OLEH:
WIDI LESTARI
2216089
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
OBS FEBRIS
A. Pengertian
OBS Febris atau observasi febris merupakan istilah yang lebih dikenal
demam di masyarakat awam. Demam didefinisikan sebagai peningkatan suhu
tubuh diatas 37,5ºc. Demam dapat membaik, namun dari sejumlah kasus demam
merupakan tanda dari suatu penyakit serius, apabila demam tidak langsung
ditangani dapat menyebabkan kematian [CITATION Asm \l 1033 ]. Suhu normal yaitu
36,10C-37,20C. Observasi febris atau demam merupakan penyakit infeksi yang
termasuk kedalam 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit terutama di Indonesia.
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi [ CITATION Mus15 \l 1033 ].
B. Etiologi / Penyebab
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat [ CITATION Pra19 \l
1033 ]. Sedangkan menurut [ CITATION Tho15 \l 1033 ] bahwa etiologi febris
diantaranya :
a. Suhu lingkungan
b. Adanya infeksi
c. Pneumonia
d. Malaria
e. Otitis media
f. Imunisasi
C. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi
ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak
disertai peningkatan set point. Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan
tubuh (respon imun) terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam
tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.
Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogenendogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi
oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(non infeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas
dihipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan
asamarakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ).
Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi
ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T)
untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh [ CITATION Doe13 \l 1033 ].
D. Manisfestasi Kelinis
Menurut [CITATION Nur15 \l 1033 ] tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Menurut [ CITATION Les16 \l 1033 ] tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
a. Demam
b. Gangguan saluran pencernaan
c. Gangguan kesadaran
d. Relaps (kambuh)
E. Komplikasi
Menurut [ CITATION Nur15 \l 1033 ] komplikasi dari demam adalah:
a. Dehidrasi: demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam: jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama
demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga
tidak membahayakan otak.
c. Takikardi
F. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk
digunakanseperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa
uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar
tembus rutin, dalam tahap ini melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai
juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau
limfangiografi.
G. Penatalaksanaan
Menurut [ CITATION War16 \l 1033 ] penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun
kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
demam pada anak:
a. Tindakan farmakologis Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu
memberikan antipiretik berupa:
1. Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan
menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam
setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis
sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 0C, sehingga jelas
bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun
untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena
alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati
yang sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik
atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang
bugar (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor
lingkungan atau kurang cairan. Efek samping parasetamol antara lain:
muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik
kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme
(penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu
perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit).
2. Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila
alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak
antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai
dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam
dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari
parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri
perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan
gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta
gagal ginjal.
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan
seperti [ CITATION Nur15 \l 1033 ]:
1. Memberikan minuman yang banyak
2. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4. Memberikan kompres. Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh
dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.
Kompres merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh [ CITATION
War16 \l 1033 ] Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.
Pada penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat. Kompres
hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh.
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses
evaporasi atau penguapan panas tubuh. Penggunaan Kompres hangat di lipatan
ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan 18 temperature
air 30-32 0C, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar
lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada
daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak
terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga
akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga
delapan kali lipat lebih banyak [ CITATION War16 \l 1033 ].
H. Pengkajian Fokus Keperawatan [ CITATION Mul17 \l 1033 ].
Pengkajian
1 Identitas pasien a. Nama
. b. Tanggal lahir
c. Usia
d. Nama orang tua
e. Pekerjaan orang tua
f. Pendidikan orang tua
g. Alamat
h. Agama
i. Suku/bangsa
2 Keluhan Utama
.
3 Riwayat Penyakit Sekarang
.
4 Riwayat kesehatan dahulu a. Penyakit saat kecil
. b. Riwayat masuk rumah sakit
c. Obat-obatan yang digunakan
d. Tindakan operasi
e. Kecelakaan
f. Imunisasi
g. Riwayat kesehatan keluarga
h. Riwayat sosial
5 Pengkajian nutrisi a. Berat badan
. b. Tinggi badan
c. Kebiasaan pemberian makanan
d. Diet khusus
6 Pola sehari-hari a. Pola istirahat/tidur
. b. Pola kebersihan
c. Pola aktivitas/bermain
d. Pola eliminasi
7 Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum
. b. Pengukuran antropometri
c. Pengkuruan TTV
d. Kepala
e. Mata
f. Hidung
g. Mulut
h. Telinga
i. Dada
j. Abdomen
k. Ekstremitas
l. Kulit
m. Data penunjang
8 Ringkasan riwayat penyakit
.
DAFTAR PUSTAKA
Asmaawanti, & sugihartono, c. t. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tepid
Sponge Pada Ibu Terhadap Penanganan Demam Pada Balita Dengan
Diagnosi Observasi Febris Di Ruang Ade Irma Suryani Lantai 1 Rsud
Sekarwangi Kabupaten Sukabumi. Jurnal Kampus Stikes Ypib Majalengka
Volume Vii No. 14, 72.
Lestari, & Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prabowo, y. A., Sijabat, H., & Yuwanto, F. (2019). Profil Penyakit Malaria Pada
Rumah Sakit Tk.IV TNI AD Bandar Lampung. JK Unila, vol 3 No. 1, 88.
B. RIWAYAT KESEHATAN
Alasan masuk Puskemas:
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 11 Agustus 2020 dengan keluhan
demam sudah 2 hari, suhu 38.4ºc, keluarga mengatakan muntah 1x, tidak
nafsu makan, BB menurun 1kg, terlihat lemas, bibir pucat, turgor kulit kurang
elastis, akral hangat, nadi 110 x/menit, dan pernapasan 28 x/menit.
