Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DIAGNOSA MEDIS FEBRIS DI

RUANG POLI ANAK RSUD MANGUSADA

OLEH :

KELVIN PRATAMA

NIM 229012930

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2022/2023


A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian Febris
Febris (demam belum terdiagnosa) adalah suatu keadaan
seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu
dengan suhu badan diatas 38,3°C dan tetap belum ditemukan
penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara
intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang
medis lainnya (Nelwan, 2013).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas
normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat
dari perubahan pada pusat panas (termpregulasi) di hipotalamus.
Penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan
dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non
spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi (Sodiki dalam Wardiyah,2016).
2. Klasifikasi Febris
Klasifikasi febris/demam menurut Nurarif (2015) adalah :
a. Fever
Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses
patologis.
b. Hyperthermia
Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada
makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi radiasi (gelombang panas, infrared),
ultrasound atau obat-obatan.
c. Malignant Hyperthermia
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang
menyertai kekakuan otot karena anestesi total.

Tipe-tipe demam diantaranya :

2
a. Demam septik
Suhu tubuh berangsur naik ketingkat tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai dengan keluhan menggigil dan berkeringat. Bila
demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat oleh demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari
sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat. Pada tingat demam yang terus menerus tinffi sekali
dsebut heperpireksia
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
3. Etiologi
Demam biasanya disebabkan oleh infeksi selain itu juga
disebabkan oleh keadaan toksemia, karena keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat. Gangguan pada pusat regulasi suhu
sentral dapat meninggi dan temperatur seperti pada head stroke,
peredaran otak, atau gangguan sentral lainnya. Pada perdarahan
internal pada saat terjadinya reabsorbsi darah dapat pula

3
menyebabkan peningkatan temperature. Demam dapat disebabkan
karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi ( Guyton,2012).
Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran
pernafasan atas, otitis media, sinusitis, bronchiolitis,
pneumonia,pharyngitis, abses gigi, gigi vostomatis, gastroenteritis,
infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis, bakterimia,
reaksi imun, neoplasma, oestomyelitis (Suriadi,2006)
Pada dasararnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan
riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta
penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberpa hal khusus perlu
diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam,
tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
dalam Thibaroni (2015) bahwa etiologi febris, diantaranya :
a. Suhu lingkungan
b. Adanya infeksi
c. Pneumonia
d. Malaria
e. Otitis media
f. Imunisasi
4. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan
set point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan
panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point (Julia,
2010). Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh
(respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke
dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh

4
akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen
eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau
merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non
infeksi).Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat
pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini
akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah
yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit
T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan
proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam
pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty,
2013).
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau
krisis/flush. Menggigil bila pengaturan termostat dengan mendadak
diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal
sebagai akibat dari kerusakan jaringan, zat pirogen atau dehidrasi.
Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai
suhu baru. Krisis/flush bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi
dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan
mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke
tingkat normal (Guyton, 2010).

5. Manifestasi Klinis

5
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah :
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5 - 39°C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernafasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan

Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam yaitu :


a. Demam
b. Gangguan saluran pencernaan
c. Gangguan kesadaran
d. Relaps (kambuh)
e. Terdapat beberapa manifestasi dari febris, yaitu :
1. Pemeriksaan penunjang
1. Uji Coba Darah
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh atau lesi permukaan atau
sinar tembus rutin. Contoh pada DBD air seni mungkin
diremukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsy pada tempat-tempat yang
dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiks
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kania dalam Wardiyah (2016), penanganan terhadap
demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan
non farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan
yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
a. Tindakan farmakologis

6
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu
memberikan antipiretik berupa :
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan
pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang
diberikan antara 10-15mg/kg BB akan menurunkan
demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam
setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam
waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam
dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan
1,2-1,4, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol
bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan
suhu tubuh. Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada
bayi <2 bulan karena alasan kenyamanan. Bayi baru lahir
umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna,
sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik
atau gangguan hati.
Selain itu, peningkatan suhu pada bayi baru lahir yang
bugar 16 (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkn
oleh faktor lingkungan kurang cairan. Efek samping
paracetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi alergi
berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di
kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme
(penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat
meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada
cacar air (memperpanjang masa sakit)
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurum demam yang juga
memiliki efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan
pilihan kedua pda demam, bila alergi terhadap

7
paracetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan
jarak 6-8 jam dari dosis sebelumnya.
Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg
BB. Iburpofen bekerja maksimal dalam waktu 1 jam dan
berlangsung 3-4jam. Efek penurunan demam lebih cepat
dari paracetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu
mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna,
rewel, sakit kepala, gaduh dan gelisah. Pada dosis
berlebihan dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta
gagal ginjal.
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang
dapat dilakukan menurut (Nurarif, 2015) yaitu :
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Mengunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres. Kompres adalah metode
pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan
atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada
bagian tubuh yang memerlukan. Kompres merupakan
metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu,2015).
Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres
dingin. Pada penitian ini peneliti menerapkan penggunaan
kompres hangat. Kompres hangat adalah tindakan dengan
menggunakan kain atau handuk yang dicelupkan pada air
hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
sehingga dapat memberikan rasa nyamam dan
menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyan,
2016). Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan
tubuh dapat membantu proses evaporasi atau penguapan
panas tubuh (Dewi, 2016).

8
Penggunaan kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan
selangkangan selama 10 – 15 menit dengan 18
temperature air 30-32°C, hal tersebut akan membantu
menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-
pori kulit melalui proses penguapan. Pemberian kompres
hangat pada axila lebih efektif karena pada daerah tersebut
lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan
banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang
mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas
daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan
memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh
ke kulit hingga delapan kali lipat lebih cepat (Ayu, 2015).
B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
1) Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang
diperlukan
2) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat
pengkajian) : panas.
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang
diderita pasien saat masuk Rumah sakit): sejak kapan
timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai
demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan,
eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil,
gelisah.
b. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang
sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien).
c. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang
sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh

9
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme tubuh di tandai dengan suhu tubuh 38.5 C
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk dan pilek di
tandai dengan sering terjaga
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sirkulasi di
tandai dengan kelelahan
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (stres,
keengganan untuk makan)
5) Resiko infeksi berhubungan dengan Peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan
6) Defisit pengetahuan berhubungan dengan Ketidaktahuan
menemukan sumber informasi di tandai dengan menunjukkan
persepsi yang keliru terhadap masalah

10
1. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen suhu


peningkatan laju keperawatan selama 1x15 menit , a. Identifikasi penyebab
metabolisme tubuh diharapkan tingkat nyeri menurun hipertermia,dehidrasi
d.d suhu tubuh dengan kriteria hasil: b. Monitor suhu tubuh
38.5C a. Suhu tubuh membaik c. Monitor kadar elektrolit
b. Menggil menurun d. Longgarkan atau lepaskan pakaian
c. Suhu kulit membaik e. Anjurkan tirah baring
f. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit itravena jika perlu
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan asuhan a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
tidur b.d batuk keperawatan selama 1x15 menit , b. Identifikasi faktor pengganggu tidur
pilek d.d mengeluh diharapkan tingkat nyeri menurun fisik atau psikologis
sering terjaga dengan kriteria hasil: c. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
a. Sulit tidur menurun kenyamanan tidur.
b. Sering terjaga menurun d. Jelaskan ibu bayi pentingnya tidur
c. Pola tidur membaik cukup selama sakit
d. Istirahat cukup

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan asuhan a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
b.d gangguan keperawatan selama 1x15 menit, yang mengakibatkan kelelahan
sirkulasi d.d diharapkan status nutrisi membaik b. Monitor pola dan jam tidur
kelelahan dengan kriteria hasil: c. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
a. Keluhan Lelah menurun selama melakukan aktivitas
b. Dispnea saat aktivitas d. Sediakan lingkungan nyaman dan
menurun rendah stimulus,suara/cahaya
c. Dispnea setelah aktivitas e. Anjurkan tirah baring
menurun f. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
d. Frekuensi nadi membaik cara meningkatkan asupan makanan
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan asuhan a. Identifikasi status nutrisi

11
faktor psikologis keperawatan selama 1x15 menit,
(stres, keengganan diharapkan pasien mampu b. Monitor asupan makanan
untuk makan) melakukan perawatan diri secara c. Berikan asi mencegah konstipasi
mandiri dengan kriteria hasil: d. Ajarkan bayi diet yang di programkan
a. Porsi minum asi e. Kolaborasi dengan ahli gizi
meningkat
b. Bising usus membaik
c. Membran mukosa
membasik
Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan asuhan a. Identifikasi Riwayat Kesehatan
Peningkatan keperawatan selama 1x15 menit, Riwayat alergi
paparan organisme diharapkan pasien dapat istirahat b. Identifikasi status imunisasi setiap
patogen lingkungan dan tidur cukup dengan kriteria kunjungan ke pelayanan
hasil: kesehatan
c. Berikan suntikan pada bayi di bagian
a. Demam menurun
paha anterolateral
b. Kemerahan menurun
d. Jadwalkan imunisasi pada interval
c. Nyeri menurun
waktu yang tepat
d. Bengkak menurun
f. Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang
terjadi, jadwal, dan efek
samping

12
Defisit Setelah dilakukan tindakan asuhan a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
pengetahuan b.d keperawatan selama 1x15 menit, menerima informasi
Ketidaktahuan
menemukan diharapkan bersihan jalan napas b Identifikasi faktor-faktor yang dapat
sumber informasi membaik dengan kriteria hasil: meningkatkan dan menurunkan
d.d menunjukkan
motivasi perilaku hidup bersih
persepsi yang a. Kemampuan
keliru terhadap dan sehat
menjelaskan
masalah c. Sediakan materi dan media Pendidikan
pengetahuan tentang
Kesehatan
suatu topik
d. Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat
e. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
b. Kemampuan
sehat
menjelaskan
f. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
pengetahuan tentang
untuk meningkatkan perilaku
suatu topik
hidup bersih dan sehat
meningkat
c. Persepsi yang keliru
terhadap masalah
menurun

13
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2010)
Proses Implementasi mencakup (Kozier, 2011) :
a. Mengkaji kembali pasien
b. Menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan
c. Mengimplementasikan intervensi keperawatan
d. Melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan
e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
4. Evaluasi
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena
kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi
keperawatan harus diakhiri dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional
dengan pengertian S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan
yang didapat dari pasien setelah tindakan diberikan. O (objektif)
adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (analisis) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan
objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak
teratasi. P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa (Kozier, 2011

14
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, E.I. (2015). Kompres Air Hangat Pada Daerah Aksila dan Dahi Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. Jurnal Ners dan Kebidanan vol 3 No.1, 10-14. Diakses dari
www.researchgate.net pada 11 Januari 2021
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta

Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses & Praktik (7ed., Vol.1) Jakarta : EGC

Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Lynda juall, Carpenito, 2010, Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda juall
Carpenito, Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8), Jakarta:
EGC.

Mansjoer, A. (2011). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medika


Aesculapius.

Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim
Terjadi Pada Anak. PERKANI : Surabaya

Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.
Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat


Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami
demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu
Keperawatan - Volume 4, No. 1, 45. Diakses dari
jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94 pada 11 Januari 2021
Indonesia, 15(3), 144 – 150. Diakses dari
www.scribd.com/document/378912346/febris pada 11 Januari 2021

15
16

Anda mungkin juga menyukai