Anda di halaman 1dari 13

A.

PENGERTIAN
1. Definisi Febris
Demam atau febris adalah kenaikan suhu tubuh yang ditandai oleh
kenaikan titik ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi/pengatur
panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal
dari reseptor neuronal perifer dingin dan panas (Arvin, 2008). Demam terjadi
bila berbagai proses infeksi dan non-infeksi berintraksi dengan mekanisme
pertahanan hospes. Demam pada kebanyakan anak disebabkan oleh agen
mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam menghilang sesudah masa yang
pendek (Arvin, 2008).
Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai bagian
tubuh sebagai berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu oral/mulut diatas
37,8°C, suhu rektal/anus diatas 38,0°C, suhu dahi diatas 38,0°C, suhu di
membran telinga diatas 38,0°C. Sedangkan dikatakan demam tinggi apabila
suhu tubuh diatas 39,5°C dan hiperpireksia bila suhu diatas 41,1°C (Bahren, et
al., 2014).

2. Klasifikasi Demam
Empat jenis demam menurut Kozier, Erb, Berman dan Snyder tahun 2010:
a. Demam Intermiten
Suhu tubuh berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara periode demam
dan periode normal secara abnormal. Suhu badan turun menjadi normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam terjadi dua hari sekali
disebut tertiana dan apabila terjadi 2 hari bebas demam diantara 2 serangan
demam disebut kuartana.
b. Demam Remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah mencapai normal.
Perbedaan suhu mungkin mencapai 2 derajat namun perbedaannya tidak
sebesar demam septik.
c. Demam Kambuhan

1
Masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan periode
suhunormal selama 1-2 hari.
d. Demam Konstan
Suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada diatas suhu normal.
e. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat
yang normal dinamakan juga demam hektik.
f. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula

B. ETIOLOGI
Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam
berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan pharingitis).
b. Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya penyakit
autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri).
c. Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara
terlalu panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari.
Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang anak adalah
demam akibat infeksi virus maupun bakteri.

C. PATOFISIOLOGI
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh
dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang

2
berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen)
yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi
imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa
protein, pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang
dilepas oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh
menyebabkan demam selama keadaan sakit (Wong, 2009).
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis
oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula
besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam
cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit (Wong, 2009).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor)
yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di
hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam
arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ).
Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat.
Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang
tinggi ini akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel
limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan
antibodi atau sistem kekebalan tubuh (Wong, 2009).

3
D. MANISFESTASI KLINIS
Pada saat terjadi demam, menurut Febry & Marendra (2010) gejala klinis yang
timbul bervariasi tergantung pada fase demam meliputi:
a. Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
1) Peningkatan denyut jantung
2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3) Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
4) Peningkatan suhu tubuh
5) Pengeluaran keringat berlebih
6) Rambut pada kulit berdiri
7) Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
b. Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
1) Proses mengigil lenyap
2) Kulit terasa hangat / panas
3) Merasa tidak panas / dingin
4) Peningkatan nadi
5) Peningkatan rasa haus
6) Dehidrasi
7) Kelemahan
8) Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
9) Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
c. Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
1) Kulit tampak merah dan hangat
2) Berkeringat
3) Mengigil ringan
4) Kemungkinan mengalami dehidrasi

4
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik : vital sign
b. Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur darah,
LED, anti dengue IgG dan IgM
c. SGOT/SGPT : mendeteksi adanya gangguan fungsi hati
d. Uji widal : mendeteksi adanya infeksi yang disebabkan oleh
salmonella thypi

F. PENATALAKSANAAN
Secara Fisik
1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal.
2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal.
3) Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat.
4) Memberikan kompres.
Berikut ini cara mengkompres yang benar :
a) Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es
b) Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang
telah dibasahi air hangat
c) Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
d) Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya
dengan air hangat
e) Obat- obat Antipiretik
1) Parasetamol (Asetaminofen)
Parasetamol (Asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan efek
antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Parasetamol
merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek analgesik
parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung
tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan
keseimbangan asam basa. Efek anti inflamasi dan reaksi alergi