Keluhan utama saat ini:
Genogram
1 3 An A 5
2
= laki-laki meninggal
= tinggal 1 rumah
Penyakit keturunan:
DM
Asma
Hipertensi
Jantung
Lain:
Riwayat kecelakaan atau pembedahan sebelumnya : Tidak ada
Biokimia
Diet:
a. Pola makan sebelum dirawat : Normal
b. Ada larangan/pantangan makanan: Tidak. Sebutkan: -
c. Penggunaan suplemen makanan: Tidak
d. Kehilangan nafsu makan : Ya
e. Mual/Muntah : Ya
f. Alergi makanan : Tidak
g. Dada serasa terbakar sesaat setelah makan: Tidak
h. Masalah dalam menelan : Tidak
i. Gigi Palsu : Tidak
j. Penggunaan diuretic : Tidak
k. Pola makan selama sakit/dirawat: 3x/sehari; waktu: pagi, siang,
malam/sore.
l. Kebutuhan cairan selama sakit: 570cc
m. Balance cairan selama 24 jam
Intake Output Balance cairan
Makan + minum: 6 sendok Urine: 350cc Input – output :
dalam sekali makan untuk IWL : 130cc 570-580cc
makan dalam 1 hari 3x (1 Feses: 100cc
sendok: 15cc)
18x15=270
Minum setengah gelas
100cc minum 3 kali sehari
3x100=300
4. Sistem Neurosensori
Merasa pusing/mau pingsan : Tidak
Sakit kepala : Tidak,
Keram : Tidak, Lokasi: -
Riwayat stroke : Tidak,
Kejang : Tidak,
Kehilangan daya penglihatan : Tidak,
Glaukoma : Tidak; Katarak: Tidak; Alat bantu pengelihatan: Tidak,
Kehilangan daya pendengaran : Tidak
Alat bantu dengar : Tidak
Pengecap : normal
Pengidu : normal
Peraba : normal
Status mental : normal, jika ada perubahan: -
Orientasi: Waktu: Normal, Tempat: Normal, Orang: Normal, Situasi:
Normal
Tingkat kesadaran :
GCS : E 4 M 5 V6 Total: 15
Afek (gambarkan) : tidak ada
Memori : saat ini normal; masa lalu: normal
Pupil : isokor; reaksi cahaya: R normal/L normal
Facial droop : Tidak,
Postur tubuh : normal
Reflek tendon : normal
Paralisis : Tidak
Nyeri : Tidak
5. Sistem Muskuloskeletal
Kegiatan utama sebelum sakit : Sekolah
Kegiatan senggang : mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan
Kondisi keterbatasan : Tidak ada
Tidur malam: Ya, Tidur siang: Ya
Kesulitan untuk tidur: Tidak, Insomnia: Tidak
Sulit bangun tidur: Tidak
Perasaan tidak tenang saat bangun tidur: Tidak,
Rentang gerak : normal
Kekuatan otot : normal
Postur : normal
Gaya Berjalan : tidak diminta untuk berjalan.
Kemampuan ADL’s
(Menggunakan kode 3 = independen, 2 = butuh bantuan, 1 =
dependen (bisa melakukan sendiri))
1 2 3
Buang air besar √
Buang air kecil √
Menggunakan toilet √
Berdandan √
Makan √
Berpakaian √
Berpindah tempat √
Mobilisasi √
Naik tangga √
Mandi √
6. Sistem Integumen
Riwayat alergi : Tidak memiliki riwayat alergi
Riwayat imunisasi : BCG, DPT, Polio, dan Campak
Perubahan sistem imun : Iya
Transfusi darah : Tidak
Temperatur kulit : 38,4ºc
Integritas kulit: bagus; Scar: Tidak, Rash: Tidak, Laserasi: tidak,
Ulcer : Tidak,
Luka bakar : Tidak,
Lain – lain :-
7. Sistem Eliminasi
Fecal
a. Frekuensi BAB: kadang-kadang 1x/hari dan jarang.
√Konstipasi
Diare
b. Karakteristik feses
Konsistensi : Lembek
Warna : Berwarna kekuningan.
Bau : BAB berbau khas feses
c. Penggunaan laxative : tidak,
d. Perdarahan per anus : Tidak
e. Hemoroid : Tidak,
Bladder
a. Inkotinensia : Tidak,
b. Urgensi : tidak
c. Retensi urin : Tidak
d. Frekuensi BAK : 1 /hari
e. Karakteristik Urin : berwarna agak kekuningan
f. Volume urin : sedikit
g. Nyeri/kesulitan terbakar/kesulitan BAK: tidak ada kesulitan
h. Riwayat penyakit ginjal: Tidak
8. Sistem Reproduksi
Keluhan sistem reproduksi : tidak ada
Akseptor KB : Tidak
Kegiatan sexual teratur : Tidak (belum menikah)
Perempuan:
a. Usia menarche :-
b. Durasi menstruasi :-
c. Periode menstruasi :-
d. Waktu menstruasi terakhir : -
e. Hamil : Tidak
f. Perdarahan diantara waktu mestruasi : Tidak
g. Menopouse : Belum
h. Pemeriksaan payudara sendiri: Tidak pernah
i. Pemeriksaan lain : tidak ada
j. Terapi hormonal : Tidak,
Lain – lain : tidak ada
D. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Nilai / Kepercayaan
Agama yang dianut : islam
Kegiatan keagamaan yang di jalani : sholat dan mengaji
2. Koping / stress
Pasien merasa stres : Tidak
Faktor penyebab stres : -
Cara mengatasi permasalahan : -
Status emosional : -
3. Hubungan
Tinggal dengan : Orang tua
4. Persepsi Diri
Yang dirasakan terkait hospitalisasi: pasien mengatakan rumah sakit bagus
untuk pelayanannya.
Do:
DIAGNOSIS KEPERAWATAN