Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH :

Diki Prabowo Putro


SN211037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

2022
LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS
PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh. Demam terjadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakitautoimun,
keganasan , ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2017). Demam
merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besardemam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas(termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam
dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkinberperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam
membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak
disebabkan oleh virus, dan anak sembuh tampa terapi spesisfik. Namun
infeksi bakteri serius seperti meningitis, sepsis, osteomilitis, srtritis spesis,
infeksi traktus urinarius, pneumonia, endokarditis, gastroenteritis dapat mula
– mula muncul sebagai demam tampa tanda yang menunjuk pada suatu
lokasi. Tantangan bagi klinis adalah melakukan penatalaksanaan adekuat
semua anak dengan infeksi bakteri serius, tanpa melakukan pengobatan
berlebihan terhadap mayoritas luas anak yang menderita infeksi virus.
Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan dimana seseorang yang
mengalami atau beresiko kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari
batas normal suhu tubuh yaitu < 37,5 °C, dan demam juga dapat berperan
penting terhadap peningkatan perkembangan imunitas dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi, demam dapat terjadi karena
berbagai proses infeksi dan non infeksi yang berinteraksi dengan hospes.
2. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan
riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan
penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjanglain secara
tepat dan holistic (Nurarif, 2018).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam
Thabarani, 2018).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul
demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai
demam. Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
dalam Thobaroni (2018) bahwa etiologi febris, diantaranya : Suhu
lingkungan, Adanya infeksi, Pneumonia, Malaria, Otitis media, Imunisasi
3. Manifestasi Klinik
Menurut Nurarif (2018) tanda gejala terjadinya febris adalah
a. Anak rewel (suhu lebih dari 37,5 °C - 39°C)
b. Kulit memerah
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernafasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan

4. Komplikasi
Menurut Nurarif (2018) komplikasi dari demam adalah
a. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, serangan dalam 24 pertama
umumnya sebentar tidak berulang, kejang demam ini tidak
membahayakan otak.
5. Patofisiologi dan Pathway
Menurut Sodikin (2017) pathofisiologi demam adalah
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi fan non infeksi berinteraksi
dengan pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau
pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag serta limfosit
pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar, seluruh sel ini
kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat
interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/ pirogen enderogen)
Pada saat interleukin-1 sudah sampai kehipotalamus akan menimbulkan
demam dengan cara meningkatkan temperatur suhu tubuh dalam waktu 8-10
menit. Interleukin-1 juga memiliki kemampuan untuk menginduksi
pembentukan prostaglandin ataupun zat yang memiliki
kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja dibagian hipotalamus untuk
membangkitkan reaksi demam. Kekurangan cairan dan elektrolit dapat
mengakibatkan demam karena cairan dan elektrolit ini mempengaruhi
keseimbangan termogulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi
dehidrasi atau kekurangan cairan maka keseimbang termogulasi di
hipotalamus anterior mengalami gangguan.
(Sumber : Sodikin, 2017)
6. Penatalaksanaan (Medis Dan Keperawatan)
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penatalaksanaan medis antara lain
pemberian :
a. Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama
untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg
BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada
2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4
jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis
sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas
bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu
namun untuk menurunkan suhu tubuh. Paracetamol tidak dianjurkan
diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan kenyamanan. Bayi baru lahir
umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara efek
samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu,
peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko
infeksi umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi
berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena
perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas),
hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti
pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila
alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak
antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai
dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam
dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat
dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah,
nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh,
dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma
serta gagal ginjal.
Menurut Nurarif, 2018 penatalaksanaan keperawatannyan antara lain :
a. Memberikan minuman yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin
pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk
menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2017).
Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.
Pada penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk
yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian
tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan
suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016). Kompres hangat yang
diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses evaporasi atau
penguapan panas tubuh (Dewi, 2016).
Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan
selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperatur air 30-32oC, akan
membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori
kulit melalui proses penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah
aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat
pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin
yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan
percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali
lipat lebih banyak (Ayu, 2017).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (Nurafif, 2018)
a. Riwayat
1) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala
lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan,
eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
2) Riwayat masa lampau
a) Prenatal (keluhan saat hamil, ANC dimana, nutrisi,
fultrm/pre/postmatur, kesehatan saat hamil, Obat yang di minum )
b) Natal ( tindakan persalinan, obat-obatan, tempat persalinan )
c) Postnatal ( kondisi kesehatan, APSGAR Scor, BBL, PBL )
a), b), c) ditanyakan pada pasien yang masih kecil !
d) Penyakit waktu kecil (diagnosa, Gejala, penanganan)
e) Pernah dirawat dirumah sakit (penyakit yang diderita, lama
perawatan)
f) Obat-obatan yang digunakan (pernah/sedang digunakan, Jenis,
dosis, alasan pemakaian)
g) Alergi ( pernah mengalami alergi makanan, sejak kapan, debu, dll )
h) Kecelakaan ( jenis kecelakan, akibat, tindakan )
i) Imunisasi ( dirinci apa saja yang pernah didapat )
3) Riwayat Keluarga ( GENOGRAM )
(Gambar dengan simbol dan 3 keturunan)
4) Riwayat sosial
a) Yang mengasuh dan alasannya
b) Pembawaan secara umum (periang pemalu, pendiam, kebiasaan
lain : menghisap jari)
c) Lingkungan rumah ( berhubungan dengan kebersihan rumah,
ventilasi )

b. Pola Gordon
1) Persepsi kesehatan dan pola management kesehatan
Status kesehatan anak sejak lahir, pemeriksaan kesehatan secara rutin,
imunisasi, apakah orang tua merokok, keluarga punya simpanan obat?
2) Nutrisi – Pola metabolisme
Diberi ASI / PASI, jumlah, kekuatan menghisap, selera makan,
makanan yang disukai / tidak disukai, makanan tambahan, vitamin,
kebiasaan makan. Alat, BBL, BB saat ini
3) Pola Eliminasi
Pola defekasi dan eliminasi ( frekuensi, kebiasaan ), mengganti pakaian
/ popok
4) Aktifitas – Pola latihan
Mandi ( kapan, bagaimana, menggunakan sabun / tidak ), kebersihan
pakaian, aktivitas sehari-hari, kemampuan mandiri ( mandi, makan,
toilet, berpakaian )
5) Pola Istirahat – Tidur
Perkiraan jam, posisi tidur anak, gerakan tubuh, mampu bk, nocturia.
6) Pola Kognitif – Persepsi
Respon bersuara, sentuhan, kemampuan anak untuk ungkapkan lapar,
haus, dll.
7) Persepsi Diri – Pola Konsep Diri
Status mood ( irritable ), banyak teman / tidak.
8) Pola Peran – Hubungan
Struktur keluarga, masalah dalam keluarga, interaksi dengan keluarga,
respon anak dengan perpisahan.
9) Seksualitas
Perasaan sebagai laki-laki / perempuan ?
10) Koping – Pola Toleransi Stress
Penyebab stress anak, penanganannya ?
11) Nilai – Pola Keyakinan
Perkembangan moral anak, keyakinan agama
c. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran
Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta
tinggi badan
2) Tanda – tanda vital
Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x
3) TB / BB : cek tinggi badan dan berat badan untuk mentukan kualitas
gizi
4) Lingkar kepala : ukur lingkar kepala anak, kebersihan dan bentuk
5) Mata : terlihat cekung atau tidak, terlihat anemis atau tidak
6) Hidung : lihat bentuk, kebersihan, fungsi pengindraan adanya polip
atau tidak
7) Mulut : lihat bentuk, kebersihan, fungsi pengecapan, lihat warna lidah
jumlah gigi, mukosa bibir kering
8) Telingan : lihat bentuk, kebersihan, fungsi pendengaran, adanya
nyeri tekan atau tidak,
9) Tengkuk : lihat bentuk, adanya jejas atau tidak,
10) Dada : Biasa pernafasan cepat dan dalam,
11) Jantung : Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
12) Paru – paru : pernafasan lebih cepat dan dalam
13) Perut : abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan bising
usus bising usus normal pada bayi 3 – 5 x i.
14) Punggung : lihat bentuk, adanya jejas atau tidak
15) Genetalia : lihat kebersihan
16) Ekstermitas : lihat adanya kelainan atau tidak
17) Kulit : lihat kedaan turgor kulit
d. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik/ Laboratorium)
Biasanaya dilakukan pemeriksaan laboraturium urine, feses, darah, dan
biasanya leukosit nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun.

2. Diagnosis Keperawatan (SDKI,2017)


1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) dibuktikan
dengan suhu tubuh di atas nilai normal, takikardi, kulit terasa hangat
(D.0130)
2) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektif , sputum berlebih, ronkhi
(D.0149)
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (stress, keengganan
untuk makan) dibuktikan dengan nafsu makan menurun, membrane
mukosa pucat (D.0019)
3. Perencanaan Keperawatan (Tujuan, kriteria hasil, dan tindakan keperawatan
menggunakan pendekatan SLKI dan SDKI, 2017)
Tujuan Dan Kriteria
Intervensi
No Diagnosa hasil,
(SIKI)
(SLKI)
1. Hipertermia Setelah di lakukan Manajemen hipertermia
tindakan (I.15506)
keperawatan selama ➢ Identifikasi penyebab
…X.. jam masalah hipetermia (mis
hipertermi teratasi dehidrasi)
dengan kriteria hasil ➢ Monitor suhu tubuh
Termogulasi ➢ Monitor keluaran
(L.14134) urine
➢ Takikardi ➢ Longgarkan atau
menurun lepaskan pakaian
➢ Suhu tubuh ➢ Lakukan pendinginan
membaik ekstremitas (kompres
➢ Suhu kulit dingin pada dahi,
membaik leher dada, abdomen
aksilia )
➢ Berikan cairan oral
➢ Kolaborasikan
pemberian cairan dan
elektrolit intravena
jika perlu
2. Bersihan Jalan Setelah di lakukan Manajemen Jalan Napas
Nafas Tidak Efektif tindakan (I.01011)
keperawatan selama ➢ Monitor pola napas
…X.. jam masalah (frekuensi,
bersihan jalan nafas kedalaman, usaha
tidak efektif teratasi nafas)
dengan kriteria hasil ➢ Monitor bunyi nafas
Bersihan Jalan Nafas tambahan (gurgling,
(L.01001) mengi, wheezing,
➢ Produksi sputum ronkhi kering)
menurun ➢ Monitor sputum
➢ Tidak ada suara (jumlah, warna,
tambahan aroma)
➢ Berikan minum
hangat
➢ Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
➢ Ajarkan batuk efektif
➢ Kolaborasikan
pemberian
bronkodilator,
mukolitik jika perlu
3. Defisit nutrisi Setelah di lakukan Manajemen Nutrisi
tindakan (I.03119)
keperawatan selama ➢ Identifikasi status
…X.. jam masalah nutrisi
Defisit nutrisi dapat ➢ Identifikasi
teratasi dengan kebutuhan kalori dan
kriteria hasil Status jenis nutrient
Nutrisi (L.03030) ➢ Monitor asupan
➢ Nafsu makan makanan
bertambah ➢ Monitor berat badan
➢ Membrane ➢ Berikan makanan
mukosa baik tinggi serat untuk
➢ Berat badan mencegah konstipasi
normal ➢ Berikan makanan
tinggi kalori dantinggi
protein
➢ Ajarkan diet yang
diprogramkan
➢ Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
Dibutuhkan

4. Evaluasi Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan
suhu tubuh di atas nilai normal, takikardi, kulit terasa hangat
S : Pasien mengatakan sudah tidak panas lagi, suhu tubuh normal, nadi
tidak cepat
O : Suhu tubuh pasien normal, tidak terjadi takikardi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
b. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan dibuktikan dengan batuk tidak efektid, sputum tertahan
S : Pasien mengatakan sudah tidak batuk dan dahak bisa keluar
O : Pasien tidak batuk
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (stress, keengganan
untuk makan) dibuktikan dengan nafsu makan menurun, membrane mukosa
pucat
S : Pasien mengatakan sudah mau makan dan berat badan sudah naik
O : Membrane mukosa pasien tampak baik
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti Wardiyah. et. Al. (2016) Tentang : Perbandingan Efektifitas Pemberian


Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
Anak Yang Mengalami Demam Di Ruang Alamanda RSU Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung, jurnal keperawatan muhamadiyah

Ayu, E.I. (2017). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. Jurnal Ners dan Kebidanan vol 3 No.1, 10-14. Diakses dari
www.researchgate.net pada 9 Januari 2018

Dewi, A.K. (2016). Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Hangat.
Dengan Tepid Sponge Bath pada Anak Demam. Jurnal keperawatan.

Guyton, A. C., Hall, J. E., (2018). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC, 1022

Hartini, Sri, Pertiwi, P.P. (2017). Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1 - 3 Tahun Di SMC RS
Telogorejo Semarang. Jurnal Keperawatan. Diakses dari
ejournal.stikestelogorejo.ac.id pada 5 Juli 2018

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2018). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction

PPNI (2017). Standar diagnosa keperawatan Indonesia definisi dan indikator


diagnostik edisi 3. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2017). Standar Intervensi keperawatan Indonesia definisi dan tindakan


keperawatan edisi 3. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2017). Standar luaran keperawatan Indonesia definisi dan kriteria hasil
keperawatan edisi 3. Jakarta : DPP PPNI

Sodikin.2019.Prinsip Perawatan Demam Pada Anak.Yogyakarta:Pustaka


Pelajar

Anda mungkin juga menyukai