5
parasetamol hampir tidak ada. Dosis terapeutik antara 10-15
mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mg/kgBB/hari. Pada umumnya dosis ini dapat ditoleransi dengan baik.
Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar. Pemberian parasetamol dapat secara per oral maupun rektal
(Wimana & Gan, 2007).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan turunan asam propionat yang berkhasiat sebagai
antiinflamasi, analgetik, dan antipiretik. Efek analgesiknya sama seperti
aspirin, sedangkan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek samping
yang timbul berupa mual, perut kembung, dan perdarahan, tetapi lebih jarang
dibandingkan aspirin. Efek samping hematologis yang berat meliputi
agranulositosis dan anemia aplastik. Efek lainnya seperti eritema kulit, sakit
kepala, dan trombositopenia jarang terjadi. Efek terhadap ginjal berupa gagal
ginjal akut, terutama bila dikombinasikan dengan asetaminofen. Dosis
terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam (Wimana & Gan,
2007).
3) Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat sering digunakan sebagai analgesik,
antipiretik, dan antiinflamasi. Aspirin tidak direkomendasikan pada anak <16
tahun karena terbukti meningkatkan risiko Sindroma Reye. Aspirin juga tidak
dianjurkan untuk demam ringan karena memiliki efek samping merangsang
lambung dan perdarahan usus. Efek samping lain, seperti rasa tidak enak di
perut, mual, dan perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan bila
dosis per hari tidak lebih dari 325 mg. Pengobatan pada anak dengan cara
memberikan obat penurun panas pada anak dilakukan apabila suhu tubuh
mencapai 38°C atau lebih, anak dengan riwayat pernah kejang demam harus
diberikan obat penurun panas secepatnya walaupun suhu tubuh baru
mencapai 37,5°C (Wimana & Gan, 2007).

6
G. KOMPLIKASI
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:
a. Takikardi
b. Sufisiensi Jantung
c. Sufisiensi Pulmonal
d. Kejang Demam

H. PENGKAJIAN FOKUS
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Orang yang menderita observasi febris biasanya emngeluh suhu badannya
naik (panas), keluar banyak keringat, batuk-batuk dan tidak nafsu makan
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya didapatkan peningkatan suhu tubuh diatas 37,5 0C atau ada
masalah psikologis (rasa takut dan cemas terhadap penyakitnya)
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Umumnya dikaitkan dengan riwayat medis yang berhubungan dengan
penyakit febris
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam susunan keluarga adalah riwayat febris yang pernah diderita atau
penyakit turunan dan menular yang pernah diderita pada anggota keluarga.
4) Pola – pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup ssehat
Umumnya pada pola ini penderita penyakit febris mengalami
perubahan dalam perawat dirinya diakibatkan oleh penyakitnya
b) Pola nutrisi dan metabolisme

7
Umumnya terjadi penurunan nafsu makan atau tidak
c) Pola eliminasi
Pola ini bisa terjadi perubahan asupan yang kurang sehingga klien tidak
bisa BAB/BAK secara normal
d) Pola istirahat dan tidur
Pada pola ini tidur klien biasanya mengalami gangguan karena adanya
rasa tidak nyaman dengan meningkatnya suhu
e) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien bergantung karena biasanya klien lemah karena
kurangnya asupan serta meningkatnya suhu
f) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa cemas dengan keadaan suhu tubuhnya yang mengikat dan
ketakutan sehingga mengalami perubahan metabolisme
g) Pola sensori dan kognitif
Tidak terjadi gangguan pada pola ini dan biasanya hanya sebagian klien
yang dapat mengetahuinya
h) Pola reproduksi dan seksual
Pada pola ini biasanya klien tidak mengalmai gangguan
i) Pola hubungan peran
Bisa terjadi hubungan yang baik atau ekkeluargaan dan tidak
mengalami gangguan
j) Pola penanggulangan stres
Dukungan keluarga sangat berarti untuk kesembuhan klien
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan dalam melaksanakan ibadah sebagai dampak dari
penyakitnya
5) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaa Umum
Kesadaran (baik, gelisah, apatis/koma), badan lemah frekuensi
pernapasan tinggi, suhu badan meningkaat dan nadi meningkat

8
2) Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
3) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan/kelainan
4) Mata
Terlihat berair apa tidak, kemerahan
5) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau tidak
6) Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri dan ada
peningkatan bsising usus
7) Sistem respirasi
Umumnya fungsi respirasi lebih cepat dan dalam
8) Sistem kardiovaskuler
Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
9) Sistem muskuluskeletal
Terjadi gangguan apa tidak
10) Sistem pernapasan pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal /
gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut NANDA (2015) antara lain :
a. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
b. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh diatas kisaran normal
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan sekunder akibat demam

9
I. FOKUS INTERVENSI

Intervensi keperawatan pada menurut NANDA NIC – NOC (2015) :

No Tujuan & KH Intervensi Rasional


Dx
1 Setelah di lakukan a. Monitor temperatur a. Perubahan
suhu tubuh temperatur dapat
tindakan keperawatan
terjadi pada proses
selama 3x 8 jam infeksi akut.
b. Observasi tanda – b. Tanda – tanda vital
diharapkan hipertermi
tanda vital (suhu,tensi, merupakan acuan
dapat terkontrol nadi, pernafasan, dan untuk mengetahui
perubahan warna keadaan umum
dengan kriteria hasil :
kulit). pasien.
1. suhu tubuh dalam c. Anjurkan pasien untuk c. Peningkatan suhu
minum banyak 1,5 – 2 tubuh
rentang normal
liter dalam 24 jam mengakibatkan
2. Pengendalian penguapan tubuh
meningkat
resiko hipertermia
sehingga perlu
3. Tidak ada perubahan diimbangi dengan
asupan yang
warna kulit dan
banyak.
merasa nyaman d. Berikan kompres pada d. menurunkan panas
lipatan axila dan paha lewat konduksi\
e. Berikan antipiretik e. menurunkan panas
sesuai program tim pada pusat
medis hipotalamus
2 Setelah di lakukan a. Monitor suhu minimal a. mengetahui suhu
setiap 2 jam klien
tindakan keperawatan
b. Monitor TD, nadi, RR b. mengetahui vital
selama 3x 8 jam sign klien
c. Monitor tanda-tanda c. mengetahui kondisi
diharapkan
hipertermi suhu klien
Ketidakefektifan
d. Tingkatkan intake d. mempertahankan
termoregulasi dapat
nutrisi daya tahan tubuh
teratasi dengan klien
e. Selimuti pasien untuk e. menjaga suhu tubuh
Kriteria hasil :
mencegah hilangnya klien
- Keseimbangan kehangatan tubuh
f. Ajarkan indikasi dari f. Untuk mengetahui
antara produksi
hipotermi dan indikasi dari
panas yang diterima penaganan yang hiptermi
diperlukan
dan dikeluarkan
g. Berikan antipiretik jika g. menjaga suhu tubuh
perlu klien dalam rentang

10
- Tidak ada kejang normal
- Pengendalian resiko
hipertermia dan
hipotermia
3 Setelah di lakukan a.Monitor intake dan a. memberikan
tindakan keperawatan output, karakter, dan informasi tentang
selama 3x 8 jam jumlah feses; keseimbangan
diharapkan Resiko perkirakan kehilangan cairan, fungsi ginjal
kekurangan volume yang tak terlihat, missal, dan control penyakit
cairan dapat teratasi berkeringat. Ukur berat usus juga merupakan
dengan criteria hasil : jenis urine; observasi pedoman untuk
a. membrane mukosa oliguria. penggantian cairan.
lembab, turgor b.kaji tanda vital (TD,
kulit baik, nadi, suhu) b. hipotensi (termasuk
b. Pengisian kapiler postural), takikardia,
<2 detik, tanda demam dapat
vital stabil menunjukkan
c. tidak ada tanda- respons terhadap
tanda dehidrasi c.Berikan penjelasan dan/atau efek
tentang pentingnya kehilangan cairan.
kebutuhan cairan pada c. mempermudah
pasien dan keluarga. pemberian cairan
d.Periksa isi ulang kapiler (minum) pada pasien
interpretasi baik <2
detik
e.Kolaborasi dengan d. mengetahui
dokter untuk terapi kecepatan aliran
cairan (oral / darah
parenteral). e. pemenuhan
kebutuhan cairan
yang tidak terpenuhi
(secara parenteral).

11
J. PATHWAYS
infeksi virus maupun bakteri atau zat asing yang masuk ke dalam tubuh

merangsang sistem
pertahanan tubuh

melepaskan zat pirogen

Hipotalamus

Pelepasan asam arakidonat

mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin

Resiko
reaksi menaikkan suhu tubuh Hipertermi
kekurangan
volume cairan
menyempitkan pembuluh
darah tepi dan menghambat
sekresi kelenjar keringat

Pengeluaran panas menurun

Ketidakefektifan
termoregulasi

(Wong, 2009).

12
K. DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman kliegman. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1 E/15. Jakarta :
EGC
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC), 6th Edition.
Mosby : Elsevier.inc
Febri,A.B & Mahendra, Z. 2010. Smart Parents “pandsi mengatur menu & tanggap
saat anak sakit:. Jakarta : Gagas Media
Hetherington, E.M., Parke, R.D. 2000. Child Psychology. California: Mc. Graw Hill
College.
Kozier, Erb, Berman dan Snyder. 2010. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi
5. Jakarta : EGC
Kurnia, Rizki. 2011. Asuhan Keperawatan Demam Febris. Tersedia :
http://asuhankeperawatan./2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
febris.html Diakses pada tanggal 30 November 2018
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2016 Edisi 10. Jakarta : EGC
Wimana & Gun. 2007. Analgetik-Antipiretik Anti-inflamasi Nonsteroid Farmakologi
dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru
Wong. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Alih bahasa Andry
Harmono.Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC

13

Anda mungkin juga menyukai