demam sampai kematian.
(Sodikin, 2012).
Berdasarkan paparan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan demam
merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada diatas normal
diatau 37,0°C sebagai akibat peningkatan pusat pengaturan suhu di
hipotalamus yang dapat menyerang sistem tubuh.
B. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
pendarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain, ketelitian pengambilan Riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan
holistic (Nurarif, 2015).
Menurut pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dalam Thobaroni (2015)
bahwa etiologi febris diantaranya:
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunitas.
C. Patofisiologi

Dehidrasi

Tubuh kehilangan cairan

Penurunan cairan
intrasel
Demam
Peningkatan suhu tubuh

Peningkatan evaporasi
Hipertermi

Defisit volume cairan


D. Manifestasi klinik/ tanda dan gejala
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5°C-39,0°C.
2. Kulit kemerahan.
3. Hangat pada sentuhan.
4. Peningkatan frekuensi pernafasan.
5. Menggigil.
6. Dehidrasi.
7. Kehilangan nafsu makan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium.
2. Foto rontgent.
3. USG.
4. Endoskopi atau scanning.
F. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun
kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani demam pada anak :
1. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
 Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama
untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15
mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit
dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat
muncul kembali dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat diberikan
kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan
suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa
pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu
namun untuk menurunkan suhu tubuh. Paracetamol tidak
dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan
kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati
yang sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah
hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada
bayibaru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya
diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan. Efek
samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi,
alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bitnik kemerahan di
kulit karena perdarahan bawah kulit) bronkospasme (penyempitan
saluran napas), hepatotoksik dandapat meningkatkan waktu
perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang masa
sakit).

2. Tindakan non farmakologis


Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
 Memberikan minuman yang banyak
 Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
 Menggunakan pakaian yang tidak tebal
 Memberikan kompres.

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuhdengan menggunakan


cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian
tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan
suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan
kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan
kompres hangat. Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan
kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan
pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016). Kompres
hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses
evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan
Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15
menit dengan temperature air 30-32oC, akan membantu menurunkan
panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses
penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif
karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang
besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai
banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami
vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari
tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).

G. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas anak dan keluarga
1) Identitas anak
 Nama/inisial:
 Tempat/tanggal lahir:
 Usia:
 Jenis kelamin:
 Anak ke/dari:
 Alamat:
 Tanggal pengkajian:
 Diagnose medis:
2) Identitas keluarga (Penanggung jawab)
 Nama ayah/ibu:
 Usia ayah/ibu:
 Pendidikan ayah/ibu:
 Pekerjaan ayah ibu:
 Pendidikan ayah/ibu:
 Agama ayah/ibu:
 Suku bangsa ayah/ibu:
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit saat ini:
 Medis:
 Pembedahan:
 Alergi:
 Riwayat reproduksi:
 Pre natal
- Usia saat ibu hamil:
- Usia gestasi:
- GPA:
- Frekuensi ANC:
- Keluhan saat hamil:
- Jamu/obat yang digunakan:
- Kebiasaan selama hamil:
 Intra natal
- Jenis persalinan: Normal/SC
- Indikasi tindakan partus:
- Tempat persalinan: RS/Rumah bersalin/Rumah
- Penolong persalinan: Bidan/Dokter OB/Paraji
- Penyulit persalinan: Ada/Tidak
 Post natal
- APGAR score:
- PB dan BB:
- LK dan LD:
- Mekonium dalam 24 jam: ya/tidak
- Urinasi dalam 24 jam: ya/tidak
- Lama pemberian asi ekslusif:
- Usia diberikan PMT:
- Masalah pada bayi:
 Riwayat keluarga
d. Konservasi energi
 Nutrisi
- Minum
- BB/TB
- LILA
- Kulit
 Eliminasi
- BAK
- BAB
- AnoGenitalia
 Istirahat dan tidur
 Aktivitas bermain, olahraga dan rekreasi
 Kebersihan diri

e. Konservasi intergritas structural

 Pertahanan tubuh
Imunisasi lengkap/tidak lengkap

No. Jenis imunisasi Waktu pemberian


1 BCG
2 Hepatitis B 1,2,3
3 DPT 1,2,3
4 Polio 1,2,3,4
5 Campak

 Struktur fisik
1) Penampilan umum
Tingkat kesadaran: GCS
Postur tubuh:
2) Pengukuran antropometri
LD: cm
LK: cm
PB: cm
BB: kg
3) Pengkajian tanda-tanda viral
Tekanan darah: mmHg
Suhu: °C
Nadi: /menit
Resspirasi: /menit
4) Struktur fisik
 Kepala
 Rambut
 Leher
 Mulut dan faring
 Mata
 Hidung
 Telinga
 Toraks, jantung dan paru
 Payudara dan aksila
 Abdomen
 Ekstermitas
 Genitalia

f. Konservasi intergritas personal

 Tempramen
 Respon hospital
 Menyatakan keinginan
 Mengatasi masalah
 Kemampuan menyelesaikan tugas
 Keyakinan untuk sembuh
 Riwayat perkembangan ( kemandirian dan bergaul, kemampuan
motoric halus, motoric kasar, kemampuan bahasa)

g. Konservasi intergritas sosial (pengasuh, hubungan dengan keluarga,


saudara kandung, hubungan dengan teman, lingkungan rumah dan
pembambilan keputusan.

h. Pemeriksaan diagnostik

i. Terapi yang diperoleh

2. Diagnosis Keperawatan

No Data Etiologi Diagnosis


.
1 DS: Hipertermi
Dehidrasi
 Orang tua pasien b.d
mengatakan demam Tubuh Dehidrasi
sudah 2 hari tidak kehilangan (SDKI hal.282)
turun-turun. cairan

DO:
Penurunan
 Suhu tubuh lebih
cairan
dari 37,8°C oral intrasel
atau 38,8°C rektal.
 Kulit terasa hangat. Peningkatan suhu

 Kulit merah. tubuh

Hipertermia
2 DS: Resiko
Dehidrasi
 Orang tua pasien Hipovolemia
mengatakan demam b.d
Tubuh Kekurangan
sudah 2 hari tidak
kehilangan
turun-turun. cairan intake cairan,
 Orang tua pasien evaporasi,
mengatakan Penurunan cairan peningkatan
kurangnya minum intrasel suhu tubuh
karena sedang (SDKI hal.85)
mengikuti kegiatan Peningkatan suhu
pramuka yang tubuh
dilaksanakan diluar
gedung sekolah. Demam
Jadi kurang
pengawasan dari
orang tua. Peningkatan

DO: evaporasi

 Suhu tubuh lebih


Defisit volume
dari 37,8°C oral
cairan
atau 38,8°C rektal.
 Kulit terasa hangat.
 Kulit merah.

3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosis keperawatan Outcome Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Hipertermi b.d Dehidrasi Setelah dilakukan Manajemen
(SDKI hal.282) intervensi selama hipertermia
1x24 jam maka hal.179
Termoregulasi Observasi:
membaik hal.129  Identifikasi
dengan kriteria penyebab
hasil: hipertermia(dehi
 Suhu tubuh drasi, terpapar
membaik. lingkungan
 Menggigil panas).
menurun.  Monitor suhu
 Kulit merah tubuh.
menurun. Terapeutik:
 Suhu kulit  Longgarkan
membaik. atau lepaskan
pakaian.
 Sediakan
lingkungan
yang dingin.
 Berikan cairan
oral.
 Lakukan
pendinginan
eksternal(kompr
es dingin pada
dahi,leher,dada,
abdomen,aksila)
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika
perlu.
2 Resiko Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen
Kekurangan intake cairan, intervensi selama hipovolemia
evaporasi, peningkatan 1x24 jam maka hal.183
suhu tubuh (SDKI hal.85) Status cairan Observasi:
membaik hal.107  Periksa tanda
dengan kriteria dan gejala
hasil: hipovolemia(na
 Suhu tubuh di teraba
membaik. lemah,frekuensi
 Intake nadi meningkat,
cairan turgor kulit
membaik. menurun,lemah)
 Turgor kulit  Monitor intake
meningkat. dan output
cairan.
Terapeutik:
 Berikan asupan
cairan oral.
 Berikan cairan
IV isotonis
(NaCl, RL)
untuk rehidrasi
cairan
ekstraseluler.
Daftar Referensi

Wayan Artana, I Putu Dedy Arjita (2012). Pengaruh Bawang Merah


Terhadap Suhu Tubuh Anak Usia Toddler Yang Mengalami Febris Di
Puskesmas Pembantu Tegal Maja Kabupaten Lombok Utara. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Al-Azhar Mataram.

Retno Twistiandayani, Hesty Rumia Wintari. (2022). The Effectiveness


Of Onion CompresseS In Nursing Care With Hyperthermic Patients In
Wijaya Kusuma, Kardinah Regional General HospitaL, Tegal. Jurusan
Keperawatan, Universitas Harapan Bangsa, kembaran, Purwokerto,
53182.

Retno Twistiandayani, Hesty Rumia Wintari (2017). Hubungan Kadar


Hemoglobin Dan Leukosit Dengan Kejadian Febris (Demam) Pada
Anak Usia 6-12 Tahun. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Gresik.

Ilham Apri Asyurra (2021). Asuhan Keperawatan Pemenuhan


Kebutuhan Keamanan Dan Proteksi Dengan Manajemen Hipertermia :
Terapi Tepid Sponge Pada Anak Demam. Di Puskesmas Wilayah Kerja
Betungan Kota Bengkulu Tahun 2021.

M. Azmi yahya (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q


Dengan Febris Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar
Bukittinnggi Tahun 2018. Program Studi D Iii Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang Tahun 2018.

Rosela 2 (Irna Medik) (2022). Flyer Edukasi Penatalaksanaan Febris


(Demam) . Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Dr.
Soetomo 2022.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI) Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI) Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI) Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